Vous êtes sur la page 1sur 12

LAPORAN PRAKTIKUM

KARTOGRAFI
(GKP 0101)

ACARA VIII
REPRESENTASI RELIEF

Disusun oleh:
Nama : Chafda Larasati
NIM : 17/412018/GE/08536
Hari, Tanggal : Selasa, 7 November 2017
Waktu : 07.00-09.00 WIB
Asisten : Arief Wicaksono
Iqbal Arrahman

LABORATORIUM KARTOGRAFI
PROGRAM STUDI KARTOGRAFI DAN PENGINDERAAN JAUH
DEPARTEMEN SAINS INFORMASI GEOGRAFI
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2017
I. TUJUAN
1. Menggambarkan peta kontur serta menambahkan informasi bentuk relief.
2. Membuat penampang melintang (profil) sebagai salah satu keunggulan
representasi relief, dan melakukan pengukuran kemiringan lereng.
3. Mengetahui interpolasi peta kontur, penyajian relief, dan pembuatan profil dengan
menggunakan perangkat lunak.
II. BAHAN DAN ALAT
Alat:
1. Alat Tulis (pensil, pensil warna, dan drawing pen)
2. Penggaris
3. Kalkulator
Bahan:
1. Kertas HVS
2. Kertas Kalkir
3. Kertas Milimeter
4. Peta titik ketinggian hasil pengukuran (dummy)
III. LANGKAH KERJA
1. Pembuatan Peta Kontur

Peta titik ketinggian Alat tulis, penggaris,


hasil pengukuran dan kalkulator Kertas HVS
(dummy)

Menggunakan teknik interpolasi

Membagi antar titik dengan interval 10 m

Menentukan jarak interval dengan penggaris sesuai


hasil perhitungan dengan rumus perbandingan

Menandai titik yang merepresentasikan interval 10 m

Menghubungkan titik yang memiliki ketinggian sama menjadi garis kontur

Peta kontur hasil interpolasi


2. Penyajian Relief

Peta kontur Alat tulis Kertas HVS dan kertas kalkir

Menyalin garis kontur pada kertas kalkir

Melakukan fotokopi salinan garis kontur sebanyak tiga kali

Menyajikan relief peta kontur dengan metode


hachures, hill shading, dan hypsometric tints

Menggunakan Menggunakan Menggunakan metode


metode hachures metode hill shading hypsometric tints

Mengidentifikasi Menggunakan Menggunakan metode


daerah lereng curam metode hill shading hypsometric tints

Membuat garis Memilih lokasi Menentukan batas kelas


tegak lurus dengan sumber cahaya ketinggian
garis kontur dengan
ketebalan sama
Mengimajinasikan Mewarnai kelas ketinggian
sumber cahaya
Menambah jumlah menyinari daerah
garis pada daerah yang dipetakan Sajian relief
terjal metode
hypsometric tints
Sajian relief metode Mengidentifikasi
daerah yang
hachure Melengkapi sajian
menerima cahaya
relief dengan
dan tidak
Melengkapi sajian kenampakan lain
relief dengan dan keterangan
kenampakan lain Memberi arsiran
dan keterangan pada lereng yang Peta
tidak menerima hypsometric
cahaya
tints
Peta hachure
Sajian relief
hill shading

Melengkapi sajian
relief dengan
kenampakan lain
dan keterangan

Peta hill shading


3. Pembuatan Profil

Peta Alat tulis dan penggaris Kertas HVS dan


kontur kertas milimeter

Menentukan titik A dan B peta

Menarik garis titik A dan B

Meletakkan potongan kertas sepanjang garis A dan B

Menandai kertas setiap berpotongan garis kontur

Memindahkan potongan kertas pada kertas


millimeter sebagai sumbu x (garis A dan B)

