Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam typhoid merupakan permasalahan kesehatan penting dibanyak
negara berkembang. Secara global, diperkirakan 17 juta orang mengidap
penyakit ini tiap tahunnya. Di Indonesia diperkirakan insiden demam typhoid
adalah 300 – 810 kasus per 100.000 penduduk pertahun, dengan angka kematian
2%. Demam typhoid merupakan salah satu dari penyakit infeksi terpenting.
Penyakit ini di seluruh daerah di provinsi ini merupakan penyakit infeksi
terbanyak keempat yang dilaporkan dari seluruh 24 kabupaten. Di Sulawesi
Selatan melaporkan demam typhoid melebihi 2500/100.000 penduduk (Sudono,
2006).
Demam tifoid atau typhus abdominalls adalah suatu infeksi akut yang
terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi. Typhi
dengan masa tunas 6-14 hari. Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak
tergantung pada iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber
dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup umumnya adalah baik. Di Indonesia
penderita Demam Tifoid cukup banyak diperkirakan 800 /100.000 penduduk per
tahun dan tersebar di mana-mana. Ditemukan hampir sepanjang tahun, tetapi
terutama pada musim panas. Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur,
tetapi yang paling sering pada anak besar, umur 5- 9 tahun dan laki-laki lebih
banyak dari perempuan dengan perbandingan 2-3 : 1.12 Penularan dapat terjadi
dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai dapat mengkonsumsi
makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi kurang
bersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam tifoid bila terdapat demam terus-
menerus lebih dari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan obat demam dan
diperkuat dengan kesan anak baring pasif, nampak pucat, sakit perut, tidak buang
air besar atau diare beberapa hari (Bahtiar Latif, 2008).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui seluk beluk tentang demam thypoid pada para pembaca
sehingga dapat menjadi referensi untuk pembelajaran atau upaya preventif
mencegah penyakit demam thypoid.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus laporan keperawatan ini adalah untuk: Untuk mengetahui
secara lebih mendalam mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan
penyakit demam thypoid untuk diusahakan mencari data-data beserta
pemecahanya kemudian mencocokan berdasarkan teori yang telah di peroleh
dari kuliah maupun literature.
C. Manfaat
1. Bagi Puskesmas
a. Memberi tambahan referensi bagi tenaga medis atau petugas kesehatan
untuk memberikan informasi tentang demam thypoid bila ada yang
membutuhkan informasi.
b. Memberi masukan pada tenaga medis atau petugas kesehatan untuk
memperbaiki intervensi bila ada klien dengan demam thypoid sesuai
dengan standar operasional prosedur.
2. Bagi Masyarakat
Menambah wawasan untuk para pembaca yang memiliki keluarga denan
demam thypoid maupun yang berkemauan untuk mencegah keluarga dan
orang terdekat dari demam thypoid.
3. Bagi Institusi
Mengembangkan ilmu Keperawatan Keluarga dan menambah literature
tentang demam thypoid.
4. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang demam thypoid yang dapat
dijadikan tambahan referensi untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Typoid
1. Definisi
2. Etiologi
3. Patofisiologi
a. Pada pasien
1) Pola persepsi dan metabolisme
Nafsu makan klien meurun yang disertai dengan mual dan muntah.
2) Pola eliminasi
Klien tyfoid biasanya mengalami konstipasi bahkan diare.
b. Pada keluarga
1) Adanya beban mental sebagai akiabt dari salah satu anggota
keluarganya dirawat di rumah sakit karena sakit yang di deritanya
sehingga menimbulkan kecemasan.
2) Biaya merupakan masalah yang dapat menimbulkan beban keluarga.
Bila perawatan yang diperlukan memerlukan perawatan yang
konservatif yang lama di rumah sakit, akan memerlukan biaya yang
cukup banyak, sehingga dapat menimbulkan beban keluarga.
3) Akibat klien di rawat di rumah sakit maka akan menambah kesibukan
keluarga yang harus menunggu anggota keluarga yang sakit.
