Vous êtes sur la page 1sur 14

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ASMA BRONCHIALE

A. Pengertian
Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibel dimana
trakheobronkhial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trachea dan
bronkhus terhadap berbagai rangsangandengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang
luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan.
B. Etiologi
Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang dikarenakan oleh :
1. Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.
2. Pembengkakan membran bronkus.
3. Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan
asthma bronkhial.
1. Faktor predisposisi.
a. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,
penderita sangat mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus.
Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor Presipitasi (Pencetus )
a. Alergen.
tor allergi dianggap mempunyai peranan pad sebagian besar anak dengan asma. Disamping
itu hiper reaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang penting. Bila tingkat hiper
reaktivitas bronchus tinggi, diperlukan jumlah allergen yang sedikit dan sebaliknya jika hiper
reaktivitas rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi untuk menimbulkan serangan
asma.
Sensitisasi tergantung pada lama dan intnsitas hubungan dengan bahan alergen berhubungan
dengan umur. Bayidan anak kecil sering berhubungan dengan sisi dari debu rumah, misalnya
tungau, serpih atau bulu binatang, spora jamur yang terdapat di rumah. Dengan bertambahnya
umur makin banyak jenis allergen pencetusnya. Asma karena makanan sering terjadi pada bayi
dan anak kecil.
Dimana alergen dibagi menjadi tiga jenis , yaitu :
 Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Seperti debu, bulu binatang, serbuk bunga,
spora jamur, bakteri dan polusi.
 Ingestan, yang masuk melalui mulut. Seperti makanan dan obat-obatan.
 Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. seperti : perhiasan, logam dan jam tangan
b. Perubahan cuaca.
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-
kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim
bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
c. Stress.
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul wajib segera
diobati penderita asma yang mengalami stress atau gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya
belum bisa diobati.
d. Lingkungan kerja .
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan
dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil,
pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti
e. Olahraga atau aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani
atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma
karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
C. Patofisiologi
1. Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan respon
terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.
2. Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat antibodi
tubuh muncul ( immunoglobulin E atau IgE ) dengan adanya alergi. IgE di muculkan pada
reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan antigen menyebabkan pengeluaran histamin dan zat
mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma.
3. Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang ditandai dengan
bronkokontriksi ( 1-2 jam ); tahap delayed dimana brokokontriksi dapat berulang dalam 4-6 jam
dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama ; tahap late yang ditandai dengan peradangan dan
hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan.
4. Astma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan udara dingin.
5. Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan peningkatan sekresi mukus. Hal
ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi jalan
nafas dan dapat menimbulkan distres pernafasan
6. Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena edema
pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran
gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi 02,
sehingga terjadi penurunan p02 ( hipoxia).Selama serangan astmati, CO2 tertahan dengan
meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis
respiratory dan hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan mengadakan kompensasi
dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea), kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi
dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah (hypocapnea).
Alergen, Infeksi, Exercise (Stimulus Imunologik dan Non Imunologik)
Merangsang sel B untuk membentuk IgE dengan bantuan sel T helper

IgE diikat oleh sel mastosit melalui reseptor FC yang ada di jalan napas

Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan diikat oleh
IgE yang sudah ada pada permukaan mastosit

Akibat ikatan antigen-IgE, mastosit mengalami degranulasi dan melepaskan mediator radang (
histamin )

Peningkatan permeabilitas kapiler ( edema bronkus )

Kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persarafan simpatis ( N.X )

