Vous êtes sur la page 1sur 30

Asma Bronchial

DAFTAR ISI
Hal

Daftar Isi ................................................................................................................................. 1

Bab I Pendahuluan ................................................................................................................. 3

A. Latar Masalah ............................................................................................................. 3


B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................................................ 4

Bab II Tinjauan Pustaka .......................................................................................................... 7

A. Konsep Tumbuh Kembang ......................................................................................... 4


1. Pengertian Tumbuh Kembang ............................................................................ 5
2. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ................................................... 7
3. Faktor yang Mempengaruhi pertumbuhan dan Perkembangan Anak ................ 7
4. Aspek Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak .................................................. 10

B. Konsep Hospitalisasi................................................................................................... 10

C. Konsep Teori Asma Bronchial.................................................................................... 12


1. Pengertian ............................................................................................................ 12
2. Anatomi dan Fisiologi ....................................................................................... 13
3. Etiologi ............................................................................................................... 15
4. Patofisiologi ........................................................................................................ 15
5. Manifestasi Klinis ............................................................................................... 16
6. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................................... 16
7. Penatalaksanaan................................................................................................... 17
8. Komplikasi ................................................................................................................... 17

D. Asuhan Keperawatan Asma Bronchial ....................................................................... 19


1. Pengkajian ........................................................................................................... 19
2. Diagnosa Keperawatan ........................................................................................ 21
3. Intervensi ............................................................................................................. 22

Bab V Penutup ........................................................................................................................ 28

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 28

Asuhan Komprehensif II 1
Asma Bronchial

B. Saran ........................................................................................................................... 28

Daftar Pustaka ......................................................................................................................... 29

Asuhan Komprehensif II 2
Asma Bronchial

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Masalah
Anak merupakan titipan Allah SWT yang wajib dilindungi dan dijaga kehormatan, martabat
dan harga dirinya secara wajar, baik secara hukum, ekonomi, politik, sosial maupun budaya
tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan. Anak merupakan generasi bangsa yang
harus dijamin hak hidupnya agar bisa tumbuh dan berkembang sesuai kodratnya. Oleh
karenanya, anak harus dijaga dan dirawat dengan baik, karena anak merupakan anugerah dan
perhiasan kehidupan fana ini sekaligus pelengkap kebahagiaan dalam Keluarga sebagaimana
Hadist Rasulullah SAW “Muliakanlah anak-anakmu dan baguskanlah pendidikan
mereka”(HR. Bukhori dan Muslim)

Menurut WHO sebanyak 100 hingga 150 juta penduduk dunia adalah penyandang asma.
Jumlah ini terus bertambah sebanyak 180.000 orang setiap tahunnya. Dari tahun ke tahun
prevalensi penderita asma semakin meningkat. Di Indonesia, penelitian pada anak sekolah
usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and
Allergy in Children) tahun 1995 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, dan meningkat
tahun 2003 menjadi dua kali lipat lebih yakni 5,2%. Kenaikan prevalensi di Inggris dan di
Australia mencapai 20-30%. National Heart, Lung and Blood Institute melaporkan bahwa
asma diderita oleh 20 juta penduduk amerika.

Asma terbukti menurunkan kualitas hidup penderitanya. Dalam salah satu laporan di Journal
of Allergy and Clinical Immunology tahun 2003 dinyatakan bahwa dari 3.207 kasus yang
diteliti, 44-51% mengalami batuk malam dalam sebulan terakhir. Bahkan 28,3% penderita
mengaku terganggu tidurnya paling tidak sekali dalam seminggu. Penderita yang mengaku
mengalami keterbatasan dalam berekreasi atau olahraga sebanyak 52,7%, aktivitas sosial
38%, aktivitas fisik 44,1%, cara hidup 37,1%, pemilihan karier 37,9%, dan pekerjaan rumah
tangga 32,6%. Absen dari sekolah maupun pekerjaan dalam 12 bulan terakhir dialami oleh
36,5% anak dan 26,5% orang dewasa. Selain itu, total biaya pengobatan untuk asma di USA
sekitar 10 milyar dollar per tahun dengan pengeluaran terbesar untuk ruang emergensi dan
perawatan di rumah sakit. Oleh karena itu, terapi efektif untuk penderita asma berat sangat
dibutuhkan (http://myhealing.files.wordpress.com/2008/02/asthma.htm).

Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan pola
hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat

Asuhan Komprehensif II 3
Asma Bronchial

yang ada di dalam makanan. Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di
masyarakat adalah penyakit asma. (Medlinux, 2008)

B. Rumusan Masalah
1. Konsep Teori Asma Bronchial
2. Konsep Teori Tumbuh Kembang
3. Konsep Hospitalisasi
4. Asuhan Keperawatan Teori Pada Pasien Asma Bronchial

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dalam melakukan asuhan keperawatan Asma Bronchial.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan meliputi:
a. Pengkajian pada klien dengan Asma Bronchial.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Asma Bronchial.
c. Membuat rencana keparawatan pada klien dengan Asma Bronchial.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Asma Bronchial.
e. Mengevaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan Asma Bronchial.

Asuhan Komprehensif II 4
Asma Bronchial

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tumbuh Kembang Anak


1. Pengertian Tumbuh Kembang
Secara alamiah, setiap individu hidup akan melalui tahap pertumbuhan dan
perkembangan, yaitu sejak embrio sampai akhir hayatnya mengalami perubahan ke arah
peningkatan baik secara ukuran maupun secara perkembangan. Istilah tumbuh kembang
mencakup dua peristiwa yang sifatnya saling berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit
dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pengertian mengenai pertumbuhan
dan perkembangan adalah sebagai berikut :

Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel
organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram),
ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium
dan nitrogen tubuh) (Adriana, 2013).

