Vous êtes sur la page 1sur 21

E ISSN : 2302 -1810

DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.4

Analisis Pengaruh Tingkat Hunian Pasien (BOR), Anggaran Biaya


Operasional Dan Rasio Aktivitas Terhadap Kinerja Keuangan
Berdasarkan Kemampuan Pendapatan PNBP Menutupi Biaya
Operasional Badan Layanan Umum(BLU) Rumah Sakit
Provinsi DKI Jakarta.

Istiqomah Dwi Putri


Achmad Fauzi
Email: istiqomahdwiputri@gmail.com

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta

Abstrak

The purpose of this research is to know the influence of activity, operational cost
budgeting, and bed occupancy rate on financial performance based on ability of (PNBP)
revenue to cover operating cost public service agency hospital. This study aims to
determine the effect of patient occupancy rate (BOR), operational budget and activities of
financial performance is based on the ability of non-tax revenue to cover operating costs
hospital public service agencies in the province of Jakarta period 2011-2015.
Descriptive analysis showed that: (a) the value of BOR at Hospital studied quite well
with a range of over 60%, (b) the absorption of operational budget is considered quite
efficient because it has a small difference from the budget, (c) the ratio of activity with
time measurement average receivables collectible on average figures,
The results of this study indicate that patient occupancy rate (BOR), and Budget
operasionalof positive and significant impact on the financial performance Hospital
General Services Agency activity while variable does not affect the financial performance
of the Hospital
Key words: Finacial Performance, BOR, Budgeting Operation,Activity Ratio.

PENDAHULUAN di berbagai negara, termasuk


A. Latar Belakang Masalah Indonesia.
Pelayanan publik saat ini sangat erat Transformasi manajemen pemerintahan
kaitannya dengan reformasi dalam New Public Management (NPM)
administrasi publik yang telah terjadi mulai dari penataan kelembagaan /
pada dunia sejak hampir dua dekade Institutional Arrangement, reformasi
belakangan, tema New Public kepegawaian / Civil Servant Reform,
Management (NPM) / Reinventing dan reformasi pengelolaan keuangan
Government yang di dasarkan atas Negara / New Management Reform
pengalaman negara-negara Eropa, (Mahmudi, 2003)
Amerika Serikat, Australia, dan Pemerintah sendiri telah melakukan
Selandia Baru secara berangsur-angsur reformasi keuangan negara yang mulai
diadopsi ke dalam manajemen bergulir sejak akhir tahun 2003, dengan
pemerintahan terkait pelayanan publik dikeluarkannya tiga paket peraturan
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 12 No.01, Tahun 2017


43
E ISSN : 2302 -1810
DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.4

keuangan negara yang baru, yaitu UU maupun tenaga kerja sehingga


No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan pengelolaan rumah sakit tidak bisa
Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang sebagai unit sosial saja, tetapi juga dari
Perbendaharaan Negara, dan UU No. segi ekonomi harus
15 Tahun 2005 tentang Pemeriksaan diperhitungkan.Dari paradigma
Keuangan Negara. Dengan ketiga tersebut membuat rumah sakit harus
paket peraturan keuangan negara mempertanggungjawabkan kinerja
tersebut telah mengubah mindset atau secara menyeluruh, baik kinerja dari
pola pikir yang lebih efisien, pelayanan rumah sakit tersebut dari
profesionalitas, akuntabel, dan segi keuangan maupun non keuangan
transparan dengan melakukan dengan memperhatikan standar mutu
perubahan dari penganggaran pelayanan yang senantiasa terus
tradisional menjadi penganggaran menerus perlu ditingkatkan.
berbasis kinerja yang membuka koridor Biaya kesehatan yang cenderung terus
bagi penerapan basis kinerja di meningkat, menjadikan rumah sakit
lingkungan pemerintah (Hag, 2009). terutama rumah sakit milik pemerintah
Berdasarkan Undang-undang tersebut, dituntut untuk secara mandiri
instansi pemerintah yang tugas pokok mengatasi masalah tersebut.Hal ini
dan fungsinya memberikan pelayanan menjadi permasalahan tersendiri bagi
kepada masyarakat dapat menerapkan rumah sakit pemerintah karena segmen
pola pengelolaan keuangan yang pelanggan mereka kebanyakan adalah
fleksibel, berupa keleluasaan untuk masyarakat kalangan menengah ke
menerapkan praktek-praktek bisnis bawah.Untuk meningkatkan pelayanan
yang sehat dalam rangka kepada masyarakat, rumah sakit
memaksimalkan pelayanan kepada diharapkan untuk dapat meningkatkan
masyarakat dengan tetap menonjolkan kualitas pelayanan, efisiensi dan
produktivitas, efisiensi, dan efektivitas efektifitas dalam pemberian pelayanan.
melalui Badan Layanan Umum. Rumah sakit sebagai salah satu institusi
Badan Layanan Umum (disingkat pelayanan publik memegang peranan
BLU) adalah instansi di lingkungan penting bagi peningkatan derajat
Pemerintah yang dibentuk untuk kesehatan masyarakat.Rumah sakit
memberikan pelayanan kepada dituntut untuk dapat melayani
masyarakat berupa penyediaan barang masyarakat, dapat berkembang dan
dan/atau jasa yang dijual tanpa mandiri serta harus mampu bersaing
mengutamakan mencari keuntungan dan memberikan pelayanan yang
dan dalam melakukan kegiatannya bermutu dan terjangkau bagi
didasarkan pada prinsip efisiensi dan masyarakat.
produktifitas.BLU terdapat di Sebagai lembaga yang padat modal,
lingkungan pemerintah pusat dan padat karya, dan padat ilmu serta
pemerintah daerah.BLU di daerah teknologi, rumah sakit ini memerlukan
disebut Badan Layanan Umum Daerah profesionalisme yang handal dalam
(disingkat BLUD).Saat ini BLU di pengelolaan bisnis modern. Melalui
Indonesia berjumlah 156 unit satuan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
kerja per Oktober 2016. Layanan Umum (PPK-BLU), BLU
Rumah sakit merupakan institusi yang pada sektor kesehatan mampu
padat modal, baik dari segi teknologi meningkatkan kinerja pelayanannya
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 12 No.01, Tahun 2017


