Vous êtes sur la page 1sur 19

AKKES ASKEP

Berbagi pengalaman menulis Asuhan Keperawatan khususnya tinjauan teoritis dan kasus
 HOME

Beranda » Asuhan Keperawatan

LP HIPERTENSI TERBARU
Askep Hipertensi Terbaru yang saya tulis di sini adalah hasil dari penyempurnaan askep hipertensi lainnya, yang saya kutip dari
berbagai buku sumber terbaru dan menjadi asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi yang komplit dan bagus untuk di
aplikasi sebagai referensi dalam merawat pasien yang menderita hipertensi.

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN (LP HIPERTENSI)

A. Latar Belakang Askep Hipertensi


Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yaitu Hipertensi. penyakit darah tinggi yang dalam
istilah medis disebut Hipertensi dianggap sebagai penyakit serius karena dampak yang
ditimbulkan sangat luas, bahkan dapat berakhir pada kematian. Gejala Hipertensi juga
dijuluki sebagai silent killer, karena dapat mengakibatkan kematian mendadak bagi
penderitanya. Kematian terjadi akibat dampak hipertensi itu sendiri atau penyakit lain yang
diawali oleh hipertensi. Penyakit-penyakit tersebut di antaranya sebagai berikut kerusakan
ginjal, serangan jantung, stroke, glaukoma, disfungsi ereksi, demensia serta alzheimer(Sativa,
2013).
Masalah kesehatan yang rentan dengan emergency salah satunya yaitu keluarga yang
memiliki lansia (lanjut usia) pengidap hipertensi merupakan salah satu faktor yang berperan
penting dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas hingga proses perawatan
dapat di minimalisir supaya membuat setiap individu menjadi sangat produktif hingga sangat
memperhatikan kualitas keberlangsungan kehidupan yang madani. Melalui pembangunan di
bidang kesehatan diharapkan akan semakin meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat serta
pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat secara
memadai, pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu
pihak penyakit penular sementara di lain pihak telah terjadi peningkatan kasus penyakit-
penyakit tidak menular (PTM) yang banyak disebabkan oleh gaya hidup karena urbanisasi,
modernisasi, globalisasi termasuk juga penyakit dengan yang mengakibatkan seseorang yaitu
darah nya terjadi overload saat di periksa dengan Sfigmomanometer diatas angka 160/90
mmHg atau terlalu tinggi.
Konsep sehat sakit adalah konsep yang kompleks multi interpretasi, banyak faktor yang
mempengaruhi kondisi sehat maupun sakit yang salah satu nya juga penyakit sistem jantung
tentang masalah hipertensi. Setiap individu, keluarga, masyarakat maupun profesi kesehatan
mengartikan sehat/sakit secara berbeda tergantung paradigmanya. Walaupun seseorang sakit
(istilah sehari-hari) seperti masuk angin, pilek tetapi bila ia tidak terganggu untuk
melaksanakan kegiatannya, maka ia dianggap tidak sakit. Konsep sehat sakit ini tentu
mempengaruhi individu, keluarga, masyarakat dalam mengatasinya diantaranya perubahan
perilaku juga emosional, dampak sakit pada peranan keluarga, dampak pada citra tubuh,
dampak pada konsep diri, serta dampak pada dinamika keluarga (Aisah, 2012).
Hipertensi merupakan penyakit yang proses perawatan nya cukup sulit untuk dilakukan
Askep dan juga dalam menulis LP Hipertensi, karena pada dasarnya tidak diketahui penyebab
pasti hipertensi oleh penderita karena kurangnya pengetahuan klien terhadap penyakit
hipertensi. Sebagian besar timbul tanpa gejala yang khas terkait penyakit hipertensi itu
sendiri. Penderita hipertensi biasanya iritabel, mudah marah dan tersinggung. Pada klien
hipertensi sering terjadi kebosanan akan prosedur pengobatan dengan waktu yang lama, diet,
olah raga, merokok, minuman yang mengandung alkohol. Dampak masalah terhadap
keluarga akan merepotkan dalam memberikan perawatan, pengaturan diet manambah beban
biaya hidup yang terus-menerus. Dampak lain terhadap masyarakat yaitu dengan adanya
klien hipertensi dimasyarakat memungkinkan terjadi perubahan peran dalam masyarakat,
selain itu akan menimbulkan kecemasan terhadap masyarakat dan akan terjadi ancaman
kehilangan salah satu anggotanya (Sativa, 2013).
Persentase penderita hipertensi saat ini dalam beberapa laporan pendahuluan yang paling
banyak terdapat di negara berkembang. Data Global Status Report on Noncommunicable
Disesases dari WHO menyebutkan, 40 persen negara ekonomi berkembang memiliki
penderita hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35 persen. Kawasan Afrika memegang
posisi puncak penderita hipertensi sebanyak 46 persen. Sementara kawasan Amerika
menempati posisi buncit dengan 35 persen. Di kawasan Asia Tenggara, 36 persen orang
dewasa menderita hipertensi.Untuk kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta
orang setiap tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan darah
tinggi (Candra, 2013).
Kondisi Hipertensi (Heart Deases) seringkali tidak disadari. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan 1 dari 3 orang dewasa menderita tekanan darah tinggi. Badan PBB
menuturkan negara Kanada, Amerika Serikat memiliki pasien tekanan darah tinggi yang
paling sedikit yaitu kurang dari 20% orang dewasa, tapi negara-negara miskin seperti
Nigeria diperkirakan jumlahnya mendekati 50%. Di beberapa negara Afrika jumlah orang
yang memiliki tekanan darah tinggi mencapai setengah dari populasi orang dewasa. Di
Nigeria sebesar 50,3%, Malawi 44,5% dan Mozambik sebesar 46,3% (Farah, 2013).
Data American Heart Association (AHA) yang dipublikasikan oleh Purwandhono (2013),
penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka
hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya.Di
Indonesia, prevalensi hipertensi cukup tinggi. Menurut National Basic Health Survey 2013,
prevalensi hipertensi pada kelompok usia 15-24 tahun adalah 8,7 persen, pada kelompok usia
25-34 tahun adalah 14,7 persen, 35-44 tahun 24,8 persen, 45-54 tahun 35,6 persen, 55-64
tahun 45,9 persen, 65-74 tahun 57,6 persen, lebih dari 75 tahun adalah 63,8 persen (Kartika,
2014).
Distribusi regional prevalensi hipertensi khususnya di Provinsi Aceh tercatat jumlah
penderita hipertensi berkisar antara 19,5-46,1 % (rata-rata 30,2%) data tersebut menempatkan
jumlah penderita Hipertensi di wilayah Aceh diatas angka rata-rata prevelensi hipertensi di
seluruh indonesia yaitu 32%, sedangkan data wilayah kabupaten Aceh Utara diketahui
sebanyak 30,6% masyarakat kabupaten Aceh Utara yang pernah mengidap penyakit
hipertensi (Hasyim, 2015).
Berdasarkan uraian data fenomena sebagaimana tersebut diatas tentang banyaknya prevelensi
penderita hipertensi maka penulis tertarik untuk menerapkan asuhan keperawatan yang
terlebih dahulu melalui LP Hipertensi atau Laporan Pendahuluan yang dituangkan
dalam sebuah artikel yang berjudul asuhan keperawatan (askep) pada pasienkasus Hipertensi,
yang di uraikan dengan lengkap dengan kutipan-kutipan teori terbaru , sehingga bisa
di aplikasikan sebagai laporan pendahuluan askep hipertensi lansia, sebenarnya dalam
penulisan ini untuk kedepannya akan saya buat sebagai format PDF juga DOC, namun oleh
karena keterbatasan waktu saya coba untuk membagikannya dulu dalam bentuk tulisan
sederhana yang mencakup Laporan Pendahuluan (LP) Askep Hipertensi ini sebagai upaya
yang relatif cepat mudah dilakukan dan mudah juga untuk di pahami

BAB II
TINJAUAN TEORITIS ASKEP HIPERTENSI
A. Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskuler (Heart Sistem)
1. Anatomi
Menurut Tarwoto (2009, hal. 183) Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung, vaskuler
(arteri, vena, kapiler) dan limfatik. Fungsi utama sisitem kardiovaskuler adalah
menghantarkan darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh dan memompakan darah dari
seluruh tubuh (jaringan) ke sirkulasi paru untuk dioksigenasi.
a. Jantung
Jantung merupakan organ utama system kardiovaskuler , berotot dan berongga, terletak di
rongga toraks bagian mediastinum, diantara dua paru-paru. Bentuk jantung seperti kerucut
tumpul, pada bagian bawah disebut apeks, letaknya lebih ke kiri dari garis medial, bagiuan
tepinya pada ruang interkosta V kiri atau kira-kira 9 cm dari kiri linea medioclavikularis,
sedangkan bagian atasnya disebut basis terletak agak kekanan tepat nya pada kosta ke lll,1
cm dari tepi lateral sternum. Ukuran jantung kira-kira panjangnya 12 cm, lebar 8-9 cm
tebalnya 6 cm. beratnya sekitar 200 sampai 425 gram, pada laki-laki sekitar 310 gram, pada
perempuan sekitar 225 gram.
b. Lapisan otot jantung
Ada tiga lapisan jantung yaitu lapisan bagian luar disebut epikardium, lapisan bagian tengah
disebut miokardium, lapisan ini lebih tebal, tersusun atas otot lurik dan mampu berkontraksi
dengan kuat. Sedangkan lapisan bagian dalam disebut endokardium, lapisan ini terdiri dari
jaringan endothelia yang juga melapisi ruang jantung katup-katup jantung.
c. Selaput jantung
Jantung dilapisi oleh dua membran untuk mencegah terjadinya trauma juga infeksi yaitu
pericardium parietal dengan pericardium visceral. Pericardium parietal merupakan membran
lapisan jantung paling luar tersusun dari jaringan fibrosa. Membran ini sangat efektif dalam
melindungi jantung dari infeksi.
d. Ruang jantung
Jantung terbagi atas dua belahan yaitu belahan kanan dan belahan kiri, kedua belahan tersebut
dipisahkan oleh otot pemisah disebut septum,dengan demikian jantung memiliki empat
ruangan yaitu atrium kanan, ventrikel kanan, atrium kiri ventrikel kiri.
e. Katup jantung
Jantung memiliki dua tipe yaitu katup atrioventrikuler katup semilunar. Katup jantung
tersusun oleh endothelium yang dilapisi oleh jaringan fibrosa, sehingga katup dapat menutup
dan membuka karena sifatnya yang fleksibel.
f. Suplay darah otot jantung
Otot jantung membutuhkan aliran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, nutrient yang
sangat dibutuhkan untuk metabolisme. Otot jantung diperdarahi oleh arteri koronaria yang
merupakan cabang dari aorta, arteri koroner bercabang menjadi dua yaitu : arteri koronari
kanan atau right coronary artery (RCA) arteri koronari kiri atau left coronary artery (LCA).
Arteri koronari kanan memperdarahi bagian atrium kanan, ventrikel kanan, inferior ventrikel
kiri bagian posterior dinding septal, sinoatrial Node (SA Node) Atrioventrikel Node (AV
Node).
g. Siklus jantung
Siklus jantung merupakan periode dimana jantung berkontraksi relaksasi. Satu kali siklus
jantung sama dengan satu periode systole (saat ventrikel berkontrasi) satu periode diastole
(saat ventrikel relaksasi). Normalnya siklus jantung dimulai dengan depolarisasi spontan dari
sel pacemaker dari SA Node berakhir dengan keadaan rekaksasi ventrikel.
h. Bunyi jantung
Bunyi jantung terdiri dari bunyi jantung murni bunyi jantung tambahan. Bunyi jantung murni
terdiri atas bunyi jantung 1 (S1), terjadi akibat penutupan katup atrioventrikular pada saat
systole ventrikel bunyi jantung ll (S2), terjadi akibat penutupan katup semilunar pada saat
terjadi diastole ventrikel. Sedangkan bunyi tambahan misalnya bunyi lll (S3) bunyi jantung
lV (S4) terjadi akibat vibrasi pada dinding jantung pada saat darah mengalir dengan cepat
dalam ventrikel.
i. Frekuensi jantung
Jantung berdeyut dalam satu menit sekitar 60-100 kali atau rata-rata 75 kali permenit. Jika
jantung berdeyut lebih dari 100 kali disebut takhikardia jika kurang dari 60 kali disebut
bradikrdia. Frekuensi denyut jantung dipengaruhi oleh keadaan aktivitas, umur, jenis
kelamin, endokrin, suhu, tekanan darah, kecemasan, stress dan nyeri.
2. Fisiologi
Menurut Mutaqqin, (2014, hal 2) Sistim kardiovaskuler berfungsi sebagai sistim
regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespon seluruh aktivitas tubuh.
Salah satu contoh adalah mekanisme meningkatkan suplai darah agar aktivitas jaringan dapat
terpenuhi, pada keadaan tertentu darah akan lebih banyak dialirkan pada organ-organ vital
seperti jantung otak untuk memelihara sistim sirkulasi organ tersebut.
a. Darah
Komponen darah merupakan alat pembawa (carrier) pada sistim kardiovaskular, secara
normal volume darah yang berada dalam sirkulasi pada seseorang laki-laki dengan berat
badan 70 kg berkisar 8% dari berat badan atau sekitar 5600 ml. dari jumlah tersebut sekitar
55% merupakan plasma, volume komponen darah harus memiliki jumlah yang sesuai dengan
rentang yang normal agar system kardiovaskuler dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
b. Curah jantung
Tubuh manusia memiliki berbagai mekanisme control regulasi yang digunakan untuk
menigkatkan suplai darah secara aktif ke jaringan yaitu dengan meningkatkan jumlah cairan
jantung (cardiac output) pengaturan curah jantung bergantung pada hasil perkalian denyut
jantung (heart rate) dengan volume sekuncup (stroke volume). Curah jantung orang dewasa
adalah antara 4,5-8 liter permenit, peningkatan curah jantung terjadi karena adanya
peningkatan denyut jantung atau volume sekuncup.
c. Denyut jantung
Denyut jantung normalnya berkisar 70 kali permenit, denyut jantung ini dikontrol sendiri
oleh jantung melalui mekanise regulasi nodus SA dan system purkinje.
Dalam keadaan normal, regulasi denyut jantung dipengaruhi oleh saraf simpatis, saraf
parasimpatis melalui sistim saraf otonom. Empat reflek utama yang menjadi media system
saraf otonom dalam meregulasi denyut jantung adalah refleks baroreseptor, refleks
kemoreseptor, refleks Bainbrige, refleks pernapasan.
d. Tekanan vena
Kembalinya darah ke jantung disebabkan adanya tekanan gradient, ketika darah dipompa
oleh jantung, tekanan arteri berkisar 120 mmHg pada saat sistolik dan 70 mmHg pada saat
diastolic. Tekanan ini akan menurun bersamaan dengan pergerakan darah keluar menuju
arteri, kapiler, venula. Sistem vena mempunyai daya kapasitasnsi yang sangat besar dan
berpengaruh terhadap perubahan tekanan yang kecil. Adanya kapasitansi dan banyaknya
system saraf simpatis akan mengubah tekanan vena dalam mengatur aliran balik ke jantung,
konstriksi vena yang disebabkan oleh stimulasi saraf simpatis akan mengurangi kapasitani
dan meningkatkan tekanan vena, sehingga meningkatkan aliran balik ke jantung.
e. Ruang jantung
Atrium kanan
Atrium kanan memiliki lapisan dinding yang tipis berfungsi sebagai tempat penyimpanan
darah mengalirkan darah dari vena-vena sirkulasi sistemis ke dalam ventrikel kanan dan
kemudian ke paru-paru . darah yang berasal dari pembulu vena ini masuk ke dalam atrium
kanan melalui vena cava superior, inferior dan sinus koronarius.
f. Ventrikel kanan
Ventrikel kanan memiliki bentuk yang unik yaitu bulan sabit yang berguna untuk
menghasilkan kontraksi bertekanan rendah, yang cukup untuk mengalirkan darah ke dalam
arteri pulmonaris. Sirkulasi pulmunar merupakan sistim aliran darah bertekanan rendah,
dengan resitensi yang jauh lebih kecil terhadap aliran darah yang berasal dari ventrikel
kanan. Oleh karena itu, beban kerja dari ventrikel kanan jauh lebih ringan dari
pada ventrikel kiri.
g. Atrium kiri
Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenisasi dari paru-paru melalui vena
pulmonaris. Tidak terdapat katup sejati antara vena pulmonalis dan atrium kiri. Oleh karena
itu, darah akan mengalir kembali ke pembuluh paru-paru bila terdapat perubahan tekanan
dalam atrium kiri (retrograde).
h. Ventrikel kiri
Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk mengatasi tahanan
sirkulasi sistemis dan mempertahankan aliran darah ke jaringan-jaringan perifer.
i. Katup jantung
Katup atrioventrikuler
katup antrioventrikuler karena terletak antara atrium dan ventrikel. Katup yang
terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan ini mempunyai tiga buah daun katup yang
disebut katup trikuspidalis. Sedangkan katup yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel
kiri mempunyai dua buah daun katup yang disebut katup mitral.
j. Katup semilunar
Katup semilunar terdiri atas dua katup yaitu semilunar pulmonary dan katup semilunar aorta.
Katup semilunar pulmonary terletak pada arteri pulmonaris, memisahkan arteri pulmonaris
dengan ventrikel kanan.katup semilunar aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
B. LP Konsep Kasus Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan konsisten diatas
140/90 mmHg. Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan pada peningkatan tekanan darah yang
hanya sekali, tekanan darah harus diukur dalam posisi duduk dan
berbaring (Barbadero, 2005. Hal 49).
Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah yang interminten atau terus-menerus diatas
140/90 mmHg karena fluktuasi tekanan darah terjadi antar individu dan dapat dipengaruhi
oleh lingkungan dan ansietas (Marrelli. 2008. Hal 125).
Sedangkan menurut Graber (2005. Hal 103) hipertensi didefenisikan sebagai rekanan darah
sistolik yang menetap diatas atau sama dengan 140mmHg atau tekanan darah diastolik yang
menetap diatas atau sama dengan 90 mmHg.
2. Etiologi Hipertensi
Menurut Brooker (2009) penyebab yang mendasari hipertensi tidak diketahui pada sebagian
besar pasien (lebih dari 95%) dan disebut hipertensi esensial. Etiologi hipertensi terdiri atas
multifaktor – faktor yang berkaitan dengan hipertensi meliputi obesitas, diabetes, asupan
garam (natrium) tinggi, penyalahan alkohol dan merokok. Faktor genetik juga memegang
peranan. Kelompok ras tertentu memiliki prevalensi hipertensi lebih tinggi, seperti
Afrika, Amerika dan Jepang.
Tekanan darah meningkat seiring usia dan hipertensi jarang terjadi pada kelompok usia
dibawah 25 tahun, kecuali mereka mengalami penyakit primer, seperti gagal
ginjal (Brooker, 2009).

3. Patofisiologi LP Hipertensi
Adapun patofisiologi hipertensi yang dikemukakan oleh Brasher (2007) ialah sebagai berikut
:
a. Hipertensi esensial melibatkan interaksi yang sangat rumit antara faktor genetik dan
lingkungan yang dihubungkan oleh pejamu mediator neuro-hormonal.
b. Secara umum disebabkan oleh peningkatan tahanan perifer dan atau peningkatan volume
darah.
c. Gen yang berpengaruh pada hipertensi primer (faktor herediter diperkirakan meliputi 30%
sampai 40% hipertensi primer) meliputi reseptor angiotensin II, gen angiotensin dan rennin,
gen sintetase oksida nitrat endothelial; gen protein repseptor kinase G; gen reseptor
adrenergis; gen kalsium transpor dan natrium hydrogen antiporter (mempengaruhi sensivitas
garam); dan gen yang berhubungan dengan resistensi insulin, obesitas, hiperlipidemia, dan
hipertensi sebagai kelompok bawaan.
d. Teori terkini mengenai hipertensi primer meliputi:
1) Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis (SNS)
a) Respon maladaptive terhadap stimulasi saraf simpatis.
b) Parubahan gen pada reseptor ditambah kadar katekolamin serum yang menetap.
2) Peningkatan aktivitas sistem renin angiotensin aldosteron (RAA)
a) Secara langsung menyebabkan vasokontriksi tetapi juga meningkatkan aktivitas SNS dan
menurunkan kadar prostaglandin vasodilator dan oksida nitrat.
b) Memediasi remodeling arteri ( perubahan structural pada dinding pembuluh darah).
c) Memediasi kerusakan organ akhir pada jantung (hipertrofi), pembuluh darah dan ginjal.
3) Defek pada transpor garam dan air
a) Gangguan aktivitas peptida natriuretik otak (brain natriuretik peptide, BNF), peptida
natriuretik atrial (atrial natriuretik peptide, ANF), adrenomedulin, urodilatin dan endotelin.
b) Berhubungan dengan asupan diet kalsium, magnesium, dan kalium yang rendah.
4) Interaksi komplek yang melibatkan resistensi insulin dan fungsi endotel.
a) Hipertensi sering terjadi pada penderita diabetes, dan resistensi insulin di temukan pada
banyak pasien hipertensi yang tidak memiliki diabetes klinis.
b) Resistensi insulin berhubungan dengan penurunan pelepasan endothelial oksida nitrat dan
vasodilator lain serta memengaruhi fungsi ginjal.
c) Resistensi insulin dan kadar insulin yang tinggi meningkatkan aktivitas SNS dan RAA.
4. Gambaran Klinis Pada Askep Hipertensi
Menurut Davey (2005) gambaran klinis pada hipertensi biasanya asimtomatik, sampai terjadi
kerusakan organ target. Sebagian besar nyeri kepala pada hipertensi tidak berhubungan
dengan Tekanan Darah. Fase hipertensi yang berbahaya biasa ditandai oleh nyeri kepala dan
hilangnya penglihatan (papiledema). Gejala hipertensi sangat bervariasi, mulai dari yang
tanpa gejala, atau dengan keluhan ringan seperti pusing-pusing, sakit kepala. Sebagian
penderita mungkin mengeluh tegang-tegang di belakang leher, sesak napas bila melakukan
aktivitas, dan ada yang langsung terjadi serangan stroke dan atau gagal jantung.
5. Penatalaksanaan LP Askep Hipertensi
Tujuan penatalaksanaan medis pada klien dengan hipertensi adalah mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah
dibawah 140/90 mmHg. Efektifitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi,
komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi (Muttaqin & arif
2009).
6. Komplikasi LP askep Hipertensi
Menurut Dalimartha, dkk. (2008) Penderita hipertensi berisiko terserang penyakit lain yang
timbul kemudian. Beberapa penyakit yang timbul sebagai akibat hipertensi di antara nya
sebagai berikut :
a. Penyakit jantung koroner
Penyakit ini sering di alami penderita hipertensi sebagai akibat terjadi nya pengapuran pada
dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan lubang pembuluh darah jantung menyebab
kan berkurang nya aliran darah pada beberapa bagian otot jantung. Hal ini menyebab kan
rasa nyeri di dada dan dapat berakibat gangguan pada otot jantung. Bahkan, dapat menyebab
kan timbul nya serangan jantung.
b. Gagal jantung
Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk memompa
darah. Kondisi itu berakibat otot jantung akan menebal dan merenggang sehingga daya
pompa otot menurun. Pada akhir nya dapat terjadi kegagalan kerja jantung secara umum.
Tanda-tanda ada nya komplikasi yaitu sesak napas, napas putus-putus (pendek), dan terjadi
pembengkakan pada tungkai bawah serta kaki.
c. Kerusakan pembuluh darah otak
Beberapa penelitian di luar negeri mengungkapkan bahwa hipertensi menjadi penyebab
utama pada kerusakan pembuluh darah otak. Ada dua jenis kerusakan yang di timbulkan
yaitu pecahnya pembuluh darah dan rusaknya dinding pembuluh darah. Dampak akhirnya,
seseorang bisa mengalami stroke dan kematian.
d. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan peristiwa di mana ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi, yaitu nefrosklerosis benigna dan
nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis benigna terjadi pada hipertensi yang berlangsung lama
sehingga terjadi pengendapan fraksi-fraksi plasma pada pembuluh darah akibat proses
menua. Hal itu akan menyebabkan daya permeabilitas dinding pembuluh darah berkurang.
Adapun nefrosklerosis maligna merupakan kelainan ginjal yang di tandai dengan naiknya
tekanan diastole di atas 130 mmHg yang di sebabkan terganggunya fungsi ginjal.

BAB III
LAPORAN PENDAHULUAN KASUS ASKEP HIPERTENSI
A. Asuhan Keperawatan Hipertensi Secara Teoritis
Menurut Wijayaningsih (2013, hal. 113) asuhan keperawatan pada klien Hipertensi
dilaksanakan melalui pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari :
1. Pengkajian Teori Pada Hipertensi
Pengkajian keperawatan pada klien hipertensi dalam Askep LP Hipertensi dilakukan dengan
cara berikut, dan mendapatkan data-data sebagai berikut :
a. Aktivitas atau Istirahat
kelemahan, letih, nafas pendek, frekuensi jantung tinggi, takipne, perubahan irama jantung,.
b. Sirkulasi.
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit serebrovaskular, kenaikan tekanan darah,
takikardia, distritmia, kulit pucat, cianosis, diaforesis.
c. Integritas ego
Perubahan kepribadian, ansietas, depresi, atau marak kronik, gelisah, tangisan yang meledak,
gerak tangan empati, otot muka tegang, pernafasan maligna, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau masa lalu seperti infeksi, obstruksi atau riwayat penyakit ginjal.
e. Makanan/cairan
Makanan yang disukai tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol, mual dan muntah,
perubahan berat badan obesitas, adanya edema.
f. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan keterjagaan, orientasi pola atau isi
bicara efek proses pikir, atau memori (ingatan), Respon motorik (penurunan kekuatan
genggaman tangan), perubahan retina optic.
g. Nyeri atau kenyamanan
Angina, nyeri hilang atau timbul pada tungkai klaudikasi, sakit kepala, nyeri abdomen
h. Pernapasan
Dispnea, takipnea, ortopnea, dispnea noctural paroksisimal, riwayat merokok batuk dengan
atau tanpa sputum, distress respirasi atau penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas
tambahan, sianosis.
i. Prioritas Keperawatan
1) Mempertahankan atau meningkatkan fungsi kardiovaskuler.
2) Mencegah komplikasi
3) Memberikan infomasi tentang proses proses atau prognosis dan program pengobatan.
4) Mendukung kontrol aktif pasien terhadap kondisi.
2. Diagnosa dan Intervensi keperawatan Pada Hipertensi
Diagnosa keperawatan yang timbul pada diagnosa keperawatan pasien dengan hipertensi
dalam LP Askep ini yang seharusnya di dapatkan menurut Wijayaningsih (2013.
Hal 113) yaitu :
a. Nyeri atau sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
c. Gangguan perubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
berlebihan kebutuhan metabolik.
d. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload
dan vasokontriksi.
3. Intervensi keperawatan Pada Kasus LP Askep Hipertensi
Intervensi Askep yang direncanaka pada pasien dengan hipertensi berdasarkan diagnosa
keperawatan menurut Wijayanigsih (2013. Hal 113) adalah sebagai berikut:
Diagnosa Perencanaan Rasional

Nyeri atau sakit kepala 1. Mempertahankan tirah baring 1. Meminimalkan


berhubungan dengan selama fase akut. stimulasi/meningkatkan
peningkatan tekanan relaksasi.
vascular serebral 2. Tindakan yang menurunkan
2. Berikan tindakan nonfarmakologi tekanan vaskuler serebral dan
untuk menghilangkan sakit kepala yang memperlambat.
(kompres dingin dan tehnik
relaksasi
3. Minimalkan aktivitas vasokontriksi
yang dapat meningkatkan sakit
3. Aktivitas yang meningkatkan
kepala (mengejan saat BAB, batuk
dan membungkuk). vasokontriksi menyebabkan
4. Kolaborasi dengan tim dokter sakit kepala.
pemberian analgesik.

4. Menurunkan atau mengontrol


nyeri dan menurunkan rangsang
sistem saraf simpatis.
Intoleransi aktivitas 1. kaji respon pasien terhadap 1. Menyebutkan parameter
berhubungan dengan aktivitas. membantu dalam mengkaji
kelemahan fisik respon fisiologi terhadap stress
aktivitas dan bila ada
merupakan indicator dari
kelebihan kerja yang berkaitan
2. Instruksikan pasien tentang tekhnik dengan tingkat aktivitas.
penghematan energi (duduk saat 2. Tehnik menghemat energy
gosok gigi, atau menyisir rambu) mengurangi penggunaan energy,
dan melakukan aktivitas dengan juga membatu keseimbangan
perlahan. antara suplai dan kebutuhan
3. Dorongan untuk melakukan oksigen.
aktivitas atau perawatan diri
3. Kemajuan aktivitas bertahap
bertahap, berikan bantuan sesuai
mencegah penningkatan kerja
kebutuhan.
jantung tiba-tiba. Memberikan
bantuan hanya kebutuhan akan
mendorong kemandirian dalam
melakukan aktivitas
Gangguanperubahan pola1. Kaji pemahaman pasien tentang 1. Kegemukan adalah resiko
nutrisi lebih dari hubungan antara hipertensi dan tambahan pada tekana darah
kebutuhan tubuh kegemukan. tinggikarena disproporsi antara
berhubungan dengan kapasitas aorta dan peningkatan
Diagnosa Perencanaan Rasional

masukan berlebihan 2. Bicarakan tentang pentingnya massa tubuh.


kebutuhan metabolik menurnkan masukan kalori dan 2. Kesalahan kebiasaan makan
batasi lemak, garam, gula sesuai menunjang terjadinya atero
indikasi. sklerosis dan kegemukan, yang
merupakan predisposisi untuk
3. Tetapkan keinginan pasien hipertensi dan komplikasinya.
menurunkan berat badan. 3. Motivasi untuk penurunan berat
badan adalah internal. Individu
harus berkeinginan untuk
menurunkan berat badan, bila
tidak maka program sama sekali
4. Kaji ulang masukan kalori harian tidak berhasil.
dan pilihan diet. 4. Mengidentifikasi kekuatan atau
kelemahan dalam program diit
terakhir, membantu menentukan
kebutuhan individu untuk
5. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai penyesuaian atau penyuluhan
indikasi. 5. Memberikan konseling dan
bantuan dnegan memenuhi
kebutuhan diet individual.

Risiko tinggi terhadap 1. Pantau tekanan darah untuk 1. Perbandingan dari tekanan
penurunan curah jantung evaluasi awal. memberikan gambaran yang
berhubungan dengan lebih lengkap tentang
peningkatan afterload keterlibatan/bidang masalah
dan vasokontriksi 2. Catat keberadaan, kualitas vascular.
denyutan sentral dan perifer. 2. Denyutan karotis, jugularis,
radialis dan femoralis mungkin
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi teramati/terpalpasi.
nafas. 3. S4 terdengar pada pasien
hipertensi berat krena ada
hipertropi atrium (penigkatan
volume atau tekanan atrium),
perkembangan S3 menunjukkan
hipertropi ventrikel atau
4. Berikan lingkungan tenang, kerusakan fungsi
nyaman, kurang aktivitas/keributan 4. Membantu untuk menurunkan
lingkungan. rangsang simpatis.
5. Berikan lingkungan yang tenang, 5. Membantu menurunkan
nyaman, kurangi aktivitas atau rangsang simpatis dan
keributan dan batasi jumlha meningkatkan relaksasi.
pengunjung dan lamanya tinggal.

4. Implementasi Pada klien dengan Hipertensi


Menurut Carpenito (2009, hal 57). komponen implementasi dalam proses keperawatan
mencakup penerapan keterampilan yang diperlukan untuk mengimplentasikan intervensi
keperawatan. Keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk implementasi biasanya
berfokus pada
a. Melakukan aktivitas untuk klien atau membantu klien.
b. Melakukan pengkajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau memantau
status masalah yang telah ada
c. Memberi pendidikan kesehatan untuk membantu klien mendapatkan pengetahuan yang baru
tentang kesehatannya atau penatalaksanaan gangguan.
d. Membantu klien membuat keputusan tentang layanan kesehatannya sendiri
e. Berkonsultasi dan membuat rujukan pada profesi kesehatan lainnya untuk mendapatkan
pengarahan yang tepat.
f. Memberi tindakan yang spesifik untuk menghilangkan, mengurangi, atau menyelesaikan
masalah kesehatan.
g. Membantu klien melakukan aktivitasnya sendiri
h. Membantu klien mengidentifikasi risiko atau masalah dan menggali pilihan yang tersedia.
5. Evaluasi Pada Pasien Dengan Hipertensi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam
melakukan evaluasi perawat harusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam
memahami respons terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan
kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan
keperawatan pada kriteria hasil (Hidayat, 2008. hal; 124).
A. Laporan (LP) Pengkajian Askep Pada Pasien Hipertensi
1. Biodata
Nama Ny. T, tempat tinggal Blang Gurah, umur 60 tahun, jenis kelamin perempuan,
pekerjaan petani, suku bangsa Aceh, bahasa utama bahasa Aceh, sumber data klien, jam
pencacatan 08.30 wib.
keluarga yang bertanggung jawab : Tn. D, hubungan dengan klien Anak kandung klien. umur
31 tahun, pekerjaan wiraswasta.
2. Data riwayat masuk
Keluhan masuk :
Tanggal masuk 29 April 2016 pada jam 15.30 Wib tiba di RS dibawa dengan mobil sewa,
BB: 57 kg, TB: 163 cm, tekanan darah 160/90mmHg, temp 370C, RR 18 kali permenit, pols
94 kali permenit.
Keluhan utama : kepalanya nyeri, jantungnya berdebar-debar.
Riwayat keluhan :
Data tanggal 30 April 2014: Klien mengatakan merasa kaku kuduk pada pagi dan malam hari
dan juga merasa sakit kepala dengan skala nyeri 6 (nyeri sedang), jantungnya terasa berdebar-
debar dan mudah lelah apabila beraktivitas, sehingga mengakibatkan klien merasa seperti
mau jatuh ketika klien berjalan tidak dengan dibantu oleh orang lain, nafsu makan klien
menurun setelah beberapa hari mengalami pusing-pusing dan kaku kuduk yang dialaminya.
3. Alergi dan reaksi
Klien mengatakan tidak ada alergi dengan makanan maupun obat-obatan yang pernah
diminum atau dimakan.
4. Obat/pengobatan
Sebelumnya klien sudah berobat di puskesmas namun tidak ada perubahan maka pada
tanggal 29 April 2014 klien dibawa ke Rumah Sakit Palang Merah Indonesia. Dan klien
mendapat obat dari puskesmas sebelum dibawa ke rumah sakit, nama obatnya : captrofil
dosis 2x1 (25 mg), antacid syrup dosis 3x1, vitamin B comp dosis 3x1 dan cara mendapat
obat tersebut melalui resep dokter di puskesmas.
5. Riwayat penyakit
Klien mengatakan bahwa mempunyai riwayat penyakit darah tinggi semenjak klien berusia
45 tahun.
Klien mengatakan sebelumnya pernah ada anggota keluarga yang yang mempunyai riwayat
hipertensi seperti klien yaitu ayah Ny. T, namun ayah klien sudah meninggal.
Genogram Keluarga Pasien Ny.T dengan Hipertensi menunjukkan Tidak Ada Anggota
keluarga yang pernah menderita masalah darah tinggi atau hipertensi :
6. Alat perlengkapan/bantuan yang digunakan special
Klien tidak menggunakan alat bantu seperti kursi roda, kaca mata, gigi palsu, lensa kontak,
atau alat bantu dengar dan lain-lain.
7. Riwayat psikososial
Sehubungan dengan penyakitnya klien tidak mengalami stress yang serius. Klien
menganggap ini sudah kehendak yang kuasa, mekanisme koping klien dengan selalu berdoa
agar cepat sembuh dan klien memiliki support system dari keluarga yang selalu menemui dan
menemani klien, mendukung dan memberi motivasi pada klien agar cepat sembuh klien tidak
merasa cemas, klien tidak merokok, mengkonsumsi alkohol dan NAPZA, karena klien
beragama islam dan itu merupakan pantangan dari agama.
8. Neurologis
Orientasi : selama dirawat di Rumah Sakit klien masih mengenal orang-orang di sekeliling
dan keluarganya maupun perawat, beserta orang yang datang mengunjunginya dan klien
mengetahui sedikit tentang dimana ia dirawat. Pergantian siang dan malam, klien kelihatan
sedikit tenang terhadap tindakan yang diberikan oleh perawat dan dokter. Kenyamanan: klien
mengatakan nyeri kepala dengan skala nyeri 6, ekspresi wajah merigis menahan rasa sakit
dan tampak sering memegang kepalanya Kesadaran : compos mentis (sadar), pupil : isokor,
ada reaksi (simetris kiri dengan kanan baik), kekuatan ekstremitas : sama. Bicara jelas (klien
bisa berkomunikasi dengan baik), sensori : kesemutan, persepsi : penglihatan jelas baik mata
kiri maupun mata kanan, pendengaran masih dapat mendengar dengan jelas baik telinga kiri
maupun telinga kanan.
9. Respirasi
Pola nafas : nafas datar dan tetap, dengan frekuensi pernafasan 18 kali permenit suara
pernafasan bersih, taktil fremitus normal, sekresi dan batuk tidak ada.
10. Kardiovaskuler
Klien mengatakan jantungnya berdebar-debar, kadang kadang merasa sedikit nyeri pada dada
sebelah kiri, tekanan darah : 160/90 mmHg, Pols : Apical Rate 94x/menit, regular (teratur)
dengan nadi radial tangan kiri 94x/menit, pada palpasi didapatkan adanya oedema pada
perifer (jari tangan) dan perfusi kulit tampak kering.
11. Gastrointestinal
Mukosa mulut : kering, suara usus : normal (5x/menit), kemampuan menelan baik (nomal)
BAB satu kali sehari dengan karakter lunak, BAB terakhir 30 April 2014 jam 07.00 Wib dan
tidak ditemukan adanya konstipasi.
12. Genitourinarius
Kebiasaan BAK biasanya 4 kali sehari dengan warna kuning keruh dan selama dirawat di
rumah sakit kebiasaan BAK tidak berubah.
13. Self Care
Selama klien dirawat di rumah sakit/selama sakit tidak semua kebutuhan klien dibantu, hanya
berjalan, eliminasi dan mandi saja yang dibantu oleh keluarga dan perawat, selebihnya klien
dapat melakukan sendiri seperti makan dan minum.
14. Nutrisi
Penampilan secara umum klien kurus, nafsu makan selama sakit jadi menurun, porsi yang
disediakan hanya 1/3 bagian dihabiskan sehingga dalam 6 bulan terakhir klien mengalami
penurunan berat badan kurang lebih 3 kg (60 kg menjadi 57 kg). Adapun diit yang diberikan
selama klien dirawat dirumah sakit yaitu diit MB (rendah garam) dengan pola makan 3 kali
perhari dan klien mampu makan sendiri.
15. Pengkajian kulit
Tampilan secara umum warna kulit tampak pucat, dengan kelemababan kering, temperature
hangat (370C) dan tekstur kulit tampak kasar.
Pengkajian bahaya tekanan resiko dekubitus
Status mental : sadar/siaga (1), Continence (BAB/miksi) kotrol sepenuhnya (1), Mobilitas :
sedikit terbatas (2), Activitas : dapat berjalan dengan bantuan orang lain (2), Nutrisi : kurang
(3), Total score : 9 (Sembilan), Penjelasan potensial tidak akan terjadi dekubitus.
16. Muskulo Skeletal
ROM ekstremitas normal (kiri dan kanan), adanya kelemahan, tidak ada pembengkakan pada
sendi dan skala kekuatan 4.

17. Pendidikan/Rencana Pulang


Klien mengatakan ia sakit karena darah tinggi. Klien dan keluarga mengatakan butuh
informasi tentang pengobatan dan cara perawatan saat dirumah. Anggota keluarga yang
disukai klien untuk merawatnya adalah anak laki-lakinya. Klien berharap secepatnya sembuh
dan bisa segera pulang. Klien mengatakan sepertinya memerlukan bantuan setelah pulang
kerumah nantinya. Klien memiliki anggota keluarga yang cakap/mampu dan bersedia
membantu klien setelah pulang yaitu anak laki-laki klien.
Catatan Cerita (Narative Notes)
Data Subjektif
Klien mengatakan nyeri kepala dan kaku kuduk, jantung terasa berdebar-debar, kadang-
kadang nyeri akut pada dada sebelah kiri, terasa lemah, tidak nafsu makan, pusing, kalau
berjalan terasa mau jatuh.
Data Objektif
Keadaan umum klien lemah, skala nyeri kepala 6 (sedang), kaku kuduk, wajah tampak
meringis, penampilan kurus, klien gelisah dengan keluhan rasa sakit, klien bedrest di tempat
tidur, sebagian aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat. Berat badan saat ini 57 kg dan
Tinggi Badan 163 cm, vital sign: tekanan darah 160/90 mmHg, pols 94x/menit, respirasi rate
18x/menit, temperatur 370C dan porsi makan yang disediakan 1/3 bagian dihabiskan.

Pengkajian/Pemeriksaan Diagnosti Khusus.


Data Laboratorium Klien Hipertensi
Pemeriksaan Hemoglobin : 13,5 dl (Normal : 12-16 g/dl), Eritrosit : 4,2 (Normal : 3,9-
4,6x103/µi), Leukosit : 5,3 (normal : 4,5 -11x103/ µi), fungsi ginjal, Ureum : 33,2 (Normal :
10-50 mg/dl), serum kreatinin : 1,10 (normal : 0,6-0,9 mg/dl), asam urat : 4,8 (normal : 2,4 -
5,7 mg/dl), LED : 65 (Normal Pr : 0-20), Hematokrit 39,3 (normal 150-450), MCV : 95,4
(normal 81-99), MCH : 32,8 (normal : 27-31), MCHC : 37,7 (normal 33-37).
Pola Kebiasaan Hidup dan Gaya Hidup
Pola makan/Minum : klien makan normal 3x/hari, tapi diitnya tidak dihabiskan. Pola isturahat
: selama sakit klien beristirahat total. Pola aktivitas : selama sakit klien dibantu oleh keluarga
dan perawat.
Penatalaksanaan Medis/Terapi
IVFD. Ringer Laktat 20 tetes/menit, obat injeksi : Ranitidin 2 ml /8 jam, metoclophamine 2
ml /8jam. Obat oral : Tilidon 10 mg/8 Jam, Vitamin B. Complek tablet dengan dosis 3 kali
sehari, antacid syrup dengan dosis 5 ml/8 jam, captropil tablet 25 mg/8 jam.
B. Laporan Diagnosa keperawatan Hipertensi
1. Analisa Data Hipertensi
a. Data Subjektif : klien mengeluh nyeri kepala dan kaku kuduk, juga merasa pusing. Data
Objektif : skala nyeri kepala dan nyeri kuduk 6, klien tampak memegang kepala dan
kuduknya, wajah tampak meringis menahan nyeri, vital sign TD : 160/90 mmHg, Pols :
94x/menit, RR : 18x/menit, temperature 370C.Masalah : Nyeri akut/sakit kepala. Penyebab
: Peningkatan tekanan vaskuler serebral.
b. Data Subjektif : Klien mengatakan jantung berdebar-debar, pusing-pusing, dan sedikit nyeri
pada dada sebelah kiri. Data Objektif : TD : 160/90 mmHg, Pols : 84x/menit, RR :
18x/menit, temperature 370C, kulit tampak pucat, klien tampak gelisah. Masalah : Penurunan
curah jantung. Penyebab : Peningkatan tekanan darah.

c. Data Subjektif : klien mengatakan tidak nafsu makan. Data Objektif :penampilan kurus,
porsi makan yang di berikan 1/3 bagian dihabiskan, berat badan 57 kg, tinggi badan 163
cm. Masalah : Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh. Penyebab : Anoreksia.
d. Data subjektif : klien mengatakan lemah kalau berjalan terasa mau jatuh dan pusing kepala.
Data objektif : klien bedrest di tempat tidur, sebagian besar aktifitas dibantu oleh keluarga
dan perawat, keadaan umum klien lemah, ketergantungan 4, TD : 160/90 mmHg, Pols :
84x/menit, RR : 18x/menit, temperature 370C. Masalah : Intoleransi
aktivitas. Penyebab: kelelahan umum.

2. Prioritas Diagnosa Keperawatan Pada Hipertensi


a. Nyeri akut, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
b. Penurunan curah jantung berhubungan peningkatan tekanan darah.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan umum.
C. Rencana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi
1. Nyeri akut, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Ditandai dengan skala nyeri 6, klien tampak meringis dan pucat, TTV : TD : 160/90 mmHg,
Pols : 84x/menit, RR : 18x/menit, Temp. 370C. tujuan : Nyeri yang dirasakan klien
berkurang. Kriteria Hasil : Ekspresi wajah klien tenang.
Intervensi : Pertahankan tirah baring selama fase akut. Rasional : meminimalkan
stimulasi/meningkatkan relaksasi. Intervensi : Alihkan perhatian klien pada hal-hal yang
menyenangkan dengan cara mengajak bercerita. Rasional : dengan bercerita dapat
mengurangi rasa nyeri klien. Intervensi : lokasi nyeri, lamanya nyeri. Rasional : dengan
mengenali lokasi nyeri, lamanya nyeri sedini mungkin akan dapat memudahkan dalam
memberikan tindakan. Intervensi : Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
analgesic sesuai kebutuhan pasien. Rasional :menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan
rangsang system saraf sipatis. Intervensi : Anjurkan anggota keluarga untuk melakukan pijat
punggung. Rasional :menimbulkan rasa nyaman pada klien.
2. Penurunan curah jantung berhubungan Peningkatan tekanan darah, nyeri akut dada kiri
dengan skala 4. Ditandai dengan klien tampak pucat, TTV : TD 160/90 mmHg, Pols :
84x/menit, temp 370C. tujuan : Beban kerja jantung klien kembali normal.Krteria Hasil
: Pnatau tekanan darah dan ukur pada kedua tangan. Intervensi :perbandingan dan tekanan
memberikan gambaran yang lebih lengkap kelembaban suhu. Rasional : adanya pucat,
dingin, kulit lembab mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan penurunan
curah jantung. Intervensi : ciptakan lingkungan yang tenang, nyaman. Rasional : membantu
untuk menurunkan rangsang simpatis, meningkatkan simpatis, meningkatkan
relaksasi. Intervensi : pembatasan aktivitas seperti istirahat di tempat tidur/kursi. Rasional
: menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan
penyakit hipertensi.Intervensi : berikan obat minum Captropil sesuai kebutuhan
klien. Rasional : dapat menstabilkan tekanan darah. Intervensi : Lakukan kompres hangat
pada jaringan yang ada oedema. Rasional : dapat merangsang sirkulasi darah.
3. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. Ditandai
dengan : Klien tampak kurus, nafsu makan kurang, diet yang disediakan hnaya 1/3 bagian
dihabsikan. Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan, porsi makanan yang disediakan
dapat dihabiskan. Intervensi : Berikan diit MB (makanan biasa) rendah garam. Rasional
: kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intravaskuler dan dapat merusak
ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.Intervensi : anjurkan perawatan oral sebelum
makan. Intervensi : Timbang berat badan setiap hari. Rasional : agar setiap porsi
dihabiskan. Intervensi : Temani klien tetap makan. Rasional : klien dapat termotivasi untuk
menghabiskan porsi makanan yang disajikan.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai kebutuhan


oksigen dan kelelahan umum. Ditandai dengan : keadaan umum lemah, aktivitas dibantu,
skala otot 4. Tujuan : klien mampu melakukan aktivitas kembali.Kriteria Hasil : keadaan
umum klien membaik, skala otot 5, klien mampu melakukan aktivitas sendiri tanpa dibantu
oleh keluarga/perawat. Intervensi : bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Rasional : agar kebutuhan klien dapat terpenuhi. Intervensi : berkan dorongan untuk
melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat di toleransi. Rasional : kemajuan
aktivitas bertahap dapat mencegah peningkatan kerja tiba-tiba. Intervensi : instruksikan
pasien tentang tehnik penghematan energy. Rasional : tehnik menghemat energy mengurangi
penggunaan energy, juga membentu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
D. Pelaksanaan dan Evaluasi Pada Klien Hipertensi
1. Implementasi Laporan
a. Nyeri, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Implementasi 09.00 Wib mempertahankan tirah baring ditempat tidur, mengalihkan klien
pada hal-hal yang menyenangkan dengan cara mengajak bercerita untuk meminimalkan
nyeri, menkaji skala nyeri, membantu memberi obat, menganjurkan pada keluarga melakukan
pijat pada pasien.
Evaluasi
Subjektif: Klien mengatakan kepalanya masih nyeri dan kaku kuduk. Objektif : Wajah klien
tampak mengkerut, klien memegang kepala dan kuduk, skala nyeri 6, tanda-tanda vital TD :
160/90 mmHg, pols : 84 x/menit, RR : 18 x/menit, Temp : 370C. Analisa : masalah belum
teratasi. Planning : intervensi dilanjutkan.
b. Penurunan curah jantung berhubungan Peningkatan tekanan darah, nyeri akut dada kiri
dengan skala 4.
Implementasi 10.00 Wib memantau dan memeriksa tanda-tanda vital, mengamati warna
kulit, kelembaban kulit, menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman, mempertahankan
pembatasan aktivitas yang tenang dan nyaman, membantu memberikan obat minum sesuai
kebutuha klien, lakukan kompres hangat pada jaringan yang oedema.
Evaluasi
Subjektif : Klien mengatakan jantungnya masih berdebar-debar dan pusing-pusing, kadang
kadang nyeri pada dada sebelah kiri Objektif : Tanda-tanda vital TD 160/90 mmHg, pols :
84x/menit, temp. 370C, klien tampak pucat, skala nyeri dada 4. Analisa : Masalah belum
teratasi. Planning: tindakan dilanjutkan.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan mual.
Implementasi 11.00 Wib memberikan diit MB (rendah garam), menimbang berat badan,
menganjurkan perawatan oral sebelum makan, menganjurkan agar klien sering makan walau
dalam porsi kecil.
Evaluasi
Subjektif : Klien mengatakan sudah ada nafsu makan. Objektif : Penampilan umum klien
tampak sedang, porsi makanan yang disediakan dihabiskan, BB : 58 kg TB: 163 cm. Analisa
: masalah teratasi sebagian. Planning: intervensi dipertahankan.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai kebutuhan
oksigen dan kelemahan umum.
Implementasi 12.00 Wib membantu klien memenuhi kebutuhan sehari-hari, memberikan
dorongan untuk melakukan aktivitas perawatan diri bertahap, menginstruksikan kepada
pasien tentang tehnik penghematan energy, misal duduk saat menyisir rambut.
Evaluasi
Subjektif : Klien mengatakan masih lemah dan terasa jatuh kalau berjalan. Objektif : Klien
tampak lemah, skala kekeuatan otot 4, klien tampak di tempat tidur, sebagian aktivitas klien
dibantu keluarga dan perawat, Tanda-tanda vital TD 160/90 mmHg, pols : 84x/menit, temp.
370C. Analisa : masalah belum teratasi.Planning: Tindakan dilanjutkan.
2. Implementasi Laporan Hari Kedua
a. Nyeri, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Implementasi 08.00 wib mempertahankan tirah baring, menkaji skala nyeri lokasi nyeri dan
intensitas nyeri, memberi obat sesuai dengan indikasi, menganjurkan pada keluarga
melakukan pijat punggung pada klien sesuai dengan kenyaman klien.
Evaluasi
Subjektif : klien mengatakan nyeri kepelanya dan kaku kuduknya sudah agak berkurang.
Objektif : wajah klien tampak mengkerut, klien masih memegang kepala dan kuduk, skala
nyeri 4, tanda-tnada vital TD : 140/90 mmHg, pols : 84 x/menit, RR : 18x/menit, temperatur :
370C. Analisa : masalah sebagian teratasi.Planning: tindakan dilanjutkan.
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan tekanan darah.
Implementasi 09.00 wib memantau dan memeriksa tanda-tanda vital, mengamati warna
kulit, kelembaban kulit, menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman, mempertahankan
pembatasan aktivitas yang tenang dan nyaman, membantu memberikan obat minum sesuai
kebutuha klien, lakukan kompres hangat pada jaringan yang oedema.
Evaluasi
Subjektif : klien mengatakan jantungnya sudah berkurang berdebar-debar dan pusingnya juga
sudah berkurang. Objektif : tanda-tanda vital 140/90 mmHg, pols : 84 x/menit, RR :
18x/menit, temp : 370C, klien tampak segar, skala nyeri 3 (nyeri ringan) Analisa : masalah
sebagin teratasi. Planning: intervensi dilanjutkan.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
Implementasi 10.00 wib membantu klien memenuhi kebutuhan sehari-hari, memberikan
dorongan untuk melakukan aktivitas perawatan diri bertahap, menginstruksikan kepada
pasien tentang tehnik penghematan energy, misal duduk saat menyisir rambut.
Evaluasi
Subjektif : Klien mengatakan sudah agak kuat tapi masih belum sanggp berjalan. Objektif :
Klien tampak agak kuat, klien tampak bedrest di tempat tidur namun dapat bangun jika
dimintakan untuk bangun, tanda-tanda vital 140/90 mmHg, pols : 84 x/menit, RR :
18x/menit, temperatur : 370C, aktivitas klien tampak tidak sepenuhnya lagi dibantu keluarga
dan perawat. Analisa : Masalah sebagian teratasi. Planning: intervensi dilanjutkan.
3. Implementasi Laporan Hari Ketiga
a. Nyeri, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Implementasi 08.00 wib Menkaji skala nyeri lokasi nyeri dan intensitas nyeri, memberikan
analgesik sesuai dengan indikasi, menganjurkan pada keluarga melakukan pijat punggung
pada klien sesuai dengan kenyaman klien.
Evaluasi
Subjektif : klien mengatakan nyeri kepalanya dan kaku kuduknya sudah agak berkurang.
Objektif : wajah klien masih tampak mengkerut ketika diajak berbicara, klien masih
memegang kepala dan kuduk, skala nyeri 2, tanda-tnada vital TD : 140/90 mmHg, pols : 80
x/menit, RR : 18x/menit, temperatur : 370C.Analisa : masalah sebagian
teratasi. Planning: tindakan dilanjutkan.
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan peningkatan tekanan darah
Implementasi 09.00 wib memantau dan memeriksa tanda-tanda vital, mengamati warna
kulit, kelembaban kulit, menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman, mempertahankan
pembatasan aktivitas yang tenang dan nyaman, membantu memberikan obat minum sesuai
kebutuha klien, lakukan kompres hangat pada jaringan yang oedema.
Evaluasi
Subjektif : klien mengatakan jantungnya sudah berkurang berdeba-debar dan pusingnya juga
sudah berkurang. Objektif : tanda-tanda vital 130/90 mmHg, pols : 80 x/menit, RR :
18x/menit, temperatur : 370C, klien tampak segar, Analisa :masalah
teratasi. Planning: intervensi hentikan.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
Implementasi 10.00 wib membantu klien memenuhi kebutuhan sehari-hari, memberikan
dorongan untuk melakukan aktivitas perawatan diri bertahap, menginstruksikan kepada
pasien tentang tehnik penghematan energy, misal duduk saat menyisir rambut.
Evaluasi
Subjektif : Klien mengatakan sudah agak kuat dan sanggup berjalan untuk sekitar lingkungan
klien. Objektif : Klien tampak agak kuat, klien tampak sering bangun dari tempat tidur,
aktivitas klien tampak tidak sepenuhnya lagi dibantu keluarga dan perawat. Analisa
: Masalah teratasi. Planning: intervensi dihentikan.

DAFTAR PUSTAKA

Aisah (2012). Konsep Sehat Sakit. diakses tanggal 25 Juni 2016

Barbadero, (2008). Klien gangguan kardiovskuler: seri asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.

Brasher. V,L (2007). Aplikasi klinis patofisiologi : pemeriksaan dan manajemen. Editor edisi bahasa Indonesia: Devi. Y. Edisi ke
dua. Jakarta : EGC

Brooker, C. (2009). Ensiklopedia Keperawatan. Editor edisi bahasa Indonesia Estu Tiar. Jakarta : EGC.
Candra, A. (2013). Penderita Hipertensi Terus Meningkat. Penderita.Hipertensi.Terus.Meningkat. diakses tanggal 28 Juli 2016

Carpenito, L.J. (2009). Diagnosis Keperawatan: aplikasi pada praktik klinis. Edisi ke Sembilan. Jakarta : EGC.

Dalimartha,S., Basuki T, Sutarina, N,. & Mahendra. (2008) Care your self, hipertensi. Jakarta : penebar plus

Davey, P (2005). At A Glance Medicine. Editor: Amelia Safitri. Jakarta : Erlangga

Farah, V.B.,(2013). WHO: 1 dari 3 Orang Dewasa Terkena Tekanan Darah Tinggi. http://health.detik.com. diakses tanggal 25 Juni
2016

Graber, M.A. (2006). Buku Saku Dokter Keluarga. University of IOWA. Edisi Ketiga. Jakarta: EGC.
Hasyim. (2015). Hipertensi Mulai Serang Usia Muda. diakses tanggal 28 Juli 2016

Hidayat, A.A,. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, edisi kedua. Jakarta : salemba medika.
Kartika. (2014). Hipertensi Bukan Sekadar Tekanan Darah Tinggi. Hipertensi.Bukan.Sekadar.Tekanan.Darah.Tinggi. diakses
tanggal 25 Juni 2016

Marrelli. (2008). Buku saku Dokumentasi keperawatan. Jakarta: EGC

Muttaqin & arif (2009). Pengantar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalim, M. (2015). Mengapa Kesehatan Sangat Penting Bagi Manusia. Diakses tanggal 03 Agustus 2016.

Purwandhono, (2013). Hipertensi. http://umc.unej.ac.id/index.php/78-berita/96-hipertensi. diakses tanggal 25 Juni 2016

Sativa. (2013). Dampak dan Bahaya dari Penyakit Hipertensi. diakses pada tanggal 5 Juli 2016.

Tarwoto et al. (2009). Anatomi dan fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Cetakan pertama. Trans Info Media : Jakarta
Wijayaningsih, K, S.(2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : CV. Trans Info Media
Postingan terkait:
 ASKEP LUKA BAKAR
 LAPORAN PENDAHULUAN (LP) VERTIGO TERBARU DAN LENGKAP
 LP TB PARU LENGKAP
 Asuhan Keperawatan
 LP HIPERTENSI TERBARU
— 1 Comment — Asuhan Keperawatan
1 Tanggapan untuk "LP HIPERTENSI TERBARU"

1.
Dek WidhiJune 19, 2017 at 3:58 PM
Dapus kaga ada.
Reply

← Newer PostOlder Post →Home

CARI DISINI
Search

POPULAR POST
 LP GASTRITIS LENGKAP
 LP HIPERTENSI TERBARU
 LP TB PARU LENGKAP
 LP GEA (GASTROENTERITIS AKUT)
 ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA IBU. S TERUTAMA PADA IBU. S DENGAN
MASALAH KESEHATAN HIPERTENSI
 ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA Bpk. B TERUTAMA Ibu. R DENGAN MASALAH
KESEHATAN GASTRITIS
 LP ASKEP CKD TERLENGKAP
 Askep Anemia Lengkap
 Contoh KTI Asuhan Keperawatan Pada Ny. W dengan Asma Bronkhial
 LP ASKEP ANEMIA dengan referensi terbaru

BLOG ARCHIVE

Copyright © 2015 TheFikkar


Design by TheFikkar - Powered by Blogger

Vous aimerez peut-être aussi