Vous êtes sur la page 1sur 17

EKSTRAKSI ALGINAT

Oleh:
Nama : Veghy Nur Salindhry
NIM : B1J013115
Kelompok :3
Rombongan : II
Asisten : Ichsan Dwiputra Sofiadin

LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber alginat potensial terdapat pada makroalga laut coklat. Spesies-spesies


utama antara lain: Ascophyllum, Ecklonia, Durvillaea, Laminaria, Lessonia,
Macrocystis, Sargassum dan Turbinaria. Di daerah yang beriklim dingin spesies
yang terpenting adalah Laminaria, Macrocystis, dan Ascophyllum. Di daerah tropis
marga Sargassum, Turbinaria, dan Hormophysa merupakan spesies utama penghasil
alginat. Penyebaran alga coklat di Indonesia tumbuh menempati hampir di
sepanjang pantai pulau-pulaunya. Makroalga yang umum dijumpai dan tumbuh
melimpah dalah marga Sargophys dijumpai dalam jumlah yang relatif kecil.
Pemanfaatan makroalga coklat masih dalam kalangan terbatas, sedangkan manfaat
pada produk hilirnya telah tersebar seperti produk minuman, kosmetik, tekstil, kertas,
makanan, dan obat-obatan. Alginat merupakan polimer organik yang tersusun oleh 2
unit monomer L asam Guluronat dan D-asam Mannuronat. Polimer bersifat koloid,
membentuk gel, bersifat hidrofilik menyebabkan senyawa alginate dimanfaatkan
sebagai emulsifying agent, thickening agent, dan stabilizing agent (Rasyid, 2009).
Optimalisasi proses ekstraksi sangat penting. Terutama proses hidrolisa asam
karena apabila ekstraksi dilakukan pada suasana asam dan suhu terlalu tinggi
menyebabkan alginat akan mudah terhidrolisis sehingga akan menurunkan rendemen
dan mutu tepung alginat yang didapat. Apabila alginat dapat diekstrakdengan baik
maka dapat menghasilkan nilai tambah pada rumput laut penghasilalginat tersebut
(Winarno, 1996). Kandungan alginat dari rumput laut cokelat sangat bervariasi
tergantung daritingkat kesuburan perairan, musim, bagian dari tanaman yang diekstrak
dan jenisrumput laut. Upaya memproduksi alginat di Indonesia masih belum optimal,
oleh karena itu perlu dilakukan penelitian-penelitian guna meningkatkan kandungan
alginat, diantaranya melalui optimasi ekstraksi alginat (King, 1983).
Indriani dan Sumiarsih (1994), menyatakan bahwa algin banyak
digunakandalam industri:
a. Makanan: pembuatan es krim, serbat, susu es, roti, kue, permen, mentega,saus,
pengalengan daging, selai, sirup dan puding.
b. Farmasi: tablet, salep, kapsul, plaster, filter.
c. Kosmetik: krem, losion, sampo, cat rambut.
d. Tekstil, kertas, keramik, fotografi, insektisida, pestisida, dan bahan pengawet
kayu.
B. Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah mengetahui proses ekstraksi kandungan kimia


