Vous êtes sur la page 1sur 12

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE


TERHADAP KINERJA KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
DI BALI

Kadek Dian Nopiani [1], Luh Gede Erni Sulindawati [1], Edy Sujana [2]

Jurusan Akuntansi Program S1


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: {diannopiani24@yahoo.com, ernisulindawatiayu@yahoo.co.id,


ediesujana_bali@yahoo.com}@undiksha.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mekanisme good corporate
governance (GCG) terhadap kinerja keuangan BPR di Bali tahun 2012-2013. Mekanisme
good corporate governance (GCG) diproksikan dengan kepemilikan manajerial, ukuran
dewan direksi, ukuran dewan komisaris, dan proporsi komisaris independen, dengan
variabel kontrol ukuran BPR. Kinerja keuangan BPR diproksikan dengan ROA. Jumlah
sampel yang diambil sebanyak 47 sampel BPR dengan metode purposive sampling.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Sumber data
dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu laporan keuangan BPR di Bali tahun
2012-2013. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode studi dokumentasi.
Teknik analisis yang digunakan adalah analisis linear berganda dengan bantuan program
SPSS versi 19.0.
Berdasarkan hasil analisis, semua model regresi lulus dalam uji asumsi klasik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keempat variabel independen yakni kepemilikan
manajerial, ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris, dan proporsi komisaris
independen, serta satu variabel kontrol yakni ukuran BPR tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan BPR yang diproksikan dengan ROA. Hal tersebut menunjukkan bahwa
semua hipotesis ditolak.

Kata kunci: mekanisme good corporate governance, kinerja keuangan, BPR

Abstract
This study was aimed at finding out the effect of good corporate governance (GCG)
mechanism on the financial performance of BPRs in Bali in 2012-2013. GCG mechanism
is shown by good managerial ownership, size of director board, size of commissioner
board and proportion of independent commissioners. The control variable in this study
was the size of BPR. The financial performance of BPR was shown by ROA. The number
of sample was 47 BPRs selected by purposive sampling. The type of data used was
quantitative data. The source of data was secondary, that is, financial reports of BPRs in
Bali in 2012-2013. The data were collected using documentation. The data analysis
technique was multiple linear regression analysis aided by SPSS version 19.0.
In the light of the results of analysis, all regression models pass the classic
assumption testing. The result shows that the four independent variables, namely
managerial ownership, size of director board, size of commissioner board, and proportion
of independent commissioners, and one control variable, namely size of BPR do not have
an effect on the financial performance of BPR as shown by ROA. This shows that all the
hypotheses are rejected.

Keywords: good corporate governance mechanism, financial performance, BPR


e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

PENDAHULUAN pemilik (principal), sehingga memicu


Peningkatan perekonomian Indonesia biaya keagenan (agency cost) (Ujiyantho
tak bisa lepas dari peran UMKM yang kini dan Pramuka 2007). Maka untuk mengatasi
mulai banyak bermunculan dan permasalahan agency, pihak manajer BPR
berkembang dengan baik. Maka dari itu, perlu menerapkan good corporate
berfokus pada pemberdayaan UMKM governance.
merupakan salah satu dasar penetapan Mekanisme good corporate
strategi pemerintah dalam rangka governance diharapkan dapat mengurangi
pemulihan ekonomi nasional. Bank konflik kepentingan antara manajer dan
Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan salah pemegang saham dan diharapkan mampu
satu lembaga keuangan yang memberikan untuk mengontrol biaya keagenan.
pelayanan dalam sektor perbankan kepada Mekanisme good corporate governance
masyarakat di daerah pedesaan dan merupakan suatu aturan main, prosedur,
pinggiran kota, termasuk kepada pengelola dan hubungan yang jelas antara pihak yang
UMKM, sehingga BPR sangat diharapkan mengambil keputusan dengan baik yang
dapat meningkatkan peran dan melakukan kontrol/pengawasan terhadap
kontribusinya dalam pengembangan keputusan tersebut (Walsh dan Seward,
UMKM. Untuk dapat memaksimalkan peran 1990 dalam Arifin, 2005). Mekanisme good
BPR dalam menopang UMKM dan corporate governance dibagi dalam dua
menghadapi persaingan di antara lembaga kelompok yaitu internal dan external
keuangan lainnya, maka kinerja keuangan mechanism.
BPR perlu ditingkatkan. Peningkatan kinerja Dalam penelitian ini lebih banyak
keuangan BPR dapat dilakukan dengan mengkaji secara mendalam mekanisme
menerapkan good corporate governance good corporate governance mengenai
dalam pengelolaannya. kepemilikan manajerial, ukuran dewan
Penerapan dan pengelolaan direksi, ukuran dewan komisaris, dam
corporate governance yang baik atau yang proporsi komisaris independen.
lebih dikenal dengan good corporate Kepemilikan manajerial yang besar akan
governance merupakan sebuah konsep menurunkan keintegritasan laporan
yang menekankan pentingnya hak keuangan dan berdampak pula pada
pemegang saham untuk memperoleh menurunnya kinerja perusahaan. Hal ini
informasi dengan benar, akurat, dan tepat karena manusia pada umumnya memiliki
waktu. Penerapan prinsip-prinsip GCG saat sifat self interest sehingga manajer ingin
ini sangat diperlukan agar perbankan dapat menampilkan laporan keuangan yang
bertahan dan tangguh dalam menghadapi sebaik-baiknya di depan stakeholders agar
persaingan yang semakin ketat, serta agar kinerja perusahaan disini terlihat lebih baik
dapat menerapkan etika bisnis secara dari kondisi sebenarnya.
konsisten sehingga dapat mewujudkan iklim Jumlah dewan direksi yang banyak
usaha yang sehat, efisien, dan transparan. akan meningkatkan kinerja perbankan. Hal
Pada dasarnya isu tentang corporate ini dikarenakan ukuran dan diversitas dari
governance dilatarbelakangi oleh agency dewan direksi akan memberikan manfaat
theory yang menyatakan permasalahan bagi perusahaan karena terciptanya
agency muncul ketika pengelolaan suatu network dengan pihak luar perusahaan dan
perusahaan terpisah dari kepemilikannya. menjamin ketersediaan sumber daya.
Perspektif hubungan keagenan yang terjadi Ukuran dewan komisaris yang besar
di BPR adalah manajer selaku agen menyebabkan monitoring manajemen
mempunyai kewajiban moral untuk semakin baik. Hal ini karena jumlah dewan
mengelola perusahaan secara efisien untuk yang besar menguntungkan perusahaan
mengoptimalkan laba bagi para pemilik dalam hal pengawasan. Dengan adanya
selaku prinsipal. Konflik kepentingan antara komisaris independen diharapkan dapat
pemilik saham dan manajer dapat terjadi memberikan fungsi pengawasan terhadap
karena kemungkinan manajer (agent) tidak perusahaan secara objektif dan
selalu berbuat sesuai dengan kepentingan independen, menjamin pengelolaan yang
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

