Vous êtes sur la page 1sur 18

NAMA : NURUL ILMI RAHMATULLAH

KELAS : ALPHA 2015


NIM : 04011281520154

TUTORIAL SKENARIO A BLOK 24 2018

ANALISIS MASALAH
Mrs. Siti, a pregnant woman (34 years old, G6P4A1, 32 weeks gestational age) come to the
public health center with complains malaise and dizzy.
a. Bagaimana hubungan usia ibu Siti pada kasus dengan keluhan? Galang, Nuil
Tidak ada, karena umur ideal untuk kehamilan yang risikonya rendah adalah pada
kelompok umur 20-35 tahun. Sedangkan ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun memiliki insiden anemia lebih banyak (74,1%) dibandingan ibu
hamil usia 20 – 35 tahun (50,5%). (Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas))

Upon admission:
Height= 155 cm; weight 48 kg;
Sense: compos mentis
BP: 100/60 mmHg, HR: 96 x/ min, RR: 20 x/m
Palpebral conjunctival : pale
a. Berapa kenaikan berat badan normal pada ibu hamil? Suci, Nuil
Total kenaikan berat badan yang disarankan selama kehamilan IMT (kg/m²).
Kurus (IMT <18,5) 12,7-18,1 kg 0,5 kg/minggu
Normal (IMT 18,5-22,9) 11,3-15,9 kg 0,4 kg/minggu
Overweight (IMT 23-29,9) 6,8-11,3 kg 0,4 kg/minggu
Obesitas (IMT >30) 0,2 kg minggu
Bayi kembar 15,9-20 15,9-20,4 0,7 kg/minggu
Sumber : RISKESDAS (2010)
Obstetric examination:
External examination: cephalic presentation, FHR 140 x/m, no uterine contraction
Laboratory examination: hb 8,6g/dl; WBC 9600/mm; Ht 25,8%; MCv=70fl; MCH= 23 pg;
MCHC= 29 g/dl; Ferritin: 7 ng/dl; TIBC: 4000 ug/DL; SI: 260 ug/DL
Peripheral blood smear: hypochromic mirocytic anemia
a. Bagaimana cara pemeriksaan cephalic presentation (leopold 1-4)? Dewi, Nuil

HIPOTESIS
Ibu Siti 34 tahun hamil 32 minggu (G6P4A1) mengalami lemas dan pusing diduga karena
anemia defisiensi besi akibat kekurangan asupan nutrisi.
a. DD
Anemia Anemia akibat thalassemia Anemia
defisiensi besi penyakit kronik sideroblastik
Derajat Ringan sampai Ringan Ringan Ringan sampai berat
anemia berat
MCV Menurun Menurun/N Menurun Menurun/N
MCH Menurun Menurun/N Menurun Menurun/N
TIBC Meningkat Menurun N/menurun Normal/N
Saturasi Menurun Menurun/N Meningkat Meningakat
tranferin
Besi sumsum Negatif Positif Positif kuat Positif
tulang
Feritin serum Meningkat Normal Meningkat Meningkat
Besi serum Menurun Menurun N/meningkat N/ meningkat

b. Dk (Semua)
Anemia Defisiensi Besi et causa kekurangan asupan nutrisi.

c. Definisi (Semua)
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr%
pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II ( Depkes RI,
2009 ). Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya
hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital
pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika
konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney, 2006 ).
suatu keadaan kekurangan besi (Fe) dalam tubuh yang mengakibatkan pembentukan
eritrosit atau sel darah merah mengalami ketidakmatangan (imatur). Sel darah merah
yang terbentuk ukurannya lebih kecil dari normal dan hemoglobin dalam sel darah merah
berjumlah sangat sedikit. Zat besi yang tidak adekuat menyebabkan berkurangnya
sintesis hemoglobin sehingga menghambat proses pematangan eritrosit.

Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam
darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya
pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi dalam darah. Jika
simpanan zat besi dalam tubuh seseorang sudah sangat rendah berarti orang tersebut
mendekati anemia walaupun belum ditemukan gejala-gejala fisiologis. Simpanan zat besi
yang sangat rendah lambat laun tidak akan cukup untuk membentuk sel-sel darah merah
di dalam sumsum tulang sehingga kadar hemoglobin terus menurun di bawah batas
normal, keadaan inilah yang disebut anemia gizi besi ( Masrizal, 2007).

d. Prognosis (Nuil, Razan)


Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan anak.
Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau komplikasi lain.
Anemia berat yang tidak diobati dalam kehamilan muda dapat menyebabkan abortus, dan
dalam kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama, perdarahan postpartum, dan
infeksi.

Walaupun bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita anemia defisiensi besi tidak
menunjukan Hb yang rendah, namun cadangan besinya kurang, yang baru beberapa bulan
kemudian tampak sebagai anemia infantum.

e. SKDI (Semua)
ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA KEHAMILAN : 4A
Tingkat kemampuan 4: Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter. Dokter dapat
memutuskan dan mampu menangani masalah ini secara mandiri hingga tuntas.

LI
1. Anatomi dan fisiologi kehamilan (Deena, Nuil)

FISIOLOGI KEHAMILAN TRIMESTER III


Perjalanan kehamilan dapat dibagi menjadi 3 Trimester yaitu :
- Trimester I : Umur kehamilan 0 – 16 minggu
- Trimester II : Umur kehamilan 16 – 28 minggu
- Trimester III : Umur kehamilan 28 – 40 minggu

Pada dasawarsa terakhir ini sudah jarang disebutkan dengan tegas tentang pembagian
trimester ini karena sesuai dengan perkembangan ilmu kebidanan dan ilmu-ilmu yang
menyangkut reproduksi manusia maka pembagian ini justru lebih diarahkan pada saat-
saat masa kritis pada kehamilan mulai ada. Pembagian ini dimulai sejak dari pembuahan
sampai pada kehamilan tersebut cukup bulan (lebih dari 37 minggu) untuk kemudian siap
dilahirkan, dibagi menjadi 2 tahap :
- Tahap Embrio : umur kehamilan 0 – 7 minggu
Tahap ini dibagi 2 yaitu :
 Masa pranidasi
 Masa post nidasi
- Tahap fetus / janin : umur kehamilan 8 – 38 minggu.

Pada tahap embrio pranidasi dimulai sejak masa sel telur dikeluarkan kemudian dibuahi
oleh sel spermatozoa menjadi zigot..
Pada tahap embrio post nidasi ini merupakan tahap embrio yang sebenarnya dimana
berlangsung setelah nidasi terjadi sampai akhir minggu ke 8 kehamilan. Pada tahap ini
terjadi pertumbuhan yang sangat cepat karena jumlah sel sudah berekbmagn secara
berganda dan jaringan kemudian akan terbentuk menjadi 3 jaringan dsar pertumbuhan
yaitu jaringan ektoderm, jaringan mesoderm dan jaringan endoderm. Jaringan-jaringan
ini kemudian akan tumbuh menjadi organ-organ tubuh janin secara bertahap dan pada
akhir minggu ke 8 dikatakan janin sudah terbentuk.
Tahapan dari minggu ke 3 samapai pada akhir minggu ke 8 merupakan masa
pertumbuhan organ yang sangat penting dan sangat kritis disebut dengan tahap
organogenesis. Bila ibu hamil pada saat tersebut menderita sakit tertentu maka akan
mengalami ganggunan pertumbuhan dan dapat menyebasbkan cacat bawaan yang tampak
setelah janin dilahirkan sering pula disebut adanya pengaruh obat-obat tertentu yang akan
menyebabkan perubahan pada janin, obat-obat tersebut dikenal dengan golongan obat
teratogenik misal Tetrasiklin yang dapat menyebabkan gigi menjadi kecoklatan, obat
Thalidomid yang dapat menyebabkan pertumbuhan anggota gerak yang tidak sempurna.
Pada tahap fetus / janin merupakan tahap pertumbuhan yang sifatnya penyermpuranaan
dari organ-organ tubuh yang terbentuk sebelumnya.

