Vous êtes sur la page 1sur 37

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pelayanan kedokteran keluarga berperan memberikan pelayanan
kesehatan holistik yang meliputi usaha promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif dengan pendekatan keluarga. Untuk dapat melaksanakan
pelayanan kedokteran keluarga dengan baik, kunjungan rumah ( home
visit ) serta perawatan pasien di rumah (home care) merupakan aspek yang
mempunyai peranan penting (Suriyasa et al., 2010).
2. Tujuan
Umum
Mengetahui gejala, Penanganan, dan Pencegahan penyakit
Tuberkulosis Paru (TB Paru).

Khusus
Mengidentifikasi permasalahan kesehatan keluarga berdasarkan fungsi
keluarga dan menyusun usulan penatalaksaannya secara holistik dan
komprehensif.

3. Manfaat
a. Pasien dan keluarga dapat mengetahui gejala dan pentingnya
pengobatan penyakit Tuberkulosis Paru secara teratur, serta dapat
mencegah penularan dan terjadinya TB Paru.
b. Penulis dapat mengetahui pentingnya menjadi dokter keluarga, dan
kendala apa saja yang dialami untuk menjadi dokter keluarga.

1
2

BAB II
STATUS PENDERITA

A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. D
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : Panjunan kepuh 2/15
waru Sidoarjo
Suku : Jawa
Tanggal periksa pertama ke puskesmas : 10 Januari 2016
Tanggal Home Visit e : 1. 24 Februari 2016
2. 14 Maret 2016
3. 18 Maret 2016

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Batuk

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Autoanamnesa
± 7 bulan yang lalu pasien mengeluh batuk. Batuk disertai dahak bewarna
kuning. Pasien pernah batuk darah 1x, darah keluar seperti bercak-bercak
darah. Keluar Batuk tidak dipengaruhi cuaca dan debu. Pasien sering demam
dan lebih sering dirasakan pada waktu malam hari. Pasien merasakan sering
3

berkeringat malam hari tidak seperti biasanya. Nafsu makan menurun dan
pasien semakin kurus. Muntah (-), mual (-), BAB dan BAK masih normal.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat kontak dengan penderita TB : disangkal
- Riwayat batuk lama : disangkal
- Riwayat batuk darah : disangkal
- Riwayat sakit gula : (+)
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
- Riwayat penyakit jantung : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal
- Riwayat keluarga sakit batuk berdarah : disangkal
- Riwayat sakit sesak nafas : disangkal
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat sakit gula : (+), ibu pasien

5. Riwayat Kebiasaan
- Riwayat merokok : (-)
- Riwayat olahraga : jarang sekali
- Riwayat sering mengisi waktu luang dengan berbincang dengan keluarga,
berekreasi jarang

6. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal di sebuah rumah yang berpenghuni 6 orang yaitu
pasien, suami, saudara pasien, 1 orang anak pasien beserta 2 cucu pasien.
Pasien sebagai ibu rumah tangga. Suami pasien Tn. M umur 50 tahun
bekerja sebagai wiraswasta (pembuat bumbu jadi). Anak pasien masih
4

berumur 26 tahun bekerja wiraswasta. Sumber pendepatan keluarga


didapatkan dari suami pasien sebesar Rp 3.000.000 / bulan.

7. Riwayat Gizi
Penderita makan sehari-harinya biasanya antara 2-3 kali dengan
nasi sepiring, sayur, dan lauk pauk seperti telur, tahu-tempe kerupuk, dan
daging. Penderita termasuk tidak sulit untuk makan, tapi akhir – akhir ini
nafsu makannya kurang sehingga kesan status gizi kurang.

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan,

Kesadaran compos mentis

(GCS E4V5M6), status gizi kesan kurang.

2. Tanda Vital dan Status Gizi


 Tanda Vital
Nadi : 88 kali/menit, reguler, kuat angkat
Pernafasan : 18 kali / menit
Suhu : 36,5 0c
Tensi : 110 / 70 mmHg
 Status gizi ( IMT ) :
BB : 35 kg
TB : 160 cm
BMI: BB/TB2: 35/ (1.6)2: 13,67
Status Gizi : kurang
3. Kulit
Warna : warna kulit sawo matang, kulit gatal (-)
4. Kepala
Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-),
ketajaman baik
Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)
5

Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit


Telinga : berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)pendengaran
Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)
5. Leher : pembesaran kelejar getah bening (-)
6. Thoraks
Simetris/asimetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
a. Cor : I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis tak kuat angkat
P : batas kiri atas : ICS II LPSS
batas kanan atas : ICS II LPSD
batas kiri bawah : ICS V lateral LMCS
batas kanan bawah : ICS IV LPSD

batas jantung, kesan tidak melebar

A: BJ I–II intensitas normal, regular, bising (-)


b. Pulmo : Statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RH (+/-), whezing (-/-)

7. Abdomen
I : tidak tampak distensi, tidak tampak vena collateral
P : tidak ada nyeri tekan, turgor kulit baik, hepar dan lien tidak teraba
membesar
P : Timpani
A : Bising usus (+) normal

8. Sistem Collumna Vertebralis


I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
6

P : nyeri tekan (-)

9. Ektremitas: palmar eritema (-)


akral dingin oedem
- - - -
- - - -

10. Sistem genetalia: Tidak dievaluasi


11. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur : Dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : Dalam batas normal
Fungsi Sensorik : Dalam batas normal
Fungsi motorik :
K 5 5 T N N RF 2 2 RP - -

5 5 N N 2 2 - -

12. Pemeriksaan Psikiatrik


Penampilan : Sesuai umur, perawatan diri bagus
Kesadaran : Kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis
Orientasi : Waktu :Baik
Tempat :Baik
Orang : Baik
Afek : Appropriate
Psikomotor : Normoaktif
Proses pikir : Bentuk : Realistic

Isi : Waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

Arus : Koheren
Insight : Baik
7

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan bakteriologis : hasilnya (+)


Pemeriksaan rontgen thoraks : tidak dilakukan

E. RESUME
Seorang pasien berusia 48 tahun dengan keluhan utama batuk. Penderita
merasa sering batuk-batuk sejak 7 bulan yang lalu, batuk berdahak berwarna
kuning, penderita juga pernah batuk darah keluar seperti bercak – bercak
darah sebanyak 1 kali. Penderita tidak merasa sesak. Demam (+) tidak terlalu
tinggi dan timbul keringat malam. Penderita mengalami penurunan berat
badan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
compos mentis, status gizi kurang. Tanda vital TD: 130/80, N : 96 x/menit,
RR : 24 x / menit, S: 36,4 0c, BB: 52kg, TB:170 , status gizi kurang. Pada
pemeriksaan penunjang radiologi gambaran TB.

F. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS


1. Diagnosis Biologis
TB Paru
Nafsu makan kurang.
Status gizi yang rendah
2. Diagnosis Psikologis
-
3. Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya
a. Status ekonomi kurang.
b. Kondisi lingkungan dan rumah yang tidak sehat.

G. PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa / Non Farmakologis
8

a. Bed Rest
Diharapkan agar penderita mengurangi aktivitas berat yang dapat
mengurangi daya tahan tubuh penderita dan diharapkan juga penderita
lebih banyak istirahat.

B. Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) 1600 Kalori


Diharapkan agar penderita makan makanan yang bergizi, dan minum
susu untuk meningkatkan daya tahan tubuh sehingga mempercepat
kesembuhan dan berat badannya akan meningkat, yang merupakan
indikator kesembuhan penderita.

C. Olah raga
Diharapkan penderita dapat menjaga kesehatan dengan melakukan olah
raga ringan seperti jalan pagi hari di lingkungan sekitar rumah secara
teratur (3x seminggu).

D. Mengurangi stress
Diharapkan penderita mendapat dukungan dari keluarga untuk
kesembuhan penderita salah satunya dengan cara lebih banyak
memberikan perhatian dan meluangkan waktu untuk berbincang-
bincang atau bermain dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang
Maha Esa.

2. Medikamentosa / Farmakologis
Pengobatan TB dengan dosis per hari :

Rifampicin 600mg

izoniazid

pirazinamid
etambutol
streptomisin
9

H. FOLLOW UP
Tanggal 30 mei 2015
S : Penderita terkadang masih batuk walaupun sudah tidak sering. Sudah
tidak pernah batuk darah. Nafsu makan masih tetap menurun. Keringat
dingin malam hari (-). Sesak nafas (-).
O : KU baik, compos mentis, gizi kurang

Tanda vital : T : 120 / 80 mmHg R : 20 x/menit

N : 98 x/menit S : 36,7 0C

Status Generalis : Dalam batas normal

Status Neurologis : Dalam batas normal

Status Mentalis : Dalam batas normal

A : TB Paru

P : Terapi medikamentosa berupa pengobatan TB yaitu RHZE, non


medikamentosa selain itu juga dilakukan patient centered management
berupa dukungan psikologis, penentraman hati, penjelasan, basic
konseling pada keluarga dan edukasi pasien.

