Vous êtes sur la page 1sur 17

PENDAHULUAN

Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu


exterior) dansel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh
lainnya.Cairandalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan
laki-lakidewasa.Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan
oleh seluntuk hidup, berkembang, dan menjalankan fungsinya. Untuk dapat menjalankan
fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan disekitarnya.Semua pengaturan
fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis.Homeostasis ini
bergantung pada kemampuan tubuh mempertahankankeseimbangan antara substansi-
substansi yang ada di milieu interior.Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2
(dua) parameter penting, yaitu:volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel.
Ginjal mengontrol volume cairanekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan
mengontrol osmolaritas cairanekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan.Ginjal
mempertahankankeseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urin
sesuai kebutuhan untukmengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam
tersebut.Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan
mengaturkeluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urin sesuai kebutuhan.Selain ginjal,
yangturut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresi
ionhidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
PEMBAHASAN

Komposisi Cairan Tubuh


Cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa.
Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu sesuai dengan jenis kelamin dan umur
individu tersebut.Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dati total berat badan.Pada
bayi dan anak-anak, prosentase ini relative lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.
Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. Dua pertiga bagian (67%) dari
cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan sepertiganya (33%) berada di luar
sel (cairan ekstrasel/ CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi
20% CES atau 15% dari total berat badan, dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES
atau 5% dari total berat badan. Selain kedua kompartmen tersebut, ada kompartmen lain yang
ditempati cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun, volumenya diabaikan karena kecil, yaitu
cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama
terdapat pada cairan ekstrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak
tampak cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan
plasma.
Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier
yangmemisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial,
sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan
normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan dan elektrolit antar kompartmen.
Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi
perpindahan cairan atau ion antar kompartmen sehingga terjadi keseimbangan kembali.
Nonelektrolit termasuk kebanyakan molekul organik, tidak berdisosiasi dalam air, dan
tidak membawa muatan listrik netto.Elektrolit berdisosiasi dalam air menjadi ion, termasuk
garam anorganik, asam dan basa, dan beberapa protein.Elektrolit memiliki kekuatan osmotik
yang lebih besar karena dapat berdisosiasi dalam air dan memberikan kontribusi sedikitnya
dua partikel kepada larutan.Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium, dan
anion utama adalah klorida; dalam cairan intraseluler kation utama adalah kalium, dan anion
utama adalah fosfat.Elektrolit adalah zat terlarut yang paling melimpah di cairan tubuh, tetapi
protein dan beberapa Nonelektrolit mencapai 60-97% zat terlarut yang terlarut.Ion Natrium
dan ion Kalium merupakan ion yang paling melimpah dalam tubuh.

Cairan mempunyai banyak fungsi bagi tubuh diantaranya:


1. Mengatur suhu tubuh
Bila kekurangan air, suhu tubuh akan menjadi panas dan naik
2. Melancarkan peredaran darah
Jika tubuh kita kurang cairan, maka darah akan mengental. Hal ini disebabkan cairan
dalam darah tersedot untuk kebutuhan dalam tubuh. Proses tersebut akan berpengaruh
pada kinerja otak dan jantung.
3. Membuang racun dan sisa makanan
Tersedianya cairan tubuh yang cukup dapat membantu mengeluarkan racun dalam tubuh.
Air membersihkan racun dalam tubuh melalui keringat, air seni dan pernafasan..
4. Kulit
Air sangat penting untuk mengatur struktur dan fungsi kulit. Kecukupan air dalam tubuh
berguna untuk menjaga kelembaban, kelembutan, dan elastisitas kulit akibat pengaruh
suhu udara dari luar tubuh.
5. Perncernaan
Peran air dalam proses pencernaan untuk mengangkut nutrisi dan oksigen melalui darah
untuk segera dikirim ke sel – sel tubuh. Konsumsi air yang cukup akan membantu kerja
sistem pencernaan di dalam usus besar karena gerakan usus menjadi lebih lancer
sehingga feses pun keluar dengan lancar.
6. Pernafasan
Paru – paru memerlukan air untuk pernafasan karena paru – paru harus basah dalam
bekerja memasukkan oksigen ke sel – sel tubuh dan memompa karbondioksida keluar
tubuh.
7. Sendi dan otot
Cairan tubuh melindungi dsan melumasi gerakan pada sendi dan otot. Otot tubuh akan
mengempis apabila tubuh kekurangan cairan. Sebaliknya konsumsi air selama beraktivitas
untuk meminimalisasi risiko kejang otot dan kelelahan.