Pada bulan ke 3 kehamilan ditandai dengan mulainya aktivitas fungsi syaraf dan otak.
Refleks seluruh badan sudah mulai timbul. Kedua ginjal sudah mulai bersekresi
mengeluarkan urin yang diekskresikan ke kandung kemi janin dan dikeluarkan ke
kantong ketuban. Diferensiasi alat genetalia luar telah tampak dan jenis kelamin bayipun
telah dapat dikenali laki-laki atau perempuan. Penentuan jenis kelamin sendiri sudah
terjadi sat terjadinya pembuahan tergantung jenis kromosom apa yang membuahi sel telur
pada saat itu. Mata, hidung, telinga, palatum sudah menyatu dan mulai berfungsi. Paru-
paru, kelenjar tiroid, pankreas dan kandung empedu sudah mulai bekerja pada akhir bulan
ke 3 dan telah berintegrasi dengan sistim saraf.
Selanjutnya fetus yang panjangnya sudah mencapai 75 mm ini relatif menjadi lebih tahan
terhadap pengaruh obat teratogenik. Pertumbuhan selanjutnya lebih cenderung ke arah
pembesaran janin pada masing-masing organ tubuh sesuai pula dengan pembentukan
plasenta yang hampir sempurna pembentukannya.

Tinggi puncak rahim sekitar 3 jari di atas pertemuan tulang kemaluan kanan kiri dengan
berat badan ibu sudah mulai bertambah sekitar 500 gram per minggu.
Pada akhir minggu ke 16 fetus mempunyai panjang kepala pantat (CRL=Crown Rump
Length) lebih kurang 120 mm dengan berat sekitar 110 gram. Pertumbuhan dan
kehidupan janin sudah lebih banyak dipengaruhi oleh sirkulasi fetomaternal melalui
plasenta. Baik buruknya janin sejak saat itu lebih banyak dipengaruhi oleh faal plasenta
sesuai dengan tugasnyas ebagai penghubung antara ibu dan janin. Tinggi puncak rahim
sudah mencapai pertengahan tulang kemaluan ke pusat. Ibu mulai merasakan adanya
gerakan janin seperti suatu getaran kasar (“kedut”) yang berlangsung secra cepat dah
hilang timbul.

Pada akhir minggu ke 20 janin telah tumbuh lebih besar lagi dan panjang janin sekitar
200 mm dengan berat badan janin mendekati atau telah mencapai 500 gram. Kulit janin
sudah mulai tampak lanugo dan vernix caseosa. Tinggi puncak rahim sudah mencapai 3
jari dibawah pusat. Ibu sudah mulai merasakan gerakan janin dengan jelas.
Pada akhir minggu ke 24 panjang janin mencapai 25 cm dengan berat badan sekitar 640
gram. Sudah mulai ada lapisan lemak sehingga mulai tampak berisi, kepala sudah
membesar dengan pertumbuhan alis dan bulu mata. Tinggi puncak rahim sudah disekitar
pusat. Gerakan janin dirasakan semakin nyata seperti ada suatu sentakan / tendangan kaki
janin.

Pada akhir minggu ke 28 janin dapat mencapai berat 110 gram walau dibeberapa tempat
masih keliatan keriput, kulit janin sudah banyak dilapisi oleh vernix caseosa. Pupil mata
sudah mulai berfungsi, pada saat ini dikatakan bahwa janin sudah siap untuk hidup di
dunia luar dengan perawatan khusus. Tinggi puncak rahim sudah mencapai 3 jari diatas
pusat. Mulai saat ini tubuh ibu sudah terjadi perubahan sirkulasi darah yang ada dimana
terjadi pengenceran secara bertahap sehingga akan terjadi penurunan kadar darah
(hemoglobin) secara fisiologis. Bila ibu hamil tidak dipacu untuk memproduksi sel darah
merah / hemoglobin dengan mencukupi kebutuhan gizinya secara umum dan zat besi
secara khusus maka terjadi anemia akan berlanjut dan mengakibatkan gangguan pada
pertumbuhan janin dan penyusunan kekuatan ibu pada saat persalinan nanti.