Perkembangan (development) adalah bertambahnya skill (kemampuan) dalam struktur


dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari
sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya (Soetjiningsih, 2012).

Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat berupa perubahan ukuran besar
kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan
dan perkembangan kognitif anak dapat dilihat dari kemampuan secara simbolik maupun
abstrak, seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca, dan lain-lain.

2. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat ditentukan oleh masa atau waktu
kehidupan anak. Menurut Hidayat (2008) secara umum terdiri atas masa prenatal dan
masa postnatal.

Asuhan Komprehensif II 5
Asma Bronchial

a. Masa prenatal
Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus. Pada masa
embrio, pertumbuhan dapat diawali mulai dari konsepsi hingga 8 minggu pertama
yang dapat terjadi perubahan yang cepat dari ovum menjadi suatu organisme dan
terbentuknya manusia. Pada fase fetus terjadi sejak usia 9 minggu hingga kelahiran,
sedangkan minggu ke-12 sampai ke-40 terjadi peningkatan fungsi organ, yaitu
bertambah ukuran panjang dan berat badan terutama pertumbuhan serta
penambahan jaringan subkutan dan jaringan otot.
b. Masa postnatal
Terdiri atas masa neonatus, masa bayi, masa usia prasekolah, masa sekolah, dan
masa remaja.

1) Masa neonatus
Pertumbuhan dan perkembangan post natal setelah lahir diawali dengan masa
neonatus (0-28 hari). Pada masa ini terjadi kehidupan yang baru di dalam
ekstrauteri, yaitu adanya proses adaptasi semua sistem organ tubuh.

2) Masa bayi
Masa bayi dibagi menjadi dua tahap perkembangan. Tahap pertama (antara usia
1-12 bulan): pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini dapat berlangsung
secara terus menerus, khususnya dalam peningkatan sususan saraf. Tahap
kedua (usia 1-2 tahun): kecepatan pertumbuhan pada masa ini mulai menurun
dan terdapat percepatan pada perkembangan motorik.

3) Masa usia prasekolah


Perkembangan pada masa ini dapat berlangsung stabil dan masih terjadi
peningkatan pertumbuhan dan perkembangan, khususnya pada aktivitas fisik
dan kemampuan kognitif. Menurut teori Erikson (dalam Nursalam, 2005), pada
usia prasekolah anak berada pada fase inisiatif vs rasa bersalah (initiative vs
guilty). Pada masa ini, rasa ingin tahu (courius) dan adanya imajinasi anak
berkembang, sehingga anak banyak bertanya mengenai segala sesuatu di
sekelilingnya yang tidak diketahuinya. Apabila orang tua mematikan
inisiatifnya maka hal tersebut membuat anak merasa bersalah. Sedangkan
menurut teori Sigmund Freud, anak berada pada fase phalik, dimana anak
mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki- laki. Anak juga
akan mengidentifikasi figur atau perilaku kedua orang tuanya sehingga
kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang dewasa disekitarnya. Pada
masa usia prasekolah anak mengalami proses perubahan dalam pola makan

Asuhan Komprehensif II 6
Asma Bronchial

dimana pada umunya anak mengalami kesulitan untuk makan. Proses eliminasi
pada anak sudah menunjukkan proses kemandirian dan perkembangan kognitif
sudah mulai menunjukkan perkembangan, anak sudah mempersiapkan diri
untuk memasuki sekolah (Hidayat, 2008).

4) Masa sekolah
Perkembangan masa sekolah ini lebih cepat dalam kemampuan fisik dan
kognitif dibandingkan dengan masa usia prasekolah.

5) Masa remaja
Pada tahap perkembangan remaja terjadi perbedaan pada perempuan dan laki-
laki. Pada umumnya wanita 2 tahun lebih cepat untuk masuk ke dalam tahap
remaja/pubertas dibandingkan dengan anak laki-laki dan perkembangan ini
ditunjukkan pada perkembangan pubertas.

3. Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak menurut Adriana,
2013 adalah :
a. Faktor internal
Berikut ini adalah faktor-faktor internal yang berpengaruh pada tumbuh kembang
anak, yaitu
1) Ras/etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika tidak memiliki faktor herediter
ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
2) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,
gemuk, atau kurus.
3) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama
kehidupan, dan pada masa remaja.
4) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-
laki. Akan tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki
akan lebih cepat.
5) Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang
akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh

Asuhan Komprehensif II 7
Asma Bronchial

pada tumbuh kembang anak, contohnya seperti kerdil.


6) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti
pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s.

b. Faktor eksternal
Berikut ini adalah faktor-faktor eksternal yang berpengaruh pada tumbuh kembang
anak
1) Faktor prenatal
a) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester akhir kehamilan akan
memengaruhi pertumbuhan janin.
b) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti
club foot.
c) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin atau Thalidomid dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
d) Endokrin\
Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, dan
hyperplasia adrenal.
e) Radiasi
Paparan radiasi dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada
janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan deformitas
anggota gerak, kelainan kongenital mata, serta kelainan jantung.
f) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,
Rubella, Citomegali virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan
pada janin seperti katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental, dan
kelainan jantung kongenital.
g) Kelainan imunologi
Eritoblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara
janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah merah
janin, kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin
dan akan menyebabkan hemolysis yang selanjutnya mengakibatkan

Asuhan Komprehensif II 8
Asma Bronchial

hiperbilirubinemia dan kerniktus yang akan menyebabkan kerusakan


jaringan otak.
h) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
i) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan serta perlakuan salah atau kekerasan
mental pada ibu hamil dan lain-lain.

2) Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak

3) Faktor pasca persalinan


a) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
b) Penyakit kronis atau kelainan kongenital
Tuberculosis, anemia, dan kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan jasmani.
c) Lingkungan fisik dan kimia
Lingkungan yang sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup
berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi
lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar
radioaktif dan zat kimia tertentu (Pb, Merkuri, rokok, dan lain-lain)
mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
d) Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan,
akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangan.
e) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid, akan menyebabkan
anak mengalami hambatan pertumbuhan.
f) Sosioekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan serta kesehatan
lingkungan yang jelek dan tidaktahuan, hal tesebut menghambat

Asuhan Komprehensif II 9
Asma Bronchial

pertumbuhan anak.
g) Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat memengaruhi
tumbuh kembang anak.
h) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi, khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan mainan, sosialisasi anak, serta keterlibatan
ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
i) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka panjang akan menghambat pertumbuhan,
demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan
saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.

4. Aspek Pertumbuhan dan perkembangan Anak


Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009) menyebutkan aspek-aspek
perkembangan yang dapat dipantau meliputi gerak kasar, gerak halus, kemampuan bicara
dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian.
a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar, seperti
duduk, berdiri, dan sebagainya.
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan
dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti
mengamati sesuatu, menjimpit, menulis dan sebagainya.
c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti
perintah dan sebagainya.
d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah
dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya,
dan sebagainya.

B. Konsep Hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan perawatan yang adekuat untuk
mencapai kesehatan yang optimal pada individu yang mengalami sakit. Namun di sisi lain,
kondisi sakit dan dirawat di rumah sakit akan menimbulkan stres, baik pada anak itu sendiri

Asuhan Komprehensif II 10
Asma Bronchial

maupun keluarganya. Penyakit dan hospitalisasi seringkali menjadi krisis pertama yang harus
dihadapi anak, terutama pada anak-anak yang lebih kecil. Hal tersebut terjadi karena stres
akibat perubahan dari keadaan sehat dan rutinitas lingkungan, serta anak memiliki jumlah
mekanisme koping yang terbatas untuk menyelesaikan kejadian-kejadian yang dapat
menimbulkan stres. Stresor utama dari hospitalisasi antara lain adalah perpisahan, kehilangan
kendali, cedera tubuh dan nyeri. Reaksi anak terhadap krisis tersebut dipengaruhi oleh usia
perkembangan, pengalaman sebelumnya dengan penyakit, perpisahan atau hospitalisasi,
keterampilan koping yang dimiliki, keparahan diagnosis dan sistem pendukung yang ada
(Hockenberry & Wilson, 2009)

Stres utama dari masa bayi pertengahan sampai usia prasekolah adalah kecemasan akibat
perpisahan atau lebih dikenal dengan istilah depresi anaklitik. Perilaku utama sebagai respons
terhadap stresor dibagi dalam tiga fase yaitu fase protes dimana anak bereaksi secara agresif
terhadap perpisahan dengan orang tua. Mereka menangis dan berteriak memanggil orang tua
mereka, menolak perhatian dari orang lain, dan sulit untuk ditenangkan.

Fase yang ke dua adalah fase putus asa, respon yang tampak pada fase ini adalah tangisan
mulai berhenti dan muncul depresi. Anak tersebut menjadi kurang begitu aktif, tidak
tertarik untuk bermain, menolak makanan dan menarik diri dari orang lain. Tahap ketiga
adalah pelepasan, disebut juga penyangkalan. Pada tahap ini, superfisial tampak bahwa anak
akhirnya menyesuaikan diri terhadap kehilangan. Anak tersebut lebih tertarik pada
lingkungan sekitar, bermain dengan orang lain, dan tampak membentuk hubungan baru. Akan
tetapi, perilaku ini merupakan hasil dari kepasrahan dan bukan merupakan tanda-tanda
kesenangan. Anak memisahkan diri dari orang tua sebagai upaya menghilangkan nyeri
emosional karena menginginkan kehadiran orang tua dan mengatasinya dengan membentuk
hubungan yang dangkal dengan orang lain, menjadi makin berpusat pada diri sendiri, dan
semakin berhubungan dengan objek materi. Tahap ini merupakan tahap yang paling serius
karena pemutarbalikan reaksi yang merugikan cenderung terjadi setelah sikap memisahkan
diri tersebut dilakukan. Akan tetapi, situasi perpisahan sementara akibat hospitalisasi tidak
menyebabkan anak masuk ke tahap pelepasan, sehingga anak dapat beradaptasi dengan baik
dan efek sakit yang permanen juga jarang terjadi.

