Vous êtes sur la page 1sur 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persatuan Perawat Indonesia (PPNI) merupakan organisasi profesi yang
menghimpun perawat secara nasional dan berbadan hukum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, martabat serta etika profesi
perawat, sebagaimana diamanatkan pada pasal 41 dalam undang-undang N0.38
Tahun 2014 tentang Keperawatan dan pasal 42, PPNI juga diamanatkan berfungsi
sebagai pemersatu, Pembina, pengembang dan pengawas keperawatan di
Indonesia. Dalam mencapai tujuan dan menjalankan fungsi tersebut salah satunya
PPNI berkewajiban untuk menyusun standar-standar yang meliputi Standar
Kompetensi, Standar Asuhan Keperawatan dan Standar Kinerja Profesional.
Dalam Standar Asuhan Keperawatan dibutuhkan Standar Diagnosis Keperawatan
untuk mengawal asuhan keperawatan demi terlaksananya asuhan keperawatan
yang optimal bagi klien, keluarga dan komunitas
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman
atau respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan atau pada
proses kehidupan. Diagnosis keperawatan merupakan bagian vital dalam
menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu klien mencapai
kesehatan yang optimal. Mengingat pentingnya diagnosis keperawatan dalam
pemberian asuhan keperawatan maka dibutuhkan standar diagnosis keperawatan
yang dapat diterapkan secara nasional di Indonesia dengan mengacu pada standar
diagnosis internasional yang telah dibakukan sebelumnya.
Penegakan diagnosis keperawatan sebagai salah satu komponen Standar
Asuhan Keperawatan perlu dialankan dengan baik sebagaimana diamanatkan
dalam Undang-Undang No.38 Tahun 2014 tentang Keperawatan pada pasal 30
bahwa dalam menjalankan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat
berwenang menetapkan diagnosis keperawatan. Hal ini menegaskan wewenang
perawat sebagai ‘Penegak Diagnosis’ yang harus memiliki kemampuan diagnostic
yang baik sebagai dasar mengembangkan rencana intervensi keperawatan dalam
rangka mencapai peningkatan, pencegahan dan penyembuhan serta pemulihan
kesehatan klien.
Diagnosis keperawatan telah diterapkan diberbagai rumah sakit dan
fasilitas kesehatan lainnya, namun diperlukan terminologi dan indikator diagnosis
keperawatan yang terstandarisasi agar penegakan diagnosis keperawatan menjadi
seragam, akurat dan tidak ambigu untuk menghindari ketidaktepatan pengambilan
keputusan dan ketidaksesuaian asuhan keperawatan yang dierikan kepada klien
(Lunney, 2006: Muller- Staub et al, 2007, Muller- Staub et al 2010).
Walaupun telah terdapat beberapa standar-standar diagnosis keperawatan
yang telah diakui secara internasional, namun karena standar-standar ini tidak
dikembangkan dengan memperhatikan disparitas budaya dan kekhasan pelayanan
keperawatan di Indonesia, maka standar-standar ini di nilai kurang sesuai untuk
diterapkan di Indonesia seperti diungkapkan oleh Potter & Perry (2013) bahwa
budaya klien akan mempengaruhi tipe masalah kesehatan yang dihadapi dan
menurut Wieck (1996) bahwa perbedaan budaya akan mempengaruhi perawat
dalam memilih indikator diagnostik (tanda/gejala atau faktor risiko ) dalam
menegakkan diagnosis. Namun demikian, Standar-standar yang telah ada tersebut
dapat menjadi rujukan dan masukan dalam penyusunan Standar Diagnosis
Keperawatan yang lebih sesuai dengan budaya dan kekhasan pelayanan
keperawatan di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) ?
2. Apa yang dimaksud dengan diagnosis keperawatan ?
3. Apa yang dimaksud dengan klasifikasi diagnosis keperawatan ?
4. Berapa jenis diagnosis keperawatan ?
5. Apa saja komponen diagnosis keperawatan ?
6. Bagaimana penegakan diagnosis keperawatan ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui dan memahami pengertian variable dan definisi
operasional serta cara pengukurannya, mengetahui jenis-jenis variable
penelitian,dapat mengidentifikasi variable-variable.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penulisan makalah ini dijadikan dasar untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan khususnya dibidang keperawatan.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi institusi pendidikan
Digunakan sebagai sumber informasi,khasanah wacana kepustakaan serta
dapat digunakan sebagai referensi bagi penulis makalah selanjutnya.
2. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang variable penelitian
dan definisi operasional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)


Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah tolok ukur yang
dipergunakan sebagai pedoman penegakan diagnosis keperawatan dalam rangka
memberikan asuhan keperawatan yang aman,efektif dan etis. Standar ini
merupakan salah satu komitmen profesi keperawatan dalam memberikan
perlindungan kepada masyarakat sebagai klien dari asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh anggota profesi perawat. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI) ini dalam penyusunannya telah disesuaikan dan dikembangkan
dari Standar Praktik Keperawatan Indonesia yang dikeluarkan oleh PPNI tahun
2005. Adapun standar praktik keperawatan terkait diagnosis keperawatan termuat
dalam Standar II sebagai berikut:
1. Standar II : Diagnosis Keperawatan
Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosis
Keperawatan
2. Rasional
Diagnosisi keperwatan sebagai dasar pengembangan rencana intervensi
keperawatan dalam rangka mencapai peningkatan, pencegahan dan
penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan klien.
3. Kriteria Struktur
Tatanan praktik memberi kesempatan :
1) Kepada teman sejawat dan klien
2) adanya mekanisme pertukaran informasi tentang hasil penelitian dalam
menetapkan diagnosis keperawatan yang tepat.
3) untuk akses sumber-sumber dan program pengembangan professional yang
terkait
4) adanya pencatatan yang sistematis tentang diagnosis klien.
4. Kriteria Proses,
1) proses diagnosis terdiri dari analisis, interprestasi data, identifikasi masalah
klien dan perumusan diagnosis keperawatan.
2) komponen diagnosis keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab(E),
gejala/tanda (S) atau terdiri dari masalah(P) dan penyebab (E).
3) bekerjasama dengan klien, dekat dengan klien dan petugas kesehatan lain
untuk memvalidasi diagnosis keperawatan
4) melakukan kaji ulang dan revisi diagnosis berdasarkan data terbaru
5. Kriteria Hasil
1) diagnosis keperawatan divalidasi oleh klien bila memungkinkan
2) diagnosis keperawatan yang dibuat diterima oleh teman sejawat sebagai
diagnosis yang relevan dan signifikan
3) diagnosis didokumentasikan untuk memudahkan perencanaan,implementasi,
evaluasi dan penelitian
2.2 Definisi Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Perawat diharapkan memiliki rentang perhatian yang luas, baik pada klien
sakit maupun sehat. Respons-respons tersebut merupakan reaksi terhadap masalah
kesehatan dan proses kehidupan yang dialami klien. Masalah kesehatan mengacu
pada respons klien terhadap kondisi sehat-sakit sedangkan proses kehidupan
mengacu pada respon klien terhadap kondisi yang terjadi selama rentang
kehidupannya dimulai dari fase pembuahan hingga menjelang ajal dan meninggal
yang membutuhkan diagnosis keperawatan dan dapat diatasi atau diubah dengan
intervensi keperawatan (Christensen & Kenney, 2009; McFarland &
McFarlane,1997; Seaback,2006).
2.2.1 Klasifikasi Diagnosis Keperawatan
International Council of Nurses (ICN) sejak tahun 1991 telah
mengembangkan suatu sistem klasifikasi yang disebut dengan International
Classification for Nursing Practice (ICNP). Sistem klasifikasi ini tidak hanya
mencakup klasifikasi diagnosis keperawatan tetapi juga mencakup klasifikasi
intervensi dan tujuan (outcome) keperawatan
ICNP membagi diagnosis keperawatan menjadi lima kategori yaitu
Fisiologis, Psikologi, Perilaku, Relasional, Lingkungan (Wake & Coenen,1998).

Diagnosis
Keperawatan

Fisiologi
Psikologis Perilaku Relasional Lingkungan
s

Nyeri dan
Interaksi Keamanan dan
Respirasi Kenyaman Kebersihan diri
sosial proteksi
an

Integritas
Sirkulasi
ego Penyuluhan
dan
Nutrisi pembelajaran
Pertumbuhan
dan dan
cairan perkemba-
ngan
Eliminasi