bersih dan sehatnya operasi perusahaan governance terhadap kinerja keuangan


sehingga dapat mendukung kinerja perusahaan. Dalam penelitian Andriyan dan
perusahaan. Supatmi (2010) yang meneliti pengaruh
Darmawati, dkk (2005) menyatakan mekanisme corporate governance terhadap
pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan BPR di Jawa Tengah,
corporate governance masih belum jelas hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
arahnya. Perusahaan besar dapat meiliki mekanisme corporate governance secara
masalah keagenan yang lebih besar simultan berpengaruh terhadap kinerja
(karena lebih sulit untuk dimonitor) keuangan yang diukur melalui rasio NPL,
sehingga membutukan corporate KPMM, dan ROA. Penelitian Riyanto (2007)
governance yang lebih baik. Di sisi lain, menyatakan bahwa variabel mekanisme
perusahaan kecil bisa memiliki kesempatan good corporate governance (dalam hal ini
bertumbuh yang tinggi, sehingga ukuran dewan komisaris dan jumlah komite
membutuhkan dana eksternal, dan seperti audit) berpengaruh positif terhadap kinerja
argumen di atas, membutuhkan mekanisme keuangan sedangkan proporsi komisaris
corporate governance yang lebih baik. independen dan tingkat pendidikan
Dengan demikian, penelitian ini komisaris utama tidak berpengaruh
memasukkan variabel ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan. Penelitian yang
sebagai variabel kontrol. dilakukan Arifani (2013) juga menunjukkan
Dalam kaitannya dengan kinerja hasil yang hampir serupa.
keuangan, laporan keuangan menjadi Hasil penelitian Lastanti (2004)
patokan untuk mengukur bagaimana kinerja menunjukkan bahwa terdapat hubungan
suatu perusahaan itu dikatakan baik. positif yang signifikan antara independensi
Laporan keuangan triwulan yang dewan komisaris dengan nilai perusahaan
disampaikan oleh pihak BPR kepada BI yang diukur dengan Tobin’s Q. Berbeda
dapat dijadikan sebagai dasar untuk dengan hasil penelitian oleh Sari (2010)
melakukan analisis mengenai baik dan Okkyrianto (2014) yang menunjukkan
buruknya kinerja keuangan suatu BPR. bahwa mekanisme corporate governance
Dalam penelitian ini kinerja keuangan BPR (yang meliputi ukuran dewan direksi,
diproksikan dengan ROA. ROA ukuran dewan komisaris, dan proporsi
menggambarkan sejauh mana tingkat komisaris independen) memiliki pengaruh
pengembalian dari seluruh asset yang terhadap kinerja keuangan.
dimiliki perusahaan. Hasil penelitian Purno (2013)
Bank Perkreditan Rakyat, sebagai menunjukkan bahwa kepemilikan institusi
salah satu lembaga keuangan di Indonesia dan ukuran dewan direksi berpengaruh
yang berperan penting dalam menopang terhadap kinerja perbankan. Sedangkan
keberlangsungan UMKM, perlu untuk terus kepemilikan manajerial, ukuran dewan
meningkatkan kinerja keuangannya agar komisaris, komisaris independen, dan
tetap menjadi bank sehat dan tidak sampai komite audit tidak berpengaruh terhadap
dilikuidasi. Seperti yang dilansir pada kinerja perbankan. Sejalan dengan hasil
website Lembaga Penjamin Simpanan penelitian Purno (2013), hasil penelitian
(LPS) bahwa LPS sepanjang tahun 2009- Puspitawati dan Ernawati (2010)
2010 telah melikuidasi 4 BPR di Bali yang menunjukkan bahwa corporate governance
terdiri dari 2 BPR dilikuidasi tahun 2009 yang terdiri dari kepemilikan manajerial,
yaitu PT. BPR Sri Utama dan PT. BPR ukuran dewan komisaris, komisaris
Satya Adhi Perdana serta 2 BPR dilikuidasi independen, dan konsentrasi kepemilikan
tahun 2010 yaitu PT. BPR Swasad Artha tidak memiliki pengaruh yang signifikan
dan PT. BPR Argawa Utama. Oleh karena terhadap ROA, ROE, PER dan Tobins’Q.
itu, BPR perlu untuk menerapkan good Berdasarkan penelitian terdahulu
corporate governance. yang hasilnya masih beragam, maka tujuan
Sebelumnya ada beberapa penelitian dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
yang pernah dilakukan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, ukuran
pengaruh mekanisme good corporate dewan direksi, ukuran dewan komisaris,
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

