Vous êtes sur la page 1sur 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Adanya tekanan yang sama kuat terhadap bisnis manfaktur saat ini,
menuntut perusahaan untuk lebih cerdas dalam menjalankannya operasinya.
Fungsi produksi dan operasi yang mentransformasikan input menjadi output
bertanggungjawab untuk menghasilkan produk dalam kualitas dan kuantitas
yang telah ditentukan, tepat waktu, secara efektif, dan efisien. Kebijakan
produksi dan operasi, kapasitas produksi sumber daya dan fasilitas, jadwal
produks, inovasi dan peningkatan berkelanjutan harus dikonsentrasikan
untuk memenuhi keputusan pelanggan agar perusahaan memiliki
keunggulan dalam intensitas persaingan yang sangat ketat ini.
Kemampuan dalam menghasilkan produk dalam waktu, kuantitas dan
kualitas yang didapat belum lah cukup untuk mendukung keunggulan
bersaing perusahaan. Produk harus dihasilkan melalui proses yang efisien
dimana optimalisasi penggunaan sumber daya menjadi pedoman dalam
setiap proses transformasi. Menghasilkan produk dengan biaya produksi
yang rendah tanpa mengorbankan atribut kepuasan pelanggan, berarti
perusahaan telah bergerak menuju keunggulan bersaingnya. Biaya produksi
yang rendah, perusahaan dapat menawarkan produk tersebut kepada
pelanggan dengan harga yang lebih rendah relative dari pesaing tanpa
mengorbankan proporsi, margin yang telah direncanakan. Untuk
memastikan bahwa proses produksi dan operasi telah berjalan sesuai dengan
kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan, membantu mengidentifikasi
kelemahan-kelemahan yang masih terjadi yang dapat menghambat
tercapainya tujuan fungsi ini dan mencari perbaikannya.

1
1.2 Rumusan Makalah
3.1 Sesuai dengan latar belakang yang dikemukakan maka permasalahan
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan audit produksi dan operasi?
2. Apa saja ruang lingkup audit?
3. Apakah sasaran audit produksi dan operasi?
4. Apakah manfaat audit produksi dan operasi?
5. Bagaimana langkah-langkah dalam audit produksi dan operasi?
6. Apakah contoh kasus dari audit produksi dan operasi?

1.3 Manfaat dan Tujuan Makalah


Adapun manfaat dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Menjelaskan pengertian audit produksi dan operasi.
2. Menjelaskan ruang lingkup audit
3. Menjelaskan sasaran audit produksi dan operasi.
4. Menjelaskan manfaat audit produksi dan operasi.
5. Menjelaskan langkah-langkah audit produksi dan operasi.
6. Menjelaskan contoh kasus dari audit produksi dan operasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Audit Produksi dan Operasi


Menurut Bhayangkara, IBK (2008: 177) audit produksi dan operasi
melakukan penilaian secara komprehensif terhadap keseluruhan fungsi
produksi dan operasi untuk menentukan apakah fungsi ini telah berjalan
dengan memuaskan (ekonomis, efektif, dan efisien). Audit ini dilakukan
tidak hanya terbatas pada unit produksi tetapi juga berlaku untuk
keseluruhan proses produksi dan operasi. Audit ini juga berperan
melengkapi fungsi pengendalian kualitas.
Beberapa alasan yang mendasari perlu dilakukannya audit ini, antara lain:
1. Proses produksi dan operasi harus sesuai dengan prosedur yang telah
yang telah ditetapkan.
2. Kekurangan/kelemahan yang terjadi harus ditemukan sehingga segera
dapat diperbaiki.
3. Konsistensi berjalannya proses harus diungkapkan.
4. Pendekatan proaktif harus menjadi dasar dalam peningkatan proses.
5. Berjalannya tindakan korektif harus mendapat dorongan dan dukungan
dari dari berbagai pihak yang terkait.