5. Prognosis
Prognosis demam thypoid pada anak adalah baik, asalkan pasien cepat
berobat. Mortalitas pada pasien yang dirawat adalah 6%. Prognosis menjadi
tidak baik bila terdapat gambaran klinis yang berat seperti: demam tinggi
(hiperpireksia/febris kontinua, kesadaran sangat
menurun(sopor,koma/delirium), terdapat komplikasi yang berat misalnya
dehidrasi dan asidosis serta perforasi.
6. Masalah pemenuhan kebutuhan dasar (pohon masalah).
Bakteremia primer
Hipertermi
Splenomegali
Usus
Hepatomegal
i
Perdarahan dan perforasi
Feses
Aktivitas intolerans
b) Pemeriksaan urine
Didaparkan proteinuria ringan ( < 2 gr/liter) juga didapatkan peningkatan
lekosit dalam urine.
c) Pemeriksaan tinja
Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan
usus dan perforasi.
d) Pemeriksaan bakteriologis
Diagnosa pasti ditegakkan apabila ditemukan kuman salmonella dan
biakan darah tinja, urine, cairan empedu atau sumsum tulang.
e) Pemeriksaan serologis
Yaitu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin ). Adapun
antibodi yang dihasilkan tubuh akibat infeksi kuman salmonella adalah
antobodi O dan H. Apabila titer antibodi O adalah 1 : 20 atau lebih pada
minggu pertama atau terjadi peningkatan titer antibodi yang progresif
(lebih dari 4 kali). Pada pemeriksaan ulangan 1 atau 2 minggu kemudian
menunjukkan diagnosa positif dari infeksi Salmonella typhi.
f) Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi
akibat demam tifoid
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Demam yang dialami pasien lebih dari 7 hari, dan peningkatan suhu
cenderung terjadi di malam atau sore hari
2. Pasien mengeluh nyeri perut, kembung, mual, muntah, diare ataupun
konstipasi
3. Pasien tampak dengan jelas dalam keadaaan sakit dan kondisi serius tanpa
sebab yang jelas
4. Penurunan kesadaran
2. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi
a. Diagnosa keperawatan I
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses infeksi
1) Intervensi
a) Bina hubungan baik dengan klien dan keluarga
b) Berikan kompres dingin dan ajarkan cara untuk memakai es atau
handuk pada tubu, khususnya pada aksila atau lipatan paha.
c) Peningkatan kalori dan beri banyak minuman (cairan)
d) Anjurkan memakai baju tipis yang menyerap keringat.
e) Observasi tanda-tanda vital terutama suhu dan denyut nadi
f) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan
terutama anti piretik.
2) Tujuan : suhu tubuh turun sampai batas normal
3) Kriteria hasil:
a) Suhu tubuh dalam batas normal 36 – 37 0 C
b) Klien bebas demam
c) typhi sehingga mempercepat proses penyembuhan sedangkan
antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh.
b. Diagnosa keperawatan II
Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) sehubungan
dengan pengeluaran cairan yang berlebihan.
1) Intervensi
a) Monitor intake atau output tiap 6 jam
b) Beri cairan (minum banyak 2 – 3 liter perhari) dan elektrolit setiap
hari.
c) Masukan cairan diregulasi pertama kali karena adanya rasa haus.
d) Hindarkan sebagian besar gula alkohol, kafein.
e) Timbang berat badan secara efektif.
f) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan secara
intravena.
2) Tujuan : kekurangan
3) Kriteria hasil :
a) Mukosa mulut dan bibir tetap basah, turgor kulit normal.
b) Tanda-tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan) dalam
batas normal.
c. Diagnosa keperawatan III
Gangguan rasa nyaman (kebutuhan istirahat dan tidur) sehubungan dengan
peningkatan suhu tubuh.
1) Intervensi
a) Pertahankan tempat tidur yang hangat dan bersih dan nyaman.
b) Kebersihan diri (cuci mulut, gosok gig, mandi sebagian)
c) Mengkaji rutinitas istirahat dan tidur klien sebelum dan sesudah
masuk rumah sakit.
d) Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan atau kebisingan.
e) Batasi pengunjung selama peroide istirahat dan tidur.
f) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi (antipiretik).