proporsi komisaris independen, dan ukuran yang sedikit. Dalam penelitian ini rumusan
BPR terhadap kinerja keuangan BPR yang hipotesis yang diajukan adalah:
diproksikan dengan ROA. H3 : ukuran dewan komisaris berpengaruh
Menurut Jensen dalam Faisal (2005), positif terhadap kinerja keuangan
hipotesis pemusatan kepentingan BPR
(convergence of interest hypothesis) Komisaris independen merupakan
menyatakan bahwa kepemilikan saham posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi
manajerial dapat membantu penyatuan monitoring agar tercipta perusahaan yang
kepentingan antara pemegang saham good corporate governance (Fama dan
dengan manajer. Sehingga permasalahan Jensen, 1983). Barnhart & Rosenstein
keagenan diasumsikan akan hilang apabila (1998) dalam Lastanti (2004) melakukan
seorang manajer sekaligus sebagai penelitian mengenai “Board Composition,
seorang pemilik saham. Semakin Managerial Ownership and Firm
meningkat proporsi kepemilikan saham Performance”, yang membuktikan bahwa
manajerial maka kinerja perusahaan juga semakin tinggi perwakilan dari outsider
akan meningkat. Hal ini didukung oleh hasil director (komisaris independen), maka
penelitian dari Andriyan dan Supatmi (2010) semakin tinggi independensi dan efektivitas
yang menunjukkan bahwa kepemilikan corporate board sehingga dapat
manajerial berpengaruh positif terhadap meningkatkan nilai perusahaan.
kinerja keuangan. Maka dari itu, dalam Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam
penelitian ini dapat diambil suatu hipotesis: penelitian ini diajukan hipotesis:
H1: kepemilikan manajerial berpengaruh H4: Proporsi komisaris independen
positif terhadap kinerja keuangan berpengaruh positif terhadap kinerja
BPR keuangan.
Dewan direksi dalam suatu Darmawati, dkk. (2005) menyatakan
perusahaan akan menentukan kebijakan pengaruh ukuran perusahaan terhadap
yang akan diambil atau strategi perusahaan corporate governance masih belum jelas
tersebut secara jangka pendek maupun arahnya. Perusahaan yang besar mungkin
jangka panjang. Hasil penelitian Sari (2010) terdapat masalah keagenan yang besar,
dan Okkyrianto (2014) menemukan bahwa sehingga membutuhkan corporate
terdapat hubungan yang positif antara governance yang lebih baik. Sebaliknya
ukuran dewan direksi dengan kinerja perusahaan kecil dapat memiliki
perusahaan, dimana keduanya mengukur kesempatan bertumbuh yang tinggi,
kinerja perusahaan dengan ROA. sehingga membutuhkan mekanisme yang
Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan lebih baik untuk meningkatkan kinerja
hipotesis yang diajukan yaitu: supaya dapat memperoleh kepercayaan
H2: ukuran dewan direksi berpengaruh dari investor maupun kreditor dalam hal
positif terhadap kinerja keuangan pengumpulan dana. Penelitian yang
BPR dilakukan oleh Okky Andriyan dan Supatmi
Dewan komisaris merupakan inti dari (2010) menunjukkan bahwa ukuran
good corporate governance yang perusahaan berpengaruh signifikan
ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan terhadap kinerja keuangan BPR. Maka dari
strategi perusahaan, mengawasi itu, dalam penelitian ini diajukan hipotesis:
manajemen dalam mengelola perusahaan, H5: ukuran BPR berpengaruh positif
serta mewajibkan terlaksananya terhadap kinerja keuangan BPR
akuntabilitas. Hasil penelitian Riyanto
(2007) menyatakan bahwa ukuran dewan METODE PENELITIAN
komisaris berpengaruh positif terhadap Populasi dalam penlitian ini adalah
kinerja perusahaan. Hal tersebut berarti Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di propinsi
makin besar ukuran dewan komisaris maka Bali yang terdaftar dalam Direktori
lebih mampu mengurangi indikasi kinerja Perbankan Indonesia dan Otoritas Jasa
manajemen daripada jumlah komisaris Keuangan (OJK) tahun 2014. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

dalam penelitian ini adalah purposive Variabel kepemilikan manajerial


sampling. Sampel yang digunakan dalam mempunyai nilai terendah sebesar 0%, nilai
penelitian ini adalah sebanyak 47 BPR tertinggi sebesar 100%, dan nilai rata-rata
yang telah memenuhi kriteria yang telah yaitu sebesar 47,04%. Pada variabel
ditetapkan oleh peneliti. ukuran dewan direksi mempunyai nilai
Penelitian ini menggunakan data terendah sebesar 1, nilai tertinggi sebesar 3
sekunder yang diperoleh dari laporan dan nilai rata-rata yaitu sebesar 1,95
keuangan BPR di Bali tahun 2012-2013 (dibulatkan menjadi 2) atau bisa dikatakan
yang bersifat kuantitatif dan dipublikasikan rata-rata jumlah dewan direksi pada BPR di
dalam Direktori Perbankan Indonesia dan Bali sebanyak 2 orang. Sementara untuk
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). variabel ukuran dewan komisaris
Dalam penelitian ini menggunakan 4 mempunyai nilai terendah sebesar 1, nilai
variabel independen yang diproksikan tertinggi sebesar 3, dan nilai rata-rata yaitu
dengan kepemilikan manajerial, ukuran sebesar 2,14 (dibulatkan menjadi 2). Jadi
dewan direksi, ukuran dewan komisaris, rata-rata jumlah dewan komisaris pada
dan proporsi komisaris independen, serta 1 BPR di Bali adalah sebanyak 2 orang.
variabel kontrol berupa ukuran BPR. Variabel proporsi komisaris independen
Sedangkan variabel dependen dalam mempunyai nilai terendah sebesar 0%, nilai
penelitian ini adalah kinerja keuangan yang tertinggi sebesar 100%, dan nilai rata-rata
diproksikan dengan ROA. sebesar 41,65%. Sedangkan untuk variabel
Jenis data yang digunakan adalah kontrol yakni ukuran BPR yang diproksikan
data kuantitatif. Data yang digunakan dalam dengan logaritma natural dari total asset
penelitian ini adalah data sekunder. Metode perusahaan, menunjukkan nilai terendah
pengumpulan data yang digunakan dalam sebesar 22,82, nilai tertinggi sebesar 28,29,
penelitian ini adalah studi dokumentasi dan nilai rata-rata sebesar 24,2725.
yaitu mencari data dari catatan ataupun
dokumen yang terkait dengan laporan Uji Asumsi Klasik
keuangan BPR di Bali tahun 2012-2013. Uji normalitas dilakukan dengan
Alat analisis yang digunakan adalah tujuan untuk menguji apakah dalam model
analisis linier berganda dengan program regresi, variabel pengganggu atau residual
SPSS versi 19.0. Sebelum melakukan memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011).
analisis linier berganda, data penelitian Hasil uji normalitas menunjukkan nilai
terleih dahulu dilakukan uji asumsi klasik Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,492 dan
yang terdiri dari uji normalitas, signifikan pada 0,969. Oleh karena nilai
heteroskedastisitas, autokorelasi, dan signifikansi (0,969) > α (0,05) maka artinya
multikolonieritas. Pada tahap akhir, data residual berdistribusi normal.
pengujian hipotesis dilakukan dengan Uji heterokedastisitas dilakukan
analisis regresi berganda, uji determinasi dengan tujuan untuk menguji apakah dalam
(R2), uji simultan (F), dan uji parsial (t). model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual satu pengamatan ke
HASIL DAN PEMBAHASAN pengamatan lainnya (Ghozali, 2011). Hasil
Analisis Statistik Deskriptif uji heteroskedastisitas dengan uji Glejser,
Hasil statistik deskriptif data penelitian menunjukkan hasil tingkat signifikansi untuk
yang menunjukkan bahwa jumlah data yang variabel kepemilikan manajerial sebesar
digunakan dalam penelitian adalah 0,457, variabel ukuran dewan direksi
sebanyak 94 sampel pengamatan yang sebesar 0,799, variabel ukuran dewan
telah memenuhi kriteria. Berdasarkan hasil komisaris sebesar 0,636, dan variabel
statistik terlihat secara umum BPR di Bali proporsi komisaris independen sebesar
memiliki kinerja keuangan (ROA) dengan 0,427 serta variabel ukuran BPR sebesar
rata-rata sebesar 4,85% dengan nilai 0,088. Hal ini menujukkan bahwa keempat
terendah sebesar 0% dan nilai tertinggi variabel independen dan satu variabel
sebesar 11%. kontrol dalam penelitian ini memiliki tingkat
signifikansi diatas 5%. Jadi model regresi
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

