Vous êtes sur la page 1sur 9

5.

1 Analisis Kependudukan
5.2 Analisis Fungsi Kawasan
5.2.1. Rencana Pembagian Kegiatan Industri blab la bla
5.2.2. Rencana Pembagian Kawasan Industri blab la
5.3 Analisis Daya Dukung Lahan
5.4 Analisis Kebutuhan Jaringan Utilitas
5.4.1. Jaringan Listrik
Ketersediaan jaringan listrik merupakan salah satu hal penting dalam kegiatan industri,
mengingat proses produksi yang dilakukan pastinya akan membutuhkan energi yang
bersumber dari listrik. Kegiatan industri memiliki standar pelayanan berbeda dengan
kegiatan domestic pada umumnya. Hal ini karena kegiatan industri membutuhkan
energi listrik yang besar dan didukung dengan kestabilan daya maupun tegangan.
Kebutuhan energi listrik yang besar ada baiknya didukung oleh sektor swasta dalam
penyediannya guna mengurangi beban perusahaan listrik negara. Adapun distribusi
tenaga listrik baiknya memakai sistem ring dan menggunakan kabel bawah tanah
supaya diperoleh sistem distribusi listrik yang handal dan baik dari sisi estetika, serta
menjaga keamanan dan kenyamanan. Pola jaringan kabel bawah tanah disarankan
mengikuti pola jaringan jalan baik jalan utama maupun jalan lingkungan. Berikut ini
adalah table kebutuhan energi listrik di Kawasan Industri Gowa, ditinjau berdasarkan
jenis bangunan yang ada di kawasan.

LUAS MISC. AIR


LIGHTIN TOTAL
BANGUNAN POWER COND.
NO NAMA BANGUNAN G

( M2 ) VA./M2 VA./M2 VA./M2 KVA

FASILITAS BANGUNAN

1
PABRIK / INDUSTRI 281,990.54 17 33 - 14,099.53

2
PERGUDANGAN 80,306.49 6 11 - 1,338.44

3
KOMERSIAL 27,955.43 17 11 78 2,950.85

4
PERKANTORAN - 17 11 78 -

5
FASUM FASOS - 17 11 78 -

6
PERUMAHAN 25,894.01 6 11 - 431.57
7
RTH - 6 - - -

8
SIRKULASI - 6 - - -

TOTAL CONNECTED
LOAD 18,820.39

DEMAND FACTOR 0.80

DIVERSITY FACTOR 1.20

PEAK LOAD 12,546.92

Sumber: DED KIWA, 2009

Perhitungan kebutuhan table sesuai dengan Perpres nomor 8 tahun 2011, dimana sesuai
dengan jenis industri kelas menengah yang akan dibangun di Kawasan Industri Gowa
dengan daya diatas 200 kVA.

5.4.2. Jaringan Air Bersih

Kebutuhan air bersih untuk sistem penyediaan air bersih di Kawasan Industri Gowa
dipengaruhi oleh jumlah penghuni, fasilitas-fasilitas yang ada dan tata guna lahan
kawasan tersebut. Jaringan air bersih di kawasan perencanaan umumnya diperoleh dari
PDAM atau dengan sumber yang lain misalnya sumur artesis dengan sistem
pengolahan air bersih (Water Treatment Plant, WTP) tersendiri. Adapun kebutuhan air
bersih di Kawasan Industri Gowa standar air bersih yang digunakan adalah untuk
hunian dengan kebutuhan air bersih untuk setiap orangnya adalah memakai standard
liter per orang per hari per m2 luas area hunian sesuai dengan fungsi gedung tersebut.
Sedangkan kebutuhan air untuk proses produksi akan disesuaikan dengan penggunaan
spesifik yang akan ditentukan kemudian.

NO FUNGSI BANGUNAN Kebutuhan Air Bersih


(liter/orang/hari)

1 Industri 60 – 80

2 Perkantoran 100

3 Hotel 250 – 300

4 Perumahan 160 – 250

5 Rumah Sakit 350 – 500

6 Restoran 15

7 Pertokoan 3

8 Asrama 120

9 Sekolah 40 - 80

Sumber : Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plambing

Berdasarkan perhitungan kebutuhan air bersih, maka kebutuhan air bersih rata-rata
untuk kawasan ini adalah 31,5 l/detik, dengan total kebutuhan maksimal sebesar 47,3
l/detik dan total kebutuhan puncak sebesar 63,0 l/detik.

5.4.3. Jaringan Telekomunikasi

Sistem telepon sebagai prasarana telekomunikasi baik intern maupun extern didalam
memenuhi fungsi gedung- gedung pada Kawasan Industri Gowa ini.