Pada akhir minggu ke 32 janin akan mencapai panjang 38 cm dengan berat badan janin
sudah mencapai 1800 gram. Dibandingkan dengan bulan sebelumnya penambahan berat
badan janin di sini berlangsung dengan cepat. Tinggi puncak rahim sudah mencapai
pertengahan pusat ke ujung bawah tulang dada. Gerakan janin semakin kuat, ibu hamil
kadang-kadang merasakan gerakan janin ini seperti mendesak (“nendang”) ke arah ulu
hati / sekat rongga dada.

Pada akhir minggu ke 36 panjang janin sudah sekitar 48 cm dengan berat badan janin
sudah mencapai sekitar 2500 gram. Wajah janin sekarang sudah tidak keriput lagi.
Seluruh organ semestinya sudah berfungsi dengan baik bila bayi ini kemudian dilahirkan.
Tinggi puncak rahim merupakan puncak tertinggi selama kehamilan yaitu setinggi 3 jari
dibwah ujung tulang dada. Perasaan fisik ibu sudah mencapai tahap yang paling banyak
memberikan keluhan antara lain pinggang yang terasa sakit, banyak mengeluarkan
keringat dan sulit mencari posisi tidur yang nyaman. Kenaikan berat badan ibu mulai
berkurang sehingga kenaikan berat badan per minggu perlu disesuaikan dengan taksiran
berat badan janin yang dikandungnya. Pengaturan diit ibu hamil mungkin sudah
diperlukan disini.

Pada akhir kehamilan (sekitar 40 minggu) janin sudah tumbuh sempuran dengan wajah
janin yang cakap dan badan janin sudah penuh berisi. Berat badan janin sekitar 2700 –
3300 gram. Tinggi fundus uteri justru turun sekit oleh karena adanya penurunan kepala
janin yang akan mulai masuk ke rongga panggul. Ibu sudah tidak berselera makan karena
makan sedikit saja terasanya sudah penuh. Banyak mengeluarkan keringat dan sekali
waktu disertai rasa sakit pada rahim karena kontraksi atau hit palsu yang sudah sering
terjadi.

1. Embriologi(Perkembangan janin pada Trimester ke-3)

PEMBUAHAN

Pembuahan (Konsepsi) adalah merupakan awal dari kehamilan, dimana satu sel telur
dibuahi oleh satu sperma. Ovulasi (pelepasan sel telur) adalah merupakan bagian dari siklus
menstruasi normal, yang terjadi sekitar 14 hari sebelum menstruasi. Sel telur yang dilepaskan
bergerak ke ujung tuba falopii (saluran telur) yang berbentuk corong , yang merupakan tempat
terjadinya pembuahan. Jika tidak terjadi pembuahan, sel telur akan mengalami kemunduran
(degenerasi) dan dibuang melalui vagina bersamaan dengan darah menstruasi. Jika terjadi
pembuahan, maka sel telur yang telah dibuahi oleh sperma ini akan mengalami serangkaian
pembelahan dan tumbuh menjadi embrio (bakal janin). Jika pada ovulasi dilepaskan lebih dari 1
sel telur dan kemudian diikuti dengan pembuahan, maka akan terjadi kehamilan ganda, biasanya
kembar 2. Kasus seperti ini merupakan kembar fraternal. Kembar identik terjadi jika pada awal
pembelahan, sel telur yang telah dibuahi membelah menjadi 2 sel yang terpisah atau dengan kata
lain, kembar identik berasal dari 1 sel telur. Pada saat ovulasi, lapisan lendir di dalam serviks
(leher rahim) menjadi lebih cair, sehingga sperma mudah menembus ke dalam rahim. Sperma
bergerak dari vagina sampai ke ujung tuba falopii yang berbentuk corong dalam waktu 5 menit.
Sel yang melapisi tuba falopii mempermudah terjadinya pembuahan dan pembentukan zigot (sel
telur yang telah dibuahi).