rumput laut seperti alginat dan perhitungan rendemennya.
C. Tinjauan Pustaka

Alginat merupakan suatu kopolimer linear yang terdiri dari dua unit
monomerik, yaitu asam D-mannuronat dan asam L-guloronat. Alginat terdapat dalam
semua jenis algae coklat (Phaeophyta) yang merupakan salah satu komponen utama
penyusun dinding sel. Alginat yang ditemukan dalam dinding sel algae coklat tersebut
terdiri atas garam-garam kalsium, magnesium, natrium, dan kalium alginat (Rasyid,
2009). Sifat-sifat fisikokimia seperti viskositas dan rasio monomer penting artinya
dalam pemanfaatan alginat pada berbagai industri misalnya industri makanan,
minuman, kosmetik, cat, tekstil dan pemanfaatan lainnya. Viskositas dan gel strength
merupakan dua karakteristik kunci dalam kualitas alginat. Rasio monomer yang
menyusun alginat juga penting dalam pemanfaatan terutama dalam kaitan sifat
bioaktifnya maupun sifat struktur dari gelnya. Viskositas maupun rasio monomer
alginat juga dipengaruhi oleh spesies, asal dan proses ekstraksi dari alginatnya. Rasio
monomer penyusun alginat berbeda-beda ditentukan oleh spesies alginofit yang
menghasilkannya, dan tempat tumbuh alginofitnya (Rachmat dan Rasyid, 2006).
Beberapa jenis rumput laut yang bermanfaat bagi manusia adalah dari jenis
rumput laut merah dan coklat. Rumput laut coklat mengandung berbagai senyawa
diantaranya adalah agar-agar, karaginan, porpiran, maupun furcelaran. Rumput laut
merah juga terkandung pigmen fikobilin yang terdiri dari fikoeritrin dan fikosianin
yang berfungsi sebagai cadangan makanan berupa karbohidrat (Indriani dan
Sumiarsih, 1994).
Rumput laut coklat memiliki berbagai kegunaan. Senyawa algin yang memiliki
banyak khasiat biologi dan kimiawi seperti dapat digunakan pada pembuatan obat
antibakteri, anti tumor, penurunan tekanan darah dan mengatasi gangguan kelenjar
terdapat pada rumput laut coklat. Rumput laut coklat dikenal sebagai penghasil algin
dan iodin. Dinding sel mengandung asam alginik dan garam alginat. Kandungan
koloid yang paling utama adalah algin. Koloid algin dalam dunia perdagangan disebut
asam alginik. Algin dalam bentuk derivat garam dinamakan garam alginat terdiri dari
sodium alginat, potasium alginat dan amonium alginat. Garam alginat tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam alkali (Kadi, 2004).
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah kompor, panci, pengaduk,
baki, kain saring, dan gelas ukur.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah rumput laut Sargassum
duplicatum, CaCl2 1% 50 mL, HCl 0,5%, Na2CO3 7%, HCl 15%, H2O2 6% 50 mL,
dan akuades 1000 mL.

B. Metode

Proses ekstrasi alginat yaitu:


1. Sargassum duplicatum sebanyak 100 gram ditambahkan CaCl2 1% 50 mL selama
2 jam.
2. Sargassum duplicatum direndam HCl 0,5% 50 mL selama 30 menit
3. Sargassum duplicatum dimasak selama 30 menit dan ditambahkan akuades 1000
mL dan Na2CO3 7%.
4. Sargassum duplicatum disaring dengan kain saring.
5. Ekstrak ditambahkan HCl 15%, dimasak kembali selama 15 menit.
6. Ekstrak ditambahkan H2O2 6% 50mL, dimasak sambil diaduk selama 15 menit.
7. Ekstrak disaring dalam keadaan panas dengan kain saring dan baki.
8. Ekstrak dijemur di bawa sinar matahari sampai kering.
9. Rendemen dihitung
Rumus:

Dihitung (%) = Produk akhir (g) x 100%

Bobot bahan baku (g)


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1 Berat rendemen rombongan II


No. Kelompok Hasil Rendemen
1. 1 0,4
2. 2 0,4
3. 3 0,8
4. 4 0,4
5. 5 0,1
Jumlah 2,1

Perhitungan 3.1 Rendemen Alginat Rombongan II


Rendemen agar (%) = Produk akhir (g) x 100%
Bobot bahan baku (g)
= 2,1 x 100%
100
= 2,1 %

Gambar 3.1. Rumput laut Gambar 3.2. Rumput laut Gambar 3.3. Rumput
50 gr yang telah direndam ditambah aquades 1000 laut NaCO3 7% 50 mL
+ CaCl2 50 mL (2 jam) dan mL dimasak selama 30’
HCl 0,5% 50 mL (30’)
Gambar 3.4. Rumput Gambar 3.5. Rumput laut Gambar 3.6. Rumput laut
laut disaring ditambahkan HCl 15% 50 ditambahkan H2O2 50 mL
mL dan dimasak selama 15’ dan dimasak selama 15’