Peran perawat dalam meminimalkan stres akibat hospitalisasi pada anak dan keluarga
sangat penting. Perawat perlu memberikan dukungan bagi anak dan keluarga sebelum, selama
dan setelah hospitalisasi untuk meminimalkan stres akibat hospitalisasi. Selama persiapan
hospitalisasi, anak dan keluarga diperkenalkan pada ruang rawat. Selama hospitalisasi,

Asuhan Komprehensif II 11
Asma Bronchial

perawat bekerjasama dengan orangtua untuk mengguanakan berbagai cara dalam peningkatan
koping dan adaptasi, atau persiapan anak apabila memerlukan tindakan ataupun
pembedahan. Perawat berperan sebagai perantara apabila anak membutuhkan
pengembangan ataupun pendidikan terutama apabila anak dirawat dalam jangka waktu
yang lama. Perawat juga bekerjasama dengan keluarga untuk mempersiapkan perawatan anak
selama di rumah atau apabila perlu penanganan lanjut di fasilitas rehabilitasi (Hockenberry &
Wilson, 2009).

C. Konsep Teori Asma Bronchial


1. Pengertian
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami
radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor risiko
tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi
bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)

Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul
disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5
tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011)

Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trachea dan
bronkhus terhadap berbagai rangsangandengan manifestasi adanya penyempitan jalan
nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil
dari pengobatan

Asuhan Komprehensif II 12
Asma Bronchial

2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan

a. Anatomi
1) Hidung
Merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2 lubang, dipisahkan oleh
sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berfungsi untuk menyaring
dan menghangatkan udara
2) Tekak (faring)
Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, terdapat di dasar
tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
Terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.
3) Laring (pangkal tenggorok)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di
depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam
trakea di bawahnya.
4) Trakea (batang tenggorok)
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari
tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam
diliputi oleh sel bersilia yang berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing
yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Percabangan trakea menjadi
bronkus kiri dan kanan disebut karina.

Asuhan Komprehensif II 13
Asma Bronchial

5) Bronkus (cabang tenggorokan)


Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah pada ketinggian vertebra
torakalis IV dan V.
6) Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-
gelembung hawa (alveoli). Alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika
dibentangkan luas permukaannya  90 meter persegi, pada lapisan inilah terjadi
pertukaran udara.

b. Fisiologi
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara yang mengandung oksigen
dan menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi
keluar dari tubuh. Adapun guna dari pernafasan yaitu mengambil O2 yang dibawa
oleh darah ke seluruh tubuh untuk pembakaran, mengeluarkan CO2 sebagai sisa dari
pembakaran yang dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang, menghangatkan dan
melembabkan udara. Pada dasarnya sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian
saluran udara yang menghangatkan udara luar agar bersentuhan dengan membran
kapiler alveoli. Terdapat beberapa mekanisme yang berperan memasukkan udara ke
dalam paru-paru sehingga pertukaran gas dapat berlangsung. Fungsi mekanis
pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru disebut sebagai ventilasi atau
bernapas. Kemudian adanya pemindahan O2 dan CO2 yang melintasi membran
alveolus-kapiler yang disebut dengan difusi sedangkan pemindahan oksigen dan
karbondioksida antara kapiler-kapiler dan sel-sel tubuh yang disebut dengan perfusi
atau pernapasan internal.

Proses pernafasan :Proses bernafas terdiri dari menarik dan mengeluarkan nafas. Satu
kali bernafas adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi. Bernafas diatur oleh
otot-otot pernafasan yang terletak pada sumsum penyambung (medulla oblongata).
Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah dapat rangsangan dari nervus prenikus
lalu mengkerut datar. Ekspirasi terjadi pada saat otot-otot mengendor dan rongga dada
mengecil. Proses pernafasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara
rongga pleura dan paru-paru. Proses fisiologis pernafasan dimana oksigen
dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-jaringan dan karbondioksida dikeluarkan ke
udara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah ventilasi,
yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke luar paru-paru. Stadium kedua
adalah transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antara

Asuhan Komprehensif II 14
Asma Bronchial

alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik dengan
sel-sel jaringan, distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan penyesuaiannya
dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus dan reaksi kimia, fisik dari oksigen
dan karbondioksida dengan darah. Stadium akhir yaitu respirasi sel dimana metabolit
dioksida untuk mendapatkan energi dan karbon dioksida yang terbentuk sebagai
sampah proses metabolisme sel akan dikeluarkan oleh paru-paru

3. Etiologi
Faktor yang berperan dalam mekanisme terjadinya asma, seperti faktor biokimia,
imunologi, infeksi, endokrin dan psikologis (Williams, 2006). Faktor lain adalah udara
dingin, latihan (olahraga), asap rokok, asap industri, alergi dan inhalasi larutan hipertonis
dapat berperan sebagai pencetus serangan asma (Speer, 2007).

Menurut Yayasan Penyantun Anak Asma Indonesia, asma pada anak biasanya
disebabkan karena anak terpapar dengan faktor pencetus yang dapat berupa, lingkungan
rumah (debu rumah, asap rokok, kapuk, bulu binatang), makanan (es, permen, coklat,
kacang tanah, gorengan, snack gurih yang mengandung vetsin) dan faktor lain seperti flu
(infeksi saluran napas akut), aktivitas fisik berlebihan, kelelahan atau perubahan cuaca.