Perpindahan cairan antara kompartemen


Protein plasma yang hampir bebas dipaksa keluar dari darah oleh tekanan
hidrostatik, dan hampir sepenuhnya diserap disebabkan oleh osmotik koloid (onkotik)
tekanan protein plasma. Pergerakan air di antara cairan intraseluler dan cairan interstitial
melibatkan dua arah aliran osmotik substansial yang sama di kedua arah. Ion fluks di antara
kompartemen interstitial dan intraseluler dibatasi penggunaannya; namun pergerakan nutrisi,
gas pernapasan, dan limbah biasanya terjadi satu arah.
Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka.
Setiap zatyang akan pindah harus dapat menembus barier atan membran tersebut. Bila
substansi zat tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap
zat tersebut.Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeable untuk
substansitersebut. Membran disebut semipermeabel (permeabel selektif) bila beberapa
partikel dapatmelaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya.
Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif
membutuhkan energi, sedangkan transport pasif tidak membutuhkan energi.
1. Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan cenderung
menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah
sehinggakonsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini
disebut difusi.Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan
hukum Fick (Fick’slaw of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah:
- Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.
- Peningkatan permeabilitas
-Peningkatan luas permukaan difusi.
-Berat molekul substansi.
- Jarak yang ditempuh untuk difusi
2. Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih rendah
dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal ini
terjadi karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila
konsentrasi zat yang terlarut meningkat, konsentrasi air akan menurun. Bila suatu larutan
dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan larutan yang volumenya
sama namun berbeda konsentrasi zat yang terlarut, maka terjadi perpindahan air/zat
pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang rendah ke larutan dengan
konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan osmosis.
3. Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh
membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan
rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas
permukaanmembran, dan permeabilitas membran.Tekanan yang mempengaruhi filtrasi
ini disebuttekanan hidrostatik.
4. Transport aktif
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara pasif
daridaerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi.
Perpindahanseperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan
konsentrasi.Salah satu contoh ialah Pompa Na-K.
Elektrolit
Elektrolit termasuk garam, asam, dan basa, tetapi keseimbangan elektrolit jangka
biasanya mengacu pada keseimbangan garam dalam tubuh.Garam berperan penting dalam
mengendalikan pergerakan cairan dan menyediakan mineral penting untuk eksitabilitas,
aktivitas sekresi, dan permeabilitas membran. Garam memasuki tubuh dalam bentuk
makanan dan cairan, dan jumlah yang sedikit dihasilkan selama aktivitas metabolik.
Misalnya, fosfat dibebaskan saat proses katabolisme asam nukleat dan matriks tulang. Untuk
mendapatkan elektrolit yang cukup umumnya bukanlah masalah.Hilangnya garam dari tubuh
dikeluarkan dalam bentuk keringat, feses, dan urin.Meskipun keringat normalnya bersifat
hipotonik, sejumlah besar garam dalam jumlah besar dapat hilang di hari yang panas
dikarenakan lebih banyak keringat yang diproduksi.Gangguan saluran pencernaan juga dapat
menyebabkan hilangnya garam dalam jumlah besar melalui feses atau muntah.Dengan
demikian, fleksibilitas mekanisme ginjal yang mengatur keseimbangan elektrolit dalam darah
adalah aset yang sangat penting.
Ada 2 elektrolit yang sangat berpengaruh terhadap konsentrasi cairan intasel dan
ekstrasel yaitu natrium dan kalium.
1. Keseimbangan Natrium/sodium (Na+)
Natrium merupakan kation paling banyak pada cairan ekstrasel serta sangat berperan
dalam keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. Ion natrium didapat
dari saluran pencernaan, makanan atau minuman kemudian masuk ke dalam cairan
ekstrasel melalui proses difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan,
saluran pencernaan dan kulit. Pengaturan konsentrasi ion natrium dilakukan oleh ginjal,
jika konsentrasi natrium serum menurun maka ginjal akan mengeluarkan cairan sehingga
konsentrasi natrium akan meningkat. Sebaliknya jika terjadi peningkatan konsentrasi
natrium serum maka akan merangsang pelepasan ADH sehingga ginjal akan menahan air.
Jumlah normal 135-148 mEq/Lt
2. Keseimbangan kalium/potassium (K+)
Kalium adalah kation yang paling banyak pada intraseluler.Ion kalium 98% berada pada
cairan intasel, hanya 2% berada pada cairan ekstrasel. Jumlah normal 3,5-5,5 mEq/Lt.
Kalium, ion intrasel utama ditubuh, berperan penting dalam menentukan potensial
membran sel. Karena perubahan dalam konsentrasi ekstrasel dapat menimbulkan
gangguan pada fungsi saraf dan jantung yang dapat menimbulkan kematian maka
pengaturan kadar kalium dalam cairan ekstrasel dilakukan dengan cermat, meskipun
konsentrasinya dalam ekstrasel rendah. Kalium dapat berpindah diantara kompartemen
intrasel dan ekstrasel, bergantung pada berbagai pengaruh saraf dan hormon serta pH
cairan ekstrasel.Misalnya, rangsangan saraf beta-adrenergik dan sekresi insulin
meningkatkan perpindahan intrasel kalium dengan merangsang pompa Na+/K+.
Sebaliknya, penurunan pH plasma dapat meningkatkan perpindahan kalium sel.
Sumber kalium ditubuh didapat dari makanan ekskresi kalium terutama terjadi melalui
urin, dengan sejumlah kecil lewat keringat dan tinja. Faktor pengontrol utama simpanan
kalium total ditubuh adalah hormone aldosteron.
3. Keseimbangan Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, terutama berikatan dengan
fosfor membentuk mineral untuk pembentukan tulang dan gigi.Diperoleh dari reabsorpsi
usus dan reabsorpsi tulang.Dikeluarkan melalui ginjal, sedikit melalui keringat dan
disimpan dalam tulang.Pengaturan konsentrasi kalsium dilakukan hormon kalsitonin yang
dihasilkan oleh kelnjar tiroid dan hormon paratiroid. Jika kadar kalsium rendah maka
hormon paratiroid dilepaskan sehingga terjadi peningkatan reabsorpsi kalsium pada tulang
dan jika terjadi peningkatan kadar kalsium maka hormon kalsitonin dilepaskan untuk
menghambat reabsorpsi tulang. Jumlah normal 4-5mEq/Lt.
4. Keseimbangan Magnesium (Mg2+)
Magnesium biasanya ditemukan pada cairan intrasel dan tulang, berperan dalam
metabolisme sel, sintesis DNA, regulasi neuromuscular dan fungsi jantung.Sumbernya
didapat dari makanan seperti sayuran hijau, daging dan ikan.Magnesium Diabsorpsi dari
usus halus, peningkatan absorpsi dipengaruhi oleh vitamin D dan hormon paratiroid.
5. Keseimbangan Fosfor (PO4-)
Fosfor merupakan anion utama cairan intasel, ditemukan juga di cairan ekstrasel, tulang,
otot rangka dan jaringan saraf. Fosfor sangat berperan dalam berbagai fungsi kimia,
terutama fungsi otot, sel darah merah, metabolisme protein, lemak dan karbohidrat,
pembentukan tulang dan gigi, regulasi asam basa, regulassi kadar kalsium. Di reabsorpsi
dari usus halus dan banyak ditemukan dari makanan daging, ikan dan susu. Disekresi dan
reabsorpsi melalui ginjal. Pengaturan konsentrasi fosfor oleh hormon paratiroid dan
berhubungan dengan kadar kalsium. Jika kadar kalsium meningkat akan menurunkan
kadar fosfat demikian sebaliknya. Jumlah normal sekitar 2,5-4,5 mEq/Lt.
6. Keseimbangan Klorida (Cl-)
Klorida merupakan anion utama pada cairan ekstrasel.Klorida berperan dalam pengaturan
osmolaritas serum dan volume darah bersama natrium, regulasi asam basa, berperan dalam
buffer pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam sel darah merah.Disekresi dan
direabsorpsi bersama natrium diginjal.Pengaturan klorida oleh hormon aldosteron.Kadar
klorida yang normal dalam darah orang dewasa adalah 95-108mEq/Lt.
7. Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat berada di dalam cairan intrasel maupun di dalam ekstrasel dengan fungsi
utama yaitu regulasi keseimbangan asam basa.Disekresi dan direabsorpsi oleh ginjal.
Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk
menurunkan PH. Nilai normal sekitar 25-29mEq/Lt.

Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara
lain:
- Perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf
pusat, sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
- Mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh
- Mempengaruhi konsentrasi ion K
- Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H
seperti nilai semula dengan cara:
- Mengaktifkan sistem bufer kimia
- Mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernafasan
- Mekanisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan (pengaturan ginjal)
Keseimbangan Asam Basa
Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+ ke zat lain (disebut
sebagai donor proton), sedangkan basa adalah zat yang dapat menerima ion H+ dari zat lain
(disebut sebagai akseptor proton). Suatu asam baru dapat melepaskan proton bila ada basa
yang dapat menerima proton yang dilepaskan.Oleh karena itu, reaksi asam basa adalah suatu
reaksi pelepasan dan penerimaan proton.Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan
dimana konsentrasi ion hydrogen yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hydrogen
yang dikeluarkan oleh sel. Pada proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat
molekular umumnya berhubungan dengan asam lemah dan basa lemah, begitu pula pada
tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OH- yang sangat rendah.Protein plasma, hemoglobin dan
fosfat juga berperan dala mempertahankan keseimbangan pH.Keseimbangan asam basa
adalah keseimbangan ion hydrogen. Walaupun produksi akan terus menghasilkan ion
hydrogen dalam jumlah sangat banyak, ternyata konsentrasi ion hydrogen dipertahankan pada
kadar rendah 40 + 5 nM atau pH 7,4. Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan
melalui koordinasi dari 3 sistem:
1. Sistem buffer
Menetralisir kelebihan ion hydrogen, bersifat temporer dan tidak melakukan eliminasi.
Fungsi utama sistem buffer adalah mencegah perubahan pH yang disebabkan oleh pengaruh
asam fixed dan asam organic pada cairan ekstraseluler. Sebagai buffer, sistem ini memiliki
keterbatasan yaitu:

- Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang disebabkan karena


peningkatan CO2.
- Sistem ini hanya berfungsi bila system respirasi dan pusat pengendali system
pernafasan bekerja normal
- Kemampuan menyelenggarakan system buffer tergantung pada tersedianya ion
bikarbonat.

Macam-macam sistem buffer:


1. Bufer bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk perubahan
yang disebabkan oleh non-bikarbonat. Karbon dioksida yang terbntuk selama respirasi sel
akan larut dalam air ( plasma ) untuk membentuk asam karbonat. Asam karbonat ini akan
berdisosiasi sebagaian menghasilkan ion hidrogen dan ion bikarbonat. Ion bikarbonat akan
berperan sebagai akseptor ion hidrogen. Jika ion hidrogen ditambahkan ke dalam tubuh,
seperti asam laktat yang dihasilkan saat berolahraga, maka ion bikarbonat dan ion
hidrogen yang terbentuk dari asam laktat akan membentuk asam karbonat. asam karbonat
berperan sebagai donor ion hidrogen. Jika ion hidrogen hilang dari tubuh, seperti pada
kasus muntah-muntah berat, asam karbonat akan berdisosiasi lebih banyak untuk
melepaskan ion hidrogen dan ion bikarbonat. Rasio normal bikarbonat terhadap asam
karbonat adalah 20:1.Sistem bikarbonat menyangga 90% ion hidrogen dalam darah dan
sangat penting karena jumlah karbon dioksida dan ion bikarbonat juga dapat diatur oleh
paru dan ginjal.Jumlah ion bikarbonat yang tersedia untuk buffer disebut juga cadangan
alkali.
← penambahan ion CO2+H2O ↔ H2CO3 ↔ H+ + HCO3- kehilangan ion →
hidrogen karbon air asam ion ionhydrogen
dioksida karbonat hidrogen bikarbonat

2. Bufer protein; merupakan sistem dapar yang paling melimpah di cairan intraselular dan
plasma darah. Contohnya, albumin adalah dapar protein utama dalam plasma darah.
Protein terdiri dari asam amino, molekul organik yang sedikitnya terdiri dari satu gugus
karboksil (─COOH) and sedikitnya satu gugus amina (─NH2). Protein hemoglobin
memiliki dua fungsi khusus, yaitu mentranspor oksigen ke jaringan dan juga menyangga
ion hidrogen yang transit dari sel ke paru.Gugus karboksil pada protein bersifat seperti
asam dengan melepaskan ion H+ ketika pH meningkat.
R R
│ │
NH2─ C─ COOH→ NH2─ C─ COO-+ H+
│ │
H H
Kemudian ion H+ dapat bereaksi dengan ion OH- yang berlebih dan membentuk H2O.
Gugus fungsi bebas pada akhir dari suatu protein bersifat sebagai basa dengan cara
berikatan dengan H+ ketika pH menurun.

R R
│ │
NH2─ C─ COOH + H+ → NH3+ ─ C ─ COOH
│ │
H H
3. Buffer hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam
karbonat.Karbondioksida berdifusi ke dalam eritrosit (sel darah merah). Di dalam sel,
karbondioksida akan diubah menjadi asam karbonat oleh enzim kahrbonat anhidrase.
Asam karbonat akan berdisosiasi sebagian menghasilkan ion hidrogen dan ion bikarbonat.
CO2 + H2O ↔ H2CO3 ↔ H+ + HCO3-
Karbondioksida air as.karbonat ion hidrogen ion bikarbonat

H+ + HbO2- ↔ HHb + O2
hidrogen hemoglobin hemoglobin tereduksi oksigen

4. Bufer fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
Sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika
dengan buferkimia tidHPak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan
pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar
ion H dalam darah akibat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian
mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut.
Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan
ion H dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan
amonia.
Penambahan ion hidrogen→ H+ + HPO42- ↔ H2PO4- ← kehilangan ion hidrogen
Ion hidrogen ion monohidrogen ion dihidrogen
Fosfat (basa lemah) Fosfat (asam lemah)

5. Buffer Amonia
Amonia terbentuk dalam sel tubulus ginjal dari pemecahan asam amino. Amino akan
berdifusi ke dalam tubulus ginjal, menyangga ion hidrogen dalam filtrate ginjal dan
membentuk ion ammonium. Ion ammonium dieksresi di urin dan mencegah urin menjadi
terlalu asam.
NH3 + H+ → NH4+
Amonia ion hidrogen ion ammonium

Proses eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal. Mekanisme paru dan ginjal dalam
menunjang kinerja system buffer adalah dengan mengatur sekresi, ekskresi, dan absorpsi ion
hydrogen dan bikarbonat serta membentuk buffer tambahan (fosfat, ammonia).
Untuk jangka panjang, kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui ginjal dan paru
sedangkan untuk jangka pendek, tubuh dilindungi dari perubahan pH dengan system
buffer.Mekanisme buffer tersebut bertujuan untuk mempertahankan pH darah antara 7,35-
7,45.

2. Sistem Paru
Peranan sistem respirasi dalam keseimbangan asam basa adalah mempertahankan agar
PCO2 selalu konstan walaupun terdapat perubahan kadar CO2 akibat proses metabolisme
tubuh. Keseimbangan asam basa respirasi bergantung pada keseimbanagan produksi dan
ekskresi CO2. Jumlah CO2 yang berada di dalam darah tergantung pada laju metabolism
sedangkan proses ekskresi CO2tergantung pada fungsi paru.Karbondioksida secara kuat
menstimulasi pusat pernapasan.Ketika karbondioksida dan asam bikarbonat dalam darah
meningkat pusat pernapasan distimulasi sehingga menjadi meningkat.Karbondioksida
dikeluarkan dan asam karbonat menjadi turun. Apabila bikarbonat berlabihan maka jumlah
pernapasan akan diturunkan. Pengaturan pernapasan dan ginjal saling bekerja sama dalam
mempertahankan keseimbangan asam basa. Di paru-paru karbondioksida bereaksi dengan air
membentuk asam karbonat, yang kemudian asam karbonat akan dipecah di ginjal menjadi
hidrogen dan bikarbonat.