2.2 Ruang Lingkup Audit


Ruang lingkup audit produksi dan operasi meliputi keseluruhan dari
program/aktivitas yang dikelola pada fungsi ini, yang merupakan bagian
dari wewenang dan tanggung jawab untuk mendukung pencapaian tujuan
perusahaan. Secara keseluruhan ruang lingkup audit produksi dan operasi
meliputi:
1. Rencana Produksi dan Operasi

3
Rencana produksi dan operasi mengakomodasi rencana fungsi-fungsi
bisnis lain, yang merupakan penjabaran dari rencana pencapaian tujuan
perusahaan secara keseluruhan. Rencana ini menghubungkan kebutuhan
pasar atas produk yang dipersyaratkan., aktivitas pengembangan dan
rekayasa, kapasitas produksi, rencana persediaan keuangan, ketersediaan
SDM, bahan baku dan tingkat timbal hasil investasi yang dipersyaratkan
investor. Suatu perusahaan memeliki rencana induk, suatu rencana induk
memuat:
1) Jadwal induk produksi
Jadwal produksi utama membuat spesifikasi tentang apa yang akan
dibuat dan kapan akan dibuat, sesuai dengan rencana produksi.
Rencana ini mencakup input yang akan diproses seperti permintaan
konsumen, kemampuan teknis, ketersediaan sumber daya manusia,
fluktuasi persediaan, kinerja pemasok dan berbagai pertimbangan
lainnya. Jadwal produksi ini mendiskripsikan berapa jumlah produksi
yang harus dilakukan untuk setiap kelompok barang, kapan produk
tersebut harus sudah siap untuk diserahkan kepada konsumen, sumber
daya apa saja yang harus tersedia untuk menghasilkan produk sesuai
dengan rencana operasi perusahaan dalam memenuhi spesifikasi
pelanggan.
2) Penilaian dan penggunaan kapasitas produksi
Perusahaan harus memiliki kebijakan dan strategi yang tepat berkaitan
dengan besaran kapasitas yang harus dimiliki. Perusahaan juga harus
memiliki dasar dan metode yang tepat dalam meramalkan kebutuhan
kapasitasnya dimasa depan. Pengelolaan kelebihan dan penentuan
sumber lain jika terjadi kekurangan dalam memenuhi kebutuhan
operasi harus dituangkan dalam suatu pedoman tertulis sehingga
pengambilan keputusan berkaitan dengan kapasitas tidak bias dengan
tujuan produksi dan operasi yang telah ditetapkan. Pertimbangan
kapasitas ini harus mendasari terjadinya praktik optimalisasi terhadap
penggunaan kapasitas produksi.

4
Jika berdasarkan rencana penjualan ternyata rencana produksi lebih
daripada kemampuan kapasitas yang dimiliki, memungkinkan
perusahaan untuk menerima pesanan produksi dengan harga
dibawah tingkat laba normal untuk memaksimalkan penggunaan
kapasitas. Karena pada kondisi ini biaya tetap untuk kapasitas yang
menganggur yang menjadi dasar perhitungan harga pokok produk
ada dalam posisi nihil (Nol). Rencana induk produksi harus
meminimalkan terjadinya kapasitas menggangur, untuk menjadikan
operasi berjalan secara efektif dan efisien.
3) Tingkat persediaan
Secara umum persediaan pada industri manufaktur terdiri atas
persediaan bahan baku, barang dalam proses, barang jadi, dan
persediaan perlengkapan (supplies). Kebijakan tentang perseddiaan
bahan baku harus memerhatikan hubungan permintaan atas persediaan
tetsebut, apakah termasuk dalam kelompok permintaan independen
atau permintaan dependen. Hal ini penting sekali karena akan
berpengaruh kepada metode permintaan atas persediaan tersebut
dalam mendukung efektivitas dan efisiensi, proses produksi dan
operasi.
4) Perencanaan keseimbangan lintas produksi
Keseimbangan lintas produksi atau disebut juga keseimbangan ini
produksi (production line balancing) bertuan untuk memperoleh suatu
arus produksi yang lancer guna memperoleh optimalisasi pengguna
fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan yang tinggi melalui
penyeimbangan waktu kerja antarstasiun kerja (work station). Elemen-
elemen tugas dalam suatu aktivitas produksi dikelompokkan
sedemikian rupa diantara stasiun kerja, sehingga diperoleh
keseimbangan dalam penggunaan sumber daya produksi. Dengan
demikian, tujuan produksi tercapai dengan ekonomis, efektif, dan
efisien.

