Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pelayanan kedokteran keluarga berperan memberikan pelayanan
kesehatan holistik yang meliputi usaha promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif dengan pendekatan keluarga. Untuk dapat melaksanakan
pelayanan kedokteran keluarga dengan baik, kunjungan rumah ( home
visit ) serta perawatan pasien di rumah (home care) merupakan aspek yang
mempunyai peranan penting (Suriyasa et al., 2010).
2. Tujuan
Umum
Mengetahui gejala, Penanganan, dan Pencegahan penyakit
Tuberkulosis Paru (TB Paru).
Khusus
Mengidentifikasi permasalahan kesehatan keluarga berdasarkan fungsi
keluarga dan menyusun usulan penatalaksaannya secara holistik dan
komprehensif.
3. Manfaat
a. Pasien dan keluarga dapat mengetahui gejala dan pentingnya
pengobatan penyakit Tuberkulosis Paru secara teratur, serta dapat
mencegah penularan dan terjadinya TB Paru.
b. Penulis dapat mengetahui pentingnya menjadi dokter keluarga, dan
kendala apa saja yang dialami untuk menjadi dokter keluarga.
1
2
BAB II
STATUS PENDERITA
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. D
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : Panjunan kepuh 2/15
waru Sidoarjo
Suku : Jawa
Tanggal periksa pertama ke puskesmas : 10 Januari 2016
Tanggal Home Visit e : 1. 24 Februari 2016
2. 14 Maret 2016
3. 18 Maret 2016
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Batuk
berkeringat malam hari tidak seperti biasanya. Nafsu makan menurun dan
pasien semakin kurus. Muntah (-), mual (-), BAB dan BAK masih normal.
5. Riwayat Kebiasaan
- Riwayat merokok : (-)
- Riwayat olahraga : jarang sekali
- Riwayat sering mengisi waktu luang dengan berbincang dengan keluarga,
berekreasi jarang
7. Riwayat Gizi
Penderita makan sehari-harinya biasanya antara 2-3 kali dengan
nasi sepiring, sayur, dan lauk pauk seperti telur, tahu-tempe kerupuk, dan
daging. Penderita termasuk tidak sulit untuk makan, tapi akhir – akhir ini
nafsu makannya kurang sehingga kesan status gizi kurang.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan,
7. Abdomen
I : tidak tampak distensi, tidak tampak vena collateral
P : tidak ada nyeri tekan, turgor kulit baik, hepar dan lien tidak teraba
membesar
P : Timpani
A : Bising usus (+) normal
5 5 N N 2 2 - -
Arus : Koheren
Insight : Baik
7
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
E. RESUME
Seorang pasien berusia 48 tahun dengan keluhan utama batuk. Penderita
merasa sering batuk-batuk sejak 7 bulan yang lalu, batuk berdahak berwarna
kuning, penderita juga pernah batuk darah keluar seperti bercak – bercak
darah sebanyak 1 kali. Penderita tidak merasa sesak. Demam (+) tidak terlalu
tinggi dan timbul keringat malam. Penderita mengalami penurunan berat
badan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
compos mentis, status gizi kurang. Tanda vital TD: 130/80, N : 96 x/menit,
RR : 24 x / menit, S: 36,4 0c, BB: 52kg, TB:170 , status gizi kurang. Pada
pemeriksaan penunjang radiologi gambaran TB.
G. PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa / Non Farmakologis
8
a. Bed Rest
Diharapkan agar penderita mengurangi aktivitas berat yang dapat
mengurangi daya tahan tubuh penderita dan diharapkan juga penderita
lebih banyak istirahat.
C. Olah raga
Diharapkan penderita dapat menjaga kesehatan dengan melakukan olah
raga ringan seperti jalan pagi hari di lingkungan sekitar rumah secara
teratur (3x seminggu).
D. Mengurangi stress
Diharapkan penderita mendapat dukungan dari keluarga untuk
kesembuhan penderita salah satunya dengan cara lebih banyak
memberikan perhatian dan meluangkan waktu untuk berbincang-
bincang atau bermain dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Medikamentosa / Farmakologis
Pengobatan TB dengan dosis per hari :
Rifampicin 600mg
izoniazid
pirazinamid
etambutol
streptomisin
9
H. FOLLOW UP
Tanggal 30 mei 2015
S : Penderita terkadang masih batuk walaupun sudah tidak sering. Sudah
tidak pernah batuk darah. Nafsu makan masih tetap menurun. Keringat
dingin malam hari (-). Sesak nafas (-).
