Vous êtes sur la page 1sur 12

ANALISIS ARTIKEL ISU-ISU PEMBANGUNAN PADA

PEMERINTAHAN JOKOWI-JK

Dalam kepemerintahanya presiden jokowi-jk membentuk kabinet kerja,


sejumlah nilai positif dapat kita ketahui keberhasilanya dalam satu tahun.
beberapa hal itu yaitu dalam bidang pembangunan,ekonomi dan kesejahteraan
rakyat.
A. KONSEP dan STRATEGI PEMBANGUNAN JOKOWI - JK
1. Membangun cita-cita dan impian bangsa Indonesia dengan Nawacita.
Membangun sebuah rumah idaman, adalah cita-cita dan impian semua
orang, karena didalam rumah idaman itu ketenangan dan kenyamanan
serta kesejahteraan bisa didapatkan. Didalam pembangunan Indonesia,
rumah idaman yang dicita-citakan itu diibaratkan berupa “ Di abad ke-21
Indonesia akan menjadi poros maritim dunia, kekuatan yang mengarungi
dua samudera, sebagai bangsa bahari yang sejahtera dan berwibawa”.
Dalam bidang politik, Nawacita menginginkan terciptanya negara kuat
dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum, memperkuat
pertahanan maritim serta negara tidak abai dalam membangun tata
pemerintahan yang demokratis dan melindungi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam strategi kebudayaan, Nawacita secara jenius menyadari bahwa
Indonesia dibentuk dari kolektivitas kebudayaan yang dibangun dari
daerah-daerah, desa-desa, kemudian menjadi Indonesia. Berkepribadian
dalam kebudayaan dapat dicari dari khazanah kebudayaan Indonesia yang
begitu luas bukan dari luar.
2. Mengapa harus Nawacita ? Nawacita lahir di tengah-tengah krisis
mentalitas yang menerpa bangsa Indonesia. Mengenai krisis mentalitas,
Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan
pernah mengatakan bahwa “dalam zaman post-revolusi tumbuh beberapa
sifat kelemahan dalam mentalitas banyak orang Indonesia, yang
menjauhkan kita dari pembangunan”. Koentjaraningrat menganalisis
bahwa krisis mentalitas itu bersumber pada kehidupan tanpa pedoman dan
tanpa orientasi yang tegas. Sehingga menghasilkan mentalitas penerabas,
mentalitas yang suka meremehkan, kurang percaya diri dan mentalitas
yang suka mengabaikan tanggung jawab (Koentjaraningrat 2000: 45).
Oleh sebab itu, Jokowi mencanangkan revolusi mental untuk melakukan
terobosan politik. Jika Trisakti adalah cita-cita, Nawacita merupakan
program inti dari pemerintahan Jokowi maka revolusi mental adalah
paradigma berpikir atau cara berpikir dan bertindaknya pemerintahan
Jokowi.
3. Jalan Perubahan Untuk Pembangunan Indonesia. Didalam mengamati
program pembangunan yang saat ini dilaksanakan oleh Presiden Jokowi
beserta kabinetnya, tidak bisa hanya dilihat secara parsial dan dengan
tanpa mengetahui Platform apa yang dijalankan untuk melaksanakan
pembangunan tersebut. Jokowi-JK mendapat amanat rakyat untuk
memimpin Indonesia, dan segera melaksanakan “Jalan Perubahan untuk
Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian, insya Allah,
republik tercinta ini akan tiba pada masa kejayaannya. Presiden Jokowi
mengidentifikasi ada tiga problem pokok bangsa yang dihadapi saat ini,
yaitu, merosotnya kewibawaan negara, melemahnya sendi-sendi
perekonomian nasional, dan merebaknya intoleransi dan krisis
kepribadian bangsa. Perubahan nyata yang ditawarkan harus kembali dan
bersumber pada Proklamasi 17 Agustus 1945, Pancasila 1 Juni 1945, dan
Pembukaan UUD 1945. Presiden Jokowi haqqul yaqin bahwa melalui
jalan ideologis itu, maka ketiga penyakit akut bangsa tadi, insya Allah,
bisa teratasi. Selain berpegang pada ideologi, Presiden Jokowi memilih
mengusung konsep Trisakti yang pernah diperjuangkan oleh Proklamator
RI, Ir. Soekarno yaitu berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi,
dan berkepribadian dalam kebudayaan. Presiden Jokowi menjabarkan visi
dan misi mereka secara tegas dan rinci, yang pada intinya adalah
Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian,
Berlandaskan Gotong Royong. Untuk mewujudkan visi itu, disusunlah
MISI tegas dalam tujuh poin: 1. Mewujudkan keamanan nasional yang
mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi
dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan
kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan. 2. Mewujudkan
masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis, berlandaskan negara
hukum. 3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat
jati diri sebagai negara maritim. 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia
Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. 5. Mewujudkan bangsa yang
berdaya-saing. 6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang
mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional. 7.
Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Presiden Joko Widodo mempunyai strategi dalam transisi
perekonomian nasional. Untuk jangka pendek, adalah stabilisasi ekonomi
untuk menjembatani perekonomian, seperti spending melalui proyek
pemerintah. Menurut Jokowi, pemerintah mempunyai ruang fiskal yang
harus dimanfaatkan. "Solusi lain yang sedang kita kejar adalah bekerja
keras untuk menggalang dana investasi, terutama dari Jepang, Korea,
Cina, Singapura, Jerman, dan Amerika," katanya di Jakarta, Kamis, 9 Juli
2015. Penggalangan dana membuat banyak orang mempertanyakan utang
naik karena pendanaan ini. Jokowi mengatakan utang ini untuk kebutuhan
investasi yang dapat meningkatkan produk bukan untuk konsumsi atau
subsidi BBM. Dengan kebijakan yang dirancang ini, Jokowi yakin pada
sisa tahun 2015 ini, stimulus ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi
sebesar 0,1-0,2 persen. Pada tahun 2016 mendorong pertumbuhan 0,5-1
persen.Jokowi berkata, untuk jangka menengah sampai jangka panjang,
pemerintah saat ini berfokus pada proyek infrastruktur karena sektor
tersebut padat modal dan berdampak panjang. Buruknya infrastruktur saat
ini dinilai menjadi salah satu penghambat utama growth engine.
Perbaikan infrastruktur penting untuk menekan biaya produksi, biaya
transportasi, dan ongkos distribusi. Jokowi menilai distribusi logistik
melalui laut merupakan yang paling murah. Untuk itu pemerintah
berkonsentrasi pada konsep tol laut, seperti pembangunan yang sudah
dimulai di Kuala Tanjung dan Makassar, di samping 24 pelabuhan yang
direncanakan pemerintah. Selain itu pemerintah juga telah memulai
membangun tol Trans Sumatera.Jokowi mengaku realistis bahwa
tantangan ke depan yang dihadapi tidak ringan dan membutuhkan proses.
Di tengah melemahnya ekonomi dunia dan nasional, Presiden Joko
Widodo (Jokowi) mengeluarkan paket kebijakan ekonomi. Presiden
Jokowi pun mengumumkan langsung kebijakan paket ekonomi itu,
didampingi oleh sejumlah menteri ekonomi. Ada tiga langkah yang
dilakukan pemerintah untuk menggenjot ekonomi dalam paket kebijakan
ekonomi tahap pertama. memang ada sejumlah langkah yang telah
dilakukan pemerintah untuk menggenjot ekonomi. Pemerintah terus
mendorong belanja pemerintah melalui daya serap anggaran, memperbaiki
neraca pembayaran, dan menetapkan langkah-langkah konkrit. Pertama,
pengendalian harga komoditi pokok seperti bahan bakar minyak (BBM)
dan pangan. Kedua, pembentukan tim evaluasi pengawasan realisasi
anggaran. Ketiga, pembentukan badan pengelola dana perkebunan kelapa
sawit. Jokowi menuturkan pembentukan badan tersebut untuk
meningkatkan ekspor kelapa sawit dan meningkatkan penggunaan
biodiesel jadi 15 persen. Tak hanya itu, pemerintah juga mengeluarkan
sejumlah langkah untuk melindungi masyarakat desa. Langkah-
langkahnya dengan memberdayakan usaha mikro dan kecil. Jokowi
menekankan percepatan penyaluran pemanfaatan dana desa.
Anggaran itu diharapkan dapat dimanfaatkan untuk infrastruktur
secara padat karya, penambahan alokasi beras sejahtera Jokowi
menuturkan, langkah tersebut belum dapat menggerakan ekonomi
nasional. Pemerintah juga akan meluncurkan paket kebijakan tahap
pertama. “Jokowi mengatakan langkah pertama mengatasi persoalan
ekonomi adalah dengan mendorong daya saing industri nasional, melalui
deregulasi, debirokratisasi, serta penegakan hukum dan kepastian usaha.
Langkah kedua, lanjut Jokowi, pemerintah akan mempercepat proyek
strategis nasional dengan menghilangkan berbagai hambatan dalam
pelaksanaan dan penyelesaian proyek strategis nasional. Pemerintah juga
akan memperkuat peran kepala daerah untuk melakukan dan memberikan
dukungan percepatan pelaksanaan proyek strategis nasional. “Ketiga,
meningkatkan investasi di sektor properti. Pemerintah mengeluarkan
kebijakan untuk mendorong pembangunan perumahan, khususnya untuk
masyarakat berpenghasilan rendah, serta membuka peluang investasi yang
lebih besar di sektor properti.