Tanggal 17 Februari 2015


S : Batuk sudah berkurang. Batuk darah (-). Sesak nafas (-). Demam (+).
O : KU baik, compos mentis, gizi kurang

Tanda vital : T : 120 / 70 mmHg R : 23 x/menit

N : 98 x/menit S : 36,3 0C

Status Generalis : Dalam batas normal


10

Status Neurologis : Dalam batas normal

Status Mentalis : Dalam batas normal

A : TB Paru

P : Terapi medikamentosa berupa pengobatan TB yaitu RHZE, non


medikamentosa selain itu juga dilakukan patient centered management
berupa dukungan psikologis, penentraman hati, penjelasan, basic
konseling pada keluarga dan edukasi pasien.

FLOW SHEET
Nama : Tn.H
Diagnosis : TB Paru

NO Tgl Tensi BB TB Status Mantoux Foto Mata KET


mm Gizi Test Rontgen
Hg Kg Cm Thoraks
1 30 mei 130/80 52 170 Kurang Tidak - Dbn
2015 dilakukan
2 3 juni 120/80 52 170 Kurang pada saat - Dbn
2015 home
3 6 juni 120/70 52 170 Kurang visite - Dbn
2015

BAB III

IDENTIFIKASI BERBAGAI FUNGSI KELUARGA


11

A. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biologis.
Keluarga terdiri dari penderita (Tn. H, 38 tahun), istri (Ny. S, 34
tahun) dan anakmya usia 6 tahun. Penderita tinggal serumah dengan istri
dan anaknya. Penderita ketika lahir ditolong oleh bidan, spontan, menangis
kuat.
2. Fungsi Psikologis.
Tn.H tinggal serumah dengan istri dan anaknya. Hubungan
keluarga mereka terjaling cukup baik, terbukti dengan permasalahan-
permasalahan yang dapat diatasi dengan baik oleh keluarga ini. Hubungan
anggota keluarga yang satu dengan yang lain cukup baik, bahkan juga
dengan keluarga besar yang tinggal berdekatan. Istri penderita keseharian
bekerja dari pagi hingga sore hari. Saat di rumah, istri penderita merawat
penderita dan anaknya dengan penuh kasih sayang.
Permasalahan yang timbul dalam keluarga dipecahkan secara
musyawarah dan dicari jalan tengah, serta dibiasakan sikap saling tolong
menolong baik fisik, mental, maupun jika ada salah seorang di antaranya
yang menderita kesusahan. Meskipun penghasilan mereka kurang
berkecukupan, namun mereka tetap hidup bahagia dan memasrahkan
semuanya kepada Tuhan.

3. Fungsi Sosial
Penderita adalah seorang yang sedikit pendiam tetapi senang
bergaul dengan temen-teman kerjanya dan sekitar rumahnya. Dalam
masyarakat penderita hanya sebagai anggota masyarakat biasa, tidak
mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Penderita dan
keluarganya aktif mengikuti kegiatan sosial di masyarakat seperti gotong
royong di hari Minggu atau membantu hajatan tetangga dan perkumpulan
warga. Dalam kesehariannya penderita bergaul akrab dengan masyarakat
di sekitarnya seperti halnya anggota masyarakat yang lain. Tetapi mereka
12

akan kesulitan dengan kegiatan-kegiatan yang mengharuskan mereka


mengeluarkan biaya terlalu tinggi karena merasa kurang mampu baik dari
materi maupun status sosial.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan


Penghasilan keluarga berasal dari penderita yang bekerja sebagai
buruh dan istrinya sebagai buruh dengan penghasilan total Rp. 600.000,00
perhari.
Untuk biaya hidup sehari-hari seperti makan, minum, biaya sekolah
atau iuran membayar listrik hanya mengandalkan uang yang ada dan tidak
pernah menyisihkannya untuk menabung ataupun biaya-biaya mendadak
(seperti biaya pengobatan dan lain-lain). Untuk kebutuhan air dengan
menggunakan pompa air. Untuk memasak memakai kompor minyak atau
kayu bakar. Makan sehari-hari lauk pauk, kadang daging kalau ada uang yang
tersisa, buah (jarang) dan frekuensi makan kadang-kadang 2-3 kali. Kalau ada
keluarga yang sakit biasa berobat ke puskesmas, dan penderita sudah
mempunyai kartu sehat.