IMPLANTASI & PERKEMBANGAN PLASENTA

Implantasi adalah penempelan blastosis ke dinding rahim, yaitu pada tempatnya tertanam.
Blastosis biasanya tertanam di dekat puncak rahim, pada bagian depan maupun dinding
belakang. Dinding blastosis memiliki ketebalan 1 lapis sel, kecuali pada daerah tertentu terdiri
dari 3-4 sel. Sel-sel di bagian dalam pada dinding blastosis yang tebal akan berkembang menjadi
embrio, sedangkan sel-sel di bagian luar tertanam pada dinding rahim dan membentuk plasenta
(ari-ari). Plasenta menghasilkan hormon untuk membantu memelihara kehamilan dan
memungkin perputaran oksigen, zat gizi serta limbah antara ibu dan janin. Implantasi mulai
terjadi pada hari ke 5-8 setelah pembuahan dan selesai pada hari ke 9-10. Dinding blastosis
merupakan lapisan luar dari selaput yang membungkus embrio (korion). Lapisan dalam (amnion)
mulai dibuat pada hari ke 10-12 dan membentuk kantung amnion. Kantung amnion berisi cairan
jernih (cairan amnion) dan akan mengembang untuk membungkus embrio yang sedang tumbuh,
yang mengapung di dalamnya. Tonjolan kecil (vili) dari plasenta yang sedang tumbuh,
memanjang ke dalam dinding rahim dan membentuk percabangan seperti susunan pohon.
Susunan ini menyebabkan penambahan luas daerah kontak antara ibu dan plasenta, sehingga zat
gizi dari ibu lebih banyak yang sampai ke janin dan limbah lebih banyak dibuang dari janin ke
ibu. Pembentukan plasenta yang sempurna biasanya selesai pada minggu ke 18-20, tetapi
plasenta akan terus tumbuh selama kehamilan dan pada saat persalinan beratnya mencapai 500
gram.

PERKEMBANGAN EMBRIO

Embrio pertama kali dapat dikenali di dalam blastosis sekitar 10 hari setelah pembuahan.
Kemudian mulai terjadi pembentukan daerah yang akan menjadi otak dan medulla spinalis,
sedangkan jantung dan pembuluh darah mulai dibentuk pada hari ke 16-17. Jantung mulai
memompa cairan melalui pembuluh darah pada hari ke 20 dan hari berikutnya muncul sel darah
merah yang pertama. Selanjutnya, pembuluh darah terus berkembang di seluruh embrio dan
plasenta. Organ-organ terbentuk sempurna pada usia kehamilan 12 minggu (10 minggu setelah
permbuahan), kecuali otak dan medulla spinalis, yang terus mengalami pematangan selama
kehamilan. Kelainan pembentukan organ (malformasi) paling banyak terjadi pada trimester
pertama (12 minggu pertama) kehamilan, yang merupakan masa-masa pembentukan organ
dimana embrio sangat rentan terhadap efek obatobatan atau virus. Karena itu seorang wanita
hamil sebaiknya tidak menjalani immunisasi atau mengkonsumsi obat-obatan pada trimester
pertama kecuali sangat penting untuk melindungi kesehatannya. Pemberian obatobatan yang
diketahui dapat menyebabkan malformasi harus dihindari. Pada awalnya, perkembangan embrio
terjadi dibawah lapisan rahim pada salah satu sisi rongga rahim, tetapi pada minggu ke 12, janin
(istilah yang digunakan setelah usia kehamilan mencapai 8 minggu) telah mengalami
pertumbuhan yang pesat sehingga lapisan pada kedua sisi rahim bertemu (karena janin telah
memenuhi seluruh rahim).

MENENTUKAN USIA KEHAMILAN

Secara konvensional, kehamilan dihitung dalam minggu, dimulai dari hari pertama menstruasi
terakhir. Ovulasi biasanya terjadi 2 minggu sesudah menstruasi dan pembuahan biasanya terjadi
segera setelah ovulasi, karena itu secara kasar usia embrio adalah 2 minggu lebih muda daripada
jumlah minggu yang secara tradisional dipakai untuk menyatakan usia kehamilan. Dengan kata
lain, seorang wanita yang hamil 4 minggu sedang mengandung embrio yang berumur 2 minggu.
Jika menstruasinya tidak teratur, maka perbedaan yang pasti bisa lebih atau kurang dari 2
minggu. Untuk praktisnya, jika seorang wanita menstruasinya terlambat 2 minggu, dikatakan
telah hamil 6 minggu. Kehamilan berlangsung rata-rata selama 266 hari (38 minggu) dari masa
pembuahan atau 280 hari (40 minggu) dari hari pertama menstruasi. Untuk menentukan tanggal
perkiraan persalinan bisa dilakukan perhitungan berikut:

- tanggal menstruasi terakhir ditambah 7

- bulan menstruasi terakhir dikurangi 3

- tahun menstruasi terakhir ditambah 1.