5
Pengelompokan penugasan dalam mencapai keseimbangan lintas
produksi dapat dilakukan dengan metode coba-coba (trial and error).
Metode ini lebih sederhana sehingga mudah untuk diterapkan untuk
kasus-kasus dengan jumlah elemen tugas yang tidak banyak. Metode
pengelompokan penugasan yang lain adalah metode heuristik, yang
memberikan hasil lebih akurat pada kasus jumlah elemen penugasan
yang sangat banyak. Metode ini mengelompokan penugasan dalam
mencapai keseimbangan lintas produksi yang optimal dengan
prosedur sebagai berikut:
a) Menetapkan tugas yang dapat dipilih sebagai tugas awal (tidak ada
tugas lain yang mendahuluinya atau tugas yang mendahuluinya
sudah selesai dikerjakan).
b) Menetapkan tugas yang cocok dengan waktu yang tersedia.
c) Menetapkan penugasan pada suatu stasiun kerja sampai maksimal.
d) Melanjutkan kestasiun kerja berikutnya dengan mengulangi
prosedur diatas sampai semua penugasan selesai.

2. Produktivitas dan Peningkatan Nilai Tambah


Nilai tambah meliputi seluruh usaha dalam meningkatkan manfaat yang
diperoleh baik oleh perusahaan maupun pelanggan. Faktor terpenting
dalam usaha peningkatan nilai tambah adalah adanya komitmen untuk
beroperasi secara efisien pada semua tingkatan dalam perusahaan. Lean
production suatu metode produksi ramping, yang dikembangkan oleh
produsen yang menggunakan fokus berulang dalam rancangan prosesnya
maupun secara signifikan memberi keuntungan bagi perusahaan yang
menerapkannya. Metode produksi ini menekankan kesempurnaan proses
yang berjalan dengan mengeliminasi celah-celah kesalahan yang masih
terbuka. Keunggulan lean production didukung oleh kebijakan dan
praktik produksi yang secara maksimal mengoptimalkan penggunaan
sumber daya perusahaan untuk meningkatkan keunggulan bersaingnya.
Kebijkan dan praktik tersebut meliputi:

6
1) Penghapusan Persediaan (zero inventory)
Metode ini menggunakan just in time dalam menurunkaan
persediaan dan pemborosan yang disebabkan oleh persediaan
tersebut. Mereka menurunkan waktu pemrosesan dan biaya dalam
meningkatkan efisiensi proses operasinya.
2) Tingkat Cacat No (zero defect)
Metode produksi ini membangun suatu sistem produksi dan operasi
yang dapat membantu karyawan memproduksi unit yang sempurna
untuk setiap kalinya. Persiapan proses produksi dilakukan dengan
lebih matang untuk mencegah terjadinya kegagalan dalam
menghasilkan produk sesuai dengan standar kualitas yang telah
ditetapkan.
3) Meminimalkan Kebutuhan Tempat (areal)
Upaya meminimalkan jarak tempuh unit produk dapat mengurangi
kebutuhan tempat (areal) dalam proses produksi. Penataan fasilitas
poduksi yang terintegrasi dengan gudang penyimpanaan bahan baku
dan produk jadi, dapat menghemat kebutuhan tempat tanpa
mengganggu jalannya proses produksi.
4) Kemitraan dengan Pemasok
Melibatkan pemasok kedalam rencana keberhasilan perusahaan
merupakan model yang banyak dikembangkan dalam praktik
produksi modern saat ini. Dengan membangun hubungan yang erat
(kemitraan) dengan pemasok dan menjelaskan rencana dan standar
kebutuhan bahan kapadanya, pemasok menjadi memahami dengan
baik kebutuhan perusahaan. Dan bertanggung jawab untuk
memenuhi kebutuhan perusahaan terhadap pasokan bahan baku baik
dalam kualitas, kuantitas, dan waktu pasokan tersebut dibutuhkan
harus sudah tersedia diperusahaan.
5) Meminimalkan Aktivitas yang Tidak Menambah Nilai
Melalui suatu analisis aktivitas dan komitmen untuk melakukan
perbaikan secara terus-menerus, perusahaan yang menerapkan