B. KEBIJAKAN EKONOMI, BANGKITKAN KEPERCAYAAN PASAR


Sebagai kementerian non teknis yang bertugas membantu Presiden dalam
menyelaraskan dan mengkoordinasikan perencanaan, penyusunan, dan
pengendalian urusan kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di
bidang perekonomian, Kemenko Perekonomian menghadapi tantangan yang
tidak ringan sejak Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla
dilantik pada 20 Oktober 2014. Tantangan itu terutama datang sebagai
dampak dari lesunya perekonomian global. Ini bisa dilihat dari perkembangan
ekonomi global hingga semester I 2015 yang masih memperlihatkan
kecenderungan pertumbuhan yang bias ke bawah dari perkiraan semula dan
pasar keuangan global yang masih diliputi ketidakpastian. Kecenderungan
bias ke bawah tersebut terutama disebabkan oleh perkiraan ekonomi AS yang
tidak setinggi perkiraan semula dan ekonomi Tiongkok yang masih
melambat. Di pasar keuangan global, ketidakpastian kenaikan suku bunga
Fed Fund Rate (FFR) di AS, gejolak di Uni Eropa, serta anjloknya harga
saham di Tiongkok menunjukkan risiko di pasar keuangan global masih
tinggi.

Kondisi Makro

Sebagai dampak perkembangan ekonomi global tersebut pertumbuhan


ekonomi Indonesia hingga triwulan II 2015 masih melambat, yakni sebesar
4,67% , menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 4,72% .
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2015 yang masih melambat ini
terutama akibat melemahnya pertumbuhan investasi, konsumsi pemerintah,
dan konsumsi rumah tangga. Dari sisi eksternal, ekspor tumbuh terbatas
seiring dengan pemulihan ekonomi global yang belum kuat dan harga
komoditas yang masih menurun. Di sisi lain, pertumbuhan impor terkontraksi
lebih dalam sejalan dengan lemahnya permintaan domestik. Nilai tukar rupiah
mengalami depresiasi, terutama dipengaruhi faktor eksternal. Pada Juli 2015,
rupiah melemah ke level Rp 13.311 per dolar AS dari sebelumnya di kisaran
Rp 12.025 pada hari pertama pemerintahan Jokowi-JK. Angka ini bahkan
terus merosot hingga hampir mencapai Rp 14.800 pada bulan September
2015. Beruntung, kondisi ekonomi global dan kerja keras pemerintahan
Jokowi-Jk berhasil memperkokoh nilai rupiah kembali ke kisaran Rp 13.500
pada pertengahan bulan Oktober 2015. Sebagai akibat kebijakan penyesuaian
harga BBM pada bulan November 2014, inflasi melonjak menjadi 8,36 %
pada akhir tahun 2014. Melalui kebijakan pengendalian harga pangan dan
harga barang yang diatur oleh pemerintah, tingkat inflasi secara bertahap
menurun. Pada bulan September 2015 inflasi menjadi 6,83% atau 2,24%.
Dengan pengendalian inflasi yang ketat hingga di tingkat Pemerintah Daerah,
maka inflasi diperkirakan di kisaran 4% pada akhir tahun 2015. Penurunan
inflasi sebagian disebabkan melemahnya daya beli masyarakat akibat
perlambatan pertumbuhan ekonomi khususnya di wilayah pertambangan dan
perkebunan.

Paket Kebijakan Ekonomi

Terhadap dinamika ekonomi (politik) global yang sedang terjadi,


kapasitas kita memang terbatas. Karena itu yang bisa dilakukan adalah
melakukan pembenahan dari dalam. Membenahi berbagai regulasi sebagai
bagian dari wilayah otoritas dan tanggung jawab pemerintah untuk
mendorong mesin ekonomi bergerak kembali. Maka kalau kita perhatikan,
Paket Kebijakan Ekonomi yang dikeluarkan sejak 9 September 2015,
berupaya untuk menyentuh berbagai aspek. Tujuannya untuk menangkal
perlambatan ekonomi yang disebabkan oleh kondisi ekonomi global dan
domestik dengan cara memperbaiki struktur ekonomi yang lebih kondusif
bagi berkembangnya industri, kepastian berusaha di bidang perburuhan,
kemudahan investasi, memangkas berbagai perizinan serta memperluas akses
masyarakat untuk mendapatkan kredit perbankan. Berbagai upaya deregulasi
yang tertuang dalam Paket Kebijakan Ekonomi ini membuat kepercayaan
pasar mulai membaik. Ini terlihat dari pergerakan nilai tukar yang semakin
stabil, meminimalisasi pemutusan hubungan kerja (PHK) dan iklim ekonomi
(kegiatan berusaha) yang lebih kondusif.
Beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah untuk mendorong
perbaikan ekonomi antara lain:

Di bidang perdagangan, pemerintah telah meluncurkan Indonesia


National Single Window (INSW) yang diperbarui, sehingga siapa pun dapat
memantau keluar-masuk barang ekspor-impor melalui satu sistem. Dengan
demikian akurasi data dan informasi kepabeanan dapat dipertanggung-
jawabkan dengan transparan atau dapat diakses oleh semua pihak yang
berkepentingan. “INSW merupakan salah satu bentuk fasilitasi perdagangan
yang saat ini memegang peran kunci, tidak saja dalam mendukung kelancaran
perdagangan intra ASEAN dan cross border trade Indonesia dengan negara
lain, tetapi juga sebagai bentuk reformasi birokrasi dalam pelayanan publik
untuk kegiatan ekspor/impor, kepabeanan, dan kepelabuhanan,”. Dengan
pelayanan perizinan dan non perizinan melalui sistem elektronik, INSW
diharapkan dapat meningkatkan kepastian usaha dan efisiensi dalam kegiatan
ekspor, kebutuhan industri dan investasi, serta mengoptimalkan penerimaan
negara dari kegiatan perdagangan internasional. Beberapa contoh deregulasi
yang telah dilakukan itu menunjukkan konsistensi pemerintah untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi melalui berbagai upaya penyederhanaan
peraturan dan perizinan, kemudahan berinvestasi, serta mendorong daya saing
industri. Pada saat yang sama, pemerintah juga terus berupaya meningkatkan
kegiatan produktif dan daya beli masyarakat melalui berbagai kebijakan yang
pro rakyat. Bersama-sama BI dan Otoritas jasa Keuangan, pemerintah bekerja
dan hadir untuk memulihkan kepercayaan pasar. Kementerian Koordinator
Perekonomian sendiri sudah mengalami pergantian pimpinan selama masa
satu tahun pemerintahan Jokowi-JK. Darmin Nasution baru menjabat sebagai
Menko Bidang Perekonomian pada 12 Agustus 2015 menggantikan Sofyan
Djalil yang bergeser posisi menjadi Menteri Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas.
C. PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN KESEJAHTERAAN
Pembangunan infrastruktur yang dicanangkan oleh Presiden Joko
Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, sebagai salah satu prioritas
pembangunan yang akan dilaksanakan kabinetnya sejak terpilih lebih dari
setahun lalu, mulai mendapat tanggapan positif dari masyarakat.
Hasil survei nasional di 34 provinsi yang dilakukan Litbang Kompas
dalam rangka 18 bulan evaluasi pemerintahan Jokowi-JK bulan April 2016
lalu menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat (64,9 persen) di
Indonesia meyakini bahwa pembangunan infrastruktur membuat
kesejahteraan masyarakat menjadi semakin baik.
Hal lain yang menjadi prioritas pemerintahan Jokowi-JK adalah
pembangunan tidak lagi "Jawa sentris" atau dimonopoli hanya di pulau Jawa
saja tetapi pembangunan infrastruktur diprioritaskan di daerah-daerah yang
selama ini kurang tersentuh pembangunan seperti Papua, Kalimantan maupun
wilayah Indonesia bagian Timur lain. Oleh karena itu belakangan ini proyek-
proyek infrastruktur seperti pembangunan jalan, jalan tol, pelabuhan, jalur rel
kereta api, jembatan, waduk hingga bendungan-bendungan mulai dibangun di
berbagai pelosok wilayah Indonesia baik di Jawa maupun di luar Pulau Jawa.
Prioritas pembangunan infrastruktur, yang menjadi urat nadi perekonomian,
saat ini sudah menjadi keharusan karena negeri ini sudah sangat ketinggalan
dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal itu berulang-ulang dinyatakan
oleh Presiden Jokowi dalam berbagai kesempatan. Pada sebuah acara di
Yogyakarta pekan lalu (23/5/2016), Presiden Jokowi mengatakan, bahwa
percepatan (pembangunan) infrastruktur itu harus, karena Indonesia sudah
sangat ketinggalan. Salah satunya dalam hal pembangunan jalur rel kereta api
yang sangat diperlukan sebagai alat transportasi barang maupun penumpang.
"Tiongkok itu sudah 16 ribu km yang bergeraknya di atas 300 km per jam,
kita ini mau nyoba, mau memulai, baru 154 km ramainya bukan main. Ini
hal-hal produktif yang harus diselesaikan," kata Jokowi.