Hanya 10% wanita hamil yang melahirkan tepat pada tanggal perkiraan persalinan, 50%
melahirkan dalam waktu 1 minggu dan hampir 90% yang melahirkan dalam waktu 2 minggu
sebelum atau setelah tanggal perkiraan persalinan. Persalinan dalam waktu 2 minggu sebelum
maupun sesudah perkiraan persalinan masih dianggap normal. Kehamilan terbagi menjadi
periode 3 bulanan, yang disebut sebagai:

- Trimester pertama (minggu 1-12)

- Trimester kedua (minggu 13-24)

- Trimester ketiga (minggu 25-persalinan).


Hasil Pemeriksaan Fisik Normal Interprestasi
Height: 155cm BMI: 18.5-25 Underweight
Weight: 48kg
BMI: 19.97
Sensorium: Kompos Mentis Kompos Mentis Normal
Tekanan darah: 100/60 110-140/80-90 Hipotensi
mmHg mmHg
Heart Rate 96x/min 80-120x/min Normal
Respiration Rate: 20x/min 16-24x/min Normal
Palpebral Konjungtiva: Pucat Tidak pucat Tidak Normal
Underweight karena kekurangan asupan nutrisi yang tidak memenuhi butuhan ibu
maupun janin.

Kesadaran: Compos Mentis (normal)

BP: 100/ 60 mmHg (Hipotensi)

HR: 96 x /mnt (Normal)

RR: 20 x /menit (Normal)

Konjugtiva Palpebra Pucat:

Kurangnya asupan Fe disertai peningkatan kebutuhan Fe  penggunaan cadangan besi


meningkat  Cadangan Fe dalam tubuh habis  penyedian Fe untuk proses eritropoesis
terganggu  Hb menurun  Konjugtiva palpebra pucat.

Keterangan Nilai normal Pada kasus Interpretasi


Hb 11-13,5 g/dL 8,6 g/dL Menurun ↓
MCV 80-94 fl 70 fl Menurun ↓
MCH 27-34 pg 23 pg Menurun ↓
MCHC 32-37 g/dl 29 g/dl Menurun ↓
Peripheral blood Normokrom Hipokrom Tidak normal (N)
smear normositik mikrositik
Ferritin 13-400 7 Menurun ↓
TIBC 112-346 400 Meningkat ↑
SI 61-157 260 Meningkat ↑

Hb 6,8 g/dL: Menurun


Mrs. Siti hamil  kebutuhan oksigen dan nutrisi ↑  diet intake ↓ intake Fe ↓ 
penurunan kadar besi dalam darah  berkurangnya cadangan besi  terganggunya
pembentukan Hb  Hb↓

MCV = 70 fl: Menurun


Mrs Siti hamil  kebutuhan oksigen dan nutrisi ↑ diet intake ↓ intake Fe↓ 
penurunan kadar besi dalam darah  berkurangnya cadangan besi  terganggunya
pembentukan Hb  proses eritropoeisis terganggu  MCV↓

MCH = 23 pg: Menurun


Mrs Siti hamil kebutuhan oksigen dan nutrisi ↑ diet intake ↓ intake Fe↓ 
penurunan kadar besi dalam darah  berkurangnya cadangan besi  terganggunya
pembentukan Hb  MCH↓

MCHC = 29 gr/dL: Menurun


Mrs Siti hamilkebutuhan oksigen dan nutrisi ↑ diet intake ↓ intake Fe↓ 
penurunan kadar besi dalam darah  berkurangnya cadangan besi  terganggunya
pembentukan Hb proses eritropoeisis terganggu  pembentukan heme menurun 
konsentrasi hemoglobin dalam 1 sel eritrosit menurun  MCHC ↓