O : KU baik, compos mentis, gizi kurang
N : 98 x/menit S : 36,7 0C
A : TB Paru
N : 98 x/menit S : 36,3 0C
A : TB Paru
FLOW SHEET
Nama : Tn.H
Diagnosis : TB Paru
BAB III
A. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biologis.
Keluarga terdiri dari penderita (Tn. H, 38 tahun), istri (Ny. S, 34
tahun) dan anakmya usia 6 tahun. Penderita tinggal serumah dengan istri
dan anaknya. Penderita ketika lahir ditolong oleh bidan, spontan, menangis
kuat.
2. Fungsi Psikologis.
Tn.H tinggal serumah dengan istri dan anaknya. Hubungan
keluarga mereka terjaling cukup baik, terbukti dengan permasalahan-
permasalahan yang dapat diatasi dengan baik oleh keluarga ini. Hubungan
anggota keluarga yang satu dengan yang lain cukup baik, bahkan juga
dengan keluarga besar yang tinggal berdekatan. Istri penderita keseharian
bekerja dari pagi hingga sore hari. Saat di rumah, istri penderita merawat
penderita dan anaknya dengan penuh kasih sayang.
Permasalahan yang timbul dalam keluarga dipecahkan secara
musyawarah dan dicari jalan tengah, serta dibiasakan sikap saling tolong
menolong baik fisik, mental, maupun jika ada salah seorang di antaranya
yang menderita kesusahan. Meskipun penghasilan mereka kurang
berkecukupan, namun mereka tetap hidup bahagia dan memasrahkan
semuanya kepada Tuhan.
3. Fungsi Sosial
Penderita adalah seorang yang sedikit pendiam tetapi senang
bergaul dengan temen-teman kerjanya dan sekitar rumahnya. Dalam
masyarakat penderita hanya sebagai anggota masyarakat biasa, tidak
mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Penderita dan
keluarganya aktif mengikuti kegiatan sosial di masyarakat seperti gotong
royong di hari Minggu atau membantu hajatan tetangga dan perkumpulan
warga. Dalam kesehariannya penderita bergaul akrab dengan masyarakat
di sekitarnya seperti halnya anggota masyarakat yang lain. Tetapi mereka
12
B. APGAR SCORE
ADAPTATION
Selama ini dalam menghadapi masalah keluarga, penderita selalu pertama kali
membicarakannya kepada istrinya dan mengungkapkan apa yang diinginkannya dan
menjadi keluhannya. Baik keluhan tentang penyakitnya maupun tentang pekerjaan
dan teman sekitarnya. Penyakitnya ini kadang mengganggu aktivitasnya sehari-hari
baik bekerja ataupun di rumah. Dukungan dan perhatian dari keluarga dan petugas
kesehatan yang sering memberi motivasi dan penyuluhan tentang penyakitnya dan
anjuran untuk teratur minum obat kepadaya dapat memberikan semangat kepada
13
penderita, penderita dan keluarga yakin penyakitnya bisa sembuh total bila ia
mematuhi aturan pengobatan sampai sakitnya benar-benar sembuh dan tidak sampai
terjadi putus obat agar tidak terjadi relaps atau kambuh kembali. Hal ini
menumbuhkan kepatuhan penderita dalam mengkonsumsi obat.
PARTNERSHIP
GROWTH
Tn.H sadar bahwa dia harus bersabar menghadapi penyakitnya walaupun kadang
menganggunya terutama dalam hal pekerjaan karena membuatnya kurang
konsentrasi dan kadang tidak masuk kerja.
AFFECTION
Tn.H merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan istri dan anaknya
cukup meskipun dalam 4 bulan ini ia sering menderita sakit. Bahkan perhatian dan
komunikasi yang dirasakannya bertambah. Ia menyayangi keluarganya, begitu pula
sebaliknya.
RESOLVE
Tn. H merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan dari
keluarganya (walaupun waktu bersama kurang karena kesibukan bekerja yang
terkadang mengharuskan melembur sampai malam).
masalah
C. SCREEM
SUMBER PATHOLOGY KET
15
Keterangan :
- Ny. S,
- Tn H - 34 th
- 38 tahun -♀
- ♂ - dagang
- buruh An. D - etnis Jawa
- etnis Jawa - 6 th
--♀
- etnis
jawa
Keterangan :
Penderita
Penderita
Tn. H : Penderita
Tn. H, 38 th
An.A,6 th Ny. S, 34 th
Hubungan antara TN.H, istri dan anaknya baik dan dekat. Dalam keluarga ini
tidak sampai terjadi konflik atau hubungan buruk antar anggota keluarga.
F. Pertanyaan Sirkuler
1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh istri penderita?