4. Patofisiologi
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain alergen,
virus, dan iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut. Asma dapat terjadi
melalui 2 jalur, yaitu jalur imunologis dan saraf otonom. Jalur imunologis
didominasi oleh antibodi IgE, merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I (tipe alergi),
terdiri dari fase cepat dan fase lambat. Reaksi alergi timbul pada orang dengan
kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibodi IgE abnormal dalam jumlah besar,
golongan ini disebut atopi. Pada asma alergi, antibodi IgE terutama melekat pada
permukaan sel mast pada interstisial paru, yang berhubungan erat dengan bronkiolus dan
bronkus kecil. Bila seseorang menghirup alergen, terjadi fase sensitisasi, antibodi IgE
orang tersebut meningkat. Alergen kemudian berikatan dengan antibodi IgE yang
melekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini berdegranulasi mengeluarkan berbagai
macam mediator. Beberapa mediator yang dikeluarkan adalah histamin, leukotrien,
faktor kemotaktik eosinofil dan bradikinin. Hal itu akan menimbulkan efek edema lokal
pada dinding bronkiolus kecil, sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkiolus, dan
spasme otot polos bronkiolus, sehingga menyebabkan inflamasi saluran napas. Pada
reaksi alergi fase cepat, obstruksi saluran napas terjadi segera yaitu 10-15 menit setelah

Asuhan Komprehensif II 15
Asma Bronchial

pajanan alergen. Spasme bronkus yang terjadi merupakan respons terhadap


mediator sel mast terutama histamin yang bekerja langsung pada otot polos
bronkus. Pada fase lambat, reaksi terjadi setelah 6-8 jam pajanan allergen dan bertahan
selama 16-24 jam, bahkan kadang-kadang sampai beberapa minggu. Sel-sel inflamasi
seperti eosinofil, sel T, sel mast dan Antigen Presenting Cell (APC) merupakan sel-sel
kunci dalam patogenesis asma (Rengganis, 2008)

Pada jalur saraf otonom, inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast
intralumen, makrofag alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran
napas. Peregangan vagal menyebabkan refleks bronkus, sedangkan mediator
inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan makrofag akan membuat epitel jalan napas
lebih permeabel dan memudahkan alergen masuk ke dalam submukosa, sehingga
meningkatkan reaksi yang terjadi. Kerusakan epitel bronkus oleh mediator yang
dilepaskan pada beberapa keadaan reaksi asma dapat terjadi tanpa melibatkan sel mast
misalnya pada hiperventilasi, inhalasi udara dingin, asap, kabut dan SO2. Pada keadaan
tersebut reaksi asma terjadi melalui refleks saraf. Ujung saraf eferen vagal mukosa
yang terangsa menyebabkan dilepasnya neuropeptid sensorik senyawa P,
neurokinin A dan Calcitonin Gene-Related Peptide (CGRP). Neuropeptida itulah
yang menyebabkan terjadinya bronkokonstriksi, edema bronkus, eksudasi
plasma, hipersekresi lendir, dan aktivasi sel-sel inflamasi (Rengganis, 2008).

Hipereaktivitas bronkus merupakan ciri khas asma, besarnya hipereaktivitas bronkus


tersebut dapat diukur secara tidak langsung, yang merupakan parameter objektif
beratnya hipereaktivitas bronkus. Berbagai cara digunakan untuk mengukur
hipereaktivitas bronkus tersebut, antara lain dengan uji provokasi beban kerja, inhalasi
udara dingin, inhalasi antigen, maupun inhalasi zat nonspesifik (Rengganis, 2008).

5. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain mengi/wheezing, sesak nafas,
dada terasa tertekan atau sesak, batuk, pilek, nyeri dada, nadi meningkat, retraksi otot
dada, nafas cuping hidung, takipnea, kelelahan, lemah, anoreksia, sianosis dan gelisah.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
1) Foto thorak

Asuhan Komprehensif II 16
Asma Bronchial

Pada foto thorak akan tampak corakan paru yang meningkat, hiperinflasi terdapat
pada serangan akut dan pada asma kronik, atelektasis juga ditemukan pada anak-
anak  6 tahun.
2) Foto sinus paranasalis
Diperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat adanya sinusitis.
b. Pemeriksaan darah
Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung, bila tidak
eosinofilia kemungkinan bukan asma .
c. Uji faal paru
Dilakukan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil provokasi bronkus,
menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit. Alat yang digunakan
untuk uji faal paru adalah peak flow meter, caranya anak disuruh meniup flow meter
beberapa kali (sebelumnya menarik nafas dalam melalui mulut kemudian
menghebuskan dengan kuat).
d. Uji kulit alergi dan imunologi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk. Alergen yang digunakan
adalah alergen yang banyak didapat di daerahnya.

7. Penatalaksanaan Medis

Terapi medikasi terbagi menjadi dua yaitu terapi farmakologi dan terapi non
farmakologi. Terapi farmakologi yang digunakan dalam mengobati penyakit asma
terdapat lima kategori yaitu agonis beta, metilsantin, antikolinergik, kortikosteroid dan
inhibitor sel mast (Brunner, 2004). Bila anak terserang asma maka segera gunakan
bronkhodilator dengan cara yang tepat dan dosis yang tepat untuk menghindari terjadinya
kegawatan. Pengobatan asma dapat diberikan dalam bentuk inhalasi, obat oral dan
penyuntikan intravena. Pada anak di bawah usia lima tahun penggunaan obat asma
biasanya dilakukan melalui inhalasi atau nebulizer. Lama kerja obat-obat asma berkisar
antara 4-6 jam setelah penggunaan dengan tingkat keefektivitasannya antara 70-90%
(Ilmu Kesehatan Anak, 1993). Terapi non farmakologi adalah terapi yang diberikan
dalam rangka membantu pengobatan farmakologi tanpa menimbulkan efek samping.
Terapi non farmakologi yang sering digunakan pada pasien anak asma dirumah sakit
yaitu terapi oksigen, nebulizer, fisioterapi dada dan latihan napas dalam (Hockenberry,
2004).