Serum ferritin = Menurun


Sebagian kecil feritin tubuh bersirkulasi dalam serum, konsentrasinya sebanding dengan
cadangan besi jaringan, khususnya retikuloendotel. Pada anemia defisensi besi, kadar
feritin serum sangat rendah, sedangkan feritin serum yang meningkat menunjukkan
adanya kelebihan besi atau pelepasan feritin berlebihan dari jaringan yang rusak atau suatu
respons fase akut, misalnya pada inflamasi.
TIBC 400 = Meningkat
Mrs Siti hamil  kebutuhan oksigen dan nutrisi ↑ diet intake ↓ intake Fe↓  zat
besi dalam sirkulasi berkurang  TIBC meningkat
Riwayat kelahiran Mrs. Siti 34 tahun
G6P4A1
SI 260: Menurun
Mrs Siti termuda
Usia anak 2
hamil kebutuhan oksigen dan nutrisi ↑ diet UK 32 minggu
intake ↓ intake Fe↓ zat besi
tahun
dalam sirkulasi berkurang  Fe serum ↓
Kebutuhan Faktor
Blood smear hipocrom micrositer sosioekonomi
nutrisi saat
Mrs Siti hamil  kebutuhan oksigen dan nutrisi ↑
hamil meningkat
diet intake ↓  intake Fe↓ MCH↓
kurang mampu
(Terutama Fe)
MCV↓ MCHC↓  Gambaran anemia hipokrom mikrositer

Asupan nutrisi
inadekuat

Resiko adb
Intake Fe ↓

Penurunan
cadangan zat besi

V. Kerangka Konsep Fe serum ↓


Ferritin ↓ TIBC ↑

Anemia Defisiensi
Besi

Aliran darah ke MCV & MCH ↓


Sintesis Hb ↓
perifer ↓

Transport O2 Konjungtiva Gambaran darah


ke jaringan ↓ pucat tepi hipokrom
mikrositer

Lemas Pusing
DAFTAR PUSTAKA

Hutabarat, Hanna. 2012. Perbedaan Taksiran Berat Janin dari Ibu anemia dengan Ibu Tidak
Anemia Berdasarkan rumus Niswander di Puskesmas Kentara Kab. Dairi. Diakses dari :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/33643/Chapter%20II.pdf?
sequence=4 (23 Januari 2018).

Kemeterian Kesehatan RI. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan
Rujukan. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Paendong, Florencia, dkk. 2016. Profil zat besi (Fe) pada ibu hamil dengan anemia di
Puskesmas Bahu Manado. e-Clinic. Vol. 4, No. 1, Januari 2016. Diakses dari :
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/viewFile/10985/10574 (23 Januari
2018).

Sinurat, Threesa Serepina. 2011. Hubungan Anemia Defisiensi Besi dengan Usia Kehamilan
Trimester I, II, dan III pada Ibu Hamil di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2009.
Diakses dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/21579/Chapter
%20II.pdf?sequence=4 (23 Januari 2018).

Siregar, Rahmi Yanti. 2011. Faktor yang mendasari penentuan jarak kehamilan pada Pasangan
Usia Subur di RB. Mahdarina, Padang Bulan Tahun 2008. Diakses dari :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/23957/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=50AC7E8737353FCA4F39EA59B495EC8C?sequence=4 (23 Januari
2018).

Soma-Pillay, Priya. 2016. Physiological changes in pregnancy. CVJ Africa. Vol.27, No. 2, March
2016. Diakses dari : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4928162/pdf/cvja-27-
89.pdf (23 Januari 2018).

Yaze, Gus Ulfa. 2014. Hubungan Antara Jarak Kehamilan Dan Status Gizi Dengan Anemia
Pada Ibu Hamil Di Bidan Praktek Swasta Nyonya Dessy Jalan Slamet Riyadi Iv Pahoman
Bandar Lampung Tahun 2013. Diakses dari : http://digilib.unila.ac.id/2382/11/BAB
%20II.pdf (23 Januari 2018).

Vous aimerez peut-être aussi