Paru-Paru Ginjal

CO2 + H2O ↔ H2CO3 ↔ H + HCO3

3. Sistem Ginjal
Terdapat sekitar 1,3 juta nefron pada setiap ginjal. Fungsi nefron adalah fitrasi, sekresi,
dan reabsorpsi.Ginjal meregulasi PH secara selektif dengan membuang atau mengembalikan
ion-ion dan produk lainnya ke darah. Ginjal memfiltrasi 1,2 L darah per menit. Pengaturan
keseimbangan asam-basa oleh ginjal relative lebih lama dibandingkan dengan pernapasan dan
sistem buffer yaitu beberapa jam atau beberapa hari setelah adanya ketidak-seimbangan
asam-basa. Ginjal bertanggung jawab membuang asam-asam tetap seperti asam laktat dan
asam fosfat yang terbentuk selama metabolisme.Penurunan pH karena akumulasi asam-asam
ini disebut juga asidosis metabolik. Regulasi ion bikarbonat memungkinkan pembaruan
sistem buffer. Akumulasi ion bikarbonat di darah akan menyebabkan alkalosis metabolic.
Selama asidosis metabolic, ginjal mempertahankan pH dengan mensekresi ion hidrogen dan
mereabsorpsi ion bikarbonat.Pada alkalosis metabolic, terjadi sebaliknya.Untuk
mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus mengeluarkan anion asam non
volatile dan mengganti HCO3-.Ginjal mengatur keseimbangan asam basa dengan sekresi dan
reabsorpsi ion hidrogen dan ion bikarbonat.Pada mekanisme pengaturan oleh ginjal ini
berperan 3 sistem buffer asam karbonat, buffer fosfat dan pembentukan ammonia.Ion
hydrogen, CO2, dan NH3 diekskresi ke dalam lumen tubulus dengan bantuan energi yang
dihasilkan oleh mekanisme pompa natrium di basolateral tubulus. Pada proses tersebut, asam
karbonat dan natrium dilepas kembali ke sirkulasi untuk dapat berfungsi kembali. Tubulus
proksimal adalah tempat utama reabsorpsi bikarbonat dan pengeluaran asam.
Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion bermuatan negative pada
konsentrasi yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat rendahpun, ion hydrogen
mempunyai efek yang besar pada sistem biologi. Ion hidrogen berinteraksi dengan berbagai
molekul biologis sehingga dapat mempengaruhi struktur protein, fungsi enzim dan
ekstabilitas membran. Ion hidrogen sangat penting pada fungsi normal tubuh misalnya
sebagai pompa proton mitokondria pada proses fosforilasi oksidatif yang menghasilkan ATP.
Produksi ion hidrogen sangat banyak karena dihasilkan terus menerus di dalam
tubuh.Perolehan dan pengeluaran ion hydrogen sangat bervariasi tergantung diet, aktivitas
dan status kesehatan. Ion hydrogen di dalam tubuh berasal dari makanan, minuman, dan
proses metabolism tubuh. Di dalam tubuh ion hidrogen terbentuk sebagai hasil metabolism
karbohidrat, protein dan lemak, glikolisis anaerobik atau ketogenesis.
KESIMPULAN

1. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Total jumlah volume cairan tubuh (total body
water-TBW) kira-kira 60 % dari berat badan pria dan 50 % dari berat badan wanita. Jumlah
volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia.
2. Mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui tiga proses yaitu difusi, osmosis,
dan transportasi. Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen yaitu pada
intraseluler dan ekstraseluler.Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB, sedangkan
cairan ekstraseluler 20 % dari BB.Pengeluaran cairan terjadi melalui organ tubuh yaitu ginjal,
kulit, paru-paru, dan gastrointestinal.
3. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh ada sembilan faktor
yaitu usia, aktivitas, iklim, diet, stress, penyakit, tindakan medis, pengobatan, dan
pembedahan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu kelebihan dan kekurangan cairan dan elektrolit.
4. Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar hidrogen (H+) pada cairan tubuh.
Asam adalah suatu subtansi yang mengandung satu atau lebih ion H+ yang dapat dilepaskan
dalam larutan (donor proton).Basa adalah subtansi yang dapat menangkap atau bersenyawa
dengan ion hidrogen sebuah larutan (akseptor proton).
5. Sistem penyangga asam basa kimiawi cairan tubuh, pusat pernafasan, dan ginjal merupakan
tiga sistem yang mengatur perubahan konsentrasi ion hidrogen. Terdapat empat sistem
penyangga dalam cairan tubuh yaitu, sistem penyangga bikarbonat-asam karbonat, sistem
penyangga fosfat, sistem protein, dan sistem penyangga hemoglobin.
DAFTAR PUSTAKA

Syaifudin, Drs. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi 4. EGC:
Jakarta
Mima, dkk. 1993. Keseimbangan cairan elektrolit dan Asam basa. Jakarta: EGC
Sloane, Ethel. 200. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: EGC
Sherwood, Lauralee. 2004. Human Physiology: From cells to system5th ed. California:
Brooks/Cole-Thomson Learning, Inc.
Corwin Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
MAKALAH
CAIRAN, ELEKTROLIT DAN KESEIMBANGAN ASAM-BASA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia II

Disusun oleh :
Meila Sumita 10060313138
Sri Wulandari 10060313139
Ratu Galuh CBP 10060313140
Anindytha Rahmah 10060313157
Indah Fairuz F 10060313159
Vivi Handayani 10060313160
Annisa Intan S 10060313162

Program Studi Farmasi


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Islam Bandung
Bandung
2014

Vous aimerez peut-être aussi