2) Tujuan : kebutuhan rasa nyaman (istirahat dan tidur) terpenuhi
3) Kriteria hasil :
a) Klien dapat/mampu mengekspresikan kemampuan untuk istirahat
dan tidur.
b) Kebutuhan istirahat dan tidur tidak terganggu.
c) istirahat dan tidur.
d) Dapat memantau gangguan pola tidur dan istirahat yang dirasakan.
e) Lingkungan yang tidak tenang, bagi klien akan cepat menambah
beban atau penderitaannya.
f) Pengunjung yang banyak akan mengganggu istirahat dan tidur
klien.
g) Antipiretik dapat menurunkan suhu yang tinggi sehingga
kebutuhan istirahat dan tidur klien terpenuhi atau gangguan yang
selama ini dialami akan berkurang.
d. Diagnosa keperawatan IV
Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang
penyakitnya.
1) Intervensi
2) Tujuan : cemas berkurang atau hilang
3) Kriteria hasil :
a) Klien mengerti tentang penyakitnya, kecemasan hilang atau
berkurang.
b) Klien menerima akan keadaan penyakit yang dideritanya.
e. Diagnosa keperawatan VI
Potensial terjadi gangguan integritas kulit sehubungan dengan peningkatan
suhu tubuh
1) Intervensi
a) Tingkatkan latihan rentang gerak dan mengangkat berat badan jika
mungkin.
b) Ubah posisi tubuh tiap 2 jam sekali.
c) Anjurkan menjaga kulit tetap bersih dan kering.
d) Jaga suhu dan kelembaban lingkungan yang berlebihan.
2) Tujuan : tidak terjadi gangguan intregitas kulit.
3) Kriteria hasil :
a) Tidak terdapat tanda-tanda gangguan integritas kulit (kemerahan,
lecet).
b) Tidak terjadi luka lecet.
C. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Friedman (1998) mendefinisikan keluarga sebagai kumpulan dua
orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional
dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga. Pengertian keluarga yang lain sebagaimana dinyatakan oleh
Suprajitno (2004) yaitu suatu ikatan/ persekutuan hidup atas dasar perkawinan
antar orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang
laki-laki atau perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik
anaknya sendiri atau adopsi yang tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Sementara itu Effendi (1998:30) mendefinisikan keluarga sebagai
perkumpulan dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam
peranannya masing- masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan.
a. Fungsi afektif
Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu
untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain
c. Fungsi reproduksi
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
6. Menurut Bailon dan Maglaya (1978), keluarga yang berfungsi sehat juga
harus mampu melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu antara lain :
a. Mengenal masalah kesehatan
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan suasana lingkungan rumah yang sehat.
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
7. Peranan Keluarga Terhadap Penderita Pasca stroke
Health care activities, health beliefs, dan health values merupakan bagian
yang dipelajari dari keluarga. Sehat dan sakit merupakan bagian dari
kehidupan dan dapat dipelajari individu dari keluarga. Friendman (1992)
mengidentifikasi dengan jelas kepentingan pelayanan keperawatan yang
terpusat pada keluarga (family centered nursing care), yaitu :
a. Keluarga terdiri dari anggota yang saling ketergantungan satu sama
lainnya (interdependent) dan berpengaruh dengan yang lainnya. Jika salah
satu sakit maka anggota keluarga lain juga merupakan bagian yang sakit.
b. Adanya hubungan yang kuat antara keluarga dengan status kesehatan
anggotanya, maka anggota keluarga sangat penting peranannya dalam
setiap pelayanan keperawatan.
c. Tingkat kesehatan anggota keluarga sangat signifikan dengan aktivitas di
dalam promosi kesehatannya.
d. Keadaan sakit pada salah satu anggota keluarga dapat sebagai indikasi
masalah yang sama pada anggota yang lain. (Awie, 2008)
8. Pentingnya peran keluarga dalam perawatan penderita pasca stroke dapat
dipandang dari berbagai segi yaitu :
a. Keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan
interpersonal dengan lingkungannya.