Asuhan Komprehensif II 17
Asma Bronchial

8. Komplikasi
Menurut Pudiastuti (2011), penderita asma sering mengalami komplikasi dengan
sejumlah penyakit sebagai berikut :
a. Bronkitis kronis
b. Gangguan pertumbuhan fisik, yang sering dijumpai pada anak penderita sesak
beruntun.
c. Enfisema paru dan cor pulmonate, lama-lama beberapa gelembung paru akan
membesar.
d. Infeksi akut saluran pernapasan

Asuhan Komprehensif II 18
Asma Bronchial

D. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Asma Bronchial


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan
sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
a. Data Demografis
Identitas Klien :Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.
register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Klien mengeluh sesak nafas, batuk
c. Riwayat penyakit Sekarang
Keluarga mungkin mendeskripsikan seperti , batuk, pilek, nafsu makan menurun,
lemah, kelelahan dan gelisah.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Sekitar 70% dari pasien Asma dilaporkan memiliki keluarga dengan riwayat sama.
e. Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat
f. Pemeriksaan Fisik
diperoleh data mengi/wheezing berulang, ronchi, dada terasa tertekan atau sesak,
pernapasan cepat (takipnea), sianosis, nafas cuping hidung dan retraksi otot dada
g. Pola Fungsi Kesehatan
1) Aktivitas/istirahat
Gejala :Pada klien dengan Asma gejala yang dapat ditimbulkan antara lain
keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari karena sulit berafas, ketidakmampuan untuk
tidur, perlu tidur dalam posisi tinggi, dispnoe pada saat istirahat atau
respon terhadap aktivatas/latihan.
Tanda :Tanda-tandanya antara lain keletahan, gelisah, insomnia,
kelemahan umum/kehilangan massa otot.
2) Sirkulasi

Asuhan Komprehensif II 19
Asma Bronchial

Gejala :Gejala yang ditimbulkan antara lain pembengkakan pada


ekstremitas bawah.
Tanda :Tanda-tandanya antara lain peningkatan TD, peningakatan
frekuensi jantung/takikardi berat,disritmia,distensi vena leher,odema
dependan,tidak berhubungan dangan penyakit jantung, bunnyi
jantung redup (berkaitan dengan peningkatan diameter AP dada),
warna kulit/membran mukosa normal/abu-abu(sianosis), kaku
tubuh,sianosis perifer,pucat dapat menunjukkan anemia.

3) Makanan/cairan
Gejala :mual,muntah,nafsu makan buruk/anoreksia,kemampuan untuk
makan menurun karena distress pernafasan, penurunan BB menetap
(emfisema), peningkatan BB menunjukan edema(bronkitis).
Tanda :turgor kulit buruk, adema dependen, berkeringat.

4) Pernafasan
Gejala :nafas pendek,dispnoe, dada terasa tertekan,sesak nafas
berulang,riwayat pneumonia berulang,terpajan polusi atau
debu/asap, faktor keluarga/keturunan.
Tanda :pernafasan cepat/lambat, penggunaan otot bantu pernafasan, nafas
bibir, barrel chest, gerakan diafragma minimal, bunyi nafas redup
dengan ekspirasi mengi, crackles atau ronchi, hiperesonan atau
pekak pada paru, sianosis bibir dan pada dasar kuku.

5) Higiene
Gejala : Penurunan kemampuan beraktivitas,
Tanda : kebersihan buruk, bau badan.

6) Keamanan
Gejala :riwayat reaksi alergi / sensitif terhadap zat/faktor lingkungan, adanya
infeksi, kemerahan/berkeringat

Asuhan Komprehensif II 20
Asma Bronchial

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual/potensial terhadap
masalah kesehatan/proses kehidupan. Dari pengkajian yang dilakukan maka didapatkan
diagnosa keperawatan yang muncul seperti :
a. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum/sekret.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kemmpuan bernafas
c. Kerusakan pertukaran gas berubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplay dan kebutuhan oksigen.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap anoreksia akibat rasa dan bau sputum
f. Ansietas orang tua berhubungan dengan perubahan status kesehatan, kurangnya
informasi.

Asuhan Komprehensif II 21
Asma Bronchial

3. Intervensi Keperawatan

No. Rencana Keperawatan


Dx Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 Setelah dilakukan 1. Ukur vital sign setiap 6 jam 1. Penurunan keadaan umum dan
tindakan perubahan vital sign
Keperawatan selama merupakan indikasi derajat
1x24 jam diharapkan keparahan dan status
bersihan jalan nafas kesehatan pasien.
efektif dengan
2. Observasi keadaan umum 2. Mengetahui efektivitas
Kriteria Hasil :
pasien perawatan dan perkembangan
Mempertahankan pasien
jalan nafas paten
3. Takipnea, pernafasan dangkal
dengan bunyi nafas 3. Kaji frekuensi/ kedalaman
dan gerakan dada tidak
bersih/jelas pernafasan dan gerakan dada
simetris, sering terjadi karena
Menunjukkan ketidaknyamanan gerakan
perilaku untuk dada dan/atau cairan paru.
memperbaiki 4. Auskultasi area paru, bunyi
4. Bunyi nafas bronkial (normal
bersihan jalan nafas, misal krekel, mengi dan
pada bronkus) dapat juga
nafas mis : batuk ronchi
terjadi pada area konsolidasi,
efektif dan
krekel, mengi dan ronchi
mengeluarkan
terdengar pada inspirasi atau
sekret
ekspirasi pada respon bertahap
pengumpulan cairan, sekret
kental dan spasme jalan
nafas/obstruksi.