7
metode ini, meminimalkan aktivitas-aktivitas yang tidak berguna
(tidak menambah nilai) baik bagi pelanggan maupun bagi perubahan.
6) Pengembangan Angkatan Kerja
Dengan secara terus-menerus memperbaiki desain pekerjaan,
pelatihan, partisipasi, komitmen karyawan dan pemberdayaan
kelompok-kelompok kerja, metode ini secara konsisten
mengembangkan angkatan kerja.
7) Menciptakan Tantangan dalam Bekerja
Mengidentifikasi tujuh sumber pemborosan yang mengakibatkan
operasi perusahaan tidak efisien, meliputi:
a) Produksi yang lebih besar dari kebutuhan (penumpukan
persediaa)
b) Waktu tunggu dan/atau waktu menganggur
c) Penanganan material yang terlalu sering
d) Persediaa (bahan baku dan/atau barang jadi)
e) Pergerakan peralatan dan operatornya yang tidak menambah nilai
bagi produk.
f) Proses produksi yang tidak penting (tidak dibutuhkan)
g) Pengolahan kembali produk cacat
3. Pengendalian Produksi dan Operasi
Pengendalian produksi dan operasi menyangkut pengamatan atas
hubungan antara proses yang berjalan dengan standar (kriteria) operasi
telah ditetapkan. Pengamatan ini bertujuan untuk memandu proses agar
tidak keluar dari standar operasi pencapaian tujuan perusahaan, agar
keseimbangan antara sumber-sumber daya yang tersedia dengan
permintaan total dapat dipertahankan. Tujuan utama pengendalian proses
produksi meliputi tiga hal penting dalam keunggulan bersaing
perusahaan meliputi:
1) Maksimumkan Tingkat Pelayanan
Pengendalian harus menjamin bahwa pelayanan telah diberikan
secara tepat. Beberapa elemen yang harus mendapat perhatian

8
khusus adalah: kualitas produk, ketersediaan produk (jika
diinginkan), harga yang kompetitif, penyediaan untuk stock
pengaman dan penyerahan yang tepat waktu. Proses harus
memahami bahwa pelanggan yang harus dilayani dengan tepat
bukan saja pelanggan eksternal tetapi yang telah kalah pentingnya
adalah pelanggan internal.
2) Minimumkan Investasi pada Persediaan
harus mampu memandu seluruh aktivitas (utama dan pendukung)
manufaktur ke dalam suatu proses yang terintegrasi, sehingga proses
berjalan sesuai dengan rencana dan jadwal yang telah ditentukan.
Aktivitas pemesanan dan penerimaan bahan harus terintegrasi
dengan jadwal produksi demikian juga jadwal produksi harus
terintegrasi dengan rencana (jadwal) penyerahan kepada pelanggan.
Semua hubungan ini harus berjalan seperti halnya hubungan
pelanggan pemasok, dimana setiap pemasok harus memuaskan
pelanggannya. Pengendalian yang baik akan mencapai arus produksi
yang mulus (smooth production flow) dengan persediaan yang
minimumkan dan waktu tunggu yang pendek.
3) Efisiensi produksi dan Operasi
Untuk memperoleh harga yang kompetitif, pengendalian harus
meminimumkan biaya-biaya yang terjadi dalam produksi dan
operasi. Efisiensi produksi dan operasi adalah sesuatu yang mutlak
dan harus menjadi budaya kerja pada setiap bagian yang terlibat
dalam proses produksi dan operasi. Dalam hal ini pengendalian
harus semaksimal mungkin mampu menekan pemborosan (aktivitas
tidak bernilai tambah) yang terjadi. Perhatian khusus harus diberikan
terhadap supervise pabrik dan tenaga kerja tidak langsung, dukungan
dan keterlibatan pekerjaan, kesiapan mesin dan peralatan, fasilitas
pendukung yang efektif dan berbagai hal lain yang berpengaruh baik
langsung maupun tidak langsung.

