Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
2.1 Tujuan
Untuk mengetahui adanya peradangan atau kerusakan dan infeksi
Streptococcus atau sel lain yang ada dalam tubuh dengan tes ASTO
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Patogenesis
Suatu infeksi oleh β-hemolitik Streptococcus grup A akan
merangsang sel-sel imunokompeten untuk memproduksi antobodi-
antibodi baik terhadap produk-produk ekstraseluler dan kuman
(streptolisin, hialuronidase, streptokinase, DNAse) maupun terhadap
komponen permukaan dari dinding sel kuman (CSMA). Antobodi terhadap
CSMA inilah yang diduga menyebabkan terjadinya kelainan pada jantung
dari penderita dengan glomerulonefritis. (Handojo, 1982)
Reaksi autoimun terhadap Streptococcus, secara teori akan
mengakibatkan kerusakan jaringan atau manifestasi demam reumatik
dengan cara : (Prince,1995)
a. Streptococcus grup A akan menyebabkan infeksi faring.
b. Antigen Streptococcus akan menyebabkan pembentukan antobodi
pada penjamu yang hiperimun.
c. Antibodi bereaksi dengan antigen Streptococcus dan dengan jaringan
penjamu yang secara antigenic sama seperti atreptococcus.
d. Autoantobodi tersebut bereaksi dengan jaringan penjamu sehingga
menyebabkan kerusakan jaringan.
Streptolisin O
Streptolisin S
2.4 Gejala
Gejala demam reumatik akut terjadi secara mendadak dan secepat
kilat, dengan demam, takikardi, dan rasa sakit pada sendi yang
membengkak atau dapat tersamar dan tidak nyata, hanya bergejala
malaise dan dengan ringan. Bila didahului oleh infeksi Streptococcus
tersamar secara klinik, biasanya akan mereda sebelum mulai gejala
demam rheumatic. Tidak ada gambaran klinik atau laboratorium demam
rheumatic yang khas untuk penyakit ini. (Kumar,1995)
BAB III
METODE KERJA
3.1 Hari/Tanggal
Praktikum pemeriksaan Anti Streptolisin-O (ASTO) dilaksanakan pada
hari Sabtu, 22 Oktober 2016.
3.2 Tempat
Praktikum pemeriksaan Anti Streptolisin-O (ASTO) dilaksanakan di
Laboratorium Analis Kesehatan Gedung A STIKes Wiyata Husada
Samarinda.
3.3 Prinsip
Lateks piliesteren yang diliputi oleh streptolisin-O bila direaksikan dengan
serum yang mengandung Anti Streptolisin-O maka akan terbentuk aglutinasi.
3.4 Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah aglutinasi pasif
menggunakan lateks (slide).
b) Semi Kuantitatif
- Hasil pemeriksaan sampel positif dilanjutkan dengan pengenceran
berseri
- Diambil NaCl 0,85 % 50 µl pada 6 tanda lingkaran slide
- Pada lingkaran pertama ditambah 50 µl serum, dicampur (2x)
- Lalu diambil 50 µl, ditambahkan pada lingkaran kedua, dicampur (4x)
- Lalu diambil 50 µl, ditambahkan pada lingkaran ketiga, dicampur (8x)
- Lalu diambil 50 µl, ditambahkan pada lingkaran keempat, dicampur
(16x)
- Lalu diambil 50 µl, ditambahkan pada lingkaran kelima, dicampur
(32x) dan seterusnya
- Ditambah masing-masing 1 tetes reagen lateks, lalu dirotator pada
kecepatan 100 rpm selama 2 menit
- Hasil positif terakhir dikalikan 200 IU/ml adalah dilaporkan sebagai
titer ASTO.