5. Ajarkan pasien latihan nafas 5. Nafas dalam memudahkan


dalam dan batuk efektif ekspansi maksimum paru-paru
atau jalan nafas lebih kecil.
Batuk adalah mekanisme

Asuhan Komprehensif II 22
Asma Bronchial

pembersihan jalan nafas alami,


membantu silia untuk
mempertahankan jalan nafas
pasien.
6. hangat dapat memobilisasi dan
6. anjurkan banyak minum air mengeluarkan sekret.
hangat 7. Memungkinkan upaya napas
7. Beri posisi yang nyaman (semi lebih dalam dan lebih kuat
fowler/fowler) serta menurunkan
ketidaknyamanan dada.
8. Bronkodilator untuk
8. Delegatif dalam pemberian menurunkan spasme
bronkodilator, kortikosteroid, bronkus/melebarkan bronkus
ekspktoran dan antibiotik dengan memobilisasi sekret.
Kortikosteroid yaitu anti
inflamasi mencegah reaksi
alergi, menghambat
pengeluaran histamine.
Ekspektoran memudahkan
pengenceran dahak, Antibiotik
diindikasikan untuk
mengontrol infeksi
pernafasan.

2 Setelah dilakukan 1. Monitor frekuensi, irama dan 1. dispnea dan terjadi


tindakan
kedalaman pernafasan peningkatan kerja nafas,
Keperawatan selama
kedalaman pernafasan
1x24 jam
diharapkan pola bervariasai
nafas kembali efektif 2. Tinggikan kepala dan bantu 2. duduk tinggi memungkinkan
dengan
mengubah posisi

Asuhan Komprehensif II 23
Asma Bronchial

Kriteria Hasil : ekspansi paru dan

 Dada tidak ada memudahkan pernafasan

gangguan 3. menegtahui batuk keribg atau


3. Observasi pola batuk dan

pengembangan basah serta warna dari sekret


karakter sekret

 Pernafasan itu
4. Berikan pasien latihan nafas

menjadi normal 4. dapat meningkatkan sekret di


dalam atau batuk efektif
mana ada gangguan ventilasi
Bayi : 30-40 x/mnt
sitambah ketidaknyamana
Anak : 20-30 x/mnt
bernafas
5. Berikan O2 tambahan
5. memaksimalkan bernafas dan

menurunkan kerja nafas


6. Bantu fisioterapi dada
6. memudahkan upaya bernafas

dalm dan meningkatkan

draenase sekret

1. Observasi keadaan umum dan


vital sign setiap 6 jam
Setelah dilakukan
1. Penurunan keadaan umum
3 tindakan
dan perubahan vital sign
Keperawatan selama
merupakan indikasi derajat
1x24 jam
2. Observasi warna kulit, keparahan dan status
diharapkan
membran mukosa dan kuku kesehatan pasien.
Pertukaran gas
2. Sianosis menunjukkan
efektif dan adekuat
3. Pertahankan istirahat tidur vasokonstriksi, hipoksemia
dengan
sistemik.
Kriteria Hasil :
3. Mencegah terlalu lelah dan
Menunjukkan menurunkan
perbaikan vertilasi kebutuhan/konsumsi oksigen
dan oksigen untuk memudahkan
4. Tinggikan kepala dan sering
jaringan adekuat perbaikan infeksi.
mengubah posisi
dalam rentang 4. Meningkatkan inspirasi
normal dan bebas maksimal, meningkatkan
gejala distres pengeluaran sekret untuk

Asuhan Komprehensif II 24
Asma Bronchial

pernafasan 5. Berikan terapi oksigen sesuai memperbaiki ventilasi


indikasi 5. mepertahankan PaO2
Berpartisipasi
dalam program
M
pengobatan dalam
e
tingkat
m
kemampuan
p
/situasi
e
r
t
a
h
a
n
k
a
n

P
a
O
2

Asuhan Komprehensif II 25
Asma Bronchial

4 setelah di lakukan 1. Kaji tingkat kemampuan pasien 1. Menetapkan


tindakan dalam aktivitas kemampuan/kebutuhan
keperawatan selama pasien dan memudahkan
3x24 jam diharapkan pilihan intervensi.
aktivitas dapat di 2. Jelaskan pentingnya istirahat 2. Menurunkan kebutuhan
tingkatkan dengan dan keseimbangan aktivitas dan metabolik, menghemat
Kriteria Hasil : istirahat energi untuk penyembuhan