LUAS OUTLET
TELKOM KETERANGAN
BANGUNAN TELEPON
NO NAMA BANGUNAN

( M2 ) SST/DIRECT EXTENTION

FASILITAS BANGUNAN

1
PABRIK / INDUSTRI 281,990.54 564 2,820 SST = Satuan
Sambungan Telepon
2 / Trunk Line
PERGUDANGAN 80,306.49 161 803
TELKOM
3 KOMERSIAL
27,955.43 56 559

4
PERKANTORAN - - -

5
FASUM FASOS - -

Extention = Outlet
6
PERUMAHAN 25,894.01 86 Telepon untuk PABX

7
RTH - -

8
SIRKULASI - -

TOTAL SATUAN
SAMBUNGAN TELEPON 867 4,182

Sumber: DED KIWA, 2009

5.4.4. Sistem Persampahan

Sistem pengelolaan sampah di Kawasan Industri Gowa meliputi sistem


pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan
akhir sampah.

Dalam sistem pengelolaan sampah ini diterapkan teknik operasional pengelolaan


persampahan disertai dengan kegiatan pemilahan pendekatan konsep 3R (Reduce,
Reuse, dan Recycle) sejak dari sumbernya, di pemindahan sampai di pembuangan
akhir sampah. Kegiatan pengelolaan sampah ini sangat tergantung pada sistem
pemilahan di sumber yang tergantung pada jenis sampah yang dihasilkan (sampah
organik, sampah plastik, sampah kertas, sampah logam dan gelas dan sampah kain).

Pada dasarnya, konsep sistem persampahan ini yaitu mengurangi semaksimal


mungkin sampah yang sampai di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dan mengolah
kembali sampah yang dihasilkan yang dapat berfungsi sebagai bahan baku untuk
industri yang memerlukan; sampah organik untuk industri kompos, sampah kertas
untuk industri kertas, sampah plastik untuk industri plastik, sampah logam dan botol
untuk industri logam dan industri gelas, dst.
Untuk terselenggaranya sistem pengelolaan persampahan ini dengan baik (seperti
halnya di negara maju lain yang dapat berjalan dengan sangat baik; yaitu Jepang)
maka diperlukan sosialiasi dari awal kepada penghuni atau warga/penduduk yang akan
menempati Kawasan Industri Gowa dengan melakukan penjelasan dan training dan
sekaligus dilakukan penandatanganan kontrak (sebagai aturan dan hukum yang
mengikat sebagai jaminan) awal kepada penghuni untuk mematuhi aturan sistem
pengelolaan sampah di Kawasan Industri Gowa.

Dapat disimpulkan bahwa konsep sistem persampahannya adalah ”MENGOLAH


SAMPAH DARI SUMBERNYA AGAR BISA DIJADIKAN SEBAGAI BAHAN
BAKU INDUSTRI DENGAN CARA PEMILAHAN YANG SEMPURNA”. Konsep
ini sangat menguntungkan karena terjadi reduksi timbulan sampah yang akan di buang
ke TPA, sehingga luas TPA yang diperlukan akan sedikit dan dampak sosial-ekonomi-
lingkungan di sekitar lingkungan TPA bisa ditekan.

5.4.5. Jaringan Drainase

Sistem drainase pada Kawasan Industri Gowa digunakan untuk menampung air hujan
dan air kotor dari floor drain yang terpisah dari saluran pengumpul air buangan/kotor
kawasan. Dalam perencanaan sistem drainase ini, distribusi curah hujan perlu
diketahui sebelum dilakukan segala perhitungan yang diperlukan dalam mendisain
saluran drainase. Data curah hujan yang digunakan adalah kumpulan data tinggi curah
hujan harian maksimum dalam setahun, yaitu curah hujan tertinggi dalam satu hari
dalam tahun tertentu. Pengolahan dan analisa data dilakukan terhadap data curah hujan
harian maksimum, minimal (ideal) 30 tahun pengamatan terakhir berturut-turut, yang
dinyatakan dalam mm/24 jam. Bentuk-bentuk dan jenis saluran drainase yang
digunakan adalah saluran tertutup dan saluran terbuka dengan bentuk trapesium,
segiempat, setengah lingkaran, segitiga dll. Sistem pengaliran air dari jalan ke dalam
saluran menggunakan street inlet.
5.4.6. Jaringan Pengolahan Limbah

Produksi limbah pada sebuah kawasan industry merupakan hal yang tak dapat
dihindari. Untuk itu diperlukan sistem pengolahan air limbah (Waste Water Treatment
Plant, WWTP) terpadu untuk mengolah air buangan/limbah yang dihasilkan dari
kegiatan domestik kawasan tersebut. Hal ini dilakukan sebagai tindakan preventif
terjadinya pencemaran lingkungan di kawasan industry. Kawasan Industri Gowa pada
dasarnya akan dilengkapi dengan bangunan khusus pengolahan IPAL. Dengan luas
kawasan ± 106,59 ha, Kawasan Industri Gowa sangat membutuhkan ketersediaan
Instalasi Pengelolaan Air Limbah.

