Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
Hal
B. Konsep Hospitalisasi................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 28
Asuhan Komprehensif II 1
Asma Bronchial
B. Saran ........................................................................................................................... 28
Asuhan Komprehensif II 2
Asma Bronchial
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Masalah
Anak merupakan titipan Allah SWT yang wajib dilindungi dan dijaga kehormatan, martabat
dan harga dirinya secara wajar, baik secara hukum, ekonomi, politik, sosial maupun budaya
tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan. Anak merupakan generasi bangsa yang
harus dijamin hak hidupnya agar bisa tumbuh dan berkembang sesuai kodratnya. Oleh
karenanya, anak harus dijaga dan dirawat dengan baik, karena anak merupakan anugerah dan
perhiasan kehidupan fana ini sekaligus pelengkap kebahagiaan dalam Keluarga sebagaimana
Hadist Rasulullah SAW “Muliakanlah anak-anakmu dan baguskanlah pendidikan
mereka”(HR. Bukhori dan Muslim)
Menurut WHO sebanyak 100 hingga 150 juta penduduk dunia adalah penyandang asma.
Jumlah ini terus bertambah sebanyak 180.000 orang setiap tahunnya. Dari tahun ke tahun
prevalensi penderita asma semakin meningkat. Di Indonesia, penelitian pada anak sekolah
usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and
Allergy in Children) tahun 1995 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, dan meningkat
tahun 2003 menjadi dua kali lipat lebih yakni 5,2%. Kenaikan prevalensi di Inggris dan di
Australia mencapai 20-30%. National Heart, Lung and Blood Institute melaporkan bahwa
asma diderita oleh 20 juta penduduk amerika.
Asma terbukti menurunkan kualitas hidup penderitanya. Dalam salah satu laporan di Journal
of Allergy and Clinical Immunology tahun 2003 dinyatakan bahwa dari 3.207 kasus yang
diteliti, 44-51% mengalami batuk malam dalam sebulan terakhir. Bahkan 28,3% penderita
mengaku terganggu tidurnya paling tidak sekali dalam seminggu. Penderita yang mengaku
mengalami keterbatasan dalam berekreasi atau olahraga sebanyak 52,7%, aktivitas sosial
38%, aktivitas fisik 44,1%, cara hidup 37,1%, pemilihan karier 37,9%, dan pekerjaan rumah
tangga 32,6%. Absen dari sekolah maupun pekerjaan dalam 12 bulan terakhir dialami oleh
36,5% anak dan 26,5% orang dewasa. Selain itu, total biaya pengobatan untuk asma di USA
sekitar 10 milyar dollar per tahun dengan pengeluaran terbesar untuk ruang emergensi dan
perawatan di rumah sakit. Oleh karena itu, terapi efektif untuk penderita asma berat sangat
dibutuhkan (http://myhealing.files.wordpress.com/2008/02/asthma.htm).
Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan pola
hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat
Asuhan Komprehensif II 3
Asma Bronchial
yang ada di dalam makanan. Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di
masyarakat adalah penyakit asma. (Medlinux, 2008)
B. Rumusan Masalah
1. Konsep Teori Asma Bronchial
2. Konsep Teori Tumbuh Kembang
3. Konsep Hospitalisasi
4. Asuhan Keperawatan Teori Pada Pasien Asma Bronchial
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dalam melakukan asuhan keperawatan Asma Bronchial.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan meliputi:
a. Pengkajian pada klien dengan Asma Bronchial.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Asma Bronchial.
c. Membuat rencana keparawatan pada klien dengan Asma Bronchial.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Asma Bronchial.
e. Mengevaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan Asma Bronchial.
Asuhan Komprehensif II 4
Asma Bronchial
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel
organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram),
ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium
dan nitrogen tubuh) (Adriana, 2013).
Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat berupa perubahan ukuran besar
kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan
dan perkembangan kognitif anak dapat dilihat dari kemampuan secara simbolik maupun
abstrak, seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca, dan lain-lain.