layak dan terbebas dari masalah dari 0,1 (nilai Tolerance berkisar antara
heteroskedastisitas. 0,695 sampai 0,964) dan mempunyai nilai
Uji autokorelasi bertujuan untuk VIF yang tidak lebih dari 10 (nilai VIF
menguji apakah didalam model regresi berkisar antara 1,037 sampai 1,439).
linear terdapat korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t (Gozali, 2011). Analisis Regresi Linear Berganda
Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini Koefisien determinasi (R2) pada
menggunakan uji Run test. Hasil run test intinya mengukur seberapa jauh
menunjukkan nilai test sebesar (-0,00089) kemampuan model dalam menerangkan
dengan probabilitas 0,213 signifikan pada variabel dependen. Dalam penelitian ini,
0,05. Jadi residual cukup random sehingga nilai koefisien determinasi yang dipakai
tidak terdapat masalah autokorelasi pada adalah nilai adjusted R square.
data. Hasil analisis koefisien determinasi,
Uji multikolonieritas bertujuan untuk nilai adjusted R2 adalah sebesar (-0,011).
menguji apakah dalam model regresi Menurut Gujarati (2003) dalam Ghozali
ditemukan adanya korelasi antara variabel (2011), jika dalam uji empiris didapat nilai
bebas (Ghozali, 2011). Hasil uji adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R2
multikolonieritas menunjukkan bahwa dianggap bernilai nol. Artinya variabel-
model tersebut terbebas dari masalah variabel independen dan variabel kontrol
multikolonieritas karena semua variabel dalam penelitian ini tidak mampu
menunjukkan nilai Tolerance tidak kurang menjelaskan varians ROA.

Tabel 1. Hasil Uji F

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.


1 Regression ,001 5 ,000 ,797 ,555a
Residual ,032 88 ,000
Total ,034 93
Sumber: Data sekunder yang diolah (2015)

Hasil uji F pada tabel 1 menunjukkan Hasil uji t terhadap variabel ukuran
bahwa F hitung yaitu sebesar 0,797 dengan dewan direksi menunjukkan bahwa nilai t
nilai signifikansi sebesar 0,555 (> 0,05). hitung (0,088) < t tabel (1,6624) dengan
Jadi dapat disimpulkan bahwa mekanisme nilai signifikansi (0,930) > α (0,05). Hal ini
good corporate governance (kepemilikan berarti bahwa ukuran dewan direksi tidak
manajerial, ukuran dewan direksi, ukuran berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
dewan komisaris, dan proporsi komisaris Sehingga hipotesis kedua (H2) yang
independen) dengan variabel kontrol menyatakan ukuran dewan direksi
berupa ukuran BPR, secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap kinerja
(simultan) tidak berpengaruh terhadap keuangan BPR ditolak.
kinerja keuangan BPR yang diproksikan Hasil uji t terhadap variabel ukuran
dengan ROA. dewan komisaris menunjukkan bahwa nilai t
Hasil uji t terhadap variabel hitung (-0,409) < t tabel (1,6624) dengan
kepemilikan manajerial menunjukkan nilai signifikansi (0,684) > α (0,05). Hal ini
bahwa nilai t hitung (-1,469) < t tabel berarti bahwa ukuran dewan komisaris tidak
(1,6624) dengan nilai signifikansi (0,146) > berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
α (0,05). Hal ini berarti bahwa kepemilikan Sehingga hipotesis ketiga (H3) yang
manajerial tidak berpengaruh terhadap menyatakan ukuran dewan komisaris
kinerja keuangan. Sehingga hipotesis berpengaruh positif terhadap kinerja
pertama (H1) yang menyatakan kepemilikan keuangan BPR ditolak.
manajerial berpengaruh positif Hasil uji t terhadap variabel proporsi
terhadap kinerja keuangan BPR ditolak. komisaris independen menunjukkan bahwa
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

nilai t hitung (-1,732) < t tabel (1,6624) Hasil uji t terhadap variabel ukuran
dengan nilai signifikansi (0,087) > α (0,05). BPR menunjukkan bahwa nilai t hitung (-
Hal ini berarti bahwa proporsi komisaris 0,543) < t tabel (1,6624) dengan nilai
independen tidak berpengaruh terhadap signifikansi (0,588) > α (0,05). Hal ini berarti
kinerja keuangan. Sehingga hipotesis bahwa ukuran BPRl tidak berpengaruh
keempat (H4) yang menyatakan terhadap kinerja keuangan. Sehingga
proporsikomisaris independen berpengaruh hipotesis kelima (H5) yang menyatakan
positif terhadap kinerja keuangan BPR ukuran BPR berpengaruh positif terhadap
ditolak. kinerja keuangan BPR ditolak.

