Vous êtes sur la page 1sur 57

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KELAYAN IQ “R” DENGAN GAYA


HIDUP KURANG GERAK DI DUSUN GUBUK BARU
DESA BANYUMULEK KECAMATAN KEDIRI
KABUPATEN LOMBOK BARAT

OLEH :

RUDI HARTONO, S.Kep.


017.02.0732
ii

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS ANGKATAN XII C


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
2016
iii

LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KELAYAN IQ “A” DENGAN
GAYA HIDUP KURANG GERAK DI DUSUN GUBUK BARU
DESA BANYUMULEK KECAMATAN KEDIRI
KABUPATEN LOMBOK BARAT

Telah diperiksa dan disetujui pada:


Hari / tanggal :
Tempat :

Mahasiswi

ANNISA FITRIANI
016.02.0608

Pembimbing Akademik PJMK

(Ns. Febriati Astuti, M.Kep) (Ns.Ni Made Sumartyawati, M.Kep)


iv

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH S.W.T karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga laporan kasus kelolaan ASUHAN
KEPERAWATAN GERONTIK PADA KELAYAN IQ “R” DENGAN GAYA HIDUP
KURANG GERAK DI DUSUN GUBUK BARU DESA BANYUMULEK KECAMATAN
KEDIRI KABUPATEN LOMBOK BARAT dapat terselesaikan. Laporan
ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat untuk memenuhi
kompetensi mata ajar Keperawatan Gerontik.Dalam penyusunan
laporan ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada pembimbing akademik dan
pembimbing lahan yang telah bersedia membimbing kami dengan
penuh kesabaran.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa tanpa bantuan dari


semua pihak terkait baik moril maupun materil laporan ini
tidak mungkin dapat terselesaikan. Untuk itu dengan segala
hormat dan kerendahan hati perkenankanlah penulis untuk
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-sebesar kepada:

1. Ns.Ni Made Sumartyawati, M.Kep. selaku penanggung


jawab mata kuliah keperawatan Gerontik dan pembimbing
Akademik yang telah meluangkan waktunya dalam
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
penyusunan laporan ini.

Akhirnya, semoga apa yang telah disumbangkan dalam


penyelesaian laporan ini mendapat balasan yang setimpal dari
yang Maha Segalanya, dan semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi perkembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan
Gerontik.

Sesela jati, Januari 2016

Rudi Hartono, S.Kep


v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................Error! Bookmark not defined.


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... iv
DAFTAR ISI..................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A.LATAR BELAKANG .................................................................................................. 1
B.TUJUAN PENULISAN ............................................................................................. 2
C.METODE PENULISAN ............................................................................................. 2
D.SISTEMATIKA PENULISAN ................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 5
A.Proses Menua (Aging Process) ................................................................ 5
B.Konsep Dasar Artritis gout (Masalah Utama) ............................... 9
C.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ....................................................... 12
BAB III TINJAUAN KASUS ...................................................................................... 22
A.PENGKAJIAN ......................................................................................................... 22
B.Analisa Data..................................................................................................... 31
C.DIAGNOSA KEPERAWATAN ................................................................................. 33
D.RENCANA TINDAKAN ........................................................................................... 36
E.PELAKSANAAN ....................................................................................................... 42
F.EVALUASI .............................................................................................................. 45
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................................. 48
A.PENGKAJIAN ......................................................................................................... 48
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN ................................................................................. 49
C.PERENCANAAN ....................................................................................................... 49
D.PELAKSANAAN ....................................................................................................... 49
E.EVALUASI .............................................................................................................. 50
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 51
A.KESIMPULAN ......................................................................................................... 51
B.SARAN ..................................................................................................................... 51
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 52
1

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Gaya hidup kurang bergerak adalah jenis gaya hidup
dengan tidak atau jarang melakukan aktivitas fisik.
Prilaku tidak aktif ditemui di masyarakat yang banyak
beraktivitas sambil duduk, duduk bersandar, dan berbaring
di luar waktu tidur. Menurut Nanda (2015-2017) gaya hidup
kurang gerak meliputi kurang latihan untuk olahraga,
kurang minat pada aktivitas fisik, kurang motivasai
terhadap aktivitas fisik, kurang pengetahuan tentang
keuntungan olahraga bagi kesehatan, dan kurang sumber
daya untuk aktivitas fisik.
Artrisis gout (asam urat) adalah salah satu
penyakit yang terjadi pada persendian lumrah diderita
masyarakat Indonesia baik tua maupun muda. Di masyarakat,
masih terus berkembang mitos dan anggapan yang salah
mengenai penyakit ini. Padahal mitos-mitos ini
menyesatkan bila dikaji dari sisi medis dan bisa
merugikan penderita. Salah satu mitos tersebut yaitu
dengan sering mandi malam diusia muda memicu asam urat
diusia tua. Faktanya sejauh ini belum ada bukti yang
menguatkan hal tersebut.
Prevalensi terjadinya penyakit ini adalah 1 % orang
dewasa. Lebih dominan terjadi pada perempuan. Perempuan 3
kali lebih rentan menderita artritis gout dibanding
dengan laki-laki. Penyakit ini menyerang semua etnis,
dengan insiden pada orang berusia 18 tahun berkisar 0,1 %
- 0,3 %. Sedangkan pada anak-anak dan remaja yang berusia
kurang dari 18 tahun 1 / 100.000 orang.
Pada tahun 2000, jumlah penderita Artritis Gout
(asam urat) sekitar 120 orang. Walaupun pravalensi
2

penyakit rendah, tetapi penyakit ini sangat progresif dan


paling sering menyebabkan kecacatan. Dari hasil observasi
yang dilakukan selama penulis melakukan praktik di Desa
Banyumulek, didapatkan sejumlah lansia baik laki-laki
maupun perempuan yang menderita Artritis gout. Oleh
karena itu penulis tertarik untuk mengangkat kasus
penyakit ini sebagai tugas dalam praktik klinik
keperawatan gerontik di Desa Banyumulek Tahun 2016.

B.TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Penulis dapat mengaplikasikan teori yang didapat saat
proses belajar mengajar secara nyata kepada lansia
dengan Artritis gout (asam urat) dan secara langsung
memberikan asuhan keperawatan kepada kelayan.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu mengidentifikasi tanda dan gejala
Artritis gout secara langsung.
b. Penulis mampu melaksanakan proses keperawatan
secara langsung, mulai dari pengkajian data
kelayan, menganalisa data tersebut kemudian
merumuskan diagnosa keperawatannya. Selanjutnya
membuat rencana tindakan dan melaksanakannya serta
melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan
yang diberikan kepada kelayan.

C.METODE PENULISAN
Dalam mengumpulkan data untuk menyusun laporan ini,
penulis menggunakan beberapa pendekatan antara lain :
1. Observasi : Melakukan pengamatan terhadap kelayan
dalam melakukan kegiatan dan
aktivitas.
2. Wawancara : Penulis mewancarai kelayan dan
melakukan sesi tanya jawab serta
menyesuaikan kemampuan kelayan dalam
3

menjawab semua pertanyaan yang


diajukan.
3. Studi Kasus : Penulis melakukan atau mempelajari
kasus yang akan dilakukan pengkajian.
4. Studi Kepustakaan : Penulis mempelajari kasus
dengan menggunakan berbagai teori atau
literatur yang diambil dari buku dan
kepustakaan.

5. Sumber Data :
a. Primer : Yang diperoleh dari kelayan itu sendiri.
b. Sekunder : Yang diperoleh dari orang terdekat, team
kesehatan lain, serta hasil pemeriksaan
fisik.

D.SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan dalam penyusunan dan pemahaman dari
Asuhan Keperawatan ini, maka sistematika penulisan ini
dapat dibagi dalam lima bab yaitu:
 Bab I : Merupakan pendahuluan meliputi ; latar
belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
 Bab II : Berisi tinjauan teori meliputi ; konsep
dasar proses menua, konsep dasar penyakit
Rematik (masalah utama) dan konsep dasar
asuhan keperawatan yang terdiri dari
pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
 Bab III : Berisi tinjauan kasus yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
 Bab IV : Pembahasan yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi dimana semua
4

yang ada dalam pembahasan ini merupakan


perbandingan antara tinjauan teori dengan
tinjauan kasus.
 Bab V : Berisi penutup yang meliputi kesimpulan
dan saran.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Proses Menua (Aging Process)


1. Pengertian Proses Menua (Aging Process)
Menua merupakan suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, Wahyudi
2000).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus
secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya
dialami oleh semua makhluk hidup. Pada setiap individu
memiliki kecepatan yang berbeda dalam proses menua.
Adakalanya orang yang belum tergolong lanjut usia
tetapi kekurangan-kekurangan yang menyolok (Nugroho,
Wahyudi, 2000).

2. Teori-Teori Proses Menua


a. Teori Biologis
Teori biologis tentang penuaan dibagi menjadi teori
intrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik berarti
perubahan yang berkaitan dengan usia timbul akibat
penyebab di dalam sel sendiri, sedangkan teori
ekstrinsik menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi
diakibatkan pengaruh lingkungan. Teori biologis
dibagi dalam (Wahit Iqbal Mubarak, dkk 2006) :
1) Teori Genetic Clock
Teori ini mengatakan bahwa menua telah terprogram
secara genetik untuk spesies-spesies tertentu.
Tiap spesies di dalam inti selnya mempunyai suatu
jam genetik yang telah diputar menurut suatu
replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung
6

mitosis dan menghentikan replikasi tertentu. Jadi


menurut teori ini bila jam kita berhenti kita
akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai
kecelakaan lingkungan atau penyakit.
2) Teori Error Catastrophe (Teori Mutasi Somatik)
Menurut teori ini, menua disebabkan kesalahan
beruntun dalam jangka waktu yang lama dalam
transkripsi dan translasi. Kesalahan tersebut
menyebabkan terbentuknya enzim yang salah dan
berakibat metabolisme yang salah sehingga
mengurangi fungsional sel, walaupun dalam batas-
batas tertentu kesalahan dalam pembentukan RNA
dapat diperbaiki, namun kemampuan dalam
memperbaiki diri terbatas pada transkripsi yang
tentu akan menyebabkan kesalahan sintesis protein
atau enzim yang dapat menimbulkan metabolit
berbahaya, begitu juga jika kesalahan terjadi
pada translasi maka kesalahan juga akan semakin
banyak.
3) Teori Auto Immune
Teori ini menjelaskan bahwa dalam proses
metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak
tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan sakit.
4) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas,
tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom)
mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan
organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal
ini menyebabkan sel-sel tidak beregenerasi.
Didalam tubuh bersiap merusak, dapat dinetralkan
dalam tubuh oleh enzim atau senyawa nonenzim
contohnya vitamin C betakarotin, vitamin E.
5) Teori Pemakaian dan Rusak
7

Teori ini menjelaskan bahwa kelebihan usaha dan


stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah (rusak).

6) Teori ”Immunology Slow Virus”


Sistem imun menjadi kurang efektif dengan
bertambahnya usia dam masuknya virus ke dalam
tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
7) Teori Stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal,
kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai.
8) Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan
kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurang elastis,
kekakuan dan hilangnya fungsi.
9) Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel
yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.
b. Teori Kejiwaan Sosial
1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
 Teori aktivitas, menurut Havighusrt dan
Albrecht 1953 berpendapat bahwa sangat penting
bagi individu usia lanjut untuk tetap
beraktivitas dan mencapai kepuasan hidup.
 Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan
jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini
menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses
adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan sosial.
 Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada
cara hidup dari lanjut usia.
8

 Mempertahankan hubungan antara sistem sosial


dan individu agar tetap stabil dari usia
pertengahan ke lanjut usia.

2) Kepribadian berlanjut (continuity theori)


Dasar kehidupan atau tingkah laku tidak berubah
pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan
dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang
lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimiliki.
3) Teori pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya
usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan
ini mengakibatkan interaksi sosial lansia
menurun, baik secara kuantitas maupun kualitas
sehingga sering terjadi kehilangan ganda (Tripple
Loss), yakni :
 Kehilangan peran (Loos of role),
 Hambatan kontak sosial (restraction of
Contacts and relation Ships),
 Berkurangnya komitmen (to Social Mores and
Values).
c. Teori Psikologi
Teori-teori psikologi dipengaruhi juga oleh
biologi dan sosiologi salah satu teori yang ada.
Teori tugas perkembangan, menurut Hanghurst (1972)
setiap individu harus memperhatikan tugas
perkembangan yang spesifik pada tiap tahap
kehidupan yang akan memberikan perasaan bahagia dan
sukses. Tugas perkembangan yang spesifik ini
tergantung pada maturasi fisik, pengharapan
kultural dan masyarakat dan nilai serta aspirasi
individu.
9

B.Konsep Dasar Artritis gout


1. Pengertian
Artritis gout adalah penyakit inflamasi kronis
yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikkan
oleh kerusakan dan proliferasi membran sinovial, yang
menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis dan
deformitas. Penyakit sistemik ini ditandai terutama
oleh inflamasi kronik lapisan sinovial sendi secara
simetris, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
bahkan terjadi kerusakan bagian dalam sendi (Doengoes,
M.E, dkk. 1999).
Artritis gout adalah suatu penyakit inflamasi
yang mengenai jaringan ikat sendi, bersifat progresif,
simetrik dan sistemik serta cenderung menjadi kronik.
Walapun pada awalnya yang terkena hanya jaringan ikat
sendi, tapi lambat laun sendinya sendiri juga akan
ikut terkena. Sendi yang terkena biasanya simetris,
artinya selain sebelah kiri, yang kanan ikut juga
terkena dan timbulnya serentak (Soeparman,dkk, 1987).
2. Etiologi
Penyebab yang mendasari tidak diketahui dengan pasti.
Akan tetapi diduga dapat berasal dari faktor genetik,
faktor resiko lingkungan tertentu yang dapat
menyebabkan kekacauan daya tahan tubuh atau gangguan
autoimun. (Price, S. A. 2006).
3. Manifestasi Klinis
a. Kedua tangan terasa kaku pada pagi hari, lebih dari
setengah jam.
b. Tidak enak badan, kaku dan nyeri pada sendi,
bengkak, semu merah dan terasa hangat.
c. Mobilisasi sendi, spasme dan pemendekan otot,
destruksi tulang dan kartilago serta deformitas
sendi.
10

d. Malaise, demam, penurunan berat badan.

4. Patofisiologi

Stimulasi Awal (pencetus tidak


dikenal,predisposisi genetik)

Akumulasi limfosit dalam sinovial

Produksi faktor gout

Pembentukkan kompleks imun


yang mengaktifkan komplemen

Kemotaksis neutrofil dan makrofag


ke sendi yang sakit

Produksi anion Produksi kolagen, Produksi


superaksid elaktase dan enzim prostaglandin
degeneratif lain

Destruksi Nyeri
sendi

Gangguan Gangguan Gangguan


citra tubuh mobilitas istirahat
fisik tidur

Defisit
perawatan diri
11

5. Pemeriksaan Diagnostik
 Faktor rheumatoid : Positif pada 80% - 95% kasus
 Fiksasi lateks : Positif pada 75% dari kasus-
kasus khas.
 Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih
dari 50% kasus-kasus khas.
 LED : Umumnya meningkat pesat (80-
100mm/h). Mungkin kembali
normal sewaktu gejala-gejala
meningkat.
 Protein C-Relatif : Positif selama masa
eksaserbasi.

6. Penatalaksanaan Medis
Prinsip pengobatan reumatoid artritis adalah
mengistirahatkan sendi yang terkena. Obat-obat yang
biasa digunakan, antara lain :
a. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS)
Kelompok obat ini dapat mengurangi peradangan
dengan menghalangi produksi mediator peradangan.
Yang paling banyak digunakan adalah aspirin dan
ibuprofen.
b. Obat Slow Acting
a. Senyawa emas
b. Penisilamin
c. Hidrioxi Kloroquin dan Sulfozalazin
c. Kortikosteroid
Untuk pemakaian kortikosteroid, harus diperhatikan
hal berikut :
 Pemberian oral dilakukan pada kasus-kasus RA yang
tidak berespon terhadap AINS dan obat-obatan yang
bekerja lambat.
 Untuk mengatasi gejala-gejala penyakit yang
terjadi selama menunggu efek obat-obatan yang
bekerja lambat.
12

 Suntikan intra artikular dilakukan apabila pada


eksaserbasi akut dari sinovitas pada suatu sendi
yang digerakkan menjadi sangat terganggu.
 Pemberian dosis tinggi peroral untuk jangka
panjang waktu pendek untuk mengatasi serangan
yang berat.

C.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Data yang perlu dikaji :
 Identitas : Nama, umur, jenis kelamin.
 Bio-Psiko-Sosio-Spiritual :
a. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri, rasa nyeri kronis
dan kekakuan terutama pada pagi hari
(Morning Stiffness).
b. Aktivitas/istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan,
memburuk dengan stress pada sendi,
biasanya terjadi secara bilateral dan
simetris, keletihan.
c. Kardiovaskuler
Gejala : fenomena rainoud dari tangan/kaki (misal :
pucat, intermitten, sianosis, kemudian
kemerahan pada jari sebelum kembali
normal.
d. Makanan/cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/
mengkonsumsi makanan/cairan, anareksia.
Tanda : Penurunan perat badan, kekeringan pada
membran mukosa.
e. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan
aktivitas perawatan pribadi,
ketergantungan pada orang lain.
13

f. Neurosensori
Gejala : Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki,
hilangnya sensasi pada jari tangan.
Tanda : Pembengkakan sendi simetris.
g. Interaksi sosial
Gejala : Perusakan interaksi dengan keluarga/orang
lain, perubahan peran, isolasi.
h. Keamanan
Gejala :
 Kulit mengkilat
 Tegang
 Lesi kulit
 Ulkus kaki
 Kesulitan dalam menangani ugas
 Demam ringan menetap
 Kekeringan pada mata dan membran mukosa
i. Interaksi ego
Gejala :
 Keputusasaan dan ketidakberdayaan
 Ancaman pada konsep diri, citra tibuh,
 Identitas pribadi

2. Diagosa Keperawatan
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi
jaringan oleh akumulasi cairan proses inflamasi
ditandai dengan :
 Keluhan nyeri, kelelahan
 Fokus pada diri sendiri
 Perilaku yang bersifat hati-hati
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
atau ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot,
ditandai dengan :
 Ketidakmampuan untuk dengan segaja bergerak dalam
lingkungan fisik.
14

 Membatasi rentang gerak


c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
ditandai dengan keluhan susah tidur/istirahat .
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan
keterbatasan aktivitas, nyeri pada saat bergerak,
ditandai dengan ketidakmampuan melakukan aktivitas
sehari-hari (sholat, tidur).
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum,
ditandai dengan :
 Perubahan struktur/fungsi bagian-bagian yang
sakit
 Bicara negatif tentang diri sendiri
 Perubahan pada gaya hidup
 Perubahan interaksi sosial
 Perasaan putus asa
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, terapi,
perawatan, ditandai dengan pengungkapan adanya
masalah.

3. Perencanaan
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi
jaringan oleh akumulasi cairan proses inflamasi.
 Kaji keluhan nyeri (lokasi, intensitasnya).
Rasional : Membantu dalam menentukan kebutuhan
manajemen nyeri dan kefektifan
program.
 Sarankan kelayan menggunakan matras/kasur keras,
dan bantal kecil.
Rasional : Matras yang lembut/empuk, bantal yang
besar akan mencegah pemeliharaan
kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan stres pada sendi yang
sakit.
15

 Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.


Rasional : Mencegah terjadinya kelelahan umum
dan kekakuan sendi.
 Motivasi kelayan untuk sering merubah posisi.
Rasional : Mencegah terjadinya kelelahan umum
dan kekakuan sendi.
 Bantu kelayan untuk mendapatkan posisi yang
nyaman.
Rasional : Pada penyakit yang berat, tirah
baring mungkin diperlukan untuk
membatasi nyeri.
 Berikan massase lembut
Rasional : Menigkatkan relaksasi/mengurangi
tegangan otot.
 Ajarkan manajemen stres, seperti teknik
relaksasi.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, memberikan
rasa kotrol dan kemampuan koping.
 Kolaborasi : Berikan obat-obatan sesuai petunjuk
Rasional : Sebagai anti inflamasi.
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
atau ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot.
 Kaji tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi.
Rasional : Tingkat aktivitas tergantung dari
perkembangan penyakit.
 Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif.
Rasional : Mempertahankan/meningkatkan fungsi
sendi, kekuatan otot.
 Anjurkan kelayan mempertahankan postur tegak dan
duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
Rasional : Memaksimalkan fungsi sendi,
mempertahankan mobilitas.
 Modifikasi lingkungan.
16

Rasional : Menghidari cedera akibat kecelakaan.

 Kolaborasi cedera akibat kecelakaan.


Rasional : Berguna dalam memformulasikan program
latihan.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
ditandai dengan keluhan susah tidur/istirahat .
 Diskusikan kebiasaan pola dan kebutuhan tidur.
Rasional : Gangguan tidur mengakibatkan gangguan
fungsi kognitif, persepsi dan
penurunan kontrol emosi. Ini juga
menurunkan ambang nyeri mengurangi
prosuksi penurunan ketokolamin.
 Dorong kelayan untuk melaksanakan ritual
menjelang tidur, seperti membaca atau minum
hangat.
Rasional : Membantu meningkatkan relaksasi dan
menyiapkan tidur.
 Lakukan tindakan penghilang nyeri sebelum tidur.
Rasional : Kelayan dengan penyakit inflamasi
sendi sering mengalami gejala
memburuk pada malam hari.
 Anjurkan posisi sendi yang tepat.
Rasional : Posisi yang tepat mencegah nyeri
selama tidur.
 Ciptakan tidur tanpa gangguan untuk memugkinkan
siklus tidur lengkap.
Rasional : Siklus tidur mempunyai interval 70 –
100 menit.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan
keterbatasan akttivitas, nyeri pada saat bergerak,
ditandai dengan ketidakmampuan melakukan aktivitas
sehari-hari (sholat, tidur).
 Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan
program latihan.
17

Rasional : Mendukung kamandirian fisik/


emosional.
 Diskusikan hambatan dalam partisipasi dalam
perawatan diri. Identifikasi/rencana untuk
modifikasi lingkungan.
Rasional : Meningkatkan kemandirian.
 Kolaborasi : Konsul dengan ahli terapi okupasi.
Rasional : Berguna untuk menentukan alat bantu
untuk memenuhi kebutuhan individual.
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum.
 Diskusikan arti dari kehilangan/perubahan pada
kelayan/orang terdekat, bagaimana pandagan
pribadi kelayan dalam fungsi gaya hidup sehari-
hari.
Rasional : Mengidentifikasi bagaimana penyakit
mempengaruhi persepsi diri dan
interaksi dengan orang lain akan
menentukan kebutuhan intervensi.
 Perhatikan perilaku menarik diri, terlalu
memperhatikan perubahan.
Rasional : Dapat menunjukkan emosional ataupun
metode koping maladaptif.
 Bantu kelayan untuk mengidentifikasi koping
adaptif.
Rasional : Membantu kelayan untuk mempertahankan
kotrol diri.
 Ikut sertakan kelayan kelayan dalam merencanakan
perawatan dan membuat jadwal aktivitas.
Rasional : Meningkatkan perasaan harga
diri, mendorong kemandirian dan
partisipasi dalam terapi.
 Kolaborasi : Rujuk pada konseling psikiatri.
Rasional : Kelayan/orang terdekat membutuhkan
dukungan selama berhadapan dengan
proses jangka panjang.
18

f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan


ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, terapi,
perawatan, ditandai dengan pengungkapan adanya
masalah.
 Tinjau proses penyakit, prognosis dan harapan
masa depan.
Rasional : Memberikan pegetahuan dimana pasien
dapat membuat pilihan berdasarkan
informasi.
 Tekankan pentingnya patuh pada terapi
farmakologis.
Rasional : Keuntungan penggunaan obat-obatan
tergantung pada ketepatan dosis.
 Berikan informasi mengenai alat bantu.
Rasional : Mengurangi penggunaan sendi dan
memungkinkan individu untuk ikut
serta secara lebih nyaman dalam
aktivitas yang dibutuhkan.
 Dorong untuk mempertahankan posisi tubuh yang
benar baik pada saat istirahat maupun pada waktu
melakukan aktivitas.
Rasional : Mekanika tubuh yang baik harus
menjadi bagian dari gaya hidup
kelayan untuk mengurangi takan sendi
dan nyeri.
 Jelaskan pentingnya diet seimbang dengan makanan
yang banyak mengandung vitamin, protein, dan zat
besi.
Rasional : Meningkatkan perasaan sehat umum dan
perbaikan atau regenerasi.
19

4. Pelaksanaan
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi
jaringan oleh akumulasi cairan proses inflamasi.
 Mengkaji keluhan nyeri.
 Menganjurkan kelayan untuk menggunakan
matras/kasur keras dan bantal kecil.
 Meninggikan linen tempat tidur sesuai dengan
kebutuhan.
 Memotivasi kelayan untuk sering merubah posisi.
 Membantu kelayan untuk mendapatkan posisi yang
nyaman.
 Memberikan massase lembut.
 Menganjurkan manajemen stres, seperti teknik
relaksasi.
 Memberikan obat-obatan sesuai dengan petunjuk.
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/
ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot.
 Mengkaji tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi.
 Membantu kelayan melakukan rentang gerak
aktif/pasif.
 Memotivasi kelayan mempertahankan postur tegak
dan duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
 Memodifikasi lingkungan.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
dtandai dengan keluhan susah tidur/istirahat.
 Mendiskusikan kebiasaan pola dan kebutuhan tidur.
 Memotivasi kelayan untuk melakukan ritual
menjelang tidur, seperti membaca/minum hangat.
 Menyarankan untuk melakukan tindakan mengilangkan
nyeri sebelum tidur.
 Menganjurkan untuk memposisikan sendi dengan
tepat.
 Menciptakan tidur tanpa gangguan untuk
memungkinkan siklus tidur lengkap.
20

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan


keterbatasan akttivitas, nyeri pada saat bergerak,
ditandai dengan ketidakmampuan melakukan aktivitas
sehari-hari (sholat, tidur).
 Mempertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri
dan program latihan.
 Mendiskusikan hambatan dalam perawatan diri.
 Memodifikasi lingkungan.
 Merujuk untuk konsul dengan ahli terapi okupasi.
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum.
 Mendiskusikan arti kehilangan/perubahan pada
kelayan.
 Mengidentifikasi perilaku menarik diri.
 Membantu kelayan untuk mengidentifikasi koping
adaptif.
 Mengikutsertakan kelayan untuk merecanakan
perawatan dan membuat jadwal aktivitas.
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, terapi,
perawatan, ditandai dengan pengungkapan adanya
masalah.
 Meninjau psoses penyakit, prognosis dan harapan
masa depan.
 Menjelaskan pentingnya patuh pada terapi.
 Memberikan informasi mengenai alat bantu.
 Mendorong untuk mempertahankan posisi tubuh yang
berat baik pada saat istirahat maupun pada waktu
melakukan aktivitas.
 Menjelaskan pentingya diet seimbang dengan
makanan yang banyak mengandung vitamin, protein
dan zat besi.
21

5. Evaluasi
S : Subyektif, keluhan yang dirasakan kelayan
O : Obyektif, kelihan kelayan yang dapat dilihat dan
diobservasi
A : Assesment
P : Planning
22

BAB III

TINJAUAN KASUS

A.PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : selasa, 10 Oktober 2017
Nama Pengkaji : Rudi Hartono
1. Data Biografi
Nama : Iq ”R”
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : 31 desember 1944
Golongan Darah : -
Pendidikan terakhir : -
Agama : Islam
Status Perkawinan : menikah
TB / BB : 158 cm / 54 kg
Penampilan : Bersih dan rapi
Ciri-ciri tubuh : rambut beruban,
Alamat : Dusun Johor pelita
Oang yang dekat dihubngi : Sumarni
Hubungan dengan usia : Anak
Alamat : Dusun Johor pelita

21
23

2. Riwayat Keluarga
Genogram

Keterangan :
: Laki-laki / Perempuan hidup
: Laki-laki/ Perempuan meninggal
: Hubungan perkawinan
: Klien
: Hubungan keluarga
: Cerai mati
: Tinggal serumah

Klien adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Klien


menikah dengan seorang laki-laki dan mempunyai 9 orang
anak. Sekarang klien tinggal dengan anaknya.
3. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Kelayan saat ini tidak bekerja,
hanya tinggal di Rumah. Biasanya
klien tidak ada aktivitas fisik.
Alamat pekerjaan : Tidak ada
Jarak dari rumah : Tidak ada
Alat transportasi : Tidak ada
Pekerjaan sebelumnya : Kelayan mengatakan dulu bekerja
sebagai buruh tani
Jarak dari rumah : Kelayan mengatakan + 3 km
24

Alat transportasi : kelayan mengatakan jalan kaki


Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap
kehidupan : Kelayan mengatakan kebutuhan makan dan
minum disediakan oleh anaknya.
4. Riwayat Lingkungan Hidup
Tipe tempat tinggal : Permanen
Jumlah kamar : 3 kamar tidur, 1 ruang tamu
1 Kamar Mandi/WC,
Jumlah tingkat : Tidak ada
Kondisi tempat tinggal : Pencahayaan kurang, ventilasi
baik, lembab, lantai tampak
kotor, tempat tidur kurang
bersih.
Jumlah orang yang tinggal dirumah : 2 orang perempuan
Derajat privasi : Baik
Sarana dirumah : Terdapat tempat tidur, lemari
pakaian dan TV.
5. Riwayat Rekreasi
Hobby/minat : Tidak ada
Keanggotaan organisasi : Tidak dikaji
Liburan perjalanan : Kelayan mengatakan suadah
lama tidak pernah rekreasi
bahkan saat ada acara
Lebaran Idul Fitri maupun
Lebaran Tupat.
6. Sistem Pendukung
Kelayan mengatakan tempat tinggalnya dekat dengan
Puskesmas banyumulek. Jarak pelayanan kesehatan + 500
m dari tempat tinggalnya. Kelayan mengatakan bila
mengalami masalah dengan kesehatannya, kelayan berobat
ke Puskesmas. Perawatan yang dilakukan oleh keluarga
setiap hari tidak ada.

7. Deskripsi Kekhususan
25

Kebiasaan ritual : Kelayan mengatakan tidak pernah


solat waktu di rumah.
8. Status Kesehatan
Status kesehatan untuk selama setahun yang lalu :
Kelayan mengatakan sering merasakan sakit pada daerah
lutut dan pinggang.
Status kesehatannya selama 5 tahun terakhir adalah
kelayan mengatakan tidak pernah menderita penyakit
yang berat-berat, hanya menderita sakit flu, batuk dan
panas. Namun setelah mandi air hangat dan minum obat
kelayan akan sembuh.
9. Keluhan Utama
Kelayan mengatakan sakit di bagian lutut dan pinggang.
 Provokatif/Paliative : Kelayan mengatakan sakit
lutut dan pinggang akan kambuh bila duduk terlalu
lama dan berjalan jauh. Jika beristirahat rasa
sakit akan berkurang.
 Quality/Quantity : Kelayan mengatakan sakitnya
seperti ditusuk-tusuk dan terasa ngilu, dengan
frekuensi sering.
 Region: Kelayan mengatakan sakit terasa pada bagian
lutut dan pinggang.
 Severity Scale : Skala nyeri ringan (4)(0-10)
 Timming : Kelayan mengatakan nyeri pada malam hari
setelah nonton tv, pada saat dingin dan saat mau
tidur jam 22.00 Wita.
 Pemahaman dan Penatalaksanaan Masalah Kesehatan :
Kelayan mengatakan menderita rematik. Apabila sakitnya
kambuh, biasanya klien mengoleskan balsem. Klien
mengatakan tidak mengetahui cara yang bisa dilakukan
agar sakitnya tidak kambuh.
 Obat-obatan yang diminum : kelayan mengatakan saat ini
tidak mengkonsumsi obat.
26

 Status imunisasi :
Tetanus : tidak dikaji
Difentri : tidak dikaji
Influenza : tidak dikaji
Pneomovaks : tidak dikaji
Alergi : kelayan mengatakan tidak alergi dengan
makanan dan obat-obatan
 Penyakit yang diderita : asam urat
10. Aktivitas Hidup Sehari-hari
a. Indeks Katz
Skor A yaitu klien mandiri dalam hal makan,
berpindah, kontinen, ke kamar kecil, berpakaian dan
mandi.
b. Oksigenasi
Klien mengatakan tidak pernah mengalami gangguan
dalam bernapas, RR:22x/menit
c. Cairan dan elektrolit
Kelayan mengatakan minum air putih yang dimasak +
6-8 gelas / sehari (+ 1.500 mL)
d. Nutrisi
Kelayan mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi
sedang dan komposisi nasi, sayur bening, ikan,
kadang-kadang buah. Kelayan menghindari makanan
yang pedas, bersantan dan makanan yang menggunakan
bumbu penyedap.
e. Eliminasi
Kelayan mengatakan BAB 1 kali/hari pada pagi hari
dengan konsistensi lembek, bau khas, warna kuning
pucat. BAK 4-6 kali/hari warna bening dan agak
kekuningan, bau khas, tidak ada keluhan.
f. Istirahat dan tidur
Klien mengatakan istirahat dari jam 22.00-03.00
Wita, setelah itu kelayan tidak tidur lagi sampai
pagi karena nyeri lutut mulai kambuh. Klien kadang-
kadang tidur siang, + 20 menit. Tidur + 4 jam/hari.
27

g. Aktivitas
Klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri
setiap hari seperti makan, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi. Kelayan tidak pernah
olahraga. Tetapi bila berakitivitas berlebihan rasa
sakit pada lutut dan pinggang akan kambuh.
h. Personal Hygiene
Klien berpenampilan bersih, rapi, mandi 2x sehari
dan tetap gosok gigi.
i. Seksual
Klien mengatakan tidak pernah melakukan hubungan
seksual semenjak di tinggal sama suaminya.
j. Rekreasi
Klien mengatakan tidak pernah jalan-jalan, hanya
menonton TV dirumah bersama keluarganya.
k. Psikologis : Klien mengatakan merasa nyaman tinggal
bersama keluarganya
 Persepsi kelayan : Kelayan mengetahui menderita
Asam urat.
 Konsep diri : Klien menyadari bahwa penyakitnya
timbul karena umur yang sudah tua
 Emosi : Klien mengatakan tidak pernah marah-marah
atau merasa tidak puas dengan kondisinya saat ini
 Adaptasi : Klien mengatakan mampu beradaptasi
dengan kondisinya.
 Mekanisme pertahanan diri : Klien mengatakan
selalu berdo’a agar sembuh dari penyakitnya.

11. Tinjauan Sistem


Keadaan umum : Baik, kelayan tampak rapi dan bersih,
kelayan terlihat lelah dan tidak
bergairah
Tingkat kesadaran : Composmentis
GCS : E : 4, V : 5, M : 6
TTV : TD : 130/90 mmHg, Nadi : 84 x/menit,
28

RR: 21 x/menit,
Head To Toe :
a. Kepala
Inspeksi : penyebaran rambut merata, rambut putih dan
tipis, tidak ada lesi
Palpasi : tidak terdapat benjolan, tidak terdapat
nyeri tekan pada semua area kepala
b. Mata
Inspeksi : sklera tidak ikterus, konjungtiva anemis,
reflek pupil (+), simetris, tidak ada
kotoran, VOS : 4/60, VOD : 4/60
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Telinga
Inspeksi : bentuk simetris, bersih
Palpasi : tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri
tekan
d. Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada napas cuping
hidung, bersih
Palpasi : tidak ada polip
e. Leher
Inspeksi : tidak ada lesi
Palpasi : tidak teraba pembengkakan kelenjar tiroid
dan getah bening, tidak ada tegangan vena
jugularis
f. Dada dan Punggung
Inspeksi : pernapasan normal, tidak ada tarikan
dinding dada, bentuk simetris, punggung
tidak kifosis (bungkuk), kelayan tampak
memegang punggung yang sakit
Palpasi : vokal-fremitusnya normal dengan getaran
yang sama pada kedua dinding dada/punggung
Perkusi : sonor pada semua lapang paru, pekak pada
area jantung
29

Auskultasi :suara napas vesikuler, tidak terdapat


suara ronchi, terdengar S1 S2 tunggal,
tidak ada suara tambahan
g. Abdomen dan Pinggang
Inspeksi : tidak ada lesi, abdomen datar, tidak ada
asites
Auskultasi:bising usus 3-4 x/menit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada
massa atau benjolan, titik Mc Burney
normal, tidak ada pembesaran hepar, turgor
kulit elastis
Perkusi : lobus kiri atas, kanan dan kiri bawah
bunyi timpani, lobus kanan atas bunyi
dullness
h. Ekstremitas Atas dan Bawah
Inspeksi : tidak terdapat oedem, kuku bersih,
simetris, memegang lutut yang sakit
Palpasi : nyeri tekan pada lutut, reflek babinsky
(-), CRT < 1 detik
Perkusi : reflek patella (+)
Tonus otot: 5 5
5 5
i. Sistem Imune :Tidak terkaji
j. Genitalia :Tidak terkaji
k. Sistem Reproduksi
Kelayan telah menopause sejak berusia ± 45 tahun.
l. Sistem Persyarafan
Nervus eduscana: Klien masih bisa menggerakan bola
matanya ke kiri dan ke kanan, ke atas dan ke bawah,
Nervus vacialis : Klien masih bisa tersenyum dan
menunjukkan giginya dan mengangkat alisnya.
m. Sistem Pengecapan
Kelayan masih bisa membedakan rasa makanan seperti
rasa manis, asin, pahit dan asam.
30

n. Sistem Penciuman
Kelayan masih bisa membedakan bau-bauan dengan mata
tertutup seperti kopi dan parfum.
o. Tactil Respon
Kelayan masih bisa merespon bisa membedakan rasa
kasar dan halus
12. Status Kognitif, Afektif dan Sosial
a. SPSMQ (Short Portable Mental Questioner); jumlah
kesalahan 1 yang berarti kelayan memiliki fungsi
intelektual utuh
Pertanyaan yang tidak bisa dijelaskan:
- Tanggal berapa hari ini
b. MMSE (Mini Mental State Exam); nilai yang
didapatkan 26 yang berarti kelayan diindikasikan
tidak mengalami kerusakan kognitif.
c. IDB (Inventaris Depresi Bock); nilai yang
didapatkan 4, yang berarti kelayan tidak mengalami
depresi.
d. APGAR keluarga: nilai yang didapatkan 8

No Fungsi Skor
1 Adaptation 1
2 Partnership 2
3 Growth 1
4 Affection 2
5 Resolve 2
Total 8

13. Data Penunjang


 Laboratorium : tidak ada
 EKG : tidak ada
 CT Scan : tidak ada
 Radiologi : tidak ada
 USG : tidak ada
 Obat-obatan : tidak ada
31

B. Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
Tidak tau manfaat
DS : Kelayan Mengatakan
berolahraga
tidak memiliki kebiasaan
olahraga
Malas berolahraga Gaya hidup
DO : Kelayan terlihat
1. Kurang
selalu duduk-duduk di
Gaya hidup kurang Gerak
teras rumah dan tidak
gerak
pernah terlihat keluar
rumah.

2. DS :
 P: Kelayan mengatakan Destruksi sendi Nyeri Akut
sakit lutut dan
pinggang akan kambuh
bila beraktivitas
berlebihan, jika Inflamasi
beristirahat rasa membran sinovial
sakit akan berkurang.
 Q: Kelayan mengatakan
sakit seperti ditusuk-
tusuk dan terasa Melepas reseptor
ngilu, dengan stimulus nyeri
frekuensi sering. (brakinin,
 R: Kelayan mengatakan histamin)
nyeri terasa di lutut
dan pinggang.
 S: skala nyeri 3
(ringan) (0-10)
 T: kelayan mengatakan Nyeri akut

nyeri kambuh pada


malam hari setelah
shalat Isya, pada saat
dingin dan bangun
32

tidur
DO :
 Kelayan tampak
meringis.
 Skala nyeri 3 (0-10)
nyeri ringan
 Kelayan memegang
bagian lutut dan
pinggang yang sakit
 K/U : Baik
 TTV :
N : 84x/ menit
RR :21x/ menit
TD:130/90mmHg

2. DS : Destruksi sendi Gangguan


 Kelayan mengatakan pola tidur
tidak bisa istirahat /
tidur jika nyerinya
kambuh Inflamasi
 Kelayan sering menbran sinovial
terbangun tengah malam
karena nyeri (biasanya
jam 01.00 atau 02.00
Wita), kadang-kadang
kelayan tidak bisa melepas reseptor
tidur kembali sampai stimulus nyeri
pagi (brakinin,
DO : histamin)
 Konjungtiva pucat
 Kelayan tampak lemas
dan tidak bergairah
 K/U : Baik
 TTV : Nyeri akut

N : 84x/ menit
33

RR :21x/ menit Gangguan pola


TD : 130/90 mmHg tidur

3. DS : mekanisme koping Manajemen


 Perawatan yang tidak efektif regimen
dilakukan keluarga terapeutik
setiap hari tidak ada. tidak
 Kelayan mengatakan efektif
tidak mengetahui cara kurang dukungan
yang bisa dilakukan sosial
agar sakitnya tidak
kambuh
 Apabila sakitnya manajemen regimen
kambuh, kadang-kadang terapeutik tidak
mandi menggunakan air efektif
hangat
DO :
 Kelayan tidak
mengkonsumsi obat
 Tempat tidur tampak
kotor

Prioritas masalah :
1. Gaya hidup kurang gerak
2. Nyeri akut
3. Gangguan pola tidur
4. Manajemen regimen terapeutik tidak efektif

C.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut, berhubungan dengan destruksi sendi
ditandai dengan :
Ds :
 P: Kelayan mengatakan sakit lutut dan pinggang akan
kambuh bila beraktivitas berlebihan, jika
beristirahat rasa sakit akan berkurang.
34

 Q: Kelayan mengatakan sakit seperti ditusuk-tusuk


dan terasa ngilu, dengan frekuensi sering.
 R: Kelayan mengatakan nyeri terasa di lutut dan
pinggang.
 S: skala nyeri 4 (ringan) (0-10)
 T: kelayan mengatakan nyeri kambuh pada malam hari
setelah shalat Isya, pada saat dingin dan bangun
tidur
Do :
 Kelayan tampak tidak meringis.
 Skala nyeri 4 (0-10) nyeri ringan
 Kelayan memegang bagian lutut dan pinggang yang
sakit
 K/U : Baik
 TTV :
N : 84x/ menit
RR : 21x/ menit
TD : 170/90 mmHg
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut
ditandai dengan
Ds :
 Kelayan mengatakan tidak bisa istirahat / tidur jika
nyerinya kambuh
 Kelayan sering terbangun tengah malam karena nyeri
(biasanya jam 01.00 atau 02.00 Wita), kadang-kadang
kelayan tidak bisa tidur kembali sampai pagi
Do :
 Konjungtiva pucat
 Kelayan tampak lemas dan tidak bergairah
 K/U : Baik
 TTV :
N : 84x/ menit
RR :21x/ menit
TD : 130/90 mmHg
35

3. Manajemen regimen terapeutik tidak efektif berhubungan


dengan kurang dukungan sosial
Ds :
 Kelayan jarang/tidak pernah meminta obat ke tenaga
kesehatan.
 Kelayan hanya menggunakan balsem untuk mengurangi
rasa nyeri
 Kelayan mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan
Do :
 Kelayan tidak memiliki obat
 Kelayan tampak lebih banyak beristirahat di tempat
tidur
 Tempat tidur tampak kotor
36

D.RENCANA TINDAKAN

Hari/tgl
No Diagnosa Keperawatan TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
jam
1. Rabu Nyeri akut berhubungan  Setelah dilakukan 1. Observasi keluhan 1. Membantu dalam
dengan destruksi sendi tindakan nyeri (penyebab, menentukan
28-12-16 ditandai dengan : keperawatan selama kualitas, lokasi, kebutuhan
3 x 45 menit, skala dan waktu) manajemen nyeri
Pukul Ds : diharapkan nyeri 2. Diskusikan tindakan 2. Mengetahui
16.30 WITA
terkontrol, dengan yang telah dilakukan kemampuan
 P: Kelayan mengatakan
Kriteria hasil: kelayan untuk kelayan
sakit lutut dan
 Skala nyeri 1 – 3 menangani nyeri mengatasi nyeri
pinggang akan kambuh
(0-10) nyeri 3. Diskusikan dengan 3. Membantu kelayan
bila beraktivitas
ringan kelayan upaya lain menangani nyeri
berlebihan, jika
 Tidak mengeluh yang bisa dilakukan secara mandiri
beristirahat rasa
nyeri untuk menangani nyeri
sakit akan berkurang.
 Tidak meringis seperti terapi jahe
 Q: Kelayan mengatakan
 TTV dalam batas 4. Anjurkan kelayan
sakit seperti ditusuk-
normal menerapkan terapi
tusuk dan terasa
 Kelayan mampu jahe setiap hari 4. Membantu
ngilu, dengan
37

frekuensi sering. melakukan 5. Berikan massase mengatasi nyeri


 R: Kelayan mengatakan penanganan lembut
nyeri terasa di lutut 6. Kolaborasi : berikan
dan pinggang. obat-obatan yang
5. Meningkatkan
 S: skala nyeri 3 dapat mengurangi rasa
relaksasi
(ringan) (0-10) nyeri ; analgesik
6. Mengurangi/
 T: kelayan mengatakan
menghilangkan
nyeri kambuh pada
rasa nyeri
malam hari setelah
shalat Isya, pada saat
dingin dan bangun
tidur

Do :

 Kelayan tampak
meringis.
 Skala nyeri 3 (0-10)
nyeri ringan
 Kelayan memegang
bagian lutut dan
38

pinggang yang sakit


 K/U : Baik
 TTV :

N : 84x/ menit

RR :21x/ menit

TD:130/90 mmHg
2. Rabu Gangguan pola tidur  Setelah dilakukan 1. Diskusikan kebiasaan 1. Gangguan
berhubungan dengan nyeri tindakan dan pola kebutuhan istrahat/tidur
26-12-16 akut ditandai dengan : keperawatan istirahat/tidur mengakibatkan
selama 3 x 24 gangguan fungsi
Pukul Ds : jam, diharapkan kognitif,
17.30 WITA
Gangguan persepsi dan
 Kelayan mengatakan
istirahat/tidur penurunan
tidak bisa istirahat /
teratasi dengan kontrol emosi
tidur jika nyerinya
kriteria hasil: 2. Membantu
kambuh
 Bisa meningkatkan
 Kelayan sering
istirahat/tidur relaksasi dan
terbangun tengah malam
 Tidak terbangun menyiapkan tidur
karena nyeri (biasanya
39

jam 01.00 atau 02.00 tengah malam 2. Dorong kelayan untuk 3. Kelayan dengan
Wita), kadang-kadang  Kelayan dapat melaksanakan minum penyakit
kelayan tidak bisa beristirahat air hangat sebelum inflamasi sendi
tidur kembali sampai dengan cukup tidur sering mengalami
pagi  Jumlah jam tidur 3. Anjurkan tindakan gejala memburuk
normal (6-8 jam) penghilang rasa nyeri pada malam hari
DO : sebelum 4. Posisi yang
 Kelayan merasa
rileks istirahat/tidur nyaman
 Konjungtiva pucat
seperti relaksasi mengurangi rasa
 Kelayan tampak lemas
napas dalam nyeri selama
dan tidak bergairah
4. Anjurkan mencari istirahat/tidur
 K/U : Baik
posisi yang nyaman
 TTV :
untuk menghilangkan
rasa nyeri, misalnya
N : 84x/ menit
miring kiri atau
RR :21x/ menit kanan

TD : 130/90 mmHg
40

4. Rabu Ds : Setelah dilakukan 1. Diskusikan kebiasaan 1. Mengetahui


tindakan kelayan untuk tindakan
28-12-16  Kelayan jarang/tidak keperawatan selama menangani penyakit penanganan
pernah meminta obat ke 2 x 24 jam, penyakit yang
17.00 tenaga kesehatan. diharapkan kelayan sudah dilakukan
 Kelayan hanya dapat mengerti 2. Mempertahankan
menggunakan balsem tentang kemampuan
untuk mengurangi rasa penyakitnya kelayan
2. Anjurkan kelayan
nyeri menangani
mengikuti program
 Kelayan mengatakan Dengan kriteria keluhan nyeri
terapi non-
tidak mengkonsumsi hasil secara mandiri
farmakologi setiap
obat-obatan 3. Kelayan tetap
 Kelayan hari ; terapi jahe
melaksanakan
Do : mengungkapkan
program terapi
keinginan untuk
 Kelayan tidak memiliki mengikuti terapi 3. Berikan dukungan
obat dan penanganan emosional seperti
 Kelayan tampak lebih penyakit reinforcement positif
banyak beristirahat di  Kelayan mampu untuk setiap tindakan
tempat tidur melakukan yang telah dilakukan
 Tempat tidur tampak aktivitas terapi
4. Mengikutsertakan
41

kotor dalam kehidupan kelayan peran keluarga


sehari-hari merawat kelayan

4. Libatkan keluarga
untuk membantu
kelayan mematuhi
program terapi
42

E.PELAKSANAAN

Hari/ No
No Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan
Tgl/Jam Dx
1. Rabu 1 1. Mengobservasi keluhan nyeri 1. Silu-silu kambuh saat bekerja
28-12-16 (penyebab, kualitas, lokasi, skala berlebihan, bila beristirahat rasa
16.50 dan waktu) sakit berkurang, sakit seperti di
tusuk-tusuk di daerah lutut dan
punggung, skala nyeri sedang (5) (0-10)
2. Mendiskusikan tindakan yang telah 2. Kelayan menggunakan air hangat untuk
dilakukan kelayan untuk menangani mandi, tetapi tidak terus menerus
penyakit
3. Mendiskusikan dengan kelayan upaya 3. Kelayan mengatakan baru mengetahui
lain yang bisa dilakukan untuk manfaat jahe untuk silu-silu, nyeri
menangani nyeri seperti menggunakan berkurang; skala nyeri ringan :2 (0-10)
jahe
4. Menganjurkan kelayan menerapkan 4. Kelayan tampak mengangguk, mau menuruti
terapi jahe setiap hari anjuran perawat
5. Memberikan massase lembut pada 5. Kelayan tampak rileks dan merasa nyaman
daerah lutut dan punggung. pada saat diberikan massase
6. Kolaborasi : memberikan obat-obatan 6. Kelayan belum mendapatkan terapi
43

yang dapat mengurangi rasa nyeri farmakologi

3. Kamis 3 1. Mendiskusikan kebiasaan pola 1. Kelayan kooperatif menanyakan dan


29-12-16 istirahat/tidur memperhatikan penjelasan yang diberikan
17.30 2. Menganjurkan kelayan untuk 2. Kelayan aktif mencoba mengikuti ritual
melaksanakan ritual minum air meminum air hangat sebelum tidur
hangat sebelum tidur
3. Menjelaskan tindakan penghilang 3. Kelayan aktif mengikuti percobaan
rasa nyeri sebelum tidur seperti relaksasi napas dalam
relaksasi napas dalam
4. Menganjurkan mencari posisi yang 4. Kelayan aktif mencoba mendapatkan
nyaman untuk menghilangkan rasa posisi yang nyaman
nyeri
4. Kamis 4 1. Diskusikan kebiasaan kelayan untuk 1. Kelayan mengatakan mandi menggunakan
29-12-16 menangani penyakit air hangat, tetapi tidak terus menerus
17.40 2. Anjurkan kelayan mengikuti program 2. Kelayan mengatakan mau mematuhi terapi
terapi non-farmakologi setiap hari jahe dengan mengobati lutut dan
; terapi jahe pinggang tiap pagi dan sore
3. Berikan dukungan emosional seperti 3. Kelayan tampak senang saat diberikan
44

reinforcement positif untuk setiap pujian


tindakan yang telah dilakukan
kelayan
4. Libatkan keluarga untuk membantu 4. Keluarga tampak kooperatif
kelayan mematuhi program terapi
45

F.EVALUASI
No Hari/Tanggal Dx Evaluasi
1. Senin 2 S :
2-01-2017 - Kelayan mengatakan nyeri berkurang ; skala ringan (2) (0-10)
Pukul 16.00 - Silu-silu kambuh saat bekerja berlebihan, bila beristirahat rasa sakit
Wita berkurang, sakit seperti di tusuk-tusuk di daerah lutut dan punggung
- Kelayan menggunakan air hangat untuk mandi, tetapi tidak terus menerus
- Kelayan mengatakan baru mengetahui manfaat jahe untuk silu-silu
O :
- Kelayan tampak mengangguk, mau menuruti anjuran perawat
- Kelayan tampak rileks
- Kelayan merasa nyaman saat diberikan massase
- Kelayan belum mendapatkan terapi farmakologi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Inervensi dilanjutkan
1. Anjurkan kelayan menerapkan terapi jahe setiap hari
2. Berikan massase lembut pada daerah lutut dan pinggang
3. Senin 3 S :
02-01-2017 - Kelayan kooperatif menanyakan dan memperhatikan penjelasan yang diberikan
Pukul 17.00 - Kelayan aktif mencoba mengikuti ritual meminum air hangat sebelum tidur
46

- Kelayan aktif mengikuti percobaan relaksasi napas dalam


O :
- Kelayan aktif mencoba mendapatkan posisi yang nyaman
- Konjungtiva tidak anemis
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan
- Menganjurkan kelayan untuk melaksanakan ritual minum air hangat sebelum tidur

4. Kamis 4 S :
30-01-2017 - Kelayan mengatakan mandi menggunakan air hangat, tetapi tidak terus menerus
Pukul 17.00 - Kelayan mengatakan mau mematuhi terapi jahe dengan mengobati lutut dan
pinggang tiap pagi dan sore
O :
 Kelayan tampak senang saat diberikan pujian
- Keluarga tampak kooperatif
 Kelayan kooperatif mengikuti terapi non-farmakologi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
47
48

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada Bab ini akan diuraikan kesenjangan antara konsep


dasar teori dengan kenyataan yang ditemukan dilahan praktek
berkaitan dengan asuhan keperawatan pada lansia dengan
diagnosa medis Artritis gout.
A. PENGKAJIAN
Dalam konsep dasar teori asuhan keperawatan lansia
dengan reumatoid artritis data yang perlu dikaji adalah
nyeri, aktivitas/istirahat, neurosensori, kardiovaskular,
makanan/cairan, hygiene, interaksi sosial, keamanan dan
integritas ego, sedangkan pada pengkajjian kasus
ditampilkan data demografi, riwayat pekerjaan, riwayat
lingkungan hidup, riwayat rekreasi, sistem pendukung,
deskripsi kekhususan, alasan mengapa kelayan masuk panti,
keluhan utama yang dirasakan kelayan, aktivitas sehari-
hari, tinjauan sistem, status kognitif, afektif dan
sosial kelayan.
Dalam proses pengkajian kasus, didapatkan data-data
yang menunjukkan masalah-masalah kesehatan kelayan,
antara lain :
1. Nyeri akut
2. Gangguan pola tidur.
3. Manajemen regimen terapeutik tidak efektif

Diagnosa yang ada di konsep teori, diditampilkan dalam


diagnosa tinjauan kasus, ini di karenakan adanya kesamaan
masalah, sehingga pengkaji mengangkat masalah tersebut.
Dalam proses pengkajian penulis tidak menemukan
hambatan sehingga proses pengkajian dapat dilakukan
dengan maksimal

49
49

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada tinjauan teori tentang konsep dasar asuhan
keperawatannya, terdapat 6 diagnosa, sedangkan pada
tinjauan kasus penulis mengangkat 3 diagnosa yang
semuanya ada di tinjauan teori. Hal ini terjadi karena
dalm pengkajian ditemukan data yang mendukung masalah
keperawatan kelayan.

C. PERENCANAAN
Dalam perencanaan teoritis, terdapat rencana
kolaborasi dengan tenaga medis lain seperti dokter untuk
pemberian terapi. Hal ini direncanakan pada perencanaan
kasus karena diharapkan dapat meningkatkan status
kesehatan kelayan. Tetapi pada kenyataannya dokter hanya
berkunjung tiga bulan sekali. Tidak semua perencanaan
yang ada di perencanaan teoritis dimasukkan ke
perencanaan kasus karena disesuaikan dengan tujuan dan
kebutuhan asuhan keperawatan, selain itu juga harus
disesuaikan dengan kemampuan perawat yang memberikan
asuhan keperawatan.

D.PELAKSANAAN
Pemberian tindakan keperawatan kepada kelayan
disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat. Faktor
pelaksanaan tindakan keperawatan adalah health education
tentang bagaimana penanganan jika nyeri lutut dan
pinggang tidak dirasakan lagi. Tindakan difokuskan
kepada bagaimana mengalihkan rasa nyeri kelayan, ini
berhasil dilakukan karena kelayan sudah paham dengan apa
yang dijelaskan dan diajarkan oleh penulis. Sedangkan
penanganan gangguan masalah tidur, tindakan difokuskan
kepada pengalihan nyeri. Ini dikarenakan jika kelayan
merasakan nyeri kelayan tidak dapat beristitirahat /
50

tidur dengan tenang. Untuk masalah manajemen regimen


terapeutik tidak efektif, tindakan difokuskan untuk
meningkatkan kemandirian kelayan untuk memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada di Panti seperti Klinik dan
tetap mempertahankan program terapi non-farmakologi agar
dapat dilakukan setiap hari secara mandiri.

E.EVALUASI
Dalam mengevaluasi keberhasilan pencapaian
pelaksanaan asuhan keperawatan kepada kelayan dilakukan
setelah 3 x 24 jam, tetapi eveluasi tindakan dilakukan
setiap selesai melaksanakan tindakan keperawatan. Pada
saat evaluasi akhir, menunjukkan pencapaian kriteria
evaluasi, misalnya untuk diagnosa I kelayan tampak
rileks yang menunjukkan nyeri berkurang. Hal ini sesuai
dengan kriteria hasil pada perencanaan.
51

BAB V

PENUTUP

A.KESIMPULAN
Setelah proses pemberian asuhan keperawatan pada
kelayan Iq “A” penulis dapat menyimpulkan :
1. Dalam memberitahukan asuhan keperawatan pada lansia,
banyak diemukan hambatan-hambatan sehingga kita harus
benar-benar mengenal lansia itu agar kita bisa mencari
jalan keluar jika muncul hambatan terutama pada proses
pengkajian.
2. Dalam proses memberikan asuhan keperawatan asuhan
keperawatan pada lansia, kita harus sabar menghadapi
perubahan emosi yang setiap saat berubah-ubah.
3. Memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan
gangguan khusus seperti kelayan dengan gangguan
pendengaran memiliki trik-trik tersendiri agar
komunikasi lancar. Berbeda dengan lansia yang tidak
mengalami gangguan pendengaran, pelaksanaan asuhan
keperawatan lebih mudah.

B.SARAN
1. Bagi Kelayan
Hendaknya kelayan tetap menjaga kesehatan, jangan
terlalu memaksakan diri untuk bekerja dan lebih aktif
dalam kegiatan-kegiatan panti.
2. Bagi Perawat
Hendaknya lebih meningkatkan pengetahuan agar lebih
peka terhadap masalah-masalah yang dialami lansia
serta meningkatkan kerjasama.
52

LAMPIRAN

Vous aimerez peut-être aussi