Control Positif ASTO berisi >200 IU/ml
Control negatif ASTO berisi <200 IU/ml
3.7 Interpretasi Hasil
Anti Streptolisin-O (ASTO) : 200 IU/ml
BAB IV
4.1 Hasil
4.1.1 Pemeriksaan ASTO 1
Hasil pemeriksaan ASTO 1, menggunakan metode slide pada serum
darah dari pasien :
Nama : Nurul Trisnawati
Umur : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
4.2 Pembahasan
Anti Streptolisin-O adalah toksin yang merupakan dasar sifat beta
hemolisis organism ini. Streptolisin O adalah racun sel yang berpotensi
mempengaruhi banyak tipe sel termasuk neutrofil, platelet dan organelle
subsel. Menyebabkan respon imun dan penemuan antibodinya bisa
digunakan secara klinis untuk menegaskan infeksi yang baru saja.
Streptolisin-O bersifat meracuni jantung (kardiotoksik). (Brooks,1996)
ASTO merupakan antibody yang paling dikenal dan paling sering
digunakan untuk indicator terdapatnya infeksi Streptococcus. Lebih kurang
80% penderita demam rheumatic/penyakit jantung reumatik didapatkan
peninggian atau lebih antibody terhadap Streptococcus. (Handojo, 1982)
Streptococcus merupakan batang gram positif yang berbentuk bulat yang
secara khas membentuk pasangan atau rantai selama masa
pertumbuhannya. Beberapa diantaranya merupakan flora normal pada
manusia, yang lain dihubungkan dengan penyakit-penyakit penting pada
manusia yang disebabkan oleh infeksi Streptococcus dan sebagian lagi oleh
sensitasi terhadap bakteri ini. (Brooks,1996)
Pembacaan hasil pada tes aglutinasi lebih dari 5 menit menggunakan
serum yang lipemik, serta penyimpanan reagensia lateks yang salah, dapat
menjadi faktor kesalahan dalam pemeriksaan. Paparan Streptococcus
hamper terjadi pada setiap orang, kemungkinan seseorang mempunyai
antibody Streptolisin O dalam serumnya sangat besar.
Karena itu, 200 IU/ml merupakan batas dari normal. Harga normal dari
ASTO juga di pengaruhi oleh usia penderita :
1. Pada bayi yang baru lahir, titer ASTO dalam darahnya umumnya
lebih tinggi dari ibunya, tetapi dalam waktu beberapa minggu saja,
titer itu menurun dengan tajam.
2. Pada usia sekolah, titer ASTO mulai naik lagi sampai mencapai
titer usia dewasa.
3. Pada usia lanjut, titer ASTO menurun lagi.
Faktor geografis atau iklim juga mempengaruhi harga normal dari ASTO,
yaitu titer normal tersebut menurun makin dekat ke garis khatulistiwa.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil pemeriksaan ASTO yang telah dilakukan
menggunakan reagen lateks poliestern dengan slide berlatar belakang hitam
pada serum darah 11 orang didapatkan hasil pada pemeriksaan sampel
pertama didapatkan hasil positif dengan titer 800 IU/ml, sampel ke-2
didapatkan hasil positif dengan titer 6400 IU/ml, pada sampel ke-3 dan 4
didapatkan hasil positif dengan titer 400 IU/ml, pada sampel ke-5 didapatkan
hasil positif dengan titer 200 IU/ml sedangkan pada pemeriksaan sampel ke-
6 sampai 11 didapatkan hasil negatif.
5.2 Saran
1. Sebaiknya serum yang digunakan untuk pemeriksaan jika baru di
keluarkan dari freezer harus di diamkan dulu selama 10-30 menit dalam
suhu kamar, karena serum yang masih dingin jika di reaksikan dengan
reagen akan memberikan hasil negatif palsu.
2. Sebaiknya hindari serum yang lipemik karena dapat memberikan hasil
positif palsu.
3. Sebaiknya di lakukan pemeriksaan ulang ASTO (sekali atau dua kali
seminggu) untuk menetukan kadar tinggi dari peningkatan titer antibodi
serum.
4. Sebaiknya untuk praktikan dalam melakukan pemeriksaan ASTO
haruslah lebih teliti dan berhati-hati agar tidak terjadi kecelakaan kerja
5. Menggunakan APD lengkap
DAFTAR PUSTAKA