b. Jika keluarga dipandang sebagai suatu sistem, maka gangguan yang terjadi
pada salah satu anggota dapat mempengaruhi seluruh sistem, sebaliknya
disfungsi keluarga dapat pula merupakan salah satu penyebab terjadinya
gangguan pada anggota.
c. Berbagai pelayanan kesehatan bukan tempat penderita seumur hidup tetapi
hanya fasilitas yang membantu pasien dan keluarga mengembangkan
kemampuan dalam mencegah terjadinya masalah, menanggulangi
berbagai masalah dan mempertahankan keadaan adaptif.
d. Salah satu faktor penyebab terjadinya stroke berulang adalah keluarga
tidak tahu cara menangani perilaku penderita di rumah (Irdawati, 2009).
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga berperan
penting dalam proses pemulihan dan penyesuaian kembali setiap penderita
stroke. Oleh karena itu, peran serta keluarga dalam proses pemeliharaan dan
pencegahan terjadinya serangan ulang sangat diperlukan. Keluarga merupakan
sistem pendukung utama memberi pelayanan langsung pada setiap keadaan
(sehat-sakit) anggota keluarga. Oleh karena itu, asupan pelayanan/perawatan
yang berfokus pada keluarga bukan hanya memulihkan keadaan pasien, tetapi
juga bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan dalam keluarga tersebut
(Effendy, 1998).
Dari uraian diatas maka peranan keluarga terhadap penderita stroke
adalah :
a. Berperan Sebagai Perawat
Ketika anggota keluarga mengalami sakit yang menimbulkan kecacatan,
maka ada peran yang menjadi primer yaitu perawat. Memberikan
perawatan kepada penderita karena tidak dapat mengurus dirinya sendiri
dalam membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya seperti makan,
minum, berpakaian, berpindah, berjalan.
b. Berperan sebagai Pendukung
Keluarga memberi dorongan/dukungan agar penderita mempunyai
motivasi yang kuat untuk dapat segera memperoleh pemulihan kesehatan
dengan sebaik-baiknya. Memberi dorongan pada saat mulai latihan fisik
yang merupakan hal yang cukup menyiksa penderita, namun demikian
penderita harus selalu didorong untuk berani berlatih. Kemudian memberi
dorongan untuk tetap aktif dalam kegiatan sehari-hari ditengah-tengah
keluarga dan masyarakat.
c. Berperan Sebagai Penghubung/Komunikasi
Keluarga mengadakan komunikasi efektif dengan penderita, petugas
kesehatan, sehingga terjalin hubungan kerja sama yang baik sehingga
tercipta suasana saling percaya dan keterbukaan antara pasien dengan
keluarga dan petugas kesehatan (dokter, perawat, fisioterapist, terapi
wicara, dll). Hubungan yang saling percaya antara pasien, keluarga
dengan petugas kesehatan merupakan dasar utama untuk membantu
mengungkapkan dan mengenal perasaannya, mengidentifikasi kebutuhan
dan masalahnya, mencari alternatif pemecahan masalah serta
mengevaluasi hasilnya. Proses ini harus dilalui oleh pasien dan keluarga
sehingga keluarga dapat membantu pasien dengan cara yang sama pada
saat dirumah.
d. Berperan Sebagai Pendidik
Dalam upaya belajar untuk hidup dengan kecacatan permanen, pasien
diajarkan program Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) agar penderita
dapat melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari secara mandiri atau tanpa
bantuan orang lain, misalnya : tata cara makan, berpakaian, mandi, tidur,
juga melatih penderita dalam mobilisasi, berkomunikasi, melakukan
latihan anggota gerak atas dan bawah secara pasif sampai penderita
mempu menggerakkan sendiri.
e. Berperan Sebagai Pengubah Lingkungan/Terapi Lingkungan
Menipulasi lingkungan, terdiri dari merubah lingkungan, pengaturan tata
ruangan agar penderita mudah melakukan aktivitas secara efisien.