Gambar 3.7. Rumput Gambar 3.8. Hasil


laut disaring rumput laut yang telah
dijemur
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada praktikum kali ini diperoleh hasil nilai
rendemen alginat adalah 2,1%. Hasil ini tidak sesuai dengan pernyataan dari
Anggadiredja et al., (1996) kisarannya yaitu 8 hingga 32 % tergantung jenis, musim
dan kondisi perairan tempat tumbuhnya Sargassum duplicatum. Kondisi lingkungan
tersebut mempengaruhi laju fotosintesis rumput laut sehingga berpengaruh pada
pertumbuhan rumput laut yang pada akhirnya juga berpengaruh pada alginat yang
dihasilkan. Hal ini ditegaskan oleh Soviyeti (1990), yang menyatakan bahwa
pertumbuhan rumput laut ditentukan oleh tempat tumbuhnya. Laju pertumbuhan,
fotosintesis dan respirasi pada rumput laut cenderung berkorelasi dengan suhu, cahaya,
pH dan nutrien tempat tumbuhnya. Suhu berpengaruh terhadap hasil rendemen alginat.
Warna coklat senyawa alginat yang dihasilkan oleh Sargasum duplicatum. Hal ini
sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Murtini et al. (2000), bahwa tanpa
perlakuan pemberian pemucatan terhadap ekstraksi natrium alginat, tidak akan
diperoleh natrium alginat yang sesuai dengan standar Food Chemical Codex (FCC).
Rendemen merupakan salah satu parameter penting dalam menilai efektif
tidaknya proses pembuatan tepung karaginan. Efektif dan efisiennya proses ekstraksi
bahan baku untuk pembuatan tepung karaginan dapat dilihat dari nilai rendemen yang
dihasilkan. Perhitungan rendemen dilakukan untuk mengetahui persentase karaginan
yang dihasilkan dari rumput laut kering yang digunakan berdasarkan umur panen,
konsentrasi KOH dan lama ekstraksi (Sadhori, 1986). Rendemen alginat dipengaruhi
oleh beberapa faktor lainnya seperti spesies, iklim, metode ekstraksi, waktu
pemanenan, dan lokasi budidaya (Kadi, 2004). Menurut Sadhori (1986), faktor-faktor
fisika yang mempegaruhi sifat-sifat larutan alginat adalah suhu, konsentrasi dan
ukuran polimer. Karakeristik fisik garam alginat yaitu berupa tepung atau serat,
berwarna putih sampai dengan kekuningan, hampir tidak berbau, dan berasa,
sedangkan faktor-faktor kimia yang berpengaruh adalah pH dan adanya pengikat
logam, serta garam monovalen dan kation polivalen.
Menurut Atmadja et al. (1996), klasifikasi dari Sargassum duplicatum adalah:
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Famili : Sargassaceae
Genus : Sargassum
Species : Sargassum duplicatum
Sargassum duplicatum yang merupakan salah satu jenis dari kelas
Phaeophyceae. Rumput laut S. duplicatum tumbuh berumpun dengan panjang thalli
mencapai 1–3 m yang dilengkapi gelembung udara yang disebut “bladder” berguna
untuk menopang cabang thalli ke arah permukaan air untuk mendapatkan intensitas
cahaya matahari. Warna dari S. Duplicatum adalah coklat tua atau coklat muda dengan
tinggi rumpun mencapai 60 cm dan tipe dari S. duplicatum dapat dikenal dari
morfologi daunnya yang berbentuk seperti cangkir dan gelembung sebagai perekat.
Rumput laut S. duplicatum dikenal sebagai penghasil alginat. Alginat berperan sebagai
komponen penguat dinding sel dengan kandungan yang melimpah dan dapat mencapai
40% dari berat kering rumput laut coklat. Alginat juga merupakan salah satu bahan
pikokoloid yang mempunyai fungsi sebagai bahan pengental, pengatur keseimbangan,