Asuhan Komprehensif II 5
Asma Bronchial
a. Masa prenatal
Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus. Pada masa
embrio, pertumbuhan dapat diawali mulai dari konsepsi hingga 8 minggu pertama
yang dapat terjadi perubahan yang cepat dari ovum menjadi suatu organisme dan
terbentuknya manusia. Pada fase fetus terjadi sejak usia 9 minggu hingga kelahiran,
sedangkan minggu ke-12 sampai ke-40 terjadi peningkatan fungsi organ, yaitu
bertambah ukuran panjang dan berat badan terutama pertumbuhan serta
penambahan jaringan subkutan dan jaringan otot.
b. Masa postnatal
Terdiri atas masa neonatus, masa bayi, masa usia prasekolah, masa sekolah, dan
masa remaja.
1) Masa neonatus
Pertumbuhan dan perkembangan post natal setelah lahir diawali dengan masa
neonatus (0-28 hari). Pada masa ini terjadi kehidupan yang baru di dalam
ekstrauteri, yaitu adanya proses adaptasi semua sistem organ tubuh.
2) Masa bayi
Masa bayi dibagi menjadi dua tahap perkembangan. Tahap pertama (antara usia
1-12 bulan): pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini dapat berlangsung
secara terus menerus, khususnya dalam peningkatan sususan saraf. Tahap
kedua (usia 1-2 tahun): kecepatan pertumbuhan pada masa ini mulai menurun
dan terdapat percepatan pada perkembangan motorik.
Asuhan Komprehensif II 6
Asma Bronchial
dimana pada umunya anak mengalami kesulitan untuk makan. Proses eliminasi
pada anak sudah menunjukkan proses kemandirian dan perkembangan kognitif
sudah mulai menunjukkan perkembangan, anak sudah mempersiapkan diri
untuk memasuki sekolah (Hidayat, 2008).
4) Masa sekolah
Perkembangan masa sekolah ini lebih cepat dalam kemampuan fisik dan
kognitif dibandingkan dengan masa usia prasekolah.
5) Masa remaja
Pada tahap perkembangan remaja terjadi perbedaan pada perempuan dan laki-
laki. Pada umumnya wanita 2 tahun lebih cepat untuk masuk ke dalam tahap
remaja/pubertas dibandingkan dengan anak laki-laki dan perkembangan ini
ditunjukkan pada perkembangan pubertas.
Asuhan Komprehensif II 7
Asma Bronchial
b. Faktor eksternal
Berikut ini adalah faktor-faktor eksternal yang berpengaruh pada tumbuh kembang
anak
1) Faktor prenatal
a) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester akhir kehamilan akan
memengaruhi pertumbuhan janin.
b) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti
club foot.
c) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin atau Thalidomid dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
d) Endokrin\
Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, dan
hyperplasia adrenal.
e) Radiasi
Paparan radiasi dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada
janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan deformitas
anggota gerak, kelainan kongenital mata, serta kelainan jantung.
f) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,
Rubella, Citomegali virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan
pada janin seperti katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental, dan
kelainan jantung kongenital.
g) Kelainan imunologi
Eritoblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara
janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah merah
janin, kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin
dan akan menyebabkan hemolysis yang selanjutnya mengakibatkan
Asuhan Komprehensif II 8
Asma Bronchial
2) Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak
Asuhan Komprehensif II 9
Asma Bronchial
pertumbuhan anak.
g) Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat memengaruhi
tumbuh kembang anak.
h) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi, khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan mainan, sosialisasi anak, serta keterlibatan
ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
i) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka panjang akan menghambat pertumbuhan,
demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan
saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.