9
Pengendalian produksi dan operasi meliputi pengendalian terhadap
keseluruhan komponen dan tahapan dalam proses produksi mulai
dari penanganan bahan baku sampai dengan penanganan penyerahan
produk jadi ke gudang. Secara rinci pengendalian tersebut meliputi
hal-hal berikut:
a) Pengendalian Bahan Baku
Pengendalian bahan baku bertujuan untuk memastikan bahwa
bahan baku yang diolah dalam proses produksi telah sesuai
dengan kebutuhan standar kualitas produk yang dihasilkan
perusahaan. Pengendalian bahan baku mencakup keseluruhan
aktivitas yang berhubungan dengan bahan baku mulai dari
pembelian, jadwal penerimaan, penanganan pada saat diterima,
penyimpanan sampai dengan bahan baku tersebut digunakan
(diolah) dalam proses produksi.
b) Pengendalian Peralatan dan Fasilitas Produksi
Pengendalian peralatan dan fasilitas produksi bertujuan untuk
mematikan bahwa semua peralatan dan fasilitas produksi ada
dalam keadaan siap untuk melaksanakan proses produksi sesuai
dengan ketentuan penggunaannya.desain dan penempatan peratan
yang tepat menjadi faktor utama berjalannya proses produksi
secara efektif dan efisien mampu menghasilkan produk tepat
sesuai dengan yang telah dijadwalkan.
c) Pengendalian Transformasi
Fungsi transformasi mengolah input menjadi output sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Pengendalian transformasi
memegang peranan penting untuk memastikan bahwa proses
pengolahanini bejalan sesuai dengan kebutuhan proses yang
efektif dan efisien. Pada pengendalian ini tugas seorang (tim)
pengendali kualitas (quality control) sangat penting untuk
memastikan bahwa proses yang berjalan menghasilkan produk
yang tepat (kuantitas, kualitas, dan waktu) dengan pengorbanan

10
yang minimum. Untuk mencapai tujuan tersebut, pengendalian ini
mencakup pengesahan proses produksi dan pengendalian
perubahan atas permintaan, inspeksi sampel dalam proses dan
pengendalian laboratorium dari pemprosesan ulang.
d) Pengendalian kualitas
Pengendalian kualitas tidak cukup dipahami sebagai pengendalian
proses produksi, yang hanya membebankan tanggung jawab
kualitas produk kepada unit kendali kualitas. Sistem biaya
kualitas dapat memberikan informasi kepada perusahaan tentang
berbagai aktivitas yang terlibat dalam menghasilkan produk
sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan perusahaan.
e) Pengendalian Barang Jadi
Merupakan pengendalian yang dilakukan terhadap pengelolaan
barang setelah selesai diproduksi. Pengendalian ini bertujuan
untuk memastikan bahwa penanganan barang setelah produksi
berjalan sesuai dengan prosedur, sehingga tidak terjadi kerusakan
barang dalam proses, penyimpanan, atau pendistribusiannya.
Untuk memastikan bahwa barang dalam kondisi yang sesuai
dengan persyaratan pelanggan pada saat diserahkan, pengendalian
ini melakukannya melalui tahapan : (1) verifikasi penanganan,
penyimpanan dan inspeksi, (2) pengujian dan distribusi.