Menggambarkan ketinggian pada sumbu y pada kertas milimeter

Melakukan plotting ketinggian

Menghubungkan titik-titik

Profil Peta hill


shading

4. Perhitungan Kemiringan Lereng

Profil peta Alat tulis, penggaris,


kontur dan kalkulator Kertas HVS

Memilih dua segmen dari profil

Menghitung kemiringan lereng dengan metode


pecahan, persen, dan derajat

Member petunjuk pada profil tentang segmen


yang diukur

Perhitungan kemiringan lereng


dengan tiga metode
5. Penyajian Relief Menggunakan Perangakt Lunak

ArcMap 10.5

Demonstrasi penyajian relief

Mencata hasil demonstrasi

Penyajian relief
Keterangan:
: Input :Proses : Output
IV. HASIL PRAKTIKUM
1. Peta kontur hasil interpolasi.
2. Penyajian relief dalam bentuk a). Hachures, b). Hill shading, dan c).
Hypsometrictints.
3. profil (penampang melintang) di daerah pemetaan.
4. Kemiringan lereng pada 2 segmen profil.
5. Ulasan tentang penyajian relief secara digital (pembahasan).
V. PEMBAHASAN
Relief adalah tinggi rendahnya bentuk penampakan-penampakan yang ada di
permukaan bumi. Adanya relief menyebabkan keragaman bentuk muka bumi
(Munawir, 2006). Keragaman bentuk muka bumi dapat digambarkan dalam peta.
Tinggi rendahnya permukaan bumi digambarkan dalam peta dengan petunjuk garis-
garis.
Garis potong bidang tinggi garis bidik atau suatu bidang horisontal lain dengan
lapangan yang miring disebut dengan gari-garis kontur. Garis kontur berarti garis yang
menghubungkan titik-titik yang tingginya sama. Garis-garis kontur penting dalam peta
topografi karena memungkinkan menggambar peta yang memperlihatkan bentuk pada
suatu lapangan. Garis kontur digambarkan pada suatu jarak antaranya tertertu atau
interval kontur. Jarak sejajar antara dua garis kontur dinamakan equidistance (Frick,
1979).
Garis kontur ditujukan untuk mengetahui kemiringan lereng yang disajikan
melalui peta. Kemirigan lereng yang diketahui akan membantu dalam mengetahui
bentuk dari relief permukaan bumi. Pembuatan garis kontur dapat ditentukan suatu
titik ketinggian tertentu dengan sistem grid. Semua titik ketinggian yang berada di
lapangan tidak di data keseluruhan melalui survei lapangan. Hal yang dilakukan
adalah dengan interpolasi.
Pembuatan garis kontur pada prinsipnya dilakukan secara logika yaitu dengan
cara interpolasi terhadap titik tinggi hasil pengukuran di lapangan. Sebab sangat tidak
praktis untuk mengukur semua titik di lapangan dengan survei terestrial. Interpolasi
adalah prosedur yang membantu dalam membaca antar baris dalam satu set tabel
dengan membuat titik data baru dari titik yang ada (Steffensen 1950).
Membuat garis kontur membutuhkan rencana sebelumnya. Jarak antara yang
akan digunakan memengaruhi kerapatan dari kontur. Metode yang digunakan unutk
membagi jarak antar titik agar sesuai dengan interval yang akan digunakan adalah
dengan metode perbandingan jarak. Jika semua titik interval telah dilakukan
penandaan, maka dapat dihubungkan dengan garis sesuai dengan ketinggian yang
sama. Menghubungkan antar titik dengan garis yang tidak kaku. Garis yang dibuat
harus garis yang tidak akan membentuk sudut ketika bertemu di titiknya. Relief dapat
disajikan dengan beberapa cara. Sajian relief pada peta kontur dilakukan dengan
metode hachures, hill sahding, dan hypsometric tints.
Sajian relief dengan metode hachures bertujuan untuk memberikan kesan tiga
dimensi dengan memberikan garis-garis pada baris antara garis-garis kontur. Hachures
adalah garis yang ditarik ke arah lereng curam (Hinks 1944). Garis-garis yang ada
akan menunjukkan landai atau terjal nya dari suatu permukaan bumi. Garis yang
jarang menunjukkan bahwa permukaan landai. Garis yang memiliki kerapatan atau
jumlahnya banyak menunjukkan bahwa permukaan curam atau terjal.