44
E ISSN : 2302 -1810
DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.4

kepada masyarakat dalam rangka Negara, yang menjadi ujung tombak


memajukan kesejahteraan umum dan perekonomian Indonesia yang
mencerdaskaan kehidupan bangsa, diharapkan bisa memberikan gambaran
dengan memberikan fleksibilitas akan kinerja keuangan, pelayanan,
dalam pengelolaan keuangan penganggaran dan aktivitas pada badan
berdasarkan prinsip ekonomi dan layanan umum itu sendiri.
produktivitas, dan penerapan praktek Pelayanan publik yang tepat sasaran,
bisnis yang sehat. penggunaan anggaran yang efektif
Penilaian kinerja terhadap lembaga serta pengelolaan aktivitas merupakan
atau organisasi tidak hanya berlaku hal penting untuk kesuksesan Negara
pada lembaga atau organisasi yang dalam upaya meningkatkan kualitas
berorientasi profit saja, melainkan juga kesejahteraan masyarakat guna
perlu dilakukan pada lembaga atau mempercepat pertumbuhan ekonomi.
organisasi non komersial. Berdasarkan uraian latar belakang di
Kinerja keuangan merupakan faktor atas maka peneliti tertarik untuk
penting untuk menilai keseluruhan meneliti dengan judul “Analisis
kinerja organisasi atau dapat diartikan Pengaruh Tingkat Hunian Pasien
sebagai kondisi organisasi.Untuk (BOR), Anggaran Biaya Operasional
menganalisis kinerja keuangan suatu Dan Rasio Aktivitas Terhadap
organisasi diperlukan ukuran-ukuran Kinerja Keuangan Berdasarkan
tertentu.Dengan rasio keuangan, dapat Kemampuan Pendapatan PNBP
diketahui bagaimana kinerja keuangan Menutupi Biaya Operasional Badan
suatu organisasi. Layanan Umum Rumah Sakit Di
Salah satu agenda reformasi keuangan Provinsi Dki Jakarta”.
negara adalah adanya pergeseran dari
pengganggaran tradisional menjadi
pengganggaran berbasis kinerja. B. Identifikasi Masalah
Dengan basis kinerja ini, arah Dari latar belakang masalah di atas,
penggunaan dana pemerintah tidak lagi penulis mengidentifikasikan masalah
berorientasi pada input, tetapi pada pada penelitian ini, yaitu:
output. Perubahan ini penting dalam 1. Pergeseran paradigma administrasi
rangka proses pembelajaran untuk tradisional yang cenderung
menggunakan sumber daya pemerintah mengutamakan sistem dan
yang makin terbatas, tetapi tetap dapat prosedur, birokratis yang tidak
memenuhi kebutuhan dana yang makin efisien, pemberian layanan yang
tinggi. lambat serta tidak efektif.
Penelitian kinerja keuangan pada 2. Kualitas penyeleggaran pelayanan
rumah sakit pemerintah yang telah public saat ini yang masih rendah,
menjadi badan layanan umum dirasa yang mana efektifitas
sangat perlu untuk mengatahui penyelenggaraan suatu pemerintah
bagiamana kinerja real yang terjadi sangat ditentukan oleh baik
pada saat pengimplementasian buruknya penyelenggaraan
pengelolaan keuangan yang disebut pelayanan public.
fleksibel sehingga menghasilkan 3. Persepsi masyarakat akan
kinerja keuangan yang baik terutama di rendahnya sistem pelayanan rumah
daerah DKI Jakarta sebagai ibukota sakit pemerintah, menyebabkan
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 12 No.01, Tahun 2017


45
E ISSN : 2302 -1810
DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.4

tuntutan pembenahan sistem operasional, dan rasio aktivitas


efektifitas pelayanannya. terhadap kinerja keuangan
4. Efektifitas penganggaran pada badan layanan umum rumah
pelayanan public yang memerlukan sakit sehingga dapat digunakan
tinjauan berkala guna keselarasan . sebagai referensi untuk peneliti
C. Pembatasan Masalah lain atau bagi kalangan
Dari berbagai masalah yang akademis untuk penelitian
diidentifikasikan di atas, penelitian ini selanjutnya.
dibatasi pada masalah pada “tingkat b. Kegunaan Praktis
hunian kamar pasien, anggaran biaya Penelitian ini diharapkan dapat
operasional, dan pengelolaan aktivitas memberikan masukan dan
terhadap kinerja keuangan berdasarkan evaluasi khusus kepada sektor
kemampuan pendapatan menutupi public khususnya pemerintah,
biaya operasional badan layanan umum badan layanan umum itu
rumah sakit di provinsi DKI Jakarta” sendiri, serta masyarakat luas
dengan periode pengamatan penelitian yang memberikan gambaran
selama 5 tahun (2011-2015).” secara terang terkait
pembahasan penelitian ini dan
D. Perumusan Masalah bisa menjadi refrensi
Berdasarkan latar belakang yang ada, pemecahan masalah yang dikaji
maka rumusan masalah dalam secara akademis.
penelitian ini yaitu:
a. Apakah tingkat hunian pasien KAJIAN TEORETIK
(BOR),berpengaruh terhadap A. Deskripsi Konseptual
kinerja keuangan BLU Rumah Principal-Agent dalam BLU
Sakit di Provinsi DKI Jakarta? Pada proses reformasi birokrasi, ada
b. Apakah anggaran biaya operasional pendekatan yang dapat digunakan
berpengaruh terhadap kinerja ketika suatu pelayanan disampaikan
keuangan BLU Rumah Sakit di kepada publik (masyarakat). Model
Provinsi DKI Jakarta? pendekatan tersebut disebut
c. Apakah rasio Aktivitas pendekatan principal-agent (Batley,
berpengaruh terhadap kinerja 2004).
keuangan Badan Layanan Umum Menurut Lane, Stiglitz, dan Walsh,
Rumah Sakit di Provinsi DKI pada teori principal-agent, agent
Jakarta ? berusaha memenuhi keinginan dari
principal, karena principal pada
dasarnya adalah merupakan
E. Kegunaan Penelitian representasi kepentingan publik.
Adapun kegunaan dari penelitian ini Dengan kata lain, principal disini
adalah sebagai berikut: dapat juga berperan sebagai
a. Kegunaan Teoritis “controller” agent. Hal ini
Secara teoritis, penelitian dikarenakan dalam kondisi politik
inidiharapkan menambah yang demokratis, pemegang
wawasan dan pemahaman kekuasaan tertinggi adalah warga
mengenaipengaruh tingkat masyarakat (citizen) atau konsumen
hunian, anggaran biaya dari pelayanan publik (Batley, 2004).
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 12 No.01, Tahun 2017


46
E ISSN : 2302 -1810
DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.4

Pendekatan principal-agent ini acuan penilaian untuk meramalkan


menjadi dasar untukmenempatkan kondisi keuangan, operasi, dan hasil
birokrat sebagai pelayan masyarakat usaha perusahaan.
yang sebenarnya.Penerapan Sistem Penilaian Kinerja Rumah
pendekatan ini diharapkan mampu Sakit
menyadarkan birokrat sebagai agent Sistem penilaian kinerja melalui
yang bertanggung jawab kepada indikator merupakan salah satu alat
masyarakat (principal) dan bukan yang dapat digunakan untuk menilai
sebaliknya. suatu proses kegiatan BLU Rumah
Menurut UU No 1 tahun 2004 tentang Sakit secara terus menerus. Sebagai
Perbendahaan Negara, konsep rumah sakit milik Negara, BLU rumah
principal-agent yang berlaku di BLU sakit harus mampu memberikan
disebutkan bahwa yang menjadi informasi yang menggambarkan
principal adalah pemerintah melalui kemajuan rumah sakit pada suatu
menteri atau pimpinan lembaga dan periode tertentu. Indikator kinerja
yang menjadi agen adalah satuan kerja rumah sakit BLU mengacu pada
instansi pemerintah (satker). Keputusan Menteri Negara
Menteri/pimpinan lembaga sebagai Pendayagunaan BUMN No.KEP215/
policy maker dan satuan kerja sebagai M.BUMN/1999 tanggal 27 September
pelaksananya (BLU bertanggungjawab 1999 dan disempurnakan melalui
untuk menyajikan layanan yang Keputusan Menteri BUMN No.
diminta kepada menteri sebagai 100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002
principal). tentang penilaian tingkat kesehatan
Badan Usaha Milik Negara, yang
kemudian disesuaikan dengan jenis
1. Pengertian Kinerja dan dan sifat kegiatan rumah sakit melalui
Pengukuran Kinerja Keuangan(Y) Kepmenkes N0.
Kinerja berasal dari kata 550/Menkes/SK/VII/2009 tentang
performance, kinerja dinyatakan Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis
sebagai prestasi yang dicapai oleh dan Anggaran (RBA) Badan Layanan
perusahaan dalam suatu periode Umum Rumah Sakit. Jenis indikator
tertentu yang mencerminkan tingkat yang dinilai untuk BLU rumah sakit
kesehatan dari perusahaan tersebut. sesuai Kementrian Keuangan
Pengukuran kinerja adalah penentuan Republik Indonesia Peraturan Direktur
secara periodik tampilan perusahaan Jendral Perbendaharaan Nomor
yang berupa kegiatan operasional, PER/34/PB/2014 meliputi tiga aspek,
struktur organisasi, dan karyawan yaitu: Indikator Kinerja Keuangan,
yang berdasarkan sasaran, standar dan Indikator Kinerja Operasional,
kriteria yang telah ditetapkan Indikator kinerja mutu pelayanan dan
sebelumnya (Mulyadi, 1997:419). manfaat bagi masyarakat. Dengan
Pengukuran kinerja keuangan Indikator Kinerja Keuangan
mempunyai arti yang penting bagi berdasarkan rasio keuangan dengan
pengambilan keputusan baik bagi cara menghubungkan elemen-elemen
pihak intern maupunekstern laporan keuangan sebagai berikut :
perusahaan. Laporan keuangan 1. Rasio Kas (Cash Ratio)
merupakan alat yang dijadikan 2. Rasio Lancar (Current Ratio)
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 12 No.01, Tahun 2017