pengemulsi, serta pembentuk suatu lapisan tipis terhadap minyak. Alginat merupakan
polimer murni dari asam uronat yang tersusun dalam rantai linier yang panjang,
monomer penyusun alginat ada dua jenis struktur dasar yaitu β-D-Asam Manuronat
dan α-L-Asam Guluronat. Alginat merupakan grup dari polisakarida yang diekstrak
dari rumput laut coklat (Phaeophyceae). Alginat dalam dinding sel dan ruang
intraseluler pada rumput laut coklat ditemukan sebagai campuran garam kalsium,
kalium, dan natrium dari asam alginat. Sedangkan alginat yang sering disebut sebagai
“algin” adalah hidrokoloid, yaitu sebagai substansi dengan molekul yang sangat besar
dan dapat dipisahkan dalam air untuk memberikan kekentalan pada larutan (Anwar et
al., 2013).
Menurut Istiani et al. (2006), Sargassum duplicatum adalah jenis alga laut dari
kelompok alga coklat. Alga ini mengandung pigmen coklat yaitu fukosantin yang
menutupi warna hijau dari pigmen klorofil. Rumput laut Sargassum sp. mempunyai
ciri-ciri talus berbentuk silindris dengan daun kecil dan rapat. Holdfast berbentuk
cakram kecil dan memiliki stolon yang berekspansi ke segala arah. Panjang talus
sekitar 35 cm, warna talus coklat kekuning-kuningan, holdfast berbentuk discoid
berizoid, dengan axis silindris. Talus berbentuk batang dan vesikel. Talus batang
pendek, percabangan utama tumbuh rimbun di bagian ujungnya. Panjang talus bentuk
daun 1,3-4,2 cm, dengan lebar talus bentuk daun 0,25-1,15 cm dan umumnya
berbentuk membujur dan runcing atau membulat, dengan tepi bergerigi. Vesikel
berbentuk oval atau spherical. Tumbuh pada substrat pasir, karang dan campuran
Berpotensi sebagai antibakteri, antimikroba, gangguan kelenjar gondok, tekanan darah
tinggi, dan gangguan kantung kemih. Habitat dari rumput laut ini terdapat di daerah
tropis hingga subtropis. Rumput laut ini banyak ditemukan di perairan nusantara
terutama di Kepulauan Timur Indonesia (Nusa Tenggara Timur). Komposisi kimia
dari rumput laut ini adalah karbohidrat 19,06%, protein 5,53%, lemak 0,74%, air
11,71%, dan serat kasar 28,39%. Manfaat Sargassum duplicatum yaitu sebagai bahan
ekstraksi alginat, pemanis alga, kosmetik, dan lain-lain.
Alginat adalah polimer yang paling umum digunakan untuk enkapsulasi sel
mikroba, juga disebut immobilisasi. Sumber utama adalah makroalga coklat, di mana
komponen struktural dinding sel dan matriks interselular memberikan sifat mekanik
pada alga. Rantai polimer terbuat dari asam mannuronik (M) dan guluronik (G) dalam
beberapa proposi dan pengaturan sekuens. Menurut Mushollaeni dan Endang (2012),
alginat adalah isi utama dari dinding sel rumput laut coklat atau alginofit. Alginat dapat
digunakan dalam industri makanan terkait dengan sifat biofisiknya. Alginat
dimanfaatkan sebagai pengental, sehingga produk lebih stabil, dapat juga digunakan
untuk melunakkan tekstur kue, serta menstabilkan campuran, dispersi dan emulsi yang
berhubungan dengan sifatnya sebagai agen pembentuk gel dan meningkatkan
viskositas. (Mushollaeni dan Endang, 2012).
Menurut Junianto (2006), ada dua bentuk alginat yang umum dihasilkan untuk
pengolahan lebih lanjut dari rumput laut Sargassum sp., yaitu asam alginat yang tidak
larut dalam air dan natrium alginat yang larut dalam air. Natrium alginat