Tabel 2. Hasil Uji t


Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,088 ,049 1,782 ,078
KMAN -,011 ,007 -,184 -1,469 ,146
DIRK ,000 ,006 ,009 ,088 ,930
KOMS -,002 ,004 -,043 -,409 ,684
INDP -,011 ,006 -,216 -1,732 ,087
SIZE -,001 ,002 -,058 -,543 ,588
a. Dependent Variable: ROA
Sumber: Data sekunder yang diolah (2015)

Sehingga hipotesis ketiga (H3) yang Berdasarkan hasil uji statistik parsial
menyatakan ukuran dewan komisaris pada tabel 4 di atas, dilihat dari nilai B atau
berpengaruh positif terhadap kinerja nilai koefisiennya, maka dapat
keuangan BPR ditolak. diformulasikan model regresi sebagai
Hasil uji t terhadap variabel proporsi berikut:
komisaris independen menunjukkan bahwa ROA = 0,088 – 0,011 KMAN + 0,000 DIRK
nilai t hitung (-1,732) < t tabel (1,6624) – 0,002 KOMS – 0,011 INDP –
dengan nilai signifikansi (0,087) > α (0,05). 0,001 SIZE + e.
Hal ini berarti bahwa proporsi komisaris Model regresi di atas bermakna
independen tidak berpengaruh terhadap bahwa nilai konstanta sebesar 0,088 artinya
kinerja keuangan. Sehingga hipotesis apabila nilai variabel KMAN (kepemilikan
keempat (H4) yang menyatakan proporsi manajerial), DIRK (ukuran dewan direksi),
komisaris independen berpengaruh positif KOMS (ukuran dewan komisaris), INDP
terhadap kinerja keuangan BPR ditolak. (proporsi komisaris independen), dan SIZE
Hasil uji t terhadap variabel ukuran (ukuran perusahaan) bernilai 0 atau faktor –
BPR menunjukkan bahwa nilai t hitung (- faktor lain yang mempengaruhi
0,543) < t tabel (1,6624) dengan nilai pertumbuhan lain dianggap tetap, maka
signifikansi (0,588) > α (0,05). Hal ini berarti ROA bernilai 0,088 atau bertambah sekitar
bahwa ukuran BPRl tidak berpengaruh 8,8%.
terhadap kinerja keuangan. Sehingga
hipotesis kelima (H5) yang menyatakan Pengaruh Kepemilikan Manajerial
ukuran BPR berpengaruh positif Terhadap Kinerja Keuangan BPR
terhadap kinerja keuangan BPR ditolak. Berdasarkan hasil uji statistik, maka
diketahui bahwa kepemilikan manajerial
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

tidak berpengaruh terhadap kinerja Indonesia Nomor 8/26/PBI/2006 tentang


keuangan BPR (ROA). Hasil penelitian ini Bank Perkreditan Rakyat, bahwa jumlah
tidak mendukung hasil penelitian Gudono anggota dewan direksi paling sedikit
(2000) dan Mehran (1994) dalam berjumlah 2 orang.
Puspitasari dan Ernawati (2010), yaitu Selain itu, seperti yang diungkapkan
kepemilikan saham oleh pihak manajer oleh Sari (2010) bahwa pencapaian tujuan
memiliki pengaruh signifikan positif dan kinerja bank tidak terlepas dari kinerja
terhadap kinerja keuangan. Namun hasil manajemen itu sendiri. Artinya pencapaian
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian kinerja bank berhubungan dengan kinerja
Puspitasari dan Ernawati (2010) bahwa pengurus bank itu sendiri. Baik buruknya
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh kinerja pengurus bank dapat dilihat dari
terhadap kinerja keuangan. kemampuan serta norma dan etika yang
Hasil penelitian Martsila dan Meiranto dimilikinya. Kriteria calon anggota direksi
(2013) menunjukkan bahwa kepemilikan BPR telah ditetapkan dalam pasal 23, 24,
manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai dan 25 peraturan Bank Indonesia Nomor
perusahaan, hal ini diduga terjadi karena 8/26/PBI/2006 tentang Bank Perkreditan
adanya management entrenchment, yang Rakyat. Jati (2009) menyatakan ukuran
menyatakan kepemilikan manajerial yang dewan direksi tidak dilihat dari besar
tinggi akan berdampak pada kecilnya dewan direksi akan tetapi
kecenderungan manajer untuk bertindak tergantung dari norma dan kepercayaan
demi kepentingannya sendiri. Dengan yang diterima dalam organisasi. Anggota
kepemilikan manajerial yang mayoritas, direksi seharusnya memiliki norma dan
maka kemungkinan pengambilan etika yang baik dengan tidak
keputusan yang dilakukan oleh pihak mengutamakan kepentingannya sendiri
manajer dilakukan secara hati-hati agar seperti melakukan manajemen laba hanya
tidak beresiko tinggi bagi perusahaan untuk memperoleh insentif berupa bonus
dengan tujuan untuk mempertahankan yang diinginkan dari pemilik bank.
kekayaan perusahaan yang juga Kemampuan yang kurang memadai serta
merupakan milik pihak manajer. norma dan etika yang kurang baik dari
Selain itu, kemungkinan pihak anggota dewan direksi diduga dapat
manajer lebih mengutamakan fungsi BPR menyebabkan ukuran dewan direksi tidak
itu sendiri yaitu membantu pemerintah berpengaruh terhadap kinerja keuangan
untuk memberikan pemerataan perusahaan. Hal ini mengakibatkan ukuran
kesempatan berusaha kepada masyarakat dewan direksi tidak berpengaruh terhadap
pedesaan, tanpa mengutamakan laba yang kinerja keuangan.
akan diperoleh. Hal ini menyebabkan
kepemilikan manajerial tidak pengaruh Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris
terhadap kinerja keuangan BPR (ROA). Terhadap Kinerja Keuangan BPR
Berdasarkan hasil uji statistik, maka
Pengaruh Ukuran Dewan Direksi diketahui bahwa ukuran dewan komisaris
Terhadap Kinerja Keuangan BPR tidak berpengaruh terhadap kinerja
Berdasarkan hasil uji statistik, maka keuangan BPR yang diproksikan dengan
diketahui bahwa ukuran dewan direksi tidak ROA. Hasil penelitian ini tidak mendukung
berpengaruh terhadap kinerja keuangan hasil penelitian Sari (2010) dan Okkyrianto
BPR yang diproksikan dengan ROA. Hasil (2014) yang menunjukkan bahwa ukuran
penelitian ini tidak mendukung hasil dewan komisaris berpengaruh negatif
penelitian Purno (2013) yang menyatakan terhadap kinerja keuangan. Namun hasil
bahwa ukuran dewan direksi berpengaruh penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
signifikan terhadap kinerja perbankan yang Puspitasari dan Ernawati (2010) serta
diproksikan dengan ROA. Purno (2013) yang menunjukkan bahwa
Berdasarkan hasil di lapangan, 9 BPR ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh
di Bali memiliki dewan direksi sebanyak 1 terhadap kinerja keuangan.
orang. Hal ini melanggar peraturan Bank
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