Aktivitas
dan
istirahat

Neurosen
sori

Reproduksi
dan
seksualitas

Skema 2.1 Klasifikasi Diagnosis Keperawatan

Sistem klasifikasi ini disusun untuk mengharmonisasikan terminology-


terminologi keperawatan yang digunakan diberbagai Negara diantaranya seperti
Clinical Care Classification (CCC), North American NursingDiagnosis
Association (NANDA), Home Health Care Clasification (HHCC), Systematized
Nomenclature of Medicine Clinical Terms (SNOMED CT), Intenational
Classification of Functioning, Disability and Health (ICF), Nursing Diagnostic
System of the Centre for Nursing Develoment and Research (ZEFP) dan Omaha
System (Hardiker et al, 2011; Muller-Staub et al, 2007; Wake & Coenen,1998).
2.2.2 Jenis Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua jenis yaitu :
1. Diagnosis Negatif
Diagnosis Negatif menunjukan bahwa klien dalam kondisi sakit atau
beresiko mengalami sakit sehingga penegakan diagnosis ini akan mengarahkan
pemberian intervensi keperawatan yang bersifat penyembuhan, pemulihan dan
pencegahan. Diagnosis ini terdiri atas Diagnosis aktual dan Diagnosis Risiko.
2. Diagnosis Positif
Diagnosis Positif menunjukan bahwa klien dalam kondisi sehat dan dapat
mencapai kondisi yang lebih sehat atau optimal. Diagnosis ini disebut juga
dengan Diagnosis Promosi Kesehatan (ICNP 2015; Standar Praktik
Keperawatan Indonesia- PPNI, 2005).

Aktual

Negatif

Risiko
Diagnosis
Keperawatan

Promosi
Positif
Kesehatan

Skema 2.2 Jenis Diagnosis Keperawatan

Jenis jenis diagnosis keperawatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut


(Carpenito, 2013; potter &perry, 2013)
1. Diagnosis Aktual
Diagnosis ini menggambarkan respons klien terhadap kondisi kesehatan
atau proses kehidupannya yang menyebabkan klien mengalami masalah
kesehatan. Tanda/gegala mayor dan minor dapat ditemukan dan divalidasi pada
klien
2. Diagnosis risiko
Diagnosis ini menggambarkan respons klien terhadap kondisi kesehatan
atau proses kehidupannya yang dapat menyebabkan klien berisiko menggalami
masalah kesehatan. Tidak ditemukan tanda/gejala mayor dan minor pada klien,
namun klien memiliki faktor risiko mengalami masalah kesehatan
2.2.3 Komponen Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan memiliki 2 komponen utama yaitu masalah
(problem) atau label diagnosis dan indikator diagnostik. Masing-masing
komponen diagnosis diuraikan sebagai berikut :
1. Masalah (problem)
Masalah merupakan label diagnosis keperawatan yang menggambarkan
inti dari respons klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya. label
diagnosis terdiri atas descriptor/penjelas dan fokus diagnostic.
No. Deskriptor Fokus Diagnostik

1 Tidak efektif Bersihan jalan nafas

2 Gangguan Pertukaran gas

3 Penurunan Curah jantung

4 Intoleransi Aktivitas

5 Defisit Pengetahuan

Table 2.1 Contoh deskriptor dan Fokus Diagnostik pada Diagnosis Keperawatan

Deskriptor merupakan pernyataan yang menjelaskan bagaimana suatu


fokus diagnosis terjadi. Beberapa descriptor yang digunakan dalam diagnosis
keperawatan yang dijelaskan pada table dibawah ini
No Deskriptor Definisi

1 Defisit Tidak cukup, tidak adekuat

2 Disfungsi Tidak berfungsi secara normal

3 Efektif Menimbulkan efek yang diinginkan

4 Ganguan Mengalami hambatan atau kerusakan

5 Lebih Berada diatas nilai normal atau yang diperlukan

6 Penurunan Berkurang baik dalam ukuran, jumlah maupun


derajat
7 Rendah Berada dibawah nilai normal atau yang diperlukan

8 Tidak efektif Tidak menimbuilkan efek yang diinginkan


Table 2.2 deskriptor dan definisi deskriptor pada diagnosis keperawatan

2. Indikator diagnostik
Indikator diagnostic terdiri atas penyebab, tanda/gejala, dan faktor risiko
yaitu :
1) Penyebab(etiology) merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
status kesehatan. Etiologi mencakup 4 kategori yaitu fisiologis, biologis atau
psikologis, efek terapi/tindakan, situasional (lingkungan atau personal), dan
maturasional.
2) Tanda (sign) dan gejala (sympthom) tanda merupakan data objektif yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan
prosedur diagnostik sedangkan gejala merupakan data subjektif yang
diperoleh dari hasil anamnesis. Tanda/gejala dikelompokan menjadi dua
kategori yaitu :
a. Mayor : tanda/gejala ditemukan sekitar 80% -100% untuk validasi
diagnosis.
b. Minor : tanda/gejala tidak harus ditemukan, namun jika ditemukan
dapat mendukung penegakan diagnosis.
3) faktor resiko merupakan kondisi atau situasi yang dapat meningkatkan
kerentanan klien mengalami masalah kesehatan.
2.2.4 Proses Penegakan Diagnosis Keperawatan
Proses Penegakan Diagnosis(diagnostic process ) atau mendiagnosis
merupakan suatu proses yang sistematis terdiri atas 3 tahap yaitu analisis data,
indentifikasi masalah dan perumusan diagnosis.