Beraktivitas secara
3. Bantu pasien dalam memenuhi 3. Meminimalkan kelelahan
normal
kebutuhannya dan membantu
Mampu melakukan keseimbangan suplay dan
aktivitas sehari hari kebutuhan oksigen.
dengan baik
4. Bantu pasien dalam memilih 4. Pasien mungkin nyaman

posisi yang nyaman untuk dengan kepala tinggi, tidur di

istirahat kursi, atau menunduk ke


depan meja atau bantal

5. Keluarga mampu melakukan


5. Libatkan keluarga dalam
perawatan secara mandiri
pemenuhan kebutuhan pasien

Asuhan Komprehensif II 26
Asma Bronchial

5. setelah di lakukan 1 Timbang berat badan setiap hari 1. Memberikan informasi tentang
tindakan kebutuhan diet
keperawatan selama 2 Beri penjelasan tentang 2. Meningkatkan pematangan
5x24 jam diharapkan pentingnya nutrisi bagi tubuh kebutuhan individu dan
pemenuhan nutrisi pentingnya nutrisi pada proses
adekuat dengan pertumbuhan
Kriteria Hasil : 3. Meningkatkan nafsu makan,
3 Anjurkan memberikan makan
dengan porsi kecil tidak akan
Menunjukan dalam porsi kecil tapi sering
cepat bosan
peningkatan BB
4. Lingkungan yang tenang dan
4 Ciptakan lingkungan yang
Menunjukan nyaman dapat menurunkan
nyaman dan tenang (batasi
prilaku / perubahan stress dan lebih kondusif
pengunjung)
pada hidup untuk untuk makan
meningkatkan dan/ 5 Anjurkan menghidangkan 5. Dengan makanan yang masih
mempertahankan makan dalam keadaan hangat hangat dapat merangsang
berat yang tetap Rasional : Dengan makanan makan dan meningkatkan
yang masih hangat dapat nafsu makan
merangsang makan dan
meningkatkan nafsu makan

6 setelah di lakukan 1. Kaji tingkat pengetahuan orang 1. Untuk mengetahui sejauh


tindakan tua dan kecemasan orang tua mana pengetahuan yang
keperawatan selama dimiliki orang tua dan
1x24 jam diharapkan kebenaran informasi yang
cemas pada orang tua didapat
berkurang dengan 2. Beri penjelasan pada orang tua 2. informasi untuk menambah
Kriteria Hasil : tentang keadaan, pengertian, pengetahuan orang tua.
penyebab, tanda gejala,
Menyatakan
pencegahan dan perawatan
pemahaman
pasien.
kondisi / proses
3. Jelaskan setiap tindakan 3. Agar orang tua mengetahui
penyakit dan
keperawatan yang dilakukan setiap tindakan yang
tindakan.
diberikan.
4. Libatkan orang tua dalam 4. Orang tua lebih kooperatif
Mengidentifikasi
perawatan pasien dalam perawatan
hubungan tanda /

Asuhan Komprehensif II 27
Asma Bronchial

gejala yang ada


dari proses 5. Beri kesempatan pada orang tua 5. Orang tua bisa memperoleh
penyakit dan informasi yang lebih jelas.
untuk bertanya tentang hal-hal
menghubung yang belum diketahui
dengan faktor 6. Membantu orang tua agar
6. Anjurkan orang tua untuk selalu
penyebab. lebih tenang
berdoa
7. Lakukan evaluasi 7. Mengetahui apakah orang
Melakukan
tua sudah benar-benar
perubahan pola
mengerti dengan penjelasan
hidup dan
yang diberikan
berparisipasi dalam
program
pengobatan.

Asuhan Komprehensif II 28
Asma Bronchial

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma adalah suatu penyakit yang ditandai oleh hipersensitivitas cabang trakeobronkial
terhadap berbagai rangasangan yang akan menimbulkan obstruksi jalan nafas dan gejala
pernafasan(mengi dan sesak). Gambaran klinis asma klasik adalah serangan episodik
batuk, mengi. dan sesak napas. Pada awal serangan sering gejala tidak jelas, seperti rasa
berat didada, dan pada asma alergi mungkin disertai pilek atau bersin, Meskipun pada
mulanya batuk tanpa disertai sekret. tetapi pada perkembangan selanjutnya pasien akan
mengeluarkan sekret baik yang mukoid, putih kadang-kadang purulent

B. Saran
1. Bagi mahasiswa untuk lebih menambah wawasan dan pengetahuan agar dapat
melahirkan inovasi-inovasi terbaru dalam pada klien dengan Asma Bronchial Untuk
perawat ruangan agar masalah yang teratasi sebagian dapat melanjutkan intervensi
keperawatan selanjut nya, sehingga klien sembuh guna mencapai keberhasilan
perawatan dan pengobatan.
2. Untuk institusi pendidikan diharapkan dapat melengkapi atau menambah buku-buku
yang berkaitan dengan penentuan kriteria hasil, waktu dan tujuan sehingga mahasiswa
memperoleh kemudahan dalam penyusunan makalah ilmiah.

Asuhan Komprehensif II 29
Asma Bronchial

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. (2009). Asma Bisa Sembuh atau Problem Seumur Hidup. Diperoleh tanggal 29 Juni
2009, dari http://www.medicastore.com/asma/

Black,J.M., dan Hawks,J.H.2009. Medical Surgical Nursing. New York :Elsevier

Hidayat, A. A. (2007). Buku saku praktekum: Keperawatan anak. Jakarta: EGC

Hockenberry, M. E., Wilson, D., Winkelstein, M. L. & Schwartz, P. 2009. Wong`s essential of
th
pediatric nursing. (8 edition). St. Louis: Mosby Elsevier.

Mubarak, W.I & Chayatin, N. 2007. Kebutuhn dasar manusia. EGC. Jakarta

Rengganis, Iris.2008.Diagnosis dan tatalaksana asma Bronchial. Majalah Kedokteran Indonesia:


Jakarta

Riyadi, S. (2009). Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu

Wilkinson, J.M& Ahern N.R.2012.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosa NANDA Intervensi
NIC Kriteria Hasil NOC. Edisi.9. Jakarta: EGC

Asuhan Komprehensif II 30

Vous aimerez peut-être aussi