2.3 Sasaran Audit


Menurut Sofyan, Assauri (1993: 16) sebagaiman dikutip Susanto H. Pm
Septian (2008: 17) sasaran audit produksi antara lain:
1) Perencanaan dan pengendalian produksi
2) Pengawasan persediaan
3) Pengendalian kualitas
4) Pemeliharaan mesin dan fasilitas produksi
5) Manajemen tenaga kerja

11
2.4 Manfaat Audit
Menurut Bhayangkara, IBK (2011: 178) audit fungsi produksi dan operasi
dapat membantu manajemen dalam menilai bagaimana fungsi ini berjalan
dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan. Secara
rinci audit ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Dapat memberikan gambaran kepada pihak yang berkepentingan tentang
ketaatan dan kemampuan fungsi produksi dan operasi dalam menerapkan
kebijakan serta strategi yang telah ditetapkan.
2. Dapat memberikan informasi (tentang usaha-usaha perbaikan proses
produksi dan operasi yang telah dilakukan perusahaan serta hambatan-
hambatan yang dihadapi.
3. Dapat menentukan area permasalahan yang masih dihadapi dalam
mencapai tujuan produksi dan operasi serta tujuan perusahaan secara
keseluruhan.
4. Dapat menilai kekuatan dan kelemahan strategi produksi dan operasi
serta kebutuhan perbaikannya dalam meningkatkan kontribusi fungsi ini
terhadap pencapaian tujuan perusahaan.

2.5 Tahap-Tahap Audit


Menurut Bhayangkara, IBK (2011: 178) tahap audit produksi dan operasi
meliputi:
1. Audit pendahuluan
Diawali dengan perkenalan antara pihak auditor dengan organisasi
auditte. Pertemuan ini bertujuan untuk mengkonfimasi stope audit,
mendiskusikan rencana audit dan penggalian informasi umum tentang
organisasi auditee, objek yang akan diaudit, mengela lebih lanjut kondisi
perusahaan dan prosedur yang diterapkan pada proses produksi dan
operasi.
2. Review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen

12
Melakukan review dan pengujian terhadap beberapa perubahan yang
terjadi pada struktur perusahaan, sistem manajemen kualitas, fasilitas
yang digunakan dan/atau personalia kunci dalam perusahaan, sejak hasil
audit akhir. Berdasarkan data yang diperoleh pada audit pendahuluan
auditor melakukan penilaian terhadap tujuan utama fungsi produksi dan
operasi serta variabel-variabel yang memperngaruhinya.
Variabel-variabel ini meliputi berbagai kebijakan dan peraturan yang
telah ditetapkan untuk setiap program/aktivitas, praktik yang sehat,
dokumentasin yang memadai dan ketersediaan sumber daya yang
dibutuhkan dalam menunjang usaha pencapaian tujuan tersebut.
3. Audit lanjutan (terinci)
Pada tahap ini auditor melakukan audit yang lebih dalam dan
pengembangan temuan terhadap fasilitas, prosedur, catatan-catatan
(dokumen) yang berkaitan dengan produksi dan operasi. Konfirmasi
kepada pihak perusahaan selama audit dilakukan untuk mendapatkan
penjelasan dari pejabat yang berwenang tentang adanya hal-hal yang
merupakan kelemahan (nonformance) yang ditemukan auditor.
4. Pelaporan
Hasil dari keseluruhan tahapan audit sebelumnya yang telah diringkaskan
dalam kertas kerja audit (KKA), merupakan dasar dalam membuat
kesimpulan audit dan rumusan rekomendasi yang akan diberikan auditor
sebagai alternatif solusi atas kekurangan-kekurangan yang masih
ditemukan. Pelaporan menyangkut penyajian hasil audit kepada pihak-
pihak yang berkepentingan terhadap hal audit tersebut. Laporan audit
disajikan dengan format sebagai berikut:
I.Informasi Latar Belakang
Menyajikan gambaran umum fungsi produksi dan operasi dari
perusahaan yang diaudit, tujuan dan strategi pencapaiannya serta
ketersediaan sumber daya yang mendukung keberhasilan
implementasi strategi tersebut.
II.Kesimpulan Audit dan Ringkasan Temuan Audit

