Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
individu. Secara yuridis melalui norma hukum dasar (state gerund gezet),
bersama bagi setiap warga negara. Secara tegas, pasal 33 UUD 1945
1
A. Effendi Choirie, 2003, Privatisasi Versus Neo Sosialisme Indonesia, (Pustaka LP3ES,
Jakarta, hal. 100), dalam Mustafa Kamal Rokan, Op-Cit, hal. 12.
90
Sehubungan dengan ketentuan Pasal 33 di atas, Mohammad Hatta
dalam masyarakat. 2
satu pun sistem ideologi yang ada yang mampu menjelaskannya, bahkan
sistem yang paling liberal sekali pun. Di samping itu, peranan pemerintah
2
Hatta dalam Zulfikri Suleman, 2010, Demokrasi untuk Indonesia: Pemikiran Politik
Bung Hatta, PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta, hal. 216.
3
Mustafa Kamal Rokan, Op-Cit, hal. 13.
91
kegagalan pasar (market failure) dan kekakuan harga serta untuk
pada saat tersebut lebih berorientasi pada pertumbuhan yang antara lain
4
Didik j. Rachbini, 1992, Peranan Ekonomi Negara: Tinjauan Teoritis dan Praktis,
Prisma Nomor 2, Tahun XXI, hal. 4-5, dalam Zulfikri Suleman, Ibid., hal. 217-218.
5
Mustafa Kamal Rokan, Op-Cit, hal. 15.
6
Didik J. Rahbini, Ekonomi Informal di Tengah Kegagalan Negara, (Kompas, 15 April
2006), dalam Mustafa Kamal Rokan, Loc-Cit.
92
tepung terigu,7 maupun kasus monopoli pemasaran baja,8 yang puncaknya
Monetary Fund (IMF) sebagai salah satu syarat agar pemerintah Indonesia
dapat memperoleh bantuan dari IMF guna mengatasi krisis ekonomi yang
melanda Indonesia.9
7
Kasus monopoli perdagangan terigu dalam hal ini dimulai dari penunjukan Badan Urusan
Logistik (BULOG) kepada PT. Bogasari Flour Mills untuk mengolah biji gandum. Kebijakan ini
bertujuan untuk mecegah Bogasari menyalahgunakan kekuatan monopolinya untuk menentukan
harga yang tinggi. Nsmun, Bulog sendiri menetapkan harga gandum yang tergantung dar
Bogasari. Bogasari informasi. Bogasari dalam hal ini cenderung membuat harga tinggi.
Dikarenakan tidak mendapatkan keuntungan yang maksimal, maka PT. Bogasari Flour Mills
melakukan diversifikasi usaha ke hilir, sehingga akhirnya memonopoli industri tepung terigu dari
hulu ke hilir, dimana akhirnya pasar tepung terigu tertutup bagi pelaku usaha lain.
8
Kasus monopoli perdagangan baja dalam hal ini dilakukan oleh PT. Krakatau Steel
Cilegon. Perusahaan dalam hal ini mendirikan PT. CRMI (Cold Rolling Mill Indonesia) yang
menguasai pengadaan baja lembaran Canai. Monopoli ini membuat pengusaha otomotif menjerit,
hal ini disebabkan harga yang sangat mahal dan tidak mempunyai alternatif biaya murah, termasuk
jika harus impor ke luar negeri, hal ini disebabkan izin impor juga tidak diberikan.
9
Destivano Wibowo dan Harjon Sinaga, 2005, Hukum Acara Persaingan Usaha, PT.
RadjaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 1.
93
oleh berbagai bentuk kebijakan pemerintah yang kurang tepat, sehingga
pelaku usaha dengan para ekonom Indonesia pada akhir tahun 80-an, yang
praktek monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat waktu itu.
94
undang anti monopoli tersebut tidak pernah dibahas oleh pemerintah
1999.
berbunyi:
sehat (yang dalam hal ini disebut sebagai persaingan curang), jika:
persaingan curang.
10
Destivano Wibowo dan Harjon Sinaga, Ibid.
95
hasil perdagangan atau perusahaan, maupun memperluas hasil
tersebut”.
Nasional.
96
5) Ketetapan MPR RI Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN pada
Kondisi Umum.
Pokok Agraria.
undang”.
1997.
97
Pasal ini pada intinya melarang setiap orang yang dengan sengaja
terdaftar milik orang lain atau milik badan hukum untuk barang dan
Perseroan Terbatas.
98
peraturan-peraturan yang diperlukan. Untuk melindungi usaha kecil,
Terbatas.
persaingan usaha.
Tahun 1999
99
persaingan sempurna (perfect competition market), pasar monopoli
karena sistem pasar ini adalah struktur pasar yang akan menjamin
tinggi efisiensinya.
b. Barang dan atau jasa yang dihasilkan oleh pelaku usaha adalah
100
menghasilkan barang dan jasa.11 Selain empat asumsi di atas,
berikut:
11
Robert S. Pindyck and Daniel L. Rubinfel, Microeconomics, 4 ed, (USA:Prentice Hall
International Inc 1998), hlm. 283-284, dalam Hikmahanto Juwana, Hukum Ekonomi dan Hukum
Internasional, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 51, dalam Mustafa Kamal Rokan, Op-Cit, hlm.