merupakansalah satu polisakarida yang diekstraksi dari alga coklat dan telah
dimanfaatkan secaraluas oleh industri makanan, minuman, tekstil, farmasi, kosmetik,
kertas, dan lain-lain. Kandungan Na alginat dari rumput laut coklat mempunyai
hubungan dengan umur panen rumput laut coklat tersebut (Rasyid, 2009).
Alginat yang terdapat pada rumput laut Sargassum sp. adalah hasil dari proses
fotosintesis. Fotosintesis hanya akan terjadi jika ada cahaya dan melalui pigmen
klorofil. Klorofil adalah kelompok pigmen fotosintesis yang terdapat dalam tumbuhan.
Senyawa inilah yang berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap
dan mengubah energi cahaya menjadi energi kimia yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan (Rasyid, 2009).
Alginat dikenal sebagai salah satu bahan pengikat alami, keuntungan utama dari
alampolimer terletak pada biokompatibilitas dan biodegradabilitas alginat yakni tidak
menghasilkan toksisitas sistemik. Natrium alginat digunakan dalam bidang formulasi
farmasi oral dan topikal. Natrium alginat dalam formulasi tablet dapat digunakan baik
sebagai pengikat dan disintegrator, sedangkan dalam formulasi topikal, natrium alginat
banyak digunakan sebagai bahan pengental dan pembekuan agen di berbagai pasta,
krim, dan gel, dan sebagai agen stabilisasi untuk airemulsi. Natrium alginat dilaporkan
menjadi bahan pembantu berguna dalam imunisasi terhadap dua strain virus influenza,
dan dalam pengobatan esofagitis. Alginat telah diakui sebagai biopolimer yang cocok
untuk pengiriman obat protein, karena memiliki berbagai karakteristik yang
diinginkan (Basha et al., 2011).
Indriani dan Sumiarsih (1999), menyatakan algin digunakan dalam industri:
a. Makanan: pembuatan es krim, serbat, susu es, roti, kue, permen, mentega, saus,
pengalengan daging, selai, sirup, dan pudding.
b. Farmasi : tablet, saleb, kapsul, plester, dan filter.
c. Kosmetik : krim, lotion, sampho, dan cat rambut.
d. Testil: kertas, kertas, keramik, fotografi, insektisida, pestisida, dan bahan pengawet
kayu.
Tahapan ekstraksi alginat adalah pencucian dan pembersihan, perendaman dan
pemucatan, pelembutan, penghancuran, pemasakan (ekstraksi), pendinginan,
pengepresan, pengeringan, dan perhitungan rendemen alginat. Perubahan-perubahan
dalam hal warna, tekstur dan bau terjadi selama proses ekstraksi. Proses ekstraksi
rumput laut coklat dilakukan dalam suasana basa bertujuan untuk memisahkan
selulosa dan alginat. Bahan pengekstrak yang dapat digunakan adalah Na2CO3 dan
NaOH (Basmal et al., 2001). Na2CO3 berfungsi untuk mengekstrak kandungan alginat
yang terdapat didalam talus rumput laut coklat. Kecepatan ekstraksi alginat yang ada
dalam talus sangat tergantung pada konsentrasi Na2CO3, suhu, dan lama waktu
ekstraksi yang diberikan. NaOH yang merupakan salah satu golongan senyawa alkali
dalam proses ekstraksi rumput laut berfungsi membentuk natrium alginat dari asam
alginat (Basmal et al., 2001). Proses ekstraksi alginat juga menggunakan HCl yang
berfungsi dalam demineralisasi (Susanto et al., 2001). Standar mutu secara umum dari
algin adalah pH 3,5-10, viskositas 10-5000 cps per 1% larutan air, kadar air 5-20%,
logam berbahaya, arsen negatif. Penilaian lainnya yaitu mutunya tergantung
penggunaan. Algin yang kan digunakan untuk campuran makanan harus bebas dari