B. Konsep Hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan perawatan yang adekuat untuk
mencapai kesehatan yang optimal pada individu yang mengalami sakit. Namun di sisi lain,
kondisi sakit dan dirawat di rumah sakit akan menimbulkan stres, baik pada anak itu sendiri
Asuhan Komprehensif II 10
Asma Bronchial
maupun keluarganya. Penyakit dan hospitalisasi seringkali menjadi krisis pertama yang harus
dihadapi anak, terutama pada anak-anak yang lebih kecil. Hal tersebut terjadi karena stres
akibat perubahan dari keadaan sehat dan rutinitas lingkungan, serta anak memiliki jumlah
mekanisme koping yang terbatas untuk menyelesaikan kejadian-kejadian yang dapat
menimbulkan stres. Stresor utama dari hospitalisasi antara lain adalah perpisahan, kehilangan
kendali, cedera tubuh dan nyeri. Reaksi anak terhadap krisis tersebut dipengaruhi oleh usia
perkembangan, pengalaman sebelumnya dengan penyakit, perpisahan atau hospitalisasi,
keterampilan koping yang dimiliki, keparahan diagnosis dan sistem pendukung yang ada
(Hockenberry & Wilson, 2009)
Stres utama dari masa bayi pertengahan sampai usia prasekolah adalah kecemasan akibat
perpisahan atau lebih dikenal dengan istilah depresi anaklitik. Perilaku utama sebagai respons
terhadap stresor dibagi dalam tiga fase yaitu fase protes dimana anak bereaksi secara agresif
terhadap perpisahan dengan orang tua. Mereka menangis dan berteriak memanggil orang tua
mereka, menolak perhatian dari orang lain, dan sulit untuk ditenangkan.
Fase yang ke dua adalah fase putus asa, respon yang tampak pada fase ini adalah tangisan
mulai berhenti dan muncul depresi. Anak tersebut menjadi kurang begitu aktif, tidak
tertarik untuk bermain, menolak makanan dan menarik diri dari orang lain. Tahap ketiga
adalah pelepasan, disebut juga penyangkalan. Pada tahap ini, superfisial tampak bahwa anak
akhirnya menyesuaikan diri terhadap kehilangan. Anak tersebut lebih tertarik pada
lingkungan sekitar, bermain dengan orang lain, dan tampak membentuk hubungan baru. Akan
tetapi, perilaku ini merupakan hasil dari kepasrahan dan bukan merupakan tanda-tanda
kesenangan. Anak memisahkan diri dari orang tua sebagai upaya menghilangkan nyeri
emosional karena menginginkan kehadiran orang tua dan mengatasinya dengan membentuk
hubungan yang dangkal dengan orang lain, menjadi makin berpusat pada diri sendiri, dan
semakin berhubungan dengan objek materi. Tahap ini merupakan tahap yang paling serius
karena pemutarbalikan reaksi yang merugikan cenderung terjadi setelah sikap memisahkan
diri tersebut dilakukan. Akan tetapi, situasi perpisahan sementara akibat hospitalisasi tidak
menyebabkan anak masuk ke tahap pelepasan, sehingga anak dapat beradaptasi dengan baik
dan efek sakit yang permanen juga jarang terjadi.
Peran perawat dalam meminimalkan stres akibat hospitalisasi pada anak dan keluarga
sangat penting. Perawat perlu memberikan dukungan bagi anak dan keluarga sebelum, selama
dan setelah hospitalisasi untuk meminimalkan stres akibat hospitalisasi. Selama persiapan
hospitalisasi, anak dan keluarga diperkenalkan pada ruang rawat. Selama hospitalisasi,
Asuhan Komprehensif II 11
Asma Bronchial
perawat bekerjasama dengan orangtua untuk mengguanakan berbagai cara dalam peningkatan
koping dan adaptasi, atau persiapan anak apabila memerlukan tindakan ataupun
pembedahan. Perawat berperan sebagai perantara apabila anak membutuhkan
pengembangan ataupun pendidikan terutama apabila anak dirawat dalam jangka waktu
yang lama. Perawat juga bekerjasama dengan keluarga untuk mempersiapkan perawatan anak
selama di rumah atau apabila perlu penanganan lanjut di fasilitas rehabilitasi (Hockenberry &
Wilson, 2009).