Analisis  Bandingkan dengan nilai normal


Data  Kelompokkan data

Identifikasi  Masalah aktual, risiko atau


masalah promosi kesehatan

 Aktual masalah b.d. penyebab d.d.


Perumusan
tanda/gejala
Diagnosis
 Risiko: masalah d.d. factor risiko
 Promkes ; masalah d.d.tanda/gejala

Skema 2.3 tahap proses penegakan diagnosis

Proses penegakan diagnosis yaitu :


1. Analisis data
Analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1) Bandingkan data dengan nilai normal
Data-data yang didapatkan dari pengkajian dibandingkan dengan nilai-nilai
normal dan identifikasi tanda/gejala yang bermakna (significant cues)
2) kelompokan data
Tanda/gejala yang dianggap bermakna dikelompokan berdasarakan pola
kebutuhan dasar yang meliputi respirasi, sirkulasi, nutrisi/cairan, eliminasi,
aktivitas/istirahat, neurosensori, reproduksi/seksualitas, nyeri/kenyamanan,
integritas ego, pertumbuhan/perkembangan, kebersihan diri, penyuluhan,
interaksi social, dan keamanan/proteksi. Proses pengelompokan data dapat
dilakukan baik secara induktif (memilah data sehingga membentuk sebuah
pola) maupun deduktif (menggunakan kategori pola kemudian
mengelompokan data sesuai kategori).
2. Indentifikasi masalah
Setelah data dianalisis, perawat dan klien bersama-sama mengidentifikasi
masalah aktual, risiko dan promosi kesehatan.
3. Perumusan Diagnosis Keperawatan
Perumusan/penulisan diagnosis disesuai dengan jenis diagnosis
keperawatan, terdapat 2 metode perumusan diagnosis, yaitu :
1) penulisan 3 bagian (Three Part)
Metode penulisan ini terdiri atas masalah, penyebab dan tanda/gejala.metode
penulisan ini hanya dilakukan pada diagnosis aktual,dengan formulasi sebagai
berikut:

Masalah berhubungan dengan penyebab dibuktikan dengan


tanda/gejala

Frase “berhubungan dengan”dapat disingkat b.d.dan”dibuktikan dengan”dapat


disingkat d.d.

Masalah b.d. penyebab d.d. tanda/gejala

Contoh penulisan diagnosis aktual :


Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas
dibuktikan dengan batuk tidak efektif,sputum berlebih,mengi,dispnea,gelisah.
Contoh diagnosis aktual :
Terdapat Nomor Kode, Label Masalah, Definisi, Penyebab, serta Tanda dan
Gejala seperti dibawah ini
Bersihan Nafas Tidak Efektif D.0001
Kategori : fisiologis
Subkategori: Respirasi
Definisi :
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten.
Penyebab:
Fisiologis
1.Spasme jalan napas
2.Hipersekresi jalan napas
3.Disfungsi neuromuskuler
4.Benda asing dalam jalan napas
5.Adanya jalan napas buatan
6.Sekresi tertahan
7.Hiperplasia dinding jalan napas
8.Proses infeksi
9.Respon alergi
10.Efek agen farmakologis (mis.anastesi)

Situasional
1.Merokok aktif
2.Merokok pasif
3.Terpajan polutan
Gejala Dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1.Batuk tidak efektif
2.Tidak mampu batuk
3.Sputum berlebih
4.Mengi,wheezing atau ronkhi kering
5.Mekonium di jalan napas (pada neonatus)
Gejala Dan tanda Minor
Subjektif Objektif
1.Dispnea 1.Gelisah
2.Sulit bicara 2.Sianosis
3.Ortopnea 3.Bunyi napas menurun
4.Frekuensi napas menurun
5.Pola napas berubah
Kondisi Klisis Terkait
1.Gullian barre syndrome
2.Sklerosis multiple
3.Myasthenia gravis
4.Prosedur diagnostik (mis.bronkoskopi,transesophageal echocardiography
(TEE)
5.Defresi sistem saraf pusat
6.Cedera kepala
7.Stroke
8.Kuadriplegia
9.Sindrom aspirasi mekonium
10.Infeksi saluran napas
2) Penulisan dua bagian (two part)
Metode penulisan ini dilakukan pada diagnosis risiko dan diagnosis promosi
kesehatan,dengan formulasi sebagai berikut:
a. Diagnosis risiko
Masalah dibuktikan dengan faktor risiko

contoh penulisan diagnosis:


Risiko aspirasi dibuktikan dengan tingkat kesadaran menurun.
Contoh diagnosis risiko :
Terdapat Nomor Kode, Label Masalah, Definisi, Penyebab, serta Tanda dan
Gejala seperti dibawah ini :
Risiko Aspirasi D.0006
Kategori: fisiologis
Subkategori: Respirasi
Definisi
Berisiko mengalami masuknya sekresi gastrointestinal,sekresi
orofaring,benda cair atau padat kedalam saluran trakeobronkhial akibat
disfungsi mekanisme protektif saluran nafas.
Faktor Risiko
1.Penurunan tingkat kesadaran
2.Penurunan refleks muntah atau batuk
3.Gangguan menelan
4.Disfagia
5.Kerusakan mobilitas fisik
6.Peningkatan residu lambung
7.Peningkatan tekanan intragastik
8.Penurunan motilitas gastrointestinal
9.Sfingter esofagus bawah inkompeten
10.Perlambatan pengosongan lambung
11.Terpasang selang nasogastrik
12.Terpasang trakeostomi atau endotracheal tube
13.Traum/pembedahan leher,mulut atau wajah
14.Efek agen farmakologis
15.Ketidakmatangan koordinasi menghisap,menelan dan bernafas
Kondisi Klinis Terkait
1.Cedera kepala
2.Stroke
3.Cedera medula spinalis
4.Guillain barre syndrome
5.Kenyakit Parkinson
6.keracunan obat dan alcohol
7.Pembesaran uterus
8.Miestenia gravis
9.Fistula trakeoesofagus
10.Striktura esofagus
11.Sklerosis multiple
12.Labiopalatoskizis
13.Atresia esofagus
14.laringomalasia
15.Prematuritas

b. Diagnosis promosi kesehatan


Masalah dibuktikan dengan Tanda/Gejala

contoh penulisan diagnosis:


kesiapan peningkatan eliminasi urin dibuktikan dengan pasien ingin
meningkatkan eliminasi urin,jumlah dan karakteristik urin normal.
Contoh diagnosis promosi kesehatan :
Terdapat Nomor Kode, Label Masalah, Definisi, Penyebab, serta Tanda dan
Gejala seperti dibawah ini :
Kesiapan peningkatan Eliminasi Urin D.0048
Kategori: Fisiologis
Subkategori: Eliminasi
Definisi
Pola fungsi sistem perkemihan yang cukup untukmemenuhi kebutuhan
eliminasi yang dapat ditingkatakan.
Gejala dan tanda Mayor
Subjektif Objektif
1.Mengungkapkan keinginan untuk 1.jumlah urin normal
Meningkatkan eliminasi urin 2.karakteristik urin normal
Gejala dan tanda minor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1.Asupan cairan cukup
Kondisi Klinis Terkait
1.cedera medulla spinalis
2.Sklerosis multiple
3.kehamilan
4.Trauma pelvis
5.Pembedahan abdomen
6.penyakit prostat

Komponen-komponen diagnosis pada masing-masing jenis diagnosis


keperawatan dan metode penulisan diagnosisnya dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
No Jenis Diagnosis Keperawatan Komponen dan Penulisan Diagnosis
1 Diagnosis Aktual Masalah b.d. Penyebab d.d. Tanda/Gejala
2 Diagnosis Risiko Masalah d.d. Faktor Risiko
3 Diagnosis Promosi Kesehatan Masalah d.d. Tanda/Gejala
Tabel 2.3 jenis, komponen dan penulisan diagnosis keperawatan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah tolok ukur yang
dipergunakan sebagai pedoman penegakan diagnosis keperawatan dalam rangka
memberikan asuhan keperawatan yang aman,efektif dan etis. Standar ini
merupakan salah satu komitmen profesi keperawatan dalam memberikan
perlindungan kepada masyarakat sebagai klien dari asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh anggota profesi perawat.
Jadi semakin lengkap standar profesi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
praktik perawat, semakin dapat menjamin mutu praktik dan keselamatan klien
dalam asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat.
3.2 Saran
Mungkin dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Demi
kesempurnaan makalah ini, agar dalam penulisan makalah kedepannya bisa lebih
baik dan mahasiswa pun dapat mengetahui pentingnya belajar tentang Konsep
Dasar Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Vous aimerez peut-être aussi