Berdasarkan hasil di lapangan, 5 BPR Berdasarkan data di lapangan, 14


di Bali memiliki dewan komisaris sebanyak BPR di Bali yang tidak memiliki komisaris
1 orang. Hal ini melanggar peraturan Bank independen, baik di tahun 2012 maupun
Indonesia Nomor 8/26/PBI/2006 tentang tahun 2013. Ini artinya masih banyak
Bank Perkreditan Rakyat, bahwa jumlah pemegang saham yang merangkap jabatan
anggota dewan direksi paling sedikit sebagai anggota dewan komisaris pada
berjumlah 2 orang. Jumlah dewan BPR yang menjadi sampel penelitian.
komisaris yang sedikit dapat Wulandari (2006) mengungkapkan bahwa
mengakibatkan kurangnya pengawasan para pemegang saham memiliki
terhadap manajemen. pertimbangan, dengan adanya salah satu
Utari (2014) mengungkapkan bahwa anggota pemegang saham yang
dewan komisaris yang mengawasi merangkap sebagai anggota dewan
manajemen dan memberikan keputusan komisaris maka akan mempermudah
yang bijak akan mampu meningkatkan nilai pengawasan kinerja manajemen. Hal ini
perusahaan tanpa harus menilai jumlah karena para pemegang saham belum bisa
dewan komisaris yang ada. Ini artinya memberikan kepercayaan penuh mengenai
dewan komisaris, dalam hal ini dewan jalannya perusahaan kepada manajemen
komisaris perusahaan perbankan haruslah perusahaan. Disamping itu, pemegang
memiliki pengetahuan dan pengalaman di saham menganggap dewan komisaris
bidang perbankan agar dapat memberikan independen tidak memiliki pengetahuan
keputusan yang bijak. Pengetahuan dan yang cukup mengenai perusahaan mereka.
pengalaman yang kurang di bidang Hal inilah yang membuat para pemegang
perbankan juga diduga menjadi penyebab saham belum bisa melihat segi positif
ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh adanya dewan komisaris independen.
terhadap kinerja keuangan BPR. Alasan lain dikemukakan oleh
Selain itu, Purno (2013) Carningsih (2009), bahwa proporsi
mengungkapkan bahwa ada kemungkinan komisaris independen dalam perusahaan
proses pemilihan dewan komisaris yang hanyalah bersifat formalitas untuk
kurang demokratis dimana kandidat dewan memenuhi regulasi sehingga fungsi
komisaris sering dipilih oleh manajemen pengawasan yang seharusnya menjadi
sehingga setelah terpilih tidak berani tanggungjawab anggota dewan komisaris
memberi kritik terhadap manajemen. Hal itu menjadi tidak efektif akibatnya kinerja
mengakibatkan pengawasan yang perusahaan akan menurun. Hasil ini
dilakukan dewan komisaris tidak obyektif diperkuat dengan pendapat Effendi
dalam melakukan pengawasan terhadap (2009:5) yang menyatakan bahwa dalam
manajemen. Sehingga hal ini praktik nyata di dunia bisnis, implementasi
mengakibatkan ukuran dewan komisaris prinsip-prinsip good corporate governance
tidak berpengaruh terhadap kinerja pada sebagian besar perusahaan ternyata
keuangan BPR. hanya sebatas tataran konsep saja.
Lemahnya pengawasan independen dan
Pengaruh Proporsi Komisaris terlalu besarnya kekuasaan eksekutif tidak
Independen Terhadap Kinerja Keuangan dapat memberikan nilai tambah bagi
BPR perusahaan.
Berdasarkan hasil uji statistik, maka Selain itu, kepemilikan saham pada
diketahui bahwa proporsi komisaris BPR cukup tersentralisasi sehingga struktur
independen tidak berpengaruh terhadap kepemimpinan BPR ada kemungkinan
kinerja keuangan BPR yang diproksikan hanya diisi oleh orang-orang yang memiliki
dengan ROA. Hasil penelitian ini sejalan kepentingan terhadap perusahaan yang
dengan hasil penelitian Puspitawati dan dipilih secara subjektif tanpa
Ernawati (2010), Purno (2013), serta mempertimbangkan kemampuan yang
Okkyrianto (2014) yang menyatakan dimiliki. Purno (2013) mengungkapkan
proporsi komisaris independen tidak bahwa pengangkatan dewan komisaris
berpegaruh terhadap kinerja keuangan. independen harusnya berdasarkan fit and
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