Hiperresponsif jalan napas

Astma
Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola nafas
berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosa dan meningkatnya produksi sekret.
Fatigue berhubungan dengan hypoxia meningkatnya usaha nafas. Kecemasan berhubungan
dengan hospitalisasi dan distress pernafasan. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan
dengan meningkatnya pernafasan dan menurunnya intake cairan Perubahan proses keluarga
berhubungan dengan kondisi kronik Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses
penyakit dan pengobatan
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinik pada pasien asthma adalah batuk, dyspne, dari wheezing. Dan pada
sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang sedang bebas serangan
tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat,
dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu
pernafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
1. Tingkat I :
Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru. Timbul bila ada faktor
pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di laboratorium.
2. Tingkat II :
Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya tanda-tanda
obstruksi jalan nafas. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3. Tingkat III :
Tanpa keluhan.Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan
nafas.Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.
4. Tingkat IV :
Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing. Pemeriksaan fisik dan fungsi
paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
5. Tingkat V :
Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang berat
bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Asma pada dasarnya
merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel. Pada asma yang berat dapat timbul
gejala seperti : Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita tampak
letih, takikardi.
E. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah:
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma. Meliputi
pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang
diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawat.
Pengobatan
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1 Pengobatan non farmakologik
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pemberian cairan
d. Fisioterapi
e. Beri O₂ bila perlu
2 Pengobatan farmakologik
a. Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:
 Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)
Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).
 Santin (teofilin)
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin (Amilex) Penderita dengan
penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
b. Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat pencegah serangan
asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain dan efeknya baru
terlihat setelah penggunaan 1 bulan.
c. Ketolifen
Mempunya efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.Biasanya diberikan dosis 2 kali
1 mg/hari.Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
F. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi berat dan tidak
memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada
status asmatikus. Penderita wajib dirawat dengan terapi yang intensif.
2. Atelektasisadalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara
(bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemiaadalah tubuh kekurangan oksigen
4. Pneumotoraksadalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya paru.
5. Emfisemaadalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran nafas
karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang
luas.
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun.Biasanya
oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma episodikyang sering
terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan dengan infeksi saluran napas
akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua
menghubungkan dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma
tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau
persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi
obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis
kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki.
b. Keluhan utama
Batuk-batuk dan sesak napas
c. Riwayat penyakit sekarang
Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.
d. Riwayat penyakit terdahulu
Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit ini ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu, disamping faktor yang lain.
f. Riwayat kesehatan lingkungan
Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih
atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat
semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan
kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma.
g. Riwayat tumbuh kembang
1) Tahap pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan
umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg,
pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata
pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti
meter memanfaatkan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata
TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata
pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung
bertambah tinggi.
2) Tahap perkembangan
a) Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif mencari
pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi
anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang ketrampilan motorik dan
bahasanya.
b) Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5 tahun
).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki
lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ).
c) Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase preconseptual (
2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum
sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan magical thinking
d) Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan prososial :
sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan
peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.
e) Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru dan
belajar yang benar – salah untuk menghindari hukuman.
f) Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek, pendek-tinggi, baik-nakal,
bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.
g) Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation – Separation “. Dimana sudah bisa
mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi
perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.
h) Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya berkembang/berubah naik lebih dari 2100 kata pada
akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek
yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima atau
memberikan perintah sederhana.
i) Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak
bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari
bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
j) Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai permainan
yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat,
berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.
h. Riwayat imunisasi
Anak usia pre sekolah sudah wajib mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG, POLIO I,II,
III; DPT I, II, III; dan campak.
i. Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun 900-
1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal memanfaatkan rumus 8 + 2n.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
1) Gizi buruk minus dari 60%
2) Gizi minus 60 % – <80 %
3) Gizi baik 80 % – 110 %
4) Obesitas lebih dari 120 %
j. Dampak Hospitalisasi
Sumber stressor :
1) Perpisahan
a) Protes : pergi, menendang, menangis
b) Putus asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi
c) Menerima : tertarik dengan lingkungan, interaksi
2) Kehilangan kontrol : ketergantungan fisik, perubahan rutinitas, ketergantungan, ini akan
menyebabkan anak malu, bersalah dan taku
3) Perlukaan tubuh : konkrit tentang penyebab sakit.
4) Lingkungan baru, memulai sosialisasi lingkungan.
k. Pemeriksaan Fisik / Pengkajian Persistem
1) Sistem Pernapasan / Respirasi; Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea,
barrel chest, penggunaan otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan
O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi
kering musikal.
2) Sistem Cardiovaskuler; Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
3) Sistem Persyarafan / neurologi; Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran :
gelisah, rewel, cengeng, apatis, spoor dan coma.
4) Sistem perkemihan; Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang minus akibat sesak
nafas
5) Sistem Pencernaan / Gastrointestinal; Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi
terhadap makan dan minum, mukosa mulut kering.
6) Sistem integument; Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas
2. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul
a. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit
b. Resiko injury berhubungan dengan infeksi mikroorganisme
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang minus dan diaporesisi
3. Discharge Planning
a. ajarkan keluarga mengenal tanda-tanda kekambuhan dan laporkan dokter atau perawat
b. Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu
c. Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi

d. Intruksikan untuk kontrol ulang

e. Jelaskan factor penyebab demam dan menghindari factor pencetus.

4. Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No. Intervensi (NIC)
Keperawatan Hasil (NOC)
1. Hipertemia Setelah dilakukan  Mengontrol panas
berhubungan tindakan perawatan  Monitor suhu minimal tiap 2
dengan proses selama ….X 24 jam, jam
penyakit. pasien mengalami  Monitor suhu basal secara
Batasan keseimbangan kontinyu sesui dengan
karakeristik : termoregulasi dengan kebutuhan.
 kenaikan suhu kriteria hasil :  Monitor TD, Nadi, dan RR
tubuh diatas  Suhu tubuh dalam  Monitor warna dan suhu kulit
rentang normal rentang normal 35,9 C
 Monitor penurunan tingkat
 serangan atau – 37,5 C
kesadaran

konvulsi (kejang) Nadi dan RR dalam
 Monitor WBC,Hb, Hct
 kulit kemerahan rentang normal
 Monitor intake dan output
 
pertambahan RR Tidak ada perubahan
 Berikan anti piretik
 takikardi warna kulit
 Berikan pengobatan untuk
 saat disentuh  Tidak ada pusing
mengatasi penyebab demam
tangan terasa
 Selimuti pasien
hangat
 Lakukan Tapid sponge
 Berikan cairan intra vena
 Kompres pasien pada lipat
paha, aksila dan leher
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya
menggigil
 Temperature Regulation
 Monitor tanda- tanda
hipertermi
 Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
 Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
 Diskusikan tetang pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negative
dari kedinginan
 Berikan obat antipiretik sesuai
dengan kebutuhan
 Gunakan matras dingin dan
mandi air hangat untuk
mengatasi gangguan suhu
tubuh sesuai dengan kebutuhan
 Lepasakan pakaian yang
berlebihan dan tutupi pasien
dengan hanya selembar
pakaian.
 Vital Sign Monitoring
 Monitor TD, Nadi, Suhu, dan
RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
 Monitor vital sign saat pasien
berdiri, duduk dan berbaring
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
Monitor TD, Nadi, dan RR
sebelum, selama, dan sesudah
aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya tekanan nadi
yang melebar , bradikardi,
peningkatan sistolik (Chusing
Triad)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital Sign
2. Resiko injury Setelah dilakukan  Sediakan lingkungan yang
berhubungan tindakan keperawatan aman untuk pasien
dengan infeksi selama …x 24 jam,  Identifikasi kebutuhan
mikroorganisme pasien tidak mengalami keamanan pasien sesuai
injury. dengan kondisi fisik dan fungsi
Kriteria Hasil : kognitif pasien dan riwayat
 Klien terbebas dari penyakit terdahulu pasien
cidera  Menghindari lingkungan yang
 Klien mampu berbahaya misalnya
menjelaskan memindahkan perabotan
cara/metode untuk  Memasang side rail tempat
mencegah injury atau tidur
cedera  Menyediakan tempat tidur
 Klien mampu yang nyaman dan bersih
menjelaskan factor  Meletakan saklar lampu
resiko dari lingkunga ditempat yang mudah
atau perilaku personal dijangkau pasien
 Mampu memodifikasi  Membatasi pengunjung
gaya hidup untuk  Memberikan penerangan yang
mencegah injury cukup
 Memanfaatkan fasilitas Menganjurkan keluarga untuk
kesehatan yang ada menemani pasien
 Mampu mengenali  Mengontrol lingkungan dari
perubahan status kebisingan
kesehatan  Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
 Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya perubahan
status kesehatan dan penyebab
penyakit.
3 Resiko Setelah dilakukan Fluid management:
kekurangan tindakan keperawatan  Pertahankan catatan intake
volume cairan selama …x 24 jam, dan output yang akurat
dengan faktor fluid balance dengan  Monitor status dehidrasi(
resiko faktor kriteria hasil : kelembaban membrane
yang  Mempertahankan urine mukosa, nadi adekuat, tekanan
mempengaruhi output sesuai dengan darah ortostatik)
kebutuhan cairan usia dan BB, BJ urine  Monitor vital sign
(hipermetabolik) normal, HT normal  Monitor asupan makanan/
 Tekanan darah, nadi, cairan dan hitung intake kalori
suhu tubuh dalam batas harian
normal  Lakukan terapi IV
 Tidak ada tanda- tanda Monitor status nutrisi
dehidrasi, elastisitas  Berikan cairan
turgor kulit baik,  Berikan cairan IV pada suhu
membrane mukosa ruangan
lembab, tidak ada rasa  Dorong masukan oral
haus yang berlebihan.  Berikan penggantian
nasogastrik sesuai output
 Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
 Anjurkan minum minus lebih
7-8 gelas belimbing perhari
 Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
memburuk
 Atur kemungkinan transfusi

Vous aimerez peut-être aussi