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul
disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5
tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011)
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trachea dan
bronkhus terhadap berbagai rangsangandengan manifestasi adanya penyempitan jalan
nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil
dari pengobatan
Asuhan Komprehensif II 12
Asma Bronchial
a. Anatomi
1) Hidung
Merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2 lubang, dipisahkan oleh
sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berfungsi untuk menyaring
dan menghangatkan udara
2) Tekak (faring)
Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, terdapat di dasar
tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
Terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.
3) Laring (pangkal tenggorok)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di
depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam
trakea di bawahnya.
4) Trakea (batang tenggorok)
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari
tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam
diliputi oleh sel bersilia yang berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing
yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Percabangan trakea menjadi
bronkus kiri dan kanan disebut karina.
Asuhan Komprehensif II 13
Asma Bronchial
b. Fisiologi
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara yang mengandung oksigen
dan menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi
keluar dari tubuh. Adapun guna dari pernafasan yaitu mengambil O2 yang dibawa
oleh darah ke seluruh tubuh untuk pembakaran, mengeluarkan CO2 sebagai sisa dari
pembakaran yang dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang, menghangatkan dan
melembabkan udara. Pada dasarnya sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian
saluran udara yang menghangatkan udara luar agar bersentuhan dengan membran
kapiler alveoli. Terdapat beberapa mekanisme yang berperan memasukkan udara ke
dalam paru-paru sehingga pertukaran gas dapat berlangsung. Fungsi mekanis
pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru disebut sebagai ventilasi atau
bernapas. Kemudian adanya pemindahan O2 dan CO2 yang melintasi membran
alveolus-kapiler yang disebut dengan difusi sedangkan pemindahan oksigen dan
karbondioksida antara kapiler-kapiler dan sel-sel tubuh yang disebut dengan perfusi
atau pernapasan internal.
Proses pernafasan :Proses bernafas terdiri dari menarik dan mengeluarkan nafas. Satu
kali bernafas adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi. Bernafas diatur oleh
otot-otot pernafasan yang terletak pada sumsum penyambung (medulla oblongata).
Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah dapat rangsangan dari nervus prenikus
lalu mengkerut datar. Ekspirasi terjadi pada saat otot-otot mengendor dan rongga dada
mengecil. Proses pernafasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara
rongga pleura dan paru-paru. Proses fisiologis pernafasan dimana oksigen
dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-jaringan dan karbondioksida dikeluarkan ke
udara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah ventilasi,
yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke luar paru-paru. Stadium kedua
adalah transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antara
Asuhan Komprehensif II 14
Asma Bronchial
alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik dengan
sel-sel jaringan, distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan penyesuaiannya
dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus dan reaksi kimia, fisik dari oksigen
dan karbondioksida dengan darah. Stadium akhir yaitu respirasi sel dimana metabolit
dioksida untuk mendapatkan energi dan karbon dioksida yang terbentuk sebagai
sampah proses metabolisme sel akan dikeluarkan oleh paru-paru
3. Etiologi
Faktor yang berperan dalam mekanisme terjadinya asma, seperti faktor biokimia,
imunologi, infeksi, endokrin dan psikologis (Williams, 2006). Faktor lain adalah udara
dingin, latihan (olahraga), asap rokok, asap industri, alergi dan inhalasi larutan hipertonis
dapat berperan sebagai pencetus serangan asma (Speer, 2007).
Menurut Yayasan Penyantun Anak Asma Indonesia, asma pada anak biasanya
disebabkan karena anak terpapar dengan faktor pencetus yang dapat berupa, lingkungan
rumah (debu rumah, asap rokok, kapuk, bulu binatang), makanan (es, permen, coklat,
kacang tanah, gorengan, snack gurih yang mengandung vetsin) dan faktor lain seperti flu
(infeksi saluran napas akut), aktivitas fisik berlebihan, kelelahan atau perubahan cuaca.