proper test agar memiliki independensi laba yang diperoleh sedikit karena sumber
yang baik. pendanaan yang minim dan besarnya
resiko kredit macet. Apalagi jika laba yang
Pengaruh Ukuran BPR Terhadap Kinerja diperoleh kecil dengan total asset cukup
Keuangan BPR besar, tentu ROA yang diperoleh akan
Berdasarkan hasil uji statistik, maka semakin kecil.
diketahui bahwa ukuran BPR tidak Selain itu, total asset yang tinggi pada
berpengaruh terhadap kinerja keuangan BPR belum tentu menunjukkan tingkat
BPR yang diproksikan dengan ROA. Hasil perolehan labanya akan tinggi karena total
penelitian ini tidak mendukung teori yang asset berawal dari modal disetor pemilik
ada bahwa perusahaan yang berukuran bank. Jumlah minimal modal disetor untuk
besar cenderung memiliki kinerja yang lebih mendirikan BPR pada setiap wilayah
baik. Hasil penelitian ini juga tidak berbeda-beda sesuai ketentuan pada pasal
mendukung hasil penelitian Sari (2010) 4 peraturan Bank Indonesia Nomor
bahwa ukuran bank berpengaruh positif 8/26/PBI/2006 tentang Bank Perkreditan
terhadap kinerja perbankan. Rakyat. Jadi BPR yang total asset-nya
Fachrudin (2011) mneyatakan bahwa tinggi belum tentu menunjukkan kinerjanya
ukuran perusahaan tidak berpengaruh baik. Sehingga hal ini menyebabkan ukuran
terhadap kinerja perusahaan (ROE), yang BPR tidak berpengaruh terhadap kinerja
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan keuangan BPR.
bukanlah jaminan perusahaan akan
memiliki kinerja yang baik. Total aktiva yang PENUTUP
besar tidak selalu mencerminkan bahwa Simpulan
perusahaan mengalami pertumbuhan laba Berdasarkan hasil analisis data dan
untuk menciptakan profitabilitas yang tinggi. hasil pengujian hipotesis di atas, maka
Apabila dikaitkan dengan batasan- dapat disimpulkan bahwa (1) Model regresi
batasan yang dimiliki BPR yaitu dilarang berganda yang digunakan dalam penelitian
ikut kliring, transaksi valuta asing, serta ini cukup layak digunakan, karena lolos dari
usaha perasuransian. Berbeda dengan empat pengujian terhadap asumsi klasik,
bank umum yang pendapatan operasinya yaitu uji normalitas, uji heterokedastisitas,
selain pendapatan bunga juga ada uji autokorelasi, dan uji multikolonieritas. (2)
pendapatan dari jasa-jasa bank (lalu lintas Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
giro, dari transaksi pasar uang, transaksi terhadap kinerja keuangan yang
jual beli valas, transaksi L/C). BPR dengan diproksikan dengan ROA. Hal ini dibuktikan
batasan usaha yang diperkenankan otoritas dengan nilai t hitung (-1,469) < t tabel
perbankan, maka sumber pendapatan (1,6624) dan nilai signifikansi 0,146 (>
usaha dari BPR tertumpu pada margin 0,05). (3) Ukuran dewan direksi secara
antara pendapatan bunga kredit dengan statistik tidak berpengaruh signifikan
biaya bunga pendanaan. terhadap kinerja keuangan yang
Maka salah satu upaya untuk diproksikan dengan ROA. Hal ini dibuktikan
memperoleh dana dari masyarakat, BPR dengan nilai t hitung (0,088) < t tabel
memberikan bunga simpanan yang lebih (1,6624) dan nilai signifikansi 0,930 (>
tinggi dibandingkan dengan bank umum. 0,05). (4) Ukuran dewan komisaris secara
Akibat memberikan bunga simpanan yang statistik tidak berpengaruh signifikan
tinggi menyebabkan BPR memberikan terhadap kinerja keuangan yang
bunga kredit yang tinggi kepada debitur. diproksikan dengan ROA. Hal ini dibuktikan
Bunga kredit yang tinggi tentu sangat dengan nilai t hitung (-0,409) < t tabel
menguntungkan bagi pendapatan bunga (1,6624) dan nilai signifikansi 0,684 (>
BPR tapi disisi lain bunga kredit yang tinggi 0,05). (5) Proporsi komisaris independen
menjadi resiko terhadap pengembalian secara statistik tidak berpengaruh signifikan
kredit oleh debitur kepada BPR. Sehingga terhadap kinerja keuangan yang
tidaklah mudah untuk BPR memperoleh diproksikan dengan ROA. Hal ini dibuktikan
kinerja keuangan (ROA) yang tinggi apabila dengan nilai t hitung (-1,732) < t tabel
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

(1,6624) dan nilai signifikansi 0,087 (>0,05). sebaiknya menggunakan variabel


(6) Ukuran perusahaan secara statistik dependen yang lain untuk mewakili kinerja
tidak berpengaruh signifikan terhadap keuangan perusahaan selain ROA; serta
kinerja keuangan yang diproksikan dengan (4) saran bagi pihak manajemen BPR agar
ROA. Hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung mematuhi segala peraturan atau ketentuan
(-0,543) < t tabel (1,6624) dan nilai mengenai perbankan khususnya BPR yang
signifikansi 0,588 (> 0,05). telah dibuat oleh Bank Indonesia maupun
Jadi secara keseluruhan, kesimpulan Otoritas Jasa Keuangan yang mulai tahun
dari hasil penelitian ini adalah mekanisme 2014 telah menjadi pengawas perusahaan
good corporate governance (dalam hal ini perbankan. Terutama peraturan mengenai
kepemilikan manajerial, ukuran dewan jumlah dewan direksi, dewan komisaris,
direksi, ukuran dewan komisaris, dan dan komisaris independen agar kinerja
proporsi komisaris independen) serta perusahaan lebih baik sehingga terwujud
ukuran BPR tidak berpengaruh terhadap good corporate governance.
kinerja keuangan BPR di Bali.