47
E ISSN : 2302 -1810
DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.4

3. Periode Penagihan Piutang penyelenggaraan pelayanan kesehatan


(Collection Period) dapat mencapai tujuan yang
4. Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset diinginkan maka pelayanan harus
Turnover) memenuhi berbagai syarat
5. Imbalan Atas Aset Tetap (Return diantaranya, tersedia dan
on Fixed Asset) ROFA berkesinambungan, dapat diterima dan
6. Imbalan Ekuitas (Return on Equity) wajar, mudah dicapai, mudah
ROE dijangkau, dan bermutu.
7. Perputaran Persediaan (Inventory Pelayanan kesehatan yang bermutu
Turnover) merupakan salah satu tolak ukur
8. Rasio Pendapatan PNBP terhadap kepuasan yang berefek terhadap
Biaya Operasional keinginan pasien untuk kembali
9. Rasio Subsidi Biaya Pasien kepada institusi yang memberikan
pelayanan kesehatan yang efektif.
3. Tingkat Hunian Pasien atau Bed Untuk memenuhi kebutuhan dan
Occupancy Rate (BOR) (X1) keinginan pasien sehingga dapat
Sesuai dengan UUD 1945, memperoleh kepuasan yang ada pada
pembangunan kesehatan merupakan akhirnya dapat meningkatkan
upaya untuk memenuhi salah satu hak kepercayaan pada rumah sakit melalui
dasar rakyat, yaitu hak untuk pelayanan prima. Melalui pelayanan
memperoleh pelayanan kesehatan. prima, rumah sakit diharapkan akan
Misalnya, pelayanan kesehatan di menghasilkan keunggulan kompetitif
rumah sakit . Rumah sakit sebagai dengan pelayanan bermutu, efisien,
salah satu fasilitas pelayanan dan inovatif. Misal, bentuk pelayanan
kesehatan memiliki peran yang sangat yang efektif antara pasien dan pemberi
strategis dalam upaya mempercepat pelayanan disadari sering terjadi
derajat kesehatan masyarakat perbedaan persepsi. Pasien
Indonesia. Pembangunan kesehatan mengartikan pelayanan yang bermutu
harus dipandang sebagai suatu dan efektif jika pelayanannya nyaman,
investasi untuk peningkatan kualitas menyenangkan dan petugasnya ramah
sumber daya manusia dan mendukung yang mana secara keseluruhan
pembangunan ekonomi, serta memiliki memberikan kesan kepuasan terhadap
peran penting dalam upaya pasien. Sedangkan, provider
penanggulangan kemiskinan. mengartikan pelayanan yang bermutu
Pemerintah telah bersungguh-sungguh dan efesien jika pelayanan sesuai
dan terus-menerus berupaya untuk dengan standar pemerintah. Adanya
meningkatkan mutu pelayanan baik perbedaan persepsi tersebut sering
yang bersifat promotif, preventif, menyebabkan keluhan terhadap
kuratif dan rehabilitasi. pelayanan.
Dalam rangka meningkatkan derajat Menurut Departemen Kesehatan RI,
kesehatan masyarakat banyak hal yang BOR adalah prosentase
perlu diperhatikan. Salah satu pemakaiantempat tidur pada periode
diantaranya yang dianggap tertentu. Indikator ini memberikan
mempunyai peranan yang cukup gambarantinggi rendahnya tingkat
penting adalah penyelenggaraan pemanfaatan tempat tidur di rumah
pelayanan kesehatan. Agar sakit. Nilaiparameter BOR yang ideal
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 12 No.01, Tahun 2017


48
E ISSN : 2302 -1810
DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.4

adalah antara 60-85% (Depkes RI, tertulis dari rencana manajemen”.


2005). Kondisi tersebut merupakan Menurut Sukarno (2004:144)
kondisi yang standar sebab jika nilai mendefenisikan “Anggaran adalah
BOR ada dibawah kondisi tersebut rencana yang terorganisasi dan
maka menunjukkan rendahnya menyeluruh dinyatakan dalam unit
pemanfaatan tempat tidur, jika nilai moneter untuk operasi
BOR diatas berarti semua tempat tidur dan sumber daya suatu satuan kerja
dipergunakan sepanjang tahun, hal ini selam periode tertentu dimasa yang
secara medis kurang baik karena tidak akan datang ”.
adanya jedah waktu untuk Anggaran biaya operasional adalah
membersihkan sehingga continuous anggaran atau taksiran semua biaya
improvement quality sulit dicapai. yang dikeluarkan dan pada hakekatnya
Sedangkan jika nilai diatas 100 dianggap habis dalam masa tahun
merupakan kondisi yang sangat parah buku.
karena satu tempat tidur digunakan Indikator efisiensi, adalah suatu
lebih dari satu pasien (extra bed). indikator yang menggambarkan
Adapun rumus BOR adalah: hubungan antara masukan sumber
BOR = daya oleh suati unit organisasi
Jumlah hari perawatan rumah sakitx (misalnya : staff, upah, biaya
100% administratif) dan keluaran yang
(Jumlah tempat tidur x jumlah hari dihasilkan indikator tersebut
dalam satu periode) memberikan informasi tentang
konversi masukan menjadi keluaran
4. Anggaran Biaya Operasional (X2) (yaitu : efisiensi dari proses
Di dalam melaksanakan kegiatan internal)Pengelolaan sumberdaya yang
usahanya, setiap satuan kerja selalu tepat diharapkan
dihadapkan pada masa yang penuh Pengukuran Efesiensi Anggaran
dengan ketidakpastian, sehingga akan Biaya Operasional =
menimbulkan masalah pemilihan dari Realisasi (output)x 100%
berbagai alternatif kebijakan yang Anggaran(input)
akan ditempuhnya dalam
melaksanakan kegiatan usahanya 5. Rasio Aktivitas (X3)
tersebut. Di samping itu, dalam Menurut Fahmi (2013), rasio aktivitas
pelaksanaan kebijakan yang telah adalah : Rasio yang menggambarkan
diputuskan tersebut, perlu adanya sejauh mana suatu perusahaan
suatu alat untuk mengkordinasikan mempergunakan sumber daya yang
semua kegiatan agar dapat berjalan dimilikinya guna menunjang aktivitas
secara resmi dan terkendali. Untuk perusahaan, dimana penggunaan
keperluan tersebut banyak sarana aktivitas ini dilakukan secara sangat
manajemen yang dapat dipergunakan maksimal dengan maksud
dan salah satunya dalam bentuk memperoleh hasil yang maksimal.
anggaran. Secara umum anggaran Dalam praktiknya rasio aktivitas yang
dapat didefinisikan : digunakan perusahaan memiliki
Menurut Carter dan Usri (2004:13) beberapa tujuan yang hendak dicapai.
mendefenisikan “Anggaran (Budget) Raio aktivitas juga memberikan
adalah pernyataan terkuantifikasi dan banyak manfaat bagi kepentingan
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 12 No.01, Tahun 2017