Penyajian relief dengan metode hill shading bertujuan untuk memberi
bayangan pada suatu gambaran relief pada garis kontur (Hinks 1944). Pemberian
bayangan pada area tertentu bergantung pada arah datangnya sinar dan letak dari area
tertentu. Jika matahari memantulkan sinarnya pada daerah muka bukit yang tinggi,
maka bagian belakang dari lereng yang tinggi akan mengalami bayangan. Semakin
curam lereng yang membelakangi cahaya, maka semakin gelap bayangan yang terjadi.
Metode penyajian relief hypsometric tints merupakan warna si antara kontur
untuk menekankan rentang ketinggian yang berbeda. Efeknya adalah menunjukkan
rentang ketinggian sebagai band color (Bossler, 2015). Metode ini dilakukan secara
kuantitatif dengan melakukan klasifikasi. Penentuan kelas menggunakan metode
penentuan kelas interval. Jumlah kelas dan interval yang digunakan bergantung pada
rentang ketinggian. Pewarnaan peta kontur dilakukan berdasarkan kelas ketinggian.
Warna yang digunakan secara bergradasi.
Melengkapi sajian relief metode hachures, hill sahding, dan hypsometric tints
dengan keterangan yang lengkap berdasarkan peta. Keterangan yang ditambahkan
berupa orientasi, legenda, skala, dan judul. Legenda yang di terangkan adalah gradasi
warna untuk kelas ketinggian metode hypsometric tints, intensitas bayangan metode
hill shading, dan kerapatan garis pada metode huchares.
Membuat profil dari suatu peta kontur dilakukan dengan menarik garis lurus
antara dua titik yang terdapat variasi ketinggian. Garis lurus yang diperoleh
dipindahkan kedalan kertas milimeter sebagai sumbu horisontal. Jarak antara pada
sumbu x sesuai dengan terjal maupun landai suatu permukaan. Sumbu vertikal
diterangkan pada grafik dengan ketinggian pada titik-titik yang dilalui garis tersebut.
Menghubungkan titik-titik pertemuan sumbu horisontal dan vertikal dengan garis yang
wajar. Hasil dari menghubungkan titik-titik adalah profil dari kemiringan lereng pada
daerah yang digaris.
Kemiringan dari lereng dapat dihitung dengan tiga metode. Metode yang dapat
digunakan adalah metode pecahan, persen, dan derajat. Kemiringan lereng di setia
area berbeda-beda. Kemiringan lereng dapat ditenteukan dengan memilih dua segmen
tertentu. Hasil perhitungan pada segmen pertama menunjukkan bahwa kemiringan
dengan metode pecahan menghasilkan angka 0,082, metode persen menghasilkan
kemiringan sebesar 8,20%, dan metode derajat menghasilkan kemiringan 4,690. Hasil
perhitungan kemiringan lereng pada segmen kedua dengan metode pecahan
menghasilkan angka 0,095, metode persen memiliki kemiringan 9,50%, dan metode
derajat menghasilkan kemiringan sebesar 5,430.
Penyajian relief dapat dilakukan secara digital menggunakan perangkat lunak
ArcMAP 10.5. Peta RBI sebagian Magelang memeiliki kontur yang dapat diekstrasi
menjadi titik elevasi. Peta RBI Magelang merupakan data vektor . data vektor harus
diubah ke dalam data raster untuk menjadi syarat ekstrasi. Melakukan ekstrasi dengan
tools interpolate line. Kontur dapat ditampilkan secara tiga dimensi menggunakan
perangkat tersebut. Penyajian relief dengan metode hill shade dapat dilakukan dengan
tools hill shade dan slope dapat dilakukan dengan tools slope. Pembuatan profil
dilakukan dengan membuat garis transec yang lurus. Tampilan profil akan muncul
apabila mengeklik profile graph. Klasifikasi ketinggian peta kontur melalui perangkat
ini dilakukan melalui simmbolisasi di klasification.
Kelebihan melakukan sajian relief pada perangkat lunak tentunya adalah waktu
yang relatif cepat dan data grafis lebih unggul. Variasi warna memiliki jumlah yang
banyak. Tingkat akurasi atau ketelitian lebih tinggi daripada dilakukan secara manual.
Kekurangan dalam mengoperasikan ketiga metode di perangkat lunak adalah rumit
sehingga dibutuhkan keahlian dalam mengoperasikannya.