13
Menyajikan kesimpulan atas hasil audit yang telah dilakukan
auditor dan ringkasan temuan audit sebagai pendukung kesimpulan
yang dibuat.
III.Rumusan Rekomendasi
Menyajikan rekomendasi yang diajukan auditor sebagai
alternatif solusi atas kekurangan-kekurangan yang masih terjadi.
IV.Ruang Lingkup Audit
Ruang lingkup audit menjelaskan tentang cakupan (luas) audit
yang dilakukan, sesuai dengan penugasan yang diterima (disepakati)
dengan pemberi tugas audit.
5. Tindak lanjut
Rekomendasi yang disajikan dalam laporannya merupakan alternatif
perbaikan yang ditawarkan untuk meningkatkan berbagai kelemahan
(kekurangan) yang masih terjadi pada perusahaan. Tindak lanjut
(perbaikan yang dilakukan merupakan bentuk laporan komitmen
manajemen untuk menjadikan organisasinya menjadi lebih baik dari yang
sebelumnya. Dalam rangka perbaikan ini auditor mendampingi
manajemen dalam merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan
program-program perbaikan yang dilakukan agar dapat mencapai
tujuannya secara efektif dan efisien.

Menurut Tunggal, Amien Widjaja (2003: 15) adapun tahapan dari audit
operasional secara garis besar yaitu:
1. Usulan dan pengenalan
2. Survey pendahuluan
3. Pengujian detail
4. Mengembangkan dan menelaah temuan audit
5. Pelaporan
6. Tindak lanjut

14
2.6 Contoh Kasus
Dibagian produksi ditemukan instruksi kerja yang tidak memiliki identitas
dan status pengendalian.
Pembahasan: ketidaksesuain yang ditemukan ini belum tentu merupakan
kesalahan produksi, tetapi harus ditelusuri lebih lanjut ke bagian pengendali
dokumen. Auditor harus memeriksa apakah semua dokumen sistem
manajemen mutu (QMS) yang dimiliki oleh perusahaan tidak memiliki
identitas dan status pengendalian. Apabila sudah ada identitasnya, maka
auditor harus memeriksa apakah ada bukti revisi dokumen, record daftar dan
bukti distribusi dokumen. Temuan ketidaksesuain itu dapat berkembang
pada beberapa ketidaksesuain lain yakni tidak dilakukannya dokumen
review, tidak adanya identifikasi perubahan atau revisi dokumen, tidak
adanya jaminan tersedianya revisi dokumen yang relevan di tempat
pengguna sehingga memungkinkan pengguna prosedur yang kadaluarsa dan
seterusnya.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Audit produksi dan operasi melakukan penilaian secara komprehensif
terhadap keseluruhan fungsi produksi dan operasi untuk menentukan apakah
fungsi ini telah berjalan dengan memuaskan (ekonomis, efektif, dan efisien).
Ruang lingkup audit produksi dan operasi meliputi keseluruhan dari
program/aktivitas yang dikelola pada fungsi ini, yang merupakan bagian
dari wewenang dan tanggung jawab untuk mendukung pencapaian tujuan
perusahaan.
Sasaran audit produksi antara lain:
1) Perencanaan dan pengendalian produksi
2) Pengawasan persediaan
3) Pengendalian kualitas
4) Pemeliharaan mesin dan fasilitas produksi
5) Manajemen tenaga kerja
Audit fungsi produksi dan operasi dapat membantu manajemen dalam
menilai bagaimana fungsi ini berjalan dalam mendukung pencapaian tujuan
perusahaan secara keseluruhan.
Tahap audit produksi dan operasi meliputi:
1) Audit pendahuluan
2) Review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen
3) Audit lanjutan (terinci)
4) Pelaporan
5) Tindak lanjut

16

Vous aimerez peut-être aussi