selulosa, berwarna putih terang. Algin dalam proses farmasi juga harus bebas dari
selulosa dan berwarna putih bersih. Algin dalam industri lain dapat mengandung
sedikit selulosa dan berwarna coklat sampai jernih (Indriani dan Sumiarsih, 1999).
Perendaman selanjutnya menggunakan HCl 0,5%. Suasana yang terlalu basa
dapat menyebabkan terhidrolisisnya sebagian alginat di dalam rumput laut sehingga
saat direaksikan dengan asam (HCl) jumlah asam alginat yang diperoleh sedikit.
Warna setelah perendaman ini adalah tetap. Pengasaman menyebabkan larutan
menjadi berbusa, warna coklat kehitaman, dan agak kental. Menurut Glicksman (1998)
penggunaan HCl pada alginat akan memecah dinding sel sehingga memudahkan
ekstraksi, karena HCl merupakan asam kuat dan akan terionisasi sempurna.
Pemucatan menggunakan larutan H2O2 6% menghasilkan warna coklat jernih.
Penggunaan bahan pemucatan (sumber Ca) yang ditambahkan pada proses pemucatan,
semakin kuat asam yang digunakan menyebabkan makin lunaknya dinding sel rumput
laut, sehingga dengan ekstraksi semakin banyak bahan-bahan yang dapat dikeluarkan
dari jaringan ini (Winarno, 1990). Pengendapan kemudian dilakukan dengan
penambahan NaOH 10%. NaOH 10% ini berfungsi untuk mengeluarkan atau
memisahkan natrium alginat dan asam alginat sehinga terbentuk natrium alginat dari
asam alginat. Perlakuan akhir dengan isopropanol 95% pada suhu kamar akan
mengikat natrium alginat sehingga akan menggumpal (Basmal et al., 2001). Alkohol
95% selama ± 30 menit dan disaring, untuk pemurnian dan untuk menarik air yang
tersisa. Tekstur yang terbentuk menjadi lebih keras. Pengeringan dengan oven pada
suhu 400C, untuk menghilangkan kadar air yang tersisa. Setelah kering alginat yang
diperoleh kemudian diblender. Menurut Soegiarto et al. (1992), menyatakan bahwa
kandungan senyawa alginat yang terdapat pada Phaeophyceae tergantung dari jenis
rumput laut, kondisi tempat tumbuh dan iklim. Menurut Budiyarto dan Djazuli (1997),
menyatakan bahwa kandungan senyawa alginat juga dipengaruhi oleh habitat
(intensitas cahaya, besar kecilnya ombak atau arus, nutrisi dan sebagainnya) serta
umur rumput laut tersaebut. Faktor lain yang mempengaruhi proses ekstraksi alginat
adalah suhu, waktu perlakuan dengan senyawa kimia dan pengeringan (Budiyarto dan
Djazuli, 1997).
Bahan yang digunakan dalam proses ekstraksi alginat adalah H2O2 6% berfungsi
untuk memutihkan alginat dari coklat menjadi coklat keputihan. NaOH 0,5% berfungsi
untuk menghilangkan kotoran. Na2CO3 5% berfungsi untuk mengekstrak kandungan
alginat yang terdapat didalam thalus rumput laut coklat. KOH 2% berfungsi untuk
melunakkan dinding sel. KOH 10% berfungsi untuk mengendapkan kalsium alginat.
HCl 0,5% berfungsi untuk mengurangi garam-garam mineral, sedangkan HCl 5%
berfungsi sebagai agen demineralisasi dan hirdolisis (Susanto et al., 2001).
Alginat yang dipakai dalam industri makanan dan farmasi harus memenuhi
persyaratan bebas dari selulosa dan warnanya sudah dipucatkan sehingga berwarna
putih dan terang (Winarno, 1990). Standar mutu internasional untuk asam alginat dan
natrium alginat sesuai dengan Food Chemical Codex dapat dilihat pada tabel standar
mutu asam alginat dan natrium alginat sebagai berikut:
Karakteristik Asam alginate Natrium alginat