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi


Penderita termasuk seorang yang terbuka sehingga bila mengalami
kesulitan atau masalah penderita sering bercerita keluarganya, terutama
istrinya.

B. APGAR SCORE
ADAPTATION
Selama ini dalam menghadapi masalah keluarga, penderita selalu pertama kali
membicarakannya kepada istrinya dan mengungkapkan apa yang diinginkannya dan
menjadi keluhannya. Baik keluhan tentang penyakitnya maupun tentang pekerjaan
dan teman sekitarnya. Penyakitnya ini kadang mengganggu aktivitasnya sehari-hari
baik bekerja ataupun di rumah. Dukungan dan perhatian dari keluarga dan petugas
kesehatan yang sering memberi motivasi dan penyuluhan tentang penyakitnya dan
anjuran untuk teratur minum obat kepadaya dapat memberikan semangat kepada
13

penderita, penderita dan keluarga yakin penyakitnya bisa sembuh total bila ia
mematuhi aturan pengobatan sampai sakitnya benar-benar sembuh dan tidak sampai
terjadi putus obat agar tidak terjadi relaps atau kambuh kembali. Hal ini
menumbuhkan kepatuhan penderita dalam mengkonsumsi obat.

PARTNERSHIP

Tn.H mengerti bahwa ia adalah harapan keluarga karena merupakan kepala


keluarga dan sumber penghasilan utama dalam keluarga. Selain itu istri dan anaknya
meyakinkannya bahwa ia bisa sembuh kembali, komunikasi antar anggota keluarga
masih berjalan dengan baik.

GROWTH

Tn.H sadar bahwa dia harus bersabar menghadapi penyakitnya walaupun kadang
menganggunya terutama dalam hal pekerjaan karena membuatnya kurang
konsentrasi dan kadang tidak masuk kerja.

AFFECTION

Tn.H merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan istri dan anaknya
cukup meskipun dalam 4 bulan ini ia sering menderita sakit. Bahkan perhatian dan
komunikasi yang dirasakannya bertambah. Ia menyayangi keluarganya, begitu pula
sebaliknya.

RESOLVE

Tn. H merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan dari
keluarganya (walaupun waktu bersama kurang karena kesibukan bekerja yang
terkadang mengharuskan melembur sampai malam).

APGAR Tn. H Terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang/tida


/selalu -kadang k

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 


keluarga saya bila saya menghadapi
14

masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya 


membahas dan membagi masalah dengan
saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya 


menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya 


mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan 


saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 9 fungsi keluarga dalam keadaan baik

C. SCREEM
SUMBER PATHOLOGY KET
15

Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota _


keluarga juga dengan saudara partisipasi
mereka dalam masyarakat cukup meskipun
banyak keterbatasan.

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya _


baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan
sehari-hari baik dalam keluarga maupun di
lingkungan, banyak tradisi budaya yang
masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara
yang bersifat hajatan, sunatan, dan semua
kegiatan yang diadakan masyarakat sekitar.
Menggunakan bahasa indonesia yang kadang
jawa, tata krama dan kesopanan

Religius Pemahaman agama cukup. Namun +


penerapan ajaran agama kurang, hal ini dapat
Agama menawarkan
dilihat dari penderita dan orang tua hanya
pengalaman spiritual yang baik
menjalankan sholat sesekali saja.
untuk ketenangan individu yang
tidak didapatkan dari yang lain

Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah +


ke bawah, untuk kebutuhan primer sudah
bisa terpenuhi, meski belum mampu
mencukupi kebutuhan sekunder rencana
ekonomi tidak memadai, diperlukan skala
prioritas untuk pemenuhan kebutuhan hidup

Edukasi Pendidikan anggota keluarga termasuk -


cukup dengan penderita yang adalah lulusan
SMP dan anak-anaknya dapat bersekolah
sampai tingkat SMA.
16

Medical Tidak mampu membiayai pelayanan _


kesehatan yang lebih baik. Dalam mencari
Pelayanan kesehatan puskesmas
pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya
memberikan perhatian khusus
menggunakan Puskesmas dan hal ini mudah
terhadap kasus penderita
dijangkau karena letaknya dekat