49
E ISSN : 2302 -1810
DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.4

perusahaan maupun bagi pihak luar berpengaruh terhadap kinerja


perusahaan, untuk masa sekarang keuangan.
maupun yang akan datang. Menurut Berbeda dengan Artikel penelitian
Kasmir (2012). R.M. Riadi (2014) tentang analisis
. pengaruh rasio aktivitas
terhadapkinerja keuangan
B. Hasil Penelitian yang Relevan rentabilitas ekonomi pada
Beberapa peneliti telah melakukan perusahaan Plastics And Glass
penelitian terkait pengaruh Tingkat Products Yang Go Publik Di Bursa
Hunian Pasien atau disebut Bed Efek Jakarta yang menyebutkan
Occupancy Rate (BOR) terhadap bahwa rasio aktivitas tidak
kinerja keuangan seperti, Yusri mempengaruhiterhadap kinerja
Chaeroniza (2014) melakukan keuangan (rentabilitas ekonomi)
penelitian analisis BOR untuk pada perusahaan Plastik and Glass
menilaikinerja keuangan pada Products dan sejalan dengan
Rumah Sakit Bogor Medikal penelitian selanjutnya tentang
Center. Hasil penelitian yang kinerja keuangan pada Rumah
diperoleh menyatakan bahwa Sakit Jiwa Prof.HB.Saanin yang
kinerja pelayananmelalui dilakukan oleh chairun
pengukuran BOR memiliki amalia(2013), tentang Analisis
pengaruh positif yang signifikan pengaruh rasio Likuiditas, rasio
terhadap kinerja Aktivitas, rasio profitabilitas, dan
keuangan.Peningkatan nilai tingkat rasio Struktur Modal, bahwa rasio
hunian (BOR) searah dengan Likuiditas, rasio Aktivitas, rasio
peningkatan kinerja keuangan. profitabilitas, dan rasio Struktur
Dwi Putri, dkk (2014) , Modal tidak berpengaruh terhdap
menguraikan dalam penelitiannya kinerja keuangan rumah sakit.
terkait variable bebas yang terakhir
yaitu Rasio Aktivitas, penelitian C. Kerangka Pemikiran Teoritik
menunjukan bahwa rasio aktivitas
berpengaruh tidak signifikan
terhadap kinerja keuangan
perusahaan dengan judul pengaruh
rasio likuiditas, rasio leverage dan
rasio aktivitas terhadap kinerja
keuangan Perusahaan (food and
bavarege company BEI 2010-
2012)terdapat pengaruh baik secara Gambar II. 1 Kerangka Pemikiran
simultan maupun parsial antar Teoretik
variable yang diteliti danjugaRasio.
Semakin tinggi rasio aktivitas maka D. Perumusan Hipotesis Penelitian
akan semakin baik pula Berdasarkan logika dari paparan di
bagiperusahaan, hal ini berarti atas maka dikembangkan suatu
tingkat rasio aktivitasnya berjalan hipotesis atas penelitian ini, yaitu:
cepat pula.sehingga rasio aktivitas H1:TingkatHunianPasien(BOR)berpen
garuh terhadap Kinerja Keuangan.

Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 12 No.01, Tahun 2017


50
E ISSN : 2302 -1810
DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.4

H2: Anggaran Biaya Operasional statistik, kemudian mengambil


berpengaruh terhadap Kinerja kesimpulan secara generalisasi
Keuangan untuk membuktikan adanya
H3 :Rasio Aktivitas berpengaruh pengaruh dalam penelitian ini.
terhadap Kinerja Keuangan
Penelitian ini menggunakan data
METODOLOGI PENELITIAN sekunder (yang dianalisis
menggunakan program SPSS/E-
A. Tujuan Penelitian views) berisi informasi laporan
Berdasarkan masalah-masalah yang keuangan dan non keuangan
telah peneliti rumuskan, maka yang diperoleh dari Kementriaan
tujuan penelitian ini adalah untuk Keuangan Direktorat Pengelolaan
mengetahui secara empiris Keuangan Badan Layanan Umum.
pengaruh efektivitas pelayanan,
efektivitas penganggaran, dan D. Jenis dan Sumber Data
pengelolaan aktivitas terhadap Penelitian ini menggunakan data
kinerja keuangan badan layanan sekunder, yaitu data yang
umum rumah sakit di provinsi DKI diperoleh secara tidak langsung
Jakarta. dari perusahaan yang bersangkutan
tetapi berasal dari lembaga
B. Objek dan Ruang Lingkup pengumpulan data.
Penelitian Data sekunder yang digunakan
Objek penelitian ini adalah Seluruh adalah data laporan keuangan,
Badan Layanan Umum di laporan kinerja serta laporan
Indonesia dengan kriteria hanya realisasi anggaran untuk periode
sektor kesehatan Rumah Sakit Di tahun 2011-2015. Adapun metode
Provinsi DKI Jakarta selama 5 pemilihan sampel penelitian
tahun periode 2011-2015. Peneliti menggunakan purposive
membatasi ruang lingkup penelitian sampling.
ini pada pengaruh efektifitas Purposive sampling merupakan
pelayanan, efektifitas penganggaran suatu metode pengambilan sampel
dan aktivitas terhadap kinerja non probabilita yang disesuaikan
keuangan badan layanan umum dengan kriteria tertentu. Beberapa
rumah sakit di provinsi DKI kriteria yang harus dipenuhi dalam
Jakarta. penentuan data penelitian ini
sebagai berikut:
C. Metode Penelitian 1. Laporan keuangan Rumah Sakit
Metode yang digunakan dalam Pemerintah yang telah menjadi
penelitian ini menggunakan metode BLU di Provinsi DKI Jakarta
Deskriptif kuantitatif yang periode tahun 2011-2015.
menggunakan cara-cara tertentu 2. Telah menjadi BLU penuh lebih
dalam mengumpulkan, mengolah, dari 5 tahun.
dan menganalisis data yang
disajikan dan diukur dalam suatu F. Operasionalisasi Variabel
skala numerik atau dalam bentuk Penelitian
angka-angka dengan teknik
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 12 No.01, Tahun 2017


51
E ISSN : 2302 -1810
DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.4

1. Variabel Dependen (Terikat) terkait dan saling berkontribusi


dalam hasil perhitungan POBO.
Variabel dependen disebut juga
variabel terikat yang berarti b. Definisi Operasional
variabel ini dipengaruhi variabel Sistem penilaian kinerja keuangan
independen dan biasanya Rumah Sakit BLU
disimbolkan dengan (Y). Dalam memilikibeberapa indikator yang
penelitian ini Kinerja Keuangan merupakan alat yang dapat
yang menjadi variabel dependen. digunakan untuk menilai suatu
a. DefinisiKonseptual proses kegiatan BLU Rumah Sakit
secara terus menerus. Sebagai
Dalam penelitian ini variabel rumah sakit milik Negara, BLU
dependennya adalah kinerja rumah sakit harus mampu
keuangan berdasarkan kemampuan memberikan informasi yang
pendapatan PNBP menutupi biaya menggambarkan kemajuan rumah
opersional (POBO). Analisis sakit pada suatu periode tertentu.
Kinerja keuangan ini dapat Kementerian kesehatan dan
dilakukan baik oleh pihak eksternal Kementerian keuangan sebagai dua
maupun pihak internal satuaan kementerian yang membawahi
kerja. Analisa POBO adalah jenis Rumah sakit BLU menganggap
analisa keuangan yang analisa POBO ini sangat penting
membandingkan antara Pendapatan dan pantas karena hanya satu-
operasional dengan Biaya satunya indikator keuangan yang
Operasional PNBP dipakai dalam penilaian Kinerja
(POBO=Pendapatan Operasional pimpinan Rumah Sakit Badan
Biaya Operasional). Analisa ini Layanan umum (BLU).
dulu sering disebut juga CRR atau Indikator yang dinilai untuk BLU
Cost Recovery rate. Sehingga rumah sakit sesuai Kementerian
peniliaian analisis POBO yang baik Keuangan Republik Indonesia
bisa di lihat dari beberapa sisi. Peraturan Direktur Jendral
Bahwa kinerja keuanganatas Perbendaharaan Nomor
pendapatan operasional BLU yang PER/34/PB/2014 memiliki rumus :
baik hingga dapat menutupi biaya = Pendapatan Operasional
opersional yang terjadi merupakan (PNBP)
indikasi naiknya pendapatan
operasional yang dicapai suatu Biaya Operasional
instansi dibidang keuangan
sehingga mencerminkan tingkat Pendapatan PNBP merupakan
kesehatan perusahaanpada bidang pendapatan yang diperoleh sebagai
tersebut. imbalan atas barang/jasa yang
Analisis POBO ini jugaberguna diserahkan kepada masyarakat
untuk melihat efisiensi biaya yang terdiri dari pendapatan usaha
sekaligus kreatifiitas pimpinan dari jasa layanan ditambah hibah
BLU dalam meningkatkan ditambah pendapatan lain-lain
pendapatan. Kedua hal ini naik diluar usaha dan tidak termasuk
pendapatan maupun biaya saling
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 12 No.01, Tahun 2017


52
E ISSN : 2302 -1810
DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.4

pendapatan yang berasal dari 2) DefinisiOperasional


APBN. .
Bed Occupancy Rate (BOR)
Biaya operasional merupakan Menurut Departemen Kesehatan
seluruh biaya yang dibutuhkan RI, BOR adalah prosentase
dalam memberikan pelayanan pemakaian tempat tidur pada
kepada masyarakat, yang terdiri periode tertentu. Indikator ini
dari belanja pegawai dan belanja memberikangambaran tinggi
barang, dan sumber dananya rendahnya tingkat pemanfaatan
berasal dari penerimaan anggaran tempat tidur di rumah sakit. Nilai
APBN dan pendapatan PNBP parameter BOR yang ideal adalah
Satker BLU. antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Adapun rumus BOR adalah:
2. Variabel Independen (Bebas) BOR = Jumlah hari perawatan
rumah sakit x
Variabel independen disebut 100%
jugavariabel bebas dimana variabel (Jumlah tempat tidur x jumlah hari
ini dapat mempengaruhi variabel dalam satu periode)
secara bebas atau mempengaruhi
secara positif maupun negatif dan b. Anggaran Biaya Operasional
biasanya disimbolkan dengan(X). 1) DefinisiKonseptual
Adapun variabel independenyang Anggaran biaya operasional adalah
digunakan dalam penelitian anggaran atau taksiran semua biaya
iniyaitu: yang dikeluarkan dan pada
a. Tingkat Hunian Pasien (BOR) hakekatnya dianggap habis dalam
1) DefinisiKonseptual masa tahun buku. Pada Badan
. Salah satu Indikator penilaian Layanan Umum Rumah Sakit yang
efesiensi pelayanan Rumah Sakit merupakan salah satu satuan kerja
yaitu penyedian fasilitas kesehatan dari pemerintah pusat yang
dalam variable ini adalah tingkat mendapatkan dana anggaran dari
hunian Bed Occupancy Rate (BOR) APBN. Anggaran biaya operasional
yang baik turut menunjang kinerja termasuk didalamnya seluruh
pelyanan rumah sakit. Hal ini untuk biaya yang dibutuhkan dalam
memenuhi kebutuhan dan memberikan pelayanan kepada
keinginan pasien sehingga dapat masyarakat, yang terdiri dari
memperoleh kepuasan yang ada belanja pegawai dan belanja
pada akhirnya dapat meningkatkan barang, dan sumber dananya
kepercayaan pada rumah sakit berasal dari penerimaan anggaran
melalui pelayanan prima. Melalui APBN dan pendapatan PNBP
pelayanan prima, rumah sakit Satker BLU.
diharapkan akan menghasilkan
keunggulan kompetitif dengan 2) DefinisiOperasional
pelayanan bermutu, efisien, dan
inovatif sehingga pendapatan akan Perhitungan rumus yang digunakan
bertambah dan kinerja keuangan pada penelitian ini adalah sebagai
akan meningkat. berikut:
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 12 No.01, Tahun 2017


53
E ISSN : 2302 -1810
DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.4

Perhitungan rumus yang digunakan


= Realisasi Anggaran Biaya pada penelitian ini adalah sebagai
Operasional berikut:
Target Anggaran Biaya
Operasional
(Sumber diolah penulis,2016)

Perhitungan rumus tersebut


berdasarkan laporan realisasi
anggaran berdasarkan Sistem
G. Teknik Analisis Data
Akuntansi Pemerintah yang tidak
1. Analisis Statistik Deskriptif
memasukan biaya modal dalam
Statistik deskriptif merupakan
komponen Anggaran Biaya
gambaran atau deskripsi suatu data
Operasional BLU RS, sesuai
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean),
dengan penjabaran definisi dari
median, modus, standar deviasi,
belanja modal di pembahasan
maksimum, dan minimum yang
sebelumnya
kemudian menjadi sebuah informasi
yang jelas dan dapat dipahami.
2. Uji Asumsi Klasik
c. Aktivitas
Uji asumsi klasik bertujuan untuk
1) Definisi Konseptual
mengetahui apakah model regresi
Rasio aktivitas dapat
benar-benar menunjukkan hubungan
menggambarkan kinerja keuangan
yang signifikan dan mewakili
rumah sakit dalam pengelolaan
(representatif) maka model tersebut
persediaan dan piutangnya serta
harus memenuhi uji asumsi klasik
mengukur seberapa efektif
regresi yang meliputi:
(hasilguna) perusahaan
a. Uji Normalitas Data
menggunakan sumber dayanya
Uji normalitas menurut Ghozali
secara optimal dengan cara
(2013:165) bertujuan untuk
membandingkan rasio aktivitas
menguji apakahdalam model
dengan standar industri dapat
regresi, variable pengganggu atau
diketahui tingkat efisiensi
residual mempunyai distribusi
perusahaan dalam industri
normal. Seperti diketahui
2) Definisi Operasional
bahwa uji t dan F
Rasio Aktivitas menggunakan
mengasumsikan nilai residual
pengukuran yang melihat pada
mengikuti distribusi normal. Jika
beberapa aset kemudian
asumsi ini tidak terpenuhi maka
menentukan beberapa tingkat
hasil uji statistic menjadi tidak
aktivitas aktiva -aktiva tersebut
valid khusunya untuk ukuran
pada tingkat kegiatan tertentu.
sampel kecil. Dalam penelitian
Aktivitas yang rendah pada tingkat
ini digunakan dua cara untuk
penjualan tertentu akan
melakukan uji normalitas data yaitu
mengakibatkan semakin besarnya
analisis grafik dan analisis statistik.
dana kelebihan yang tertanam pada
1) Analisis grafik
aktiva - aktiva tersebut.
Alat uji yang digunakan adalah
menggunakan analisis grafik norma
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 12 No.01, Tahun 2017


54
E ISSN : 2302 -1810
DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.4

plot. Adapun dasar pengambilan Inflation Faktor (VIF) dan matrik


keputusannya adalah : korelasi antar variabel bebas yang
a) Jika titik menyebar di sekitar dihitung dengan menggunakan
garis diagonal atau mengikuti SPSS 21. Model dikatakan tidak
arah garis diagonal maka model terjadi multikolinieritas apablia
regresi memenuhi asumsi (Suliyanto, 2005:75) :
normalitas. 1) Output SPSS 21 pada
b) Jika titik menyebar jauh dari coefficients menunjukkan nilai VIF
garis diagonal atau tidak < 10 atau nilai tolerance > 0,10
mengikuti arah garis diagonal 2) Output SPSS 21 pada
maka model regresi tidak coefficients correlations
memenuhi asumsi normalitas menunjukkan nilai korelasi antar
(Ghozali, 2011). variabel bebasnya < 0,5
2) Analisis statistik c. Uji Autokorelasi
Selain menggunakan grafik, Menurut Ghozali (2013:137) Uji
penelitian ini juga menggunakan uji Autokorelasi ini bertujuan untuk
statistik denganKolmogorov- menguji apakah dalam model regresi
Smirnov Z (1-Sample K-S). Dasar linear ada korelasi antara kesalahan
pengambilan keputusan pada pengganggu (residual) pada periode t
analisis Kolmogorov-Smirnov Z dengan kesalahan pada periode t-1
adalah sebagai berikut: (sebelumnya).
a) Apabila nilai Asymp. Sig. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
(2-tailed) kurang dari 0,05 ada masalah autokorelasi. Autokorelasi
maka Ho ditolak. Hal ini berarti muncul karena observasi yang
data residual terdistribusi tidak berurutan sepanjang waktu berkaitan
normal. satu sama lain. Masalah ini timbul
b) Apablia nilai Asymp. Sig. (2- karena residual (kesalahan pengganggu)
tailed) lebih besar dari 0,05 tidak bebas dari satu obeservasi ke
maka Ho diterima. Hal ini observasi lainnya. Hal ini sering
berarti data residual terdistribusi ditemukan pada data runtun waktu atau
dengan normal (Ghozali, 2011). time series karena “gangguan” pada
b. Uji Multikolinieritas seseorang individu atau kelompok
Uji multikolenieritas bertujuan cenderung mempengaruhi “gangguan”
untuk menguji adanya hubungan pada individu atau kelompok yang sama
linier diantara variabel-variabel pada periode berikutnya. Pada data
bebas dalam persamaan regresi. cross-section (silang waktu), masalah
Bila variabel-variabel bebas autokorelasi relative jarang terjadi
berkolerasi secara sempurna, maka karena “gangguan” pada observasi yang
persamaan regresi yang dihasilkan berbeda berasal dari individu atau
tidak dapat digunakan.Dengan kelompok yang berbeda. Model regresi
demikian regresi linier klasik yang baik adalah regresi yang bebas
mengasumsikan tidak terjadinya dari autokorelasi. Salah satu cara untuk
multikolinieritas diantara variabel- mengetahui ada atau tidaknya korelasi
variabel bebas.Untuk mendeteksi yaitu dengan melakukan uji Run Test.
adanya multikolenieritas dapat d. Uji Heterokedastisitas
dilakukan dengan uji Variance
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 12 No.01, Tahun 2017


55
E ISSN : 2302 -1810
DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.4

Uji heterokedastisitas digunakan untuk (nilai duga), x adalah variabel bebas, a


mengetahui apakah terjadi adalah penduga bagi intersap (α), b
penyimpangan model karena adalahpenduga bagi koefisien regresi (
gangguan varian yang berbeda ), dan α, ß adalah parameter yang
antar observasi satu ke observasi lain. nilainyatidak diketahui sehingga diduga
Heteroskedastisitas tidak menyebabkan menggunakan statistik sampel.
estimator (koefisien variabel Analisis regresi dalam penelitian
independen) menjadi bias karena ini adalah analisis regresi berganda
residual bukan komponen yang digunakan untuk mengetahui
menghitungnya. Namun, pengaruh Efektifitas Pelayanan,
menyebabkan estimator jadi tidak Efektifitas Penanggaran, dan
efisien dan BLUE lagi serta standard Aktivitas terhadap Kinerja
error dari model regresi menjadi bias Keuangan Badan Layanan Umum
sehingga menyebabkan nilai t statistik Adapun bentuk model yang akan
dan F hitung bias (misleading). Dampak diuji dalam penelitian ini yaitu :
akhirnya adalah pengambilan Y = α + β₁X₁ + β₂X₂ + β₃X₃ + e
kesimpulan statistik untuk pengujian Keterangan :
hipotesis menjadi tidak valid. Y = Kinerja Keuangan
Ada dua cara untuk mendeteksi ada α = Konstanta
tidaknya heteroskedastisitas, yaitu β₁ - β₃=Koefisien Regresi
metode grafik dan metode uji statistik X1 = Efektifitas Pelayanan
(uji formal). Metode grafik relatif lebih X2 = Efektifitas Pengaanggaran
mudah dilakukan namun memiliki X3 = Aktivitas
kelemahan yang cukup signifikan e = error
karena jumlah pengamatan b. Uji Signifikan Parsial (Uji t)
mempengaruhi tampilannya. Menurut Ghozali (2011:98) uji
Semakin sedikit jumlah pengamatan statistik t pada dasarnya
semakin sulit menginterpretasikan hasil menunjukkan seberapa jauh
grafik plots. Selain itu, interpretasi pengaruh satu variable
setiap orang dengan melihat pola grafik penjelas/independen secara
bisa berbeda-beda.Oleh sebab itu individual dalam menerangkan
diperlukan uji statistik formal yang variasi variabel dependen.
lebih dapat menjamin keakuratan hasil. Hipotesis yang akan diuji :
3. Uji Hipotesis Ho : β = 0, artinya variabel
a. Analisis Regresi independen tidak berpengaruh
Dalam Somantri (2011:243), signifikan terhadap Kinerja
dinyatakan bahwa Regresi linier Keuangan
sederhana bertujuan untuk mempelajari H1 : β ≠ 0, artinya variabel
hubungan linier antar dua variabel. independen berpengaruh signifikan
Sedangkan dalam Sugiyono (2011:261), terhadapKinerja keuangan
dinyatakan bahwa Regresi sederhana Dengan ketentuan sebagai berikut :
didasarkan pada hubungan fungsional 1) Jika t-hitung < t-tabel dan
ataupun kausal satu variabel independen probitabilitas > 0,05 makan Ho
dengan satu variabel dependen. Model diterima dan H1 ditolak untuk α =
regresi linier sederhana : ŷ = a+bx , 5%.
dimana ŷ adalah variabel tak bebas
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 12 No.01, Tahun 2017


56
E ISSN : 2302 -1810
DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.4

2) Jika t-hitung > t-tabel dan terdapat kolektif di Kementerian


probitabilitas > 0,05 makan Ho Keuangan PK-BLU dan Direktorat
ditolak dan H1 diterima untuk α = Yankes Kemenkes RI.
5%.
c. Uji Signifikan Simultan (Uji F) Berdasarkan data BLU yang
Menurut Imam Ghozali Uji statistik terdaftar di PK-BLU sampai
F pada dasarnya menunjukkan
dengan Desember 2016 berjumlah
apakah semua variabel bebas yang
dimasukkan dalam model 182 unit satuan kerja. Dari data
mempunyai pengaruh secara tersebut dikurangi dengan BLU
bersama-sama terhadap variabel selain sektor kesehatan yang
terikat. terdaftar di PK-BLU sejumlah 110
satker, lalu dikurangi BLU Sektor
Untuk menguji kedua hipotesis ini Kesehatan yang bukan RS sejumlah
digunakan uji statistik F :
7 satker, dikurangi BLU RS yang
1) Taraf signifikan α = 0,05
2) Kriteria pengujian dimana Ha bukan di DKI Jakarta sejumlah 53
diterima apablia p value < α dan Ha satker, danBLU RS yang terbentuk
ditolak apablia p value > α. di 2015-2016sejumlah 3 satker.
d. Koefisien Determinasi (R2) Sehingga diperoleh jumlah BLU
Koefisien determinasi (R2) pada yang dapat dijadikan sample
intinya mengukur seberapa jauh
penelitian sejumlah 9 BLU RS
kemampuan model dalam
menerangkan variasi variable dengan jumlah data penelitian 45
dependen (Ghozali, 2011:97).Nilai data.
koefisien determinasi adalah antara
nol dan satu. Jika koefisien B. Pengujian Hipotesis
determinasi semakin mendekati 1
1. HasilUji StatistikDeskriptif
maka semakin kuat pengaruh
variable independen terhadap Hasil pengujian statistik deskriptif
variabel dependen dan koefisien
pada tabel IV.3 menampilkan
determinasi mendekati 0, maka
dapat dikatakan semakin kecil karakteristik sampel yang
pengaruh variabel independen digunakan untuk penelitian ini yang
terhadap variabel dependen meliputi jumlah sampel(n), rata-
ratasampel (mean), nilai
maksimum, nilai minimum dan
HASIL PENELITIAN DAN standar deviasi untukmasing-
PEMBAHASAN
masing variabel.Berikutdata
A. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini dilakukan uji descriptive statistics,
menggunakan data sekunder yang hasil dari pengujian statistik
didapat dari laporan keuangan, deskriptif dari variabel POBO,
laporan realisasi anggaran dan Anggaran Biaya Operasional, dan
laporan kinerjaBLU RS yang Aktivitasdari tahun 2011-

Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 12 No.01, Tahun 2017


57
E ISSN : 2302 -1810
DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.4

2015disajikan dalam tabel dibawah pasien / Bed Occupancy Rate(BOR)


ini. berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja keuangan
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
berdasarkan kemampuan pendapatan
a. Uji Normalitas PNBP menutupi biaya operasional
pada BLU RS yang terdaftar di PK
Pengujian ini dimaksudkan untuk BLU Kementerian Keuangan tahun
mengetahui apakah dalam model 2011-2015.
regresi, variabel mempunyai
distribusi normal. Penulis 2. Hipotesis 2 diterima yang
menggunakan program SPSS menunjukkan bahwa anggaran biaya
(StatisticProductionSolutionService opearasional berpengaruh signifikan
) versi 21.0 for Windows untuk terhadap kinerja keuangan
mengolah data penelitian. berdasarkan kemampuan pendaapatan
Dalampenulisanskripsiinianalisadat menutupi biaya operasional pada BLU
adilakukanberdasarkan periode data RS yang terdaftar di PK BLU
yang diteliti dengan tujuan agar Kementerian Keuangan tahun 2011-
diperoleh informasi pengaruh 2015.
variabelindependenterhadapvariabe 3. Hipotesis 3 ditolak yang
ldependen kinerja keuangan pada menunjukkan bahwa rasio aktivitas
BLU RSpada tidak berpengaruh secara signifikan
periodetersebut,yaituanalisaberdasa
terhadap kinerja keuangan
rkanpooleddatatahun2011sampaide
berdasarkan kemampuan pendaapatan
ngan2015.
menutupi biaya operasional pada BLU
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN RS yang terdaftar di PK BLU
SARAN Kementerian Keuangan tahun 2011-
2015.
A. Kesimpulan
Data dalam penelitian ini 4. Analisa data yang dilakukan
menggunakan data sekunder yang terhadap kinerja keuangan BLU RS DI
didapat dari laporan keuangan, laporan DKI Jakarta melalui tingkat hunian
realisasi anggaran dan laporan pasien (BOR), penyerapan anggaran
kinerjaBLU RS yang terdapat biaya operasional, dan aktivitas
penagihan piuang rumah sakit
Berdasarkanhasilanalisisdatadanpemb menunjukkan peningkatan rata-rata
ahasanyangtelahdilakukandi bab tiap tahunnya pada.
sebelumnyamakadapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut: B. Implikasi

1. Hipotesis 1 diterima yang


menunjukkan bahwa tingkat hunian
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 12 No.01, Tahun 2017


58
E ISSN : 2302 -1810
DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.4

Dari penelitian yang telah dilakukan opersional dengan kinerja keuangan


terdapat implikasi penelitian yang secara parsial.
timbul diantaranya :
C. Saran
1. Penelitian ini menunjukan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara Berdasarkan hasil penelitian maka
tingkat hunian pasien (BOR) dengan saran yang dapat diberikan untuk
penelitian berikutnya adalah:
kinerja keuangan (POBO) BLU RShal
ini berimplikasi pada pemanfaatan 1. Penelitian selanjutnya diharapkan
fasilitas tempat tidur yang efisien akan menggunakan sample Badan
mengakibatkan peningkatan Layanan Umum yang lebih luas,
pelayanan rumah sakit yang mencakup seluruh sektor kesehatan
berdampak pada naiknya pendapatan sehingga memungkinkan kebaruan
pelayanan rumah sakit. BOR sangat hasil penelitian yang akan berguna
penting dalam pengambilan keputusan bagi pertumbuhan ekonomi di
perencanaan rumah sakit, oleh karena Indonesia.
itu upaya peningkatan kunjungan 2. Diharapkan menggunakan sample
rumah sakit harus terus di tingkatkan perbandingan periode tahun
salah satunya dengan pemanfaatan penelitian sebelum dan sesudah
layanan rawat inap agar pendapatan menjadi BLU di Indonesia
juga mengalami peningkatan. sehingga, Badan Layanan Umum
dapat terukur kinerjanya dengan
2. Pengaruh hubungan yang signifkan
hasil penelitian terbaru.
antara anggaran biaya operasional
3. Diharapkan untuk pengambilan
dengan kinerja keuangan (POBO)
BLU RS juga diteliti pada penelitian data sekunder diikuti dengan data
ini. Sehingga impliksi yang timbul primer berupa wawancara terhadap
dengan pemanfaatan anggaran biaya pegawai di instansi terkait sehingga
operasional secara efisien berimbas dapat dihasilkan penelitian yang
pada penyerapan anggaran yang lebih menyeluruh dan valid.
optimal, sehingga kemampuan rumah 4. Diharapkan bagi penelitian
sakit dalam pengendalian biaya selanjutnya dapat meneliti BLU
operasionalpun akan meningkatkan yang ada di daerah-daerah atau
kinerja keuangan. disebut BLUD di berbagai sektor.
5. Diharapkan dapat meneliti dengan
3. Penelitian ini juga turut mendukung variable-variabel lain yang tidak
penelitan sejenis yang memiliki hasil diteliti dalam penelitian ini dan
pengaruh signifikan berdasarkan belum banyak diteliti tetapi relevan
tingkat hunian terhadap kinerja sehingga diperlukan untuk
keuangan dan anggaran biaya dilakukan penelitian,namun dapat
menggunakan objek penelitian
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 12 No.01, Tahun 2017


59
E ISSN : 2302 -1810
DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.4

yang samadengan memperluas serta Departemen Kesehatan Republik


memperpanjang waktu penelitian Indonesia. 2005. Buku Petunjuk Pengisian,
agar dapat membandingkan apakah Pengelolaan dan Penyajian Data Rumah
terdapat hasil yang berbeda. Sakit. Jakarta: Penerbit Dikjen Bina
6. Agar Penelitian selanjutnya bisa Pelayanan Medik.
melakukan klasifikasi rumah sakit
sebagai sample, dibandingkan Direktorat PPK BLU. Arsip Konsultasi.
menganalisis rumah sakit sebagai http://www.ppkblu.depkeu.go.id/
kelompok sample (sample index.php/baca/ berita/44/arsip-konsultasi.
penelitian). (diakses Desember 2016)

Dwi, Putri.Pengaruh Rasio Likuiditas,


DAFTAR PUSTAKA
Rasio Leverage, dan Rasio
Adam, IY. Hubungan Rasio Lancar dengan AktivitasTerhadap Kinerja
BOR antar Rumah Sakit. [skripsi]. Jakarta Keuangan.Jurnal Administrasi Bisnis. Vo.
(ID): Universitas Indonesia. 2008. 8 No. 1, Februari 2014.

Amallia Chairun. Analisis Kinerja Fahdi Muhammad,Ria Nelly SaridanM.


Keuangan Rumah Sakit Jiwa Prof HB. Rasuli. Faktor-Faktor yang pengaruhi
Sanin sebelum dan sesudah ditetapkan Kinerja Satuan Kerja Badan
menjadi Badan Layanan Umum. Jurnal LayananUmum Universitas Riau. Program
Akuntansi FE Universitas Padang. Studi Masgister Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Riau. 2013
Brigham,F.EugenedanJoelF.Houston.Dasar
-dasarManajemen.Terjemahan Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program SPSS.
Ali Akbar YuliantoJakarta: Salemba
empat, 2010. Semarang: Badan PenerbitUniversitas
Diponegoro. 2011
Candri, Carolina. Analisis Kinerja
Keuangan Badan Layanan Umum dan Hanafi, M Dr. Mahmud. Manajemen
Penentuan Status Subjek Pajaknya.Jakarta: Keuangan. Yogyakarta: Dosen Fakultas
Universitas Indonesia. 2007
Ekonomi Universitas Gadjah Mada,2011.
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik,
John J. Wild & K. R. Subramanyam.
Kementerian Kesehatan RI. Pedoman
Analisi Laporan Keuangan. Jakarta :
Akuntansi BLU Rumah Sakit. 2012.
Salemba Empat. 2012.
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik
Jumingan. 2011. Analisis Laporan
Departemen Kesehatan Republik
Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara
Indonesia. Indikator Kinerja Rumah Sakit.
Jakarta (ID): Departemen Kesehatan RI. Karno, Shinta Sukma Devi. Analisis
2005. Anggaran Biaya Operasional dan
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 12 No.01, Tahun 2017


60
E ISSN : 2302 -1810
DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.4

Anggaran Pendapatan Terhadap Kinerja Meidyawati. (2011). Analisis


Keuangan Berdasarkan Rasio Return on Implementasi Pola Pengelolaan Keuangan
Asset (ROA) Pada PT. Graha Sarana Duta Badan Layanan Umum (PPK-BLU) Pada
Palembang. Jurusan Akuntansi, STIE Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit
MDP. 2012. Tinggi.

Kurniawan Chandra. Analisis Pengaruh Nurul et al, Analisis Implementasi Pola


Pemberlakuan Anggaran Berbasis Kinerja Penngelolaan Badan Layanan Umum Pada
Keuangan PemerintahDaerah Kota Rumah Sakit Daerah Kalisat – Jember.
MetroFakultas Ekonomi Universitas Artikel Ilmiah Mahasiswa 2013.
Lampung

Kasmir. 2013. Analisis Laporan Keuangan.


Jakarta: PT Raja Garfindo Nurani Nani. Peranan Anggaran Biaya
Operasional Sebagai Alat Pengendalian
Kuswadi. Memahami Rasio-Rasio Manajemen Pada PT SariWangi AEA,
Keuangan Bagi Orang Awam. Jakarta: PT. Jurnal. 2009.
Elex Media Komputindo. 2006.
Nurdiansyah, Dian Hakip. Analisis Sistem
Mahfiza. Pengaruh Sistem Pengelolaan Penganggaran Serta Pengaruhnya
Keuangan Terhadap Efektivitas Terhadap Kinerja Keuangan Yayasan As-
Penganggaran Pada Badan Layanan Umum Syifa (Studi Kasus Pada Yayasan As-Syifa
(Blu) Universitas Negeri GorontaloAl- Al-Khoeriyah)
BuhutsISSN 1907-0977 E ISSN 2442-
823X Volume 11 Nomor 1 Juni 2015 Nofitasari, Dwi. Analisis Kinerja UPT
Halaman 134-150 Rumah Sakit Paru Jember Sebelum dan
Sesudah Badan Layanan Umum
Mardiasmo..Akuntansi Sektor Publik . (BLU).Tidak Dipublikasikan. Skripsi.
Penerbit Andi. Yogyakarta. 2006. Jember: Universitas Jember. 2013.

Mahsun, Mohamad.. Pengukuran Kinerja Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun


Sektor Publik. BPFE. Yogyakarta. 2009. 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum (BLU),
Mahmudi. Manajemen Kinerja Sektor sebagaimana diubah dengan Peraturan
Publik. UPP AMP YKPN Yogyakarta Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012.
2005.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
Mahmudi. New Publict Management 76/PMK.05/ 2008 tentang Pedoman
(NPM) : Pendekatan Baru Manajemen Akuntansi Badan Layanan Umum
Sektor Publik,
http://journal.vii.ac.id/index.php/sinerji/arti Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
kel, 2003. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 12 No.01, Tahun 2017


61
E ISSN : 2302 -1810
DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.4

Umum Daerah. Rumah Sakit Umum Sadikin (RSHS), Bandung-Jawa Barat


Daerah Dr. Haryoto Lumajang. 2014 Tahun 2006

Prakoso, Cathas Teguh. Eksistensi Badan Supriyanto dan Suparjo, “Badan Layanan
Layanan Umum Ditinjau Dalam Perspektif Umum: Sebuah Pola Baru Pemikiran Atas
New Institutional Dan Principal-Agent Unit Pelayanan Masyarakat”.
Theory.eJournal Administrative Reform, www.perbendaharaan.go.id
2014
Surya Sherly Kartika. Analisis Kinerja
Pramono Joko. Analisis Rasio Keuangan Keuangan dan Non Keuangan Rumah
Untuk Menilai Kinerja Keuangan Sakit Umum Daerah Dr. Haryoto
Pemerintah Daerah (Studi Kasus Lumajang Sebelum dan Sesudah
Pemerintah Kota Surakarta)Among Implementasi Badan Layan UmumArtikel
Makarti, Vol. 7 No. 13 , Juli 2014. Ilmiah Mahasiswa. 2015

Riadi. R.M. Analisis Pengaruh Rasio Sumarto, Analisis BOR dalam penilaian
Aktivitas Terhadap Rentabilitas Ekonomi Kinerja Keuangan pada RS Atma Jaya.
Pada Perusahaan Plastics and Glass [thesis]. Jakarta (ID): Universitas Katolik
Products yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia Atma Jaya. 2002.
Jakarta Selama Tahun 2002-2005Staff
Pengajar pada FKIP-Jurusan P-IPS Sumenge Ariel S. Analisis Efektifitas dan
Program Studi Pendidikan Ekonomi. 2007 Efesiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Rodrigues, Ana Paula. The impact of (BAPPEDA) Minahasa Selatan Jurnal
internal and external market orientation on EMBA. Vol. 1 No. 3September, 2013. Hal
performance in local public organisations 74-81
Marketing Intelligence & Planning Vol. 30
No. 3, 2012 pp. 284-306 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara
Sari Dian. Pengaruh Partisipasi Anggaran
dan Akuntansi Pertanggungjawaban Undang-Undang Republik Indonesia
Terhadap Kinerja Manajerial PT Pos Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara.
Indonesia, e – Jurnal Binar Akuntansi,
Vol.2 No.1. 2013 Undang-Undang Republik Indonesia
Singgih Santoso. Panduan Lengkap SPSS Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara.
Versi 20 Edisi Revisi. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo. 2014. Waluyo, Indarto. 2011. Badan Layanan
Sophia, Poppi Analisis implementasi Umum Sebuah Pola Baru Dalam
pengelolaan keuangan Badan Layanan Pengelolaan Keuangan Di Satuan Kerja
Pemerintah. JurnalPendidikan Akuntansi
Umum (BLU) di Rumah Sakit Dr. Hasan
Indonesia, Vol. IX (2): 1-15.
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 12 No.01, Tahun 2017


62
E ISSN : 2302 -1810
DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.4

Waluyo.Budi Analisis Permasalahan pada


implementasi pola pengelolaan badan
layanan umum.Jurnal Infoartha Vol.
3/Tahun XII/2014 (27-38)

Yusri Chaeroniza. Analisis Pengaruh


Kinerja Pelayanan Terhadap Kinerja
Keuangan pada RS. Bogor Medical Center.
Skripsi Sarjana Alih Jenis Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manjemen, Institusi
Pertanian Bogor.

https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Layan
an_Umum (Diakses tanggal 09 September
2016)

http://girimahendra.blogspot.com/2013/05/
pengujian-hipotesis-uji-koefisien.html
(Diakses tanggal 09 September 2016)

http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2
005/23TAHUN2005PP.HTM (Diakses
tanggal 12 September 2016)

Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi

Volume 12 No.01, Tahun 2017


63

Vous aimerez peut-être aussi