4. Patofisiologi
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain alergen,
virus, dan iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut. Asma dapat terjadi
melalui 2 jalur, yaitu jalur imunologis dan saraf otonom. Jalur imunologis
didominasi oleh antibodi IgE, merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I (tipe alergi),
terdiri dari fase cepat dan fase lambat. Reaksi alergi timbul pada orang dengan
kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibodi IgE abnormal dalam jumlah besar,
golongan ini disebut atopi. Pada asma alergi, antibodi IgE terutama melekat pada
permukaan sel mast pada interstisial paru, yang berhubungan erat dengan bronkiolus dan
bronkus kecil. Bila seseorang menghirup alergen, terjadi fase sensitisasi, antibodi IgE
orang tersebut meningkat. Alergen kemudian berikatan dengan antibodi IgE yang
melekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini berdegranulasi mengeluarkan berbagai
macam mediator. Beberapa mediator yang dikeluarkan adalah histamin, leukotrien,
faktor kemotaktik eosinofil dan bradikinin. Hal itu akan menimbulkan efek edema lokal
pada dinding bronkiolus kecil, sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkiolus, dan
spasme otot polos bronkiolus, sehingga menyebabkan inflamasi saluran napas. Pada
reaksi alergi fase cepat, obstruksi saluran napas terjadi segera yaitu 10-15 menit setelah
Asuhan Komprehensif II 15
Asma Bronchial
Pada jalur saraf otonom, inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast
intralumen, makrofag alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran
napas. Peregangan vagal menyebabkan refleks bronkus, sedangkan mediator
inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan makrofag akan membuat epitel jalan napas
lebih permeabel dan memudahkan alergen masuk ke dalam submukosa, sehingga
meningkatkan reaksi yang terjadi. Kerusakan epitel bronkus oleh mediator yang
dilepaskan pada beberapa keadaan reaksi asma dapat terjadi tanpa melibatkan sel mast
misalnya pada hiperventilasi, inhalasi udara dingin, asap, kabut dan SO2. Pada keadaan
tersebut reaksi asma terjadi melalui refleks saraf. Ujung saraf eferen vagal mukosa
yang terangsa menyebabkan dilepasnya neuropeptid sensorik senyawa P,
neurokinin A dan Calcitonin Gene-Related Peptide (CGRP). Neuropeptida itulah
yang menyebabkan terjadinya bronkokonstriksi, edema bronkus, eksudasi
plasma, hipersekresi lendir, dan aktivasi sel-sel inflamasi (Rengganis, 2008).
5. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain mengi/wheezing, sesak nafas,
dada terasa tertekan atau sesak, batuk, pilek, nyeri dada, nadi meningkat, retraksi otot
dada, nafas cuping hidung, takipnea, kelelahan, lemah, anoreksia, sianosis dan gelisah.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
1) Foto thorak
Asuhan Komprehensif II 16
Asma Bronchial
Pada foto thorak akan tampak corakan paru yang meningkat, hiperinflasi terdapat
pada serangan akut dan pada asma kronik, atelektasis juga ditemukan pada anak-
anak 6 tahun.
2) Foto sinus paranasalis
Diperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat adanya sinusitis.
b. Pemeriksaan darah
Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung, bila tidak
eosinofilia kemungkinan bukan asma .
c. Uji faal paru
Dilakukan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil provokasi bronkus,
menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit. Alat yang digunakan
untuk uji faal paru adalah peak flow meter, caranya anak disuruh meniup flow meter
beberapa kali (sebelumnya menarik nafas dalam melalui mulut kemudian
menghebuskan dengan kuat).
d. Uji kulit alergi dan imunologi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk. Alergen yang digunakan
adalah alergen yang banyak didapat di daerahnya.