3-4.
12
Soeharno, 2007, Ekonomi Manajerial, CV. Andi Offset, Jakarta, hal. 172.
101
Dalam hal ini tidak ada hambatan yang menghalangi suatu
lainnya.
tekhnis saja.
102
2) Tidak ada pembeli yang membeli dengan harga yang lebih
103
Monopoli dapat terjadi dengan dua cara, yaitu:
sebagainya.15
15
Mustafa Kamal Rokan, Ibid., hal. 9-10.
104
rintangan bagi produsen lain untuk memasukinya (barries to entry).16
PASAR LAINNYA
monopoli, adalah:
16
Tati Suhartati Joesron dan M. Fathorrazi, Op.Cit., hal. 173.
105
d. Ukuran pasar begiitu kecil untuk dilayani lebih dari satu
17
Ibid., hal. 174.
106
d. Biasanya akan berakibat terjadinya pasar “baru” seperti pasar yang
harga persaingan.19
Efisiensi dalam hal ini dapat dibagi dalam dua macam, yakni
18
Mustafa Kamal Rokan, Op.Cit., hal. 4-5.
19
Walter Nicholson, 1999, Teori Mikro Ekonomi: Prinsip Dasar dan Perluasan, edisi
kelima, Binarupa Aksara, Jakarta, hal. 204-205.
20
Robert Cooter dan Thomas Ullen, Law and Economic, Massachussett:Addison
Wesley Educational Inc., 1977, hal. 17-18, dalam buku Mustafa Kamal Rokan, Op.Cit, hal. 6.
107
a. Tingkat masukan yang paling menguntungkan bagi sebuah
108
d. Secara relatif terhadap persaingan sempurna, monopoli melibatkan
secara keseluruhan.
iklan.22
21
Walter Nicholson, Op.Cit., hal. 218-219.
22
Mustafa Kamal rokan, Op.cit., hal. 5.
109
keberhasilan mengelola perusahaan sedemikian rupa sehingga
jangka panjang.
110
c. Perusahaan oligopoli perlu melakukan promosi berupa iklan.
atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak
yaitu:
23
Tati Suhartati Joesron dan M. Fathorrazi, Op.Cit., hal. 207-208.
111
Persaingan usaha yang dilakukan dengan cara tidak jujur dapat
dilihat dari cara pelaku usaha dalam bersaing dngan pelaku usaha lain.
dilihat dari cara pelaku usaha dalam bersaing dengan pelaku usaha lain
atau peraturan yang telah disepakati. Kondisi seperti ini dapat kita lihat
seperti ini telah lazim diketemukan pada praktik persaingan usaha pada
masa orde baru hingga sekarang. Contoh yang selalu ditemukan adalah
terdapat pelaku usaha yang bebas pajak atau bea cukai dan sebagainya.
usaha yang boleh ikut bersaing dalam usaha tender, padahal ia tidak
tidak sehat. Dalam pasar yang dimaksud, mungkin tidak terdapat kerugian
pada pesaing lain, dan para pelaku usaha juga tidak mengalami kesulitan.
112
Namun, perjanjian yang dilakukan pelaku usaha menjadikan pasar bersaing
pesaingnya untuk menetapkan harga atas mutu suatu barang dan atau jasa
di atas tidak berlaku bagi suatu perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha
berlaku.
tugas untuk menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan
113
dilarang berupa penetapan harga oleh pelaku usaha yang saling bersaing
berada jauh di atas harga yang bisa dicapai melalaui persaingan usaha yang
sehat. Harga tinggi ini tentu saja menyebabkan terjadinya kerugian bagi
sehingga hal-hal yang berkaitan dengan bukti langsung telah dihindari oleh
114
B.3. Pengecualian terhadap Kegiatan dan Perjanjian yang Bersifat
Monopoli.
seluruh sektor dan seluruh pelaku usaha baik swasta maupun publik
maupun ekonomi.
115
hukum (due process of law) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
24
Mustafa Kamal Rokan, op.cit., hlm. 229-230.
116
d. Perjanjian penetapan standar teknis produk barang dan/atau
telah diperjanjikan.
Republik Indonesia.
dalam negeri.
melayani anggotanya.
117
pengusaha kecil pun tidak dapat melanggar peraturan
25
Mustafa Kamal Rokan, Loc-cit.
118
besar terhadap struktur ekonomi Indonesia yang semakin kuat.
26
Komisi ini merupakan produk badan independen pasca
adalah:
26
Highlight, Majalah Kompetisi, 2010, Edisi 21, KPPU Republik Indonesia, hlm. 11.
27
Mustafa Kamnal Rokan, Op-cit, hlm. 264-265.
119
atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana
sehat.
1999.
120
g. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja
Rakyat.
penelitiannya.
sehat.
121
e. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah
1999.
atau pemeriksaan.
122
l. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administrasi
sejenis. 28
28
Deswin Nur, 2008, edisi 11, KPPU dan Pengembangan Kebijakan Persaingan di
ASEAN, Majalah Jurnal Kompetisi, KPPU Republik Indonesia, hlm. 16.
123
124