Jawab :
Anak-anak mendukung apa yang dilakukan oleh ibu. Terkadang kalau ibu
repot, anak-anak akan membantu merawat ayahnya.
5. Selanjutnya siapa?
Jawab :
Semua keluarga inti berkumpul dalam satu rumah, tidak ada yang jauh
secara emosional dari penderita
20
21
Rumah yang di huni keluarga ini kurang memadai karena masih ada
kekurangan dalam pemenuhan standar kesehatan. Penerangan yang kurang
dan ventilasi yang minim memperburuk keadaan rumah yang sudah kotor.
Sampah keluarga dibuang ditempat pembuangan sampah yang ada di
belakang rumah. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini
jika sakit adalah Puskesmas induk mentikan.
genteng, dan tanpa ditutup plafon. Tembok bata tanpa dilapisi semen dan cat.
Kamar memiliki dipan untuk meletakan kasur tanpa sprei. Perabotan rumah
tangga cukup. Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya Tn.H menggunakan
mesin pompa air. Secara keseluruhan kebersihan sangat kurang dan sangat
membutuhkan banyak perbaikan. Sehari-hari keluarga Tn H memasak
menggunakan kompor gas
2. Denah rumah
kamar
mandi
dapur
Kamar tidur
ruang tamu
teras
Keterangan : : dinding
: pintu
: jendela
: teras
23
BAB V
DAFTAR MASALAH
1. Masalah aktif :
a. TB Paru
b. Kondisi ekonomi lemah
c. Pengetahuan keluarga yang kurang tentang penyakit penderita
d. Resiko penularan pada anggota keluarga yang lain
2. Faktor resiko :
a. Status gizi kurang
b. Lingkungan dan tempat tinggal yang tidak sehat
Lingkungan dan
rumah yang tidak
sehat dan tidak
memadai
kondisi
Tingkat pendidikan
ekonomi lemah
istri dan penderita
masih rendah
Prevensi untuk
Underweight
Tn.H anggota keluarga
lainnya
9 th
26
BAB VI
PATIENT MANAGEMENT
2. Penentraman Hati
Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem
psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang
penyakitnya, kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang dialami
akibat penyakitnya. Menentramkan hati penderita dengan memberikan
dukungan, edukasi dan penjelasan tentang penyakitnya bahwa
penyakitnya tersebut bukan penyakit turunan dan dapat disembuhkan.
Faktor yang paling penting untuk kesembuhannya adalah kepatuhan
27
4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri
Dokter perlu edukasi dan motivasi yang dapat menimbulkan rasa
percaya dan keyakinan pada diri pasien bahwa ia bisa melewati berbagai
kesulitan dan penderitaannya. Selain itu juga ditanamkan rasa tanggung jawab
28
5. Pengobatan
Medikamentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera
dalam penatalaksanaan.
1. Bagi penderita jangan terlalu dekat ‘cukup intim’ dengan anggota keluarga
yang lain (istri, anak dan anggota kelurga lainnya), apalagi saat berbicara
atau batuk, agar tidak tertular langsung kuman TB dari penderita. Saat
batuk sebaiknya di tutup kain atau masker.
29
BAB VII
PEMBAHASAN
Data yang dilaporkan WHO Indonesia menempati urutan nomor tiga setelah india
dan cina yaitu dengan angka 1,7 juta orang Indonesia, menurut teori apabila tidak diobati,
tiap satu orang penderita tuberkulosis akan menularkan pada sekitar 10 sampai 15 orang
dan cara penularannya dipengaruhi berbagai factor.
meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara diet makanan bergizi dan olah raga
yang teratur.
Berperilaku hidup sehat. Mengatur pola makanan yang sehat sesuai dengan
kebutuhan tubuh.
Aktivitas fisik dan olahraga yang teratur seperti berjalan-jalan di sekitar rumah.
Harus menggunakan obat-obat TB yang diberi puskesmas secara teratur.
Kontrol rutin setiap bulan ke puskesmas agak dapat mengetahui perkembangan
penyakit
Tidak stres fisik maupun psikologis (banyak pikiran) dalam mengahadapi suatu
masalah karena akan memperburuk kondisi penyakit.
BAB VIII
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Segi Biologis :
Tn. H (38 tahun), menderita penyakit TB Paru (dalam
pengobatan)
Status gizi Tn.H berdasarkan BMI termasuk dalam kategori Gizi
kurang
Rumah dan linkungan sekitar keluarga Tn.H bisa dikatakan tidak
sehat.