7. Penatalaksanaan Medis
Terapi medikasi terbagi menjadi dua yaitu terapi farmakologi dan terapi non
farmakologi. Terapi farmakologi yang digunakan dalam mengobati penyakit asma
terdapat lima kategori yaitu agonis beta, metilsantin, antikolinergik, kortikosteroid dan
inhibitor sel mast (Brunner, 2004). Bila anak terserang asma maka segera gunakan
bronkhodilator dengan cara yang tepat dan dosis yang tepat untuk menghindari terjadinya
kegawatan. Pengobatan asma dapat diberikan dalam bentuk inhalasi, obat oral dan
penyuntikan intravena. Pada anak di bawah usia lima tahun penggunaan obat asma
biasanya dilakukan melalui inhalasi atau nebulizer. Lama kerja obat-obat asma berkisar
antara 4-6 jam setelah penggunaan dengan tingkat keefektivitasannya antara 70-90%
(Ilmu Kesehatan Anak, 1993). Terapi non farmakologi adalah terapi yang diberikan
dalam rangka membantu pengobatan farmakologi tanpa menimbulkan efek samping.
Terapi non farmakologi yang sering digunakan pada pasien anak asma dirumah sakit
yaitu terapi oksigen, nebulizer, fisioterapi dada dan latihan napas dalam (Hockenberry,
2004).
Asuhan Komprehensif II 17
Asma Bronchial
8. Komplikasi
Menurut Pudiastuti (2011), penderita asma sering mengalami komplikasi dengan
sejumlah penyakit sebagai berikut :
a. Bronkitis kronis
b. Gangguan pertumbuhan fisik, yang sering dijumpai pada anak penderita sesak
beruntun.
c. Enfisema paru dan cor pulmonate, lama-lama beberapa gelembung paru akan
membesar.
d. Infeksi akut saluran pernapasan
Asuhan Komprehensif II 18
Asma Bronchial
Asuhan Komprehensif II 19
Asma Bronchial
3) Makanan/cairan
Gejala :mual,muntah,nafsu makan buruk/anoreksia,kemampuan untuk
makan menurun karena distress pernafasan, penurunan BB menetap
(emfisema), peningkatan BB menunjukan edema(bronkitis).
Tanda :turgor kulit buruk, adema dependen, berkeringat.
4) Pernafasan
Gejala :nafas pendek,dispnoe, dada terasa tertekan,sesak nafas
berulang,riwayat pneumonia berulang,terpajan polusi atau
debu/asap, faktor keluarga/keturunan.
Tanda :pernafasan cepat/lambat, penggunaan otot bantu pernafasan, nafas
bibir, barrel chest, gerakan diafragma minimal, bunyi nafas redup
dengan ekspirasi mengi, crackles atau ronchi, hiperesonan atau
pekak pada paru, sianosis bibir dan pada dasar kuku.
5) Higiene
Gejala : Penurunan kemampuan beraktivitas,
Tanda : kebersihan buruk, bau badan.
6) Keamanan
Gejala :riwayat reaksi alergi / sensitif terhadap zat/faktor lingkungan, adanya
infeksi, kemerahan/berkeringat
Asuhan Komprehensif II 20
Asma Bronchial
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual/potensial terhadap
masalah kesehatan/proses kehidupan. Dari pengkajian yang dilakukan maka didapatkan
diagnosa keperawatan yang muncul seperti :
a. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum/sekret.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kemmpuan bernafas
c. Kerusakan pertukaran gas berubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplay dan kebutuhan oksigen.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap anoreksia akibat rasa dan bau sputum
f. Ansietas orang tua berhubungan dengan perubahan status kesehatan, kurangnya
informasi.