Adapun kriteria yang wajib dilengkapi dalam penyediaan IPAL terpadu untuk
kawasan industri, Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Industri (Industrial
Estate) di Daerah menetapkan untuk mengolah 4 (empat) parameter kunci, yaitu BOD,
COD, pH, TSS dan warna. Dalam perencanaan sistem IPAL terpadu sangat ditentukan
oleh 2 (dua) faktor utama, antara lain:
1. Investasi maksimal yang dapat disediakan oleh pengembang untuk membangun
sistem IPAL terpadu dikaitkan dengan luas kawasan industri, sehingga harga jual
lahan masih layak jual;

2. Peruntukan badan air penerima limbah cair (stream) apakah merupakan badan air
klas I, II, III atau IV sesuai dengan PP 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.

Ditinjau dari kedua faktor tersebut, standard influent untuk 4 parameter peruntukan
kawasan industri adalah sebagai berikut:
 BOD : 400 – 600 mg/l

 COD : 600 – 800 mg/l

 TSS : 400 – 600 mg/l

 pH : 4 hingga 10
5.5 Analisis Sistem Pergerakan

Analisis sistem pergerakan yang dimaksud terkait dengan pergerakan angkutan atau
transportasi di Kawasan Industri Kaliwungu. Analisis ini meliputi analisis prasarana dan
sarana transportasi.

5.5.1. Analisis Prasarana Transportasi

Sistem transportasi pada kawasan Industri Gowa (KIWA) dilihat dari pola pergerakan
yaitu pola pergerakan angkutan umum dan barang. Pergerakan yang terjadi umumnya
bertumpu pada jaringan dan rute angkutan umum. Namun untuk kasus ini, yang lebih
diutamakan adalah analisis pergerakan barang sebagai hasil produksi industri,
mengingat pada kondisi eksisting kawasan ini belum terlayani oleh rute angkutan
umum.

1. Pola pergerakan Angkutan Penumpang

Pola pergerakan angkutan umum sangat berkaitan dengan rute angkutan umum
yang ada, dimana pada dasarnya pola pergerakannya yaitu pola pergerakan
eksternal. Pola pergerakan eksternal adalah pola pergerakan angkutan yang menuju
keluar dari daerah industri, dimana hubungan pergerakan ini menyangkut
pergerakan angkutan penumpang ke daerah lain. Arah dan tujuan pergerakan
penumpang terbesar di KIWA adalah dari kawasan Industri menuju Kota
Makassar, Kabupaten Maros, dan kabupaten Gowa. Untuk itu perlu direncanakan
rute angkutan umum yang dapat melayani perjalanan masuk dan keluar dari
KIWA.

2. Pola pergerakan Barang

Pola pergerakan barang di Kawasan Industri Gowa, dapat melalui jalur darat, jalur
udara, maupun jalur laut. Namun kecenderungan pergerakan barang adalah dengan
transportasi darat mengingat jarak yang harus ditempuh untuk sampai pada sarana
transportasi udara dan sarana transportasi laut. Pergerakan barang dengan
transportasi laut adalah melalui Pelabuhan Internasional Soekarno-Hatta,
sementara untuk transportasi udara adalah melalui Bandar Udara Internasional
Sultan Hasanuddin.
Transportasi berperan dalam wujud pergerakan aktivitas masyarakat mapun barang.
Sehingga untuk menunjang pergerakan barang yang masuk, dalam hal ini adalah
barang mentah atau bahan baku yang akan diolah di KIWA, maupun barang yang
keluar yaitu merupakan produk dari industri untuk didistribusikan ke wilayah lain,
maka di perlu adanya penambahan moda transportasi sebagai wadah utuk
mendistribusikan produk hasil industri.

Mengacu pada perencanaan kota satelit Mamminasata, akan dibangun jalan lingkar
Mamminasata yang akan menghubungkan antar Kota Makassar, Kabupaten Maros,
dan Kabupaten Gowa. Perencanaan jalan lingkar akan melalui Kawasan Industri
Gowa, dimana hal ini tentunya akan meningkatkan asksesibilitas dan mobilitas di
KIWA.

5.5.2. Analisis Sarana Transportasi

Sarana transportasi yang tersedia untuk mendukung Kawasan Industri Gowa adalah
Pelabuhan Internasional Soekarno-Hatta, dan Bandar Udara Internasional Sultan
Hasanuddin. Kedua sarana yang telah terbangun berlokasi di Kota Makassar dengan
jarak masing-masing dari KIWA adalah 21 km dan 15 km. Baik pelabuhan dan
bandara yang tersedia telah berstatus internasional, sehingga akan memberi
keuntungan untuk distribusi hasil produksi industri. Namun, kondisi jalan pendukung
menuju sarana masih belum memadai dengan ukuran jalan yang sempit dan
merupakan jalan lokal sehingga masih menjadi kendala. Sarana transportasi darat di
Kawasan Industri Gowa juga masih belum tersedia. Hal ini perlu diperhatikan mengingat
pergerakan SDM nya perlu diakomodir. Untuk pergerakan barang, Kawasan industri
dapat menggunakan jalan lokal yang menghubungkan antar Kota Makassar, kabupaten
Maros, dan Kabupaten Gowa serta jalan lingkar Mamminasata yang saat ini masih dalam
status perencanaan.

Vous aimerez peut-être aussi