Kemurnian (% berat
91-104 % 90,8-106 %
kering)

Rendemen >20 % >18 %

Kadar CO2 <23 % <21 %

Kadar As <3 ppm <3 ppm

Kadar Pb <0,004 % <0,004 %

Kadar abu <4 % 18-27 %

Susut Pengeringan <15 % <15 %

Sumber: FAO (1981).


IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai


berikut:
1. Persentase rendemen agar dari Sargassum duplicatum adalah 2,1%.
2. Tahapan ekstraksi alginat adalah pencucian dan pembersihan, pengeringan,
perendaman dan pemucatan, pelembutan, penghancuran, pemasakan (ekstraksi),
pengepresan, pendinginan, pengeringan, dan perhitungan rendemen agar.

B. Saran

Saran untuk praktikum ekstraksi alginat adalah sebaiknya saat menuangkan


cairan agar untuk dijemur tidak terlalu tebal, penggunaan oven agar lebih efektif.
DAFTAR REFERENSI

Anggadiredja, J. T., A. Zatnika, H. Purwoto, dan S. Istini. 1996. i. Jakarta: Penebar


Swadaya.
Anwar, F., Ali, D., dan Gunawan, W.S. 2013. Pengaruh Konsentrasi KOH yang
Berbeda Terhadap Kualitas Alginat Rumput Laut Coklat Sargassum duplicatum
J. G. Agardh. Journal Of Marine Research, 2(1): 7-14.
Atmadja, W. S., A. Kadi, Sulistijo, dan Rachmaniar. 1996. Pengendalian Jenis-Jenis
Rumput Laut Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI,
Jakarta.
Basha, N. S., R. Rekha, A. Letensie, dan S. Mensura. 2011. Preliminary Investigation
on Sodium Alginate Extracted from Sargassum Subrepandum of Red Sea of
Eritrea as Tablet Binder. J. Sci. Res, 3 (3): 609-618.
Basmal, J., Y. Sekarasih, dan T.K. Bunasor. 2001. Pengaruh Konsentrasi Bahan
Pemucat dan Jenis Bahan Pengendap Terhadap Pembentukan Sodium Alginat
dari Rumput Laut Cokelat Sargassum filipendula C. Agarth. Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia, 7(4): 74-81.
Budiyarto dan Djazuli. 1997. Teknologi Pengolahan Alginat dari Berbagai Jenis
Rumput Laut Marga Sargassum sp. Jurnal Penelitian Pasca Panen Perikanan,
5(1):12-16.
FAO. 1981. JECFA for food additives. http://www.fao.org/ ag/agn/jecfa_additives
/details.html?id=679. Diakses pada tanggal 27 Mei 2014.
Glicksman, M. 1998. Gum Technology in the Food Industry. Academic Press. New
York.
Indriani, H dan Sumiarsih. 1994. Budidaya, Pengelolaan serta Pemasaran Rumput
Laut. Jakarta: Penebar Swadaya.
Istiani, S., A. Zatnika, dan Suhaimi. 2006. Manfaat dan Pengolahan Rumput Laut.
http://www.fao.org/docrep/field/003/AB882E/AB882E14.htm. Diakses pada
tanggal 27 Mei 2014.

Junianto. 2006. Rendemen dan kualitas algin hasil ekstraksi alga (Sargassum sp.) dari
pantai selatan daerah Cidaun Barat. Jurnal Bionatura, 8 (2) : 152-160.
Kadi, A. 2004. Potensi Rumput Laut di Beberapa Perairan Pantai Indonesia. Oseania,
XXIX (4): 25-36.
Murtini, J.T., Hak dan Yunizal. 2000. Pengaruh Perlakuan Asam Klorida dan
Formaldehid pada Ekstraksi Rumput Laut Coklat Sargassum illicifolium
terhadap Sifat Fisika-Kimia Natrium Alginat. Departemen Kelautan dan
Perikanan, Jakarta.
Mushollaeni, W. dan Endang, R.S. 2012. Optimizing the Use of Alginate from
Sargassum and Padina as Natural Emulsifier and Stabilizer in Cake. J. Agric.
Food Tech, 2(7): 108-112.

Rachmat dan Rasyid, A. 2006. Karakteristik Alkali Treated Cottonii (ATC) dan
karaginan dari rumput laut Eucheuma cottonii pada umur panen yang berbeda
[skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
Rasyid, A. 2009. Potensi Sargassum Asal Perairan Kepulauan Spermonde sebagai
Bahan Baku Alginat. Puslitbang Oseanologi – LIPI. Jakarta.
Sadhori, N. 1986. Budidaya Rumput Laut. Balai Pustaka. Jakarta.
Soegiarto, A. Sulistijo, A., dan H. Mubarak. 1992. Rumput Laut (Algae). Manfaat,
Potensi dan Usaha Budidaya. Lembaga Oseanologi Nasional LIPI, Jakarta.
Soviyeti, B. 1990. Laju Pertumbuhn Dan Persentase Berat Kering Dari Alga Merah
pada Metode Penanaman Rakit Terapung dan lepas Dasar di Perairan Pantai
Geger, Nusa Dua Bali. Skripsi. Institute Pertanian, Bogor.

Susanto, T., S. Rakhmadino, dan Muljianto. 2001. Karakterisasi Ekstrak Alginat dari
Padina sp. Jurnal Teknologi Pertanian, 2 (2): 96-109.
Winarno, F. G. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.

Vous aimerez peut-être aussi