Asuhan Komprehensif II 21
Asma Bronchial
3. Intervensi Keperawatan
Asuhan Komprehensif II 22
Asma Bronchial
Asuhan Komprehensif II 23
Asma Bronchial
Pernafasan itu
4. Berikan pasien latihan nafas
draenase sekret
Asuhan Komprehensif II 24
Asma Bronchial
P
a
O
2
Asuhan Komprehensif II 25
Asma Bronchial
Beraktivitas secara
3. Bantu pasien dalam memenuhi 3. Meminimalkan kelelahan
normal
kebutuhannya dan membantu
Mampu melakukan keseimbangan suplay dan
aktivitas sehari hari kebutuhan oksigen.
dengan baik
4. Bantu pasien dalam memilih 4. Pasien mungkin nyaman
Asuhan Komprehensif II 26
Asma Bronchial
5. setelah di lakukan 1 Timbang berat badan setiap hari 1. Memberikan informasi tentang
tindakan kebutuhan diet
keperawatan selama 2 Beri penjelasan tentang 2. Meningkatkan pematangan
5x24 jam diharapkan pentingnya nutrisi bagi tubuh kebutuhan individu dan
pemenuhan nutrisi pentingnya nutrisi pada proses
adekuat dengan pertumbuhan
Kriteria Hasil : 3. Meningkatkan nafsu makan,
3 Anjurkan memberikan makan
dengan porsi kecil tidak akan
Menunjukan dalam porsi kecil tapi sering
cepat bosan
peningkatan BB
4. Lingkungan yang tenang dan
4 Ciptakan lingkungan yang
Menunjukan nyaman dapat menurunkan
nyaman dan tenang (batasi
prilaku / perubahan stress dan lebih kondusif
pengunjung)
pada hidup untuk untuk makan
meningkatkan dan/ 5 Anjurkan menghidangkan 5. Dengan makanan yang masih
mempertahankan makan dalam keadaan hangat hangat dapat merangsang
berat yang tetap Rasional : Dengan makanan makan dan meningkatkan
yang masih hangat dapat nafsu makan
merangsang makan dan
meningkatkan nafsu makan
Asuhan Komprehensif II 27
Asma Bronchial
Asuhan Komprehensif II 28
Asma Bronchial
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma adalah suatu penyakit yang ditandai oleh hipersensitivitas cabang trakeobronkial
terhadap berbagai rangasangan yang akan menimbulkan obstruksi jalan nafas dan gejala
pernafasan(mengi dan sesak). Gambaran klinis asma klasik adalah serangan episodik
batuk, mengi. dan sesak napas. Pada awal serangan sering gejala tidak jelas, seperti rasa
berat didada, dan pada asma alergi mungkin disertai pilek atau bersin, Meskipun pada
mulanya batuk tanpa disertai sekret. tetapi pada perkembangan selanjutnya pasien akan
mengeluarkan sekret baik yang mukoid, putih kadang-kadang purulent
B. Saran
1. Bagi mahasiswa untuk lebih menambah wawasan dan pengetahuan agar dapat
melahirkan inovasi-inovasi terbaru dalam pada klien dengan Asma Bronchial Untuk
perawat ruangan agar masalah yang teratasi sebagian dapat melanjutkan intervensi
keperawatan selanjut nya, sehingga klien sembuh guna mencapai keberhasilan
perawatan dan pengobatan.
2. Untuk institusi pendidikan diharapkan dapat melengkapi atau menambah buku-buku
yang berkaitan dengan penentuan kriteria hasil, waktu dan tujuan sehingga mahasiswa
memperoleh kemudahan dalam penyusunan makalah ilmiah.
Asuhan Komprehensif II 29
Asma Bronchial
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. (2009). Asma Bisa Sembuh atau Problem Seumur Hidup. Diperoleh tanggal 29 Juni
2009, dari http://www.medicastore.com/asma/
Hockenberry, M. E., Wilson, D., Winkelstein, M. L. & Schwartz, P. 2009. Wong`s essential of
th
pediatric nursing. (8 edition). St. Louis: Mosby Elsevier.
Mubarak, W.I & Chayatin, N. 2007. Kebutuhn dasar manusia. EGC. Jakarta
Wilkinson, J.M& Ahern N.R.2012.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosa NANDA Intervensi
NIC Kriteria Hasil NOC. Edisi.9. Jakarta: EGC
Asuhan Komprehensif II 30