VI. KESIMPULAN
Kesimpulan dari melakukan praktikum representasi relief adalah sebagai
berikut:
1. Pembuaatan peta kontur dilakukan secara interpolasi terhadap titik ketinggian hasil
pengukuran dilapangan karena mengukur semua titik di lapangan dengan survei
terestrial termasuk tidak efisien. Peta kontur dapat disajikan dengan metode
hachures, hill sahding, dan hypsometric tints.
2. Penampang melintang atau profil menunjukkan bentuk, relief, dan tingkat
kemiringan dari suatu lereng yang digambarkan melalui perantara grafik sumbu
horisontal dan vertikal. Tingkat kemiringan lereng dapat ditentukan dengan
perhitungan pecahan, persen, dan derajat.
3. Perangkat lunak dapat melakukan interpolasi peta kontur, penyajian relief, dan
pembuatan profil secara digital. Ketiga perlakuan tersebut dapat dilakukan dengan
waktu yang relatif cepat dan hasil peta lebih unggul, tetapi membutuhkan
ketrampilan untuk mengoperasikan perangkat lunak.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Bossler, John D. dan N. W. J. Hazelton. 2015. Leveling and Vertical Location.
Anchorage: Wollindina.
Frick, Heinz. 1979. Ilmu dan Alat Ukur Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
Hinks, Arthur R. Maps and Survey.1944. Edisi Kelima. Cambridge: Cambridge
University Press.
Munawir. 2006. Cakrawala Geografi 3. Jakarta: Yudhistira.
Steffensen, J. F. 1950. Interpolation. New York: Dover Publication.
VIII. LAMPIRAN
TUGAS
1. Apa yang dimaksud dengan Digital Elevation Model (DEM)?
Digital Elevation Model(DEM) adalah data digital yang menggambarkan geometri dari
bentuk permukaan bumi atau bagiannya yang terdiri dari himpunan titik-titik koordinat
hasil sampling dari permukaan dengan algoritma yang mendefinisikan permukaan tersebut
menggunakan himpunan koordinat (Tempfli 1991). DEM khususnya digunakan untuk
menggambarkan relief medan. Gambaran model relief rupabumi tiga dimensi yang
menyerupai keadaan sebenarnya di dunia nyata, divisualisaikan dengan bantuan teknologi
komputer grafis dan teknologi virtual reality. DEM menampilkan informasi ketinggian
yang dihasilkan dari data-data vektor berupa point, line, dan polygon dengan
menggunakan fungsi-fungsi analisis permukaan (surface) (Puntodewo, Dewi dan Tarigan
2003). Struktur data DEM berupa grid, triangular irregular network (TIN), atau kontur.
DEM diaplikasikan pada analisis medan seperti pada geomorfologi, hidrologi, klasifikasi
penggunaan lahan, pemetaan kontur, komunikasi, keteknikan sipil, arsitektur, dan militer.
Selain sebagai analisis medan, DEM juga berguna dalam koreksi data dan visualisasi.
2. Apa yang dimaksud dengan Digital Surface Model (DSM)?
Digital Surface Model (DSM) adalah model elevasi yang menampilkan elevasi permukaan
pertama di tanah (Peterson 2015). DSM digunakan untuk membuat Digital Terrain
Models (DTM) dengan menghapus secara digital semua fitur budaya dan area berpohon.
DTM berguna untuk aplikasi yang diperlukan akurasi medan yang mendasarinya.
3. Berikan contoh peta yang tidak memerlukan informasi ketinggian tempat disertai dengan
alasan mengapa informasi tersebut tidak perlu ditampilkan!
Contoh peta yang tidak memerlukan informasi ketinggian tempat adalah peta tematik,
salah satunya adalah Peta Kepadatan Penduduk Indonesia tahun2007. Peta ini tidak perlu
menampilkan informasi ketinggian tempat karena tema yang dibawa tidak terpengaruh
dengan ketinggian tempat namun jumlah.
Sumber Gambar:
http://geospasial.bnpb.go.id/wp-content/uploads/2009/08/2009-06-
04_rawan_bencana_kepadatan_penduduk_BNPB.pdf

Sumber:
Peterson, Gretchen N. 2015. GIS Cartography: A Guide to Effective Map Design. Edisi
Kedua. Boca Raton: CRC Press.
Puntodewo, Atie, Sonya Dewi, dan Jusupta Tarigan. 2003. Sistem Informasi Geografis
untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam. Jakarta: International Forestry Research.
Tempfli, K. 1991. DTM and Differential Modelling In: Proceedings ISPRS And OEEPE
Joint Workshop on Updating Data by Photogrammetric Records. Oxford: OEEPE.

Vous aimerez peut-être aussi