Kualitas infrastruktur
Tak hanya itu tantangan lain yang sangat mendesak dalam
pembangunan infrastruktur adalah masih rendahnya kualitas infrastruktur di
Indonesia. Hal ini ditunjukkan dari rendahnya indeks infrastruktur Indonesia
dibandingkan negara-negara ASEAN. Berdasarkan data Logistic Performance
Index (LPI) tahun 2014, indeks infrastruktur Indonesia berada di peringkat 53
di bawah Singapura yang LPInya 5, Malaysia (25), Thailand (35), bahkan
lebih rendah dengan Vietnam yang berada di peringkat 48. Di ASEAN,
peringkat Indonesia hanya lebih tinggi dari negara Filipina (57), Kamboja
(83), Laos (131) dan Myanmar (145). Rendahnya indeks infrastruktur ini
berdampak pada tingginya biaya logistik yang bermuara pada ekonomi biaya
tinggi dan mahalnya biaya barang dan jasa. Realisasi anggaran pembangunan
infrastruktur beberapa tahun belakangan ini selalu naik dari tahun ke tahun.
Terutama semenjak pembangunan infrastruktur menjadi prioritas utama
pembangunan nasional melalui Master Plan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) pada zaman pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Jika pada APBN tahun 2010 realisasi
anggaran infrastruktur masih sebesar Rp 86 triliun, di tahun 2015 sudah
mencapai angka Rp 189,7 triliun, naik sebesar Rp 103,7 triliun atau sekitar
120 persen. Anggaran pembangunan infrastruktur semakin digenjot naik pada
pemerintahan Jokowi-JK. Dalam Nota Keuangan 2016, anggaran
pembangunan infrastruktur pada APBN 2016 naik menjadi Rp 313,5 triliun
atau 8 persen dari APBN 2016. Jumlah ini lebih besar dari anggaran APBN-P
2015 yang sebesar Rp 290,3 triliun.

Kendati anggaran infrastruktur naik sangat pesat sejak pemerintah


Jokowi-JK, namun investasi infrastruktur Indonesia masih jauh berada di
bawah manakala dibandingkan dengan negara Tiongkok bahkan India. Di
Tiongkok sejak tahun 2005 investasi infrastruktur yang ada sudah mencapai 9
hingga 11 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto). Di India investasi
infrastrukturnya sudah di atas 7 persen dari PDB sejak tahun 2009. Sementara
di Indonesia total investasi infrastruktur baik investasi dari pemerintah
(APBN, APBD, BUMN, BUMD) maupun swasta baru sekitar 4,5 - 5 persen
dari PDB. Pada tahun 2013 total investasi infrastruktur Indonesia sebesar Rp
438,1 triliun atau masih sekitar 4,71 persen dari PDB. Oleh karena itu,
besarnya alokasi anggaran untuk pembangunan infrastruktur sangat krusial
untuk saat ini maupun ke depan, hal ini mengingat target pertumbuhan
ekonomi tahun 2016 yang dicanangkan oleh pemerintah yakni sebesar 5,5
persen. Pembangunan infrastruktur sangat penting untuk diakselerasi saat ini
mengingat sektor ini berperan untuk menstimulus dan menggerakkan
ekonomi di sektor-sektor lain yang muaranya akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di saat ekonomi global yang saat ini mengalami
kelesuan. Pembangunan infrastruktur akan mendorong sektor-sektor lain
tumbuh seperti penyerapan tenaga kerja, infrastruktur energi, pangan, industri
manufaktur dan industri penunjang sektor konstruksi lain. Hal yang lebih
penting bagi kondisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan saat ini
adalah pembangunan infrastruktur ditujukan untuk membangun konektivitas
antarwilayah maupun antarpulau sehingga dapat mempercepat pemerataan
pembangunan dan mengurangi kesenjangan antarwilayah. Selain itu,
pembangunan infrastruktur perhubungan seperti pelabuhan, jalan tol, rel
kereta api dapat membuka isolasi bagi daerah yang selama ini tertinggal dan
miskin karena tidak tersentuh oleh derap pembangunan.
ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

( ARTIKEL )

ELVA NUR YANTI

C1A1 15 041

ILMU ADMINISTRASI NEGARA (A)

UNIVERSITAS HALU OLEO

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

KENDARI

2016

Vous aimerez peut-être aussi