Ciptakan ruangan yang memberi ketenangan dan menyenangkan, suara
tidak ribut/berisik, cahaya yang terang benderang, banyak orang, kegiatan
dan kesibukan yang berlebihan dan menjauhkan fasilitas yang
menimbulkan bahaya. Usahakan mengurangi stimulus lingkungan yang
mengakibatkan gangguan. Usahakan agar ciptakan waktu untuk istirahat
sehingga pasien rileks dan tenang.
f. Berperan Sebagai Pengambil Keputusan
Dalam peran ini keluarga menentukan pencarian sumber-sumber yang
penting. Keluarga mempunyai kontrol substansial terhadap keputusan
apakah keluarga yang sakit akan mendapatkan layanan kuratif atau
preventif. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai pasien,
keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara
kesehatan anggotanya.
g. Berperan Sebagai Pencari Sumber Dana
Keluarga berperan mencari sumber dana untuk biaya pengobatan
penderita dan untuk menghindari ketiadaan dana untuk biaya pengobatan.
BAB III
A. INDENTITAS UMUM
1. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn. S Pendidikan : SMA
Umur : 32 thn Pekerjaan : Tani
Agama : Islam
Alamat : Desa Meteseh RT 01 RW 04 Kecamatan Kaliori
Suku : Jawa
Komposisi anggota
Imunisasi
L
N Hub. B DPT Polio Cam Hepati
Nama / Umur Pend. KB
o Kel C pak tis
P
G I 2 3 1 2 3 4 1 2 3
1. Ny. A P Istri 29 th SMA - - - - - - - - - - - - Pil
2. An. U P Anak 7 th - √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ -
3. Tn. P L Bapak 65 th SD - - - - - - - - - - - - -
2. Genogram
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Meninggal
: Tinggal Serumah
: Penderita Typoid
3. Tipe keluarga : extended family (keluarga besar), yaitu keluarga yang terdiri
dari kakek, ayah, ibu, dan anak.
4. Suku bangsa : keduanya merupakan suku bangsa jawa asli .
5. Agama : Islam, kedua orangtua rajin beribadah dan terkadang sholat
berjamaah dirumah.
6. Status sosial ekonomi keluarga : Tn. S mengatakan penghasilan cukup. Tn. S
menggunakan gaji dengan sebaik mungkin untuk mencukupi kebutuhan
sehari-hari. Dengan hasil Rp 900.000,00 per bulan. Ny. A membantu
mencukupi kebutuhan keluarga dengan berjualan di rumah dengan hasil yang
tidak tetap pula, tetapi mereka selalu bersyukur setiap hari masih ada yang
bisa dimakan.
7. Aktivitas rekreasi keluarga : keluarga mengatakan jarang sekali melakukan
rekreasi ketempat hiburan. Rekreasi hanya berkumpul dengan keluarga. An.
U hanya menonton televisi di rumah dan bermain dengan teman-teman
sebaya. An. U selalu mengajak orangtua untuk rekreasi tetapi orangtua tidak
menghiraukannya.
D. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah : Rumah yang di tempati adalah milik sendiri. Rumah itu
berukuran 4X7. Yang terdiri dari satu ruang tamu, dua kamar tidur, satu dapur,
satu kamar mandi, satu WC, dan satu warung. Lantai rumah terbuat dari
plester, lantai rumah tidak begitu bersih, di depan rumah ada banyak tanaman.
Keluarga mengatakan senang menanam hal ini timbul bermula dari coba-coba
menjadi hobi. Ny. A mengatakan ide tersebut muncul dari suami yang
mempunyai jiwa romantis saat ditanya perawat. Tembok rumah belum di
plester, masih murni dari bata dan semen. Rumah menghadap ke timur,
pencahayaan masih kurang hanya dari ventilasi dekat ruang tamu. Saluran
pembuangan air sudah dialirkan, pembuangan sampah masih belum tertata
dengan baik karena keluarga klien suka membakar kotoran sampah di depan
rumah dan mengakibatkan polusi, di depan rumah ada banyak pohon, keluarga
klien menggunakan air PAM untuk kebutuhan sehari-hari, baik untuk minum,
mencuci, dan mandi. Keluarga klien mengatakan air minum yang dikonsumsi
merebus sendiri, kondisi air minum bening, tidak berbau, tidak berasa, dan
tidak berwarna.
2. Denah rumah :
2 1 3 4 6 7
8
5
Keterangan :
1. Ruang tamu 5. Ruang tengah
2. Warung 6. Dapur
3. Kamar tidur 7. Kamar mandi
4. Kamar tidur 8. WC
F. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif : Tn. S mengatakan dalam kehidupan berkeluarga Tn. S selalu
mengajarkan untuk saling menghormati satu sama lain dan saling pengertian.
2. Fungsi social : Diantara anggota keluarga berusaha selalu berinteraksi satu
dengan yang lainnya, begitu pula berinteraksi dengan anggota masyarakat
sekitarnya.
3. Fungsi perawatan kesehatan :
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan : Keluarga
mengatakan bahwa ada anggota keluarga yang menderita penyakit.
Keluarga juga mengatakan tidak begitu mengetahui tentang penyakit
yang diderita Ny. A sekarang ini, baik dari pengertian, etiologi, tanda dan
gejala serta makanan yang harus dimakan saat ada yang sakit typhoid.
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan : Untuk mengatasi masalah
kesehatan biasanya dibicarakan dengan keluarga terlebih dahulu. Jika
suami tidak di rumah biasanya Ny. A mengambil keputusan sendiri hal
ini terbukti saat dirinya sakit kemarin. Untuk meminta mertuanya
langsung membawa dirinya kepuskesmas untuk berobat.
c. Kemampuan keluarga merawat : Keluarga mengatakan kurang mengerti
cara merawat anggota keluarga yang sakit, serta jenis makanan yang
dikonsumsi saat Ny. A sakit.
d. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan : Sudah lumayan baik,
karena sudah mampu memberikan lingkungan yang nyaman bagi Ny. A
saat sakit.
e. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan :
Keluarga mengatakan sudah memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
yang ada dengan membawa anggota keluarga yang sakit untuk berobat di
puskesmas.
4. Fungsi reproduksi :. Ny. A mengatakan tidak menggunakan alat kontrasepsi.
5. Fungsi ekonomi : Tn. S mengatakan pendapatan yang diterima dari hasil
kerjanya dirasa masih kurang, karena menghidupi keluarganya. Tetapi dia
masih bersyukur karena masih bisa bekerja dan menghasilkan uang untuk
mencukupi kebutuhan keluarganya.
BU : 12 BU : 12 BU : 12 BU : 16
Abdomen x/mnt, x/mnt, x/mnt, x/mnt,
datar, datar, tidak datar, tidak datar, tidak
tidak ada ada nyeri ada nyeri ada nyeri
nyeri tekan, tekan, tekan, tekan, tumor
tumor (-), tumor (-), tumor (-), (-),
P : (-) P : saat P : (-) P : (-)
Q : (-) awal sakit Q : (-) Q : (-)
R : (-) typhoid. R : (-) R : (-)
S : (-) Q : perut S : (-) S : (-)
T : (-). mual. T : (-). T : (-).
R : bagian
perut
kadangkadang
terasa sakit.
S : skala
nyeri
ringan,
yaitu 2.
T : 1-2
menit,
gejala yang
dirasakan
secara
tibatiba.
Ekstremitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelainan, kelainan, kelainan, kelainan,
pergerakan pergerakan pergerakan pergerakan
bebas, tidak bebas, tidak bebas, tidak bebas, tidak
ada cidera. ada cidera. ada cidera. ada cidera.
I. HARAPAN KELUARGA
1. Harapan keluarga terhadap perawat atau petugas kesehatan : Keluarga
berharap dengan datangnya petugas kesehatan di rumahnya ini memberikan
informasi yang berkaitan dengan penyakit yang diderita Ny. A saat ini.
Sehingga keluarga mampu mengenal dan mengerti dan memberikan
perawatan yang benar pada Ny. A sehingga dapat sembuh dengan cepat. Dan
tidak terjadi kekambuhan lagi pada Ny. A. Dari 8 tugas perkembangan
keluarga yang sudah terpenuhi adalah:
a. Pembagian masing-masing anggota sesuai dengan kedudukannya masing-
masing.
b. Sosialisasi antar anggota keluarga.
c. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
Data yang difokuskan pada keluarga Tn. S yang berkaitan dengan Typhoid
pada Ny. A dengan usia (27 tahun), jenis kelamin (perempuan), lingkungan
yang masih kurang mendukung, higiene yang kurang baik. Dari hasil
pengkajian yang dilakukan, Ny. A masih menderita Typhoid. Sebelumnya
Ny. A juga pernah menderita Typhoid dan pernah diopnam di Puskesmas dan
sudah sembuh, tetapi tidak lama kemudian penyakit ini kambuh lagi, dan
orang tuanya baru memeriksakannya di Puskesmas. Dari hasil pengkajian
didapatkan bahwa tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
menular atau penyakit resiko tinggi.
J. ANALISA DATA
No. Tgl Data Fokus Masalah Etiologi
Keperawatan
1. 8/11/2017 DS : Hipertermi pada Ny. Ketidakmampuan
1. Tn. S mengatakan Ny. A di keluarga Tn. S keluarga merawat
A Selama 7 hari anggota keluarga
demam. Oleh keluarga yang menderita
dibawa ke puskesmas typhoid.
dan diperiksa lab. Ny.
A menderita penyakit
typhoid.
2. Keluarga Tn. S
mengatakan suhu Ny.
A belum biasa
mencapai batas
normal masih demam.
DO :
1. Saat dikaji wajah
klien cemas, S:38,9˚C,
N:88x/menit,
RR:24x/menit,
Diperoleh hasil lab
tanggal 28 Oktober
2017 Widal TyO :
1/160 TyH : 1/320
Jumlah 3 2/3
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUAARGA BERDASARKAN
PERIORITAS MASALAH
1. Hipertermi pada Ny. A di keluarga Tn. S berhubungan dengan ketidak
mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita Typhoid.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi pada Ny. A di keluarga Tn. S berhubungan
dengan ketidak mampuan keluarga merawat keluarga yang mengalami
anoreksia.
M. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama KK : Tn. S
Tgl & Diagnosa Evaluasi
TUM TUK Intervensi
jam Keperawatan Kriteria Standar
10/11/ Hipertermi Setelah 1. Keluarga
17 pada Ny. A diberikan mampu
di keluarga pendidikan mendeskripsi
Tn. S kesehatan kan
berhubungan selama 3 masalah
dengan hari kesehatan
ketidakmamp masalah pada Ny. A
uan keluarga pada yaitu
merawat Ny. A di Typhoid.
anggota keluarga
keluarga Tn. S 1.1 Keluarga Verbal 1.Typhoid 1. Kaji kembali
yang dapat dapat adalah pengetahuan
menderita menjelaskan penyakit keluarga tentang
teratasi.
Typhoid. tentang yang materi yang telah
pengertian menyerang disampaikan.
Typhoid pada
sesuai saluran
dengan pencernaan
pendidikan yaitu di
dan usus.
pengetahuan
keluarga.
4.Menciptaka
n suasana
yang
nyaman saat
klien
makan.
5. Keluarga
mampu
Memanfaat
kan
fasilitas
pelayanan
kesehatan.
.
17/11/ Gangguan pemenuhan S: Keluarga mengatakan sudah
17 nutrisi mengetahui tentang cara
pada Ny. A dikeluarga pemenuhan nutrisi pada anggota
08.00 Bpk.Ardyansah keluarga yang sakit typhoid, jenis
berhubungan dengan makanan yang diberikan dengan
ketidak cara konsul dan aktif bertanya pada
mampuan keluarga pelayanan kesehatan
merawat O : Keluarga sudah mampu
yang anoreksia menjelaskan dari apa yang telah
ditargetkan perawat tentang
gangguan pemenuhan nutrisi
meliputi pengertian tanda dan
gejala akibat lanjut serta
komplikasi.
A : masalah teratasi sebagian karena
keluarga sudah mampu mengenal
masalah pada anggota keluarga
yang berkaitan dengan nutrisi.
P : Motivasi keluarga untuk dapat
memenuhi nutrisi yang baik jika
ada yang sakit.
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika