Vous êtes sur la page 1sur 3

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah Keperawatan

1. Data Subyektif :  Penyakit (Acute Hipertermia


Anak mengatakan Lymphoblastic
“badan terasa panas”. Leukemia/ALL)
 Zat pirogen
Data Obyektif :
- Keadaan umum
tampak lemah
- TTV
Temp = 38,7oC
Pulse = 90x/menit
Resp = 27x/menit,
Blood Pressure =
110/70 mmHg
- Leukopenia (1,4
ribu/ul)

2. Data Subyektif :  Depresi sum-sum tulang Mual


Anak mengatakan
“terasa mual dan mau
muntah”.
Keluarga (Ibu)
mengatakan “biasanya
anak merasakan mual-
mual setelah
kemoterapi”.

Data Obyektif :
- Keadaan umum
tampak lemah
- Pasien tampak
mual-mual dan mau
muntah (+)
- ± 4 jam setelah anak
menjalani
kemoterapi (post
kemoterapi)
3. Data Subyektif : Ketidakmampuan Ketidakefektifan
Anak mengatakan menghadapi stressor saat koping individu
“sekarang tidak ada hospitalisasi
teman bermain seperti
saat di sekolah, di sini
(RS) tidak mau lagi di
suntik (pemasangan
infus), sakit rasanya”.

Data Obyektif :
- Keadaan umum
tampak lemah
- Anak tampak
cemberut saat ada
perawat yang datang
ke ruangan tempat
perawatannya
- Anak hanya
berbaring atau
kadang duduk
sambil menonton
video kartun di HP
tanpa ada teman
bermain karena
anak-anak yang lain
juga menderita
penyakit
- Saat anak berada
dikamar tindakan,
anak langsung
menangis karena
takut dilakukan
pemasangan infus
I. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan penyakit (Acute Lymphoblastic Leukemia/ALL dan
zat pirogen ditandai dengan Anak mengatakan “badan terasa panas”. Keadaan umum
tampak lemah, TTV (Temp = 38,7oC, Pulse = 90x/menit, Resp = 27x/menit, Blood
Pressure = 110/70 mmHg, dan Leukopenia (1,4 ribu/ul).
2. Mual berhubungan dengan depresi sum-sum tulang dan program pengobatan
(tindakan kemoterapi) ditandai dengan Anak mengatakan “terasa mual dan mau
muntah”. Keluarga (Ibu) mengatakan “biasanya anak merasakan mual-mual setelah
kemoterapi”. Keadaan umum tampak lemah, pasien tampak mual-mual dan mau
muntah (+), dan ± 4 jam setelah anak menjalani kemoterapi (post kemoterapi).
3. Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasif (pemasangan IV Cateter/
pemasangan infus), imunosupresi, leukopenia (1,4 ribu/ul), penurunan Hb (11,5 g/dl),
dan supresi respons inflamasi (CRP meningkat = 48 mg/l).
4. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan ketidakmampuan menghadapi
stressor saat hospitalisasi ditandai dengan Anak mengatakan “sekarang tidak ada
teman bermain seperti saat di sekolah, di sini (RS) tidak mau lagi di suntik
(pemasangan infus), sakit rasanya”. Keadaan umum tampak lemah, Anak tampak
cemberut saat ada perawat yang datang ke ruangan tempat perawatannya, Anak
hanya berbaring atau kadang duduk sambil menonton video kartun di HP tanpa ada
teman bermain karena anak-anak yang lain juga menderita penyakit, dan saat anak
berada dikamar tindakan, anak langsung menangis karena takut dilakukan
pemasangan infus.

Vous aimerez peut-être aussi