Keterbatasan Penelitian DAFTAR PUSTAKA


Adapun keterbatasan dalam penelitian Andriyan, Okky dan Supatmi. 2010.
ini yaitu (1) Nilai adjusted R2 sebesar (- Pengaruh Mekanisme Corporate
0,011) yang dapat dianggap bernilai nol Governance Terhadap Kinerja
mengindikasikan variabel kinerja keuangan Keuangan Bank Perkreditan Rakyat.
BPR di Bali yang diproksikan dengan ROA Jurnal Akuntansi dan Keuangan
tidak dapat dijelaskan oleh variabel Indonesia, Volume 7 - No. 2
independen kepemilikan manajerial, ukuran
dewan direksi, ukuran dewan komisaris, Arifani, Rizky. 2013. Pengaruh Good
dan proporsi komisaris independen serta Corporate Governance Terhadap
variabel kontrol berupa ukuran perusahaan; Kinerja Keuangan Perusahaan.
(2) Penelitian ini hanya mengkaji Skripsi. Fakultas Ekonomi.
mekanisme pengawasan internal corporate Universitas Brawijaya
governance terhadap kinerja perusahaan,
tidak mengkaji mekanisme pengawasan Arifin. 2005. Peran Akuntan dalam
external corporate governance terhadap Menegakkan Prinsip Good Corporate
reaksi pasar yang tercermin pada nilai Governance pada Perusahaan di
perusahaan; (3) Pemilihan periode waktu Indonesia (Tinjauan Perspektif
yang relatif pendek yaitu hanya dua periode Keagenan).
mengakibatkan daya uji rendah sehingga (http://eprints.undip.ac.id.)
tingkat keakurasian informasi masih relatif
kecil; Carningsih. 2009. Pengaruh Good
Corporate Governance Terhadap
Saran Hubungan Antara Kinerja Keuangan
Berdasarkan beberapa keterbatasan dengan Nilai Perusahaan. Tersedia
yang ada dalam penelitian ini, maka saran pada http://www.gunadarma.ac.id
yang dapat peneliti berikan untuk penelitian (diakses pada 26 Januari 2015 pukul
selanjutnya yaitu (1) Penelitian selanjutnya 10.25 WITA)
agar menggunakan data yang lebih luas
lagi yang meliputi data cross-section dan Darmawati, Deni dkk. 2005. Hubungan
time series supaya mendapatkan analisis Corporate Governance dan Kinerja
data yang lebih akurat dan reliabel; (2) Perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi
Penelitian selanjutnya agar menggunakan Indonesia, Vol.8, No.1, Hal.65-81
periode penelitian yang lebih panjang untuk
dapat mengetahui efek mekanisme good Effendi, Muh. Arief. 2009. The Power of
corporate governance terhadap kinerja Good Corporate Governance: Teori
keuangan; (3) penelitian selanjutnya
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3 No. 1 Tahun 2015)

dan Implementasi. Jakarta: Salemba Purno, Bambang Listyo. 2013. Pengaruh


Empat Mekanisme Good Corporate
Fachrudin, Khaira Amalia. 2011. Analisis Governance Terhadap Kinerja
Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perbankan. Skripsi Fakultas Ekonomi
Perusahaan, dan Agency Cost Universitas Diponegoro Semarang
terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, Vol. 13, No. Puspitasari, Filia dan Endang Ernawati.
1 2010. Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance Terhadap
Faisal. 2005. Analisis Agency Cost, Struktur Kinerja Keuangan Badan Usaha.
Kepemilikan dan Mekanisme Jurnal Manajeme, Teori dan Terapan.
Corporate Governance, Jurnal Riset Tahun 3, No. 2, Agustus 2010
Akuntansi Indonesia, Vol.8, No.2, Hal.
175-190 Riyanto, Ardian Ganang. 2007. Analisis
Pengaruh Mekanisme Good
Fama, E.F. dan M.C Jensen. 1983. Corporate Governance Dan
Separation of Ownership and Control. Privatisasi Terhadap Kinerja
Journal of Law and Economics, Vol. Keuangan. (http://eprints.undip.ac.id)
26. Hal. 301-325
Sari, Irmala. 2010. Pengaruh Mekanisme
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Good Corporate Governance
Multivariate dengan Program IBM Terhadap Kinerja Perbankan
SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Nasional. Skripsi. Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro Universitas Diponegoro Semarang

Jati, Framudyo. 2009. Pengaruh Struktur Ujiyantho, M.A., dan B.A. Pramuka. 2007.
Corporate Governance Terhadap Mekanisme Corporate Governance,
Kinerja Perusahaan Manufaktur yang Manajemen Laba dan Kinerja
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Keuangan. Simposium Nasional
Jurnal Akuntansi., Fakultas Ekonomi, Akuntansi X, Makasar
Universitas Gunadarma
Utari, Ayu Dwi dan Fachruzzaman. 2014.
Lastanti, Hexana Sri. 2004. Hubungan Analisis Pengaruh Mekanisme
Struktur Corporate Governance Corporate Governance, Firm Size
dengan Kinerja Perusahaan dan Dan Growth Opportunity Terhadap
Reaksi Pasar, Konferensi Nasional Kinerja Perusahaan Bumn Yang
Akuntansi: Peran Akuntan dalam Terdaftar Di BEI Periode 2007-2012.
Membangun Good Corporate Universitas Bima nNusantara
Governance
Wulandari, Ndaruningpuri. 2006. Pengaruh
Okkyrianto, Rico. 2014. Pengaruh Good Indikator Mekanisme Corporate
Corporate Governance Terhadap Governance Terhadap kinerja
Kinerja Keuangan Perusahaan. Perusahaan Publik di Indonesia.
Skripsi. Fakultas Ekonomi. Jurnal Fokus Ekonomi, Vol. 1, No. 2
Universitas Brawijaya Malang
www.bi.go.id
Peraturan Bank Indonesia
No.8/26/PBI/2006, Tentang Bank
www.ojk.go.id
Perkreditan Rakyat. Tersedia pada
www.bi.go.id (Diakses pada tanggal
28 September 2014 pukul 22.10 www.lps.go.id
WITA

Vous aimerez peut-être aussi