2. Segi Psikologis :
Hubungan antara anggota keluarga dan anggota masyarakat yang
terjalin cukup akrab, harmonis, dan hangat
Pengetahuan akan TB Paru yang masih kurang yang berhubungan
dengan tingkat pendidikan yang masih rendah
Tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat yang baik, akan
mendukung untuk penyembuhan penyakit tersebut
3. Segi Sosial :
Masalah ekonomi menjadi kendala utama dalam keluarga ini yang
berpengaruh pada ketidakmampuan mendapatkan pelayanan dan
informasi tentang kesehatan keluarga juga untuk dapat mempunyai
fasilitas sanitasi, rumah yang sesuai dengan standart kesehatan
4. Segi fisik :
Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Tn.H tidak sehat.
34
B. SARAN
1. Untuk masalah medis (TB Paru) dilakukan langkah-langkah :
Preventif : penderita jangan meludah di sembarang tempat,
menutup mulut dengan kain atau masker terutama saat batuk.
Harus rajin membersihkan rumah. Rajin menjemur bantal, guling
dan kasur. Menjaga kebersihan dan sanitasi. Membuka jendela pagi
hari agar sinar matahari pagi dapat masuk terutama ke kamar tidur.
Sedapat mungkin tidak memakai tempat tidur bertingkat.
Diharapkan menggunakan genteng kaca, membersihkan rumah,
menguras bak mandi, membangun tempat pembuangan sampah
dan saluran air, menata barang-barang agar tidak menjadi sarang
kuman dan nyamuk.
Promotif : edukasi penderita dan keluarga mengenai TB Paru dan
pengobatannya oleh petugas kesehatan atau dokter yang
menangani.
Kuratif : saat ini penderita memasuki fase pengobatan, sehingga
diberikan pengobatan berupa, Rifampicin 600mg, INH 300mg
Ethambutol 800mg, Pirazinamid 1500mg.
Rehabilitatif : mengembalikan kepercayaan diri Tn.H sehingga
tetap memiliki semangat untuk sembuh dan dapat bersekolah lagi.
2. Untuk masalah status gizi yang masuk kategori Gizi kurang, dilakukan
.langkah-langkah ;
Promotif : edukasi penderita mengenai pola makan yang memenuhi
gizi yang seimbang dan diberi pengarahan agar dalam menyiapkan
makanan sehari-hari selalu memperhatikan masalah gizi
makanannya, diusahakan yang sederhana tetapi mengandung gizi
yang cukup.
Kuratif : mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak kalori
dan protein untuk menjaga daya tahan tubuh. Konsumsi protein
yang mencukupi, seperti dari tempe, tahu dan daging-dagingan
atau ikan.
35
3. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang tidak sehat
dilakukan langkah-langkah :
Promotif : edukasi penderita dan anggota keluarga untuk membuka
jendela tiap pagi, penggunaan genteng kaca, dan menjaga
kebersihan rumah dan lingkungan rumah. Lantai hendaknya
diplester atau diganti dengan ubin agar mudah dibersihkan..
4. Untuk masalah problem ekonomi, dilakukan langkah-langkah :
Rehabilitatif : Pemerintah hendaknya berupaya pemberian
kesempatan memperoleh pendapatan yang layak, dan membantu
memperkuat kemampuan wanita untuk membina keluarganya,
sehingga diharapkan pada masa yang akan datang dapat terlepas
dari kemiskinan. Karena dengan peningkatan pendapatan
memungkinkan untuk dapat membeli makanan yang lebih baik,
kondisi pemukiman yang lebih sehat, dan pemeliharaan kesehatan
yang lebih baik.
5. Untuk masalah persepsi mengenai penyakit TB, dilakukan langkah-
langkah :
Promotif : Memberikan pengertian kepada penderita dan anggota
keluarga mengenai penyakit TB bahwa penyakit TB bukan
penyakit keturunan dan merupakan penyakit yang dapat
disembuhkan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Umar Fahmi. Manajemen penyakit berbasis wilayah. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas. 2005.
Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis paru. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI.
2006.
Soewasti, (2000). " Hubungan Kondisi Perumahan dengan Penularan Penyakit TB Paru
"Media Litbang Kesehatan, Vol.X No.2,hal : 27-31
Safari Respirologi Anak, (2001).Tata Laksana Mutakhir Penyakit Respiratorik Pada Anak ,
UKK Pulmonologi PP Ikatan Dokter Anak Indonesia, Solo.
Sulistyawati, (1999). " Pengembangan kriteria Rumah Sehat Ditinjau dari Konsep Sehat-
Sakit Rumah Tinggal Tradisional Bali ", Majalah Kedokteran Udayana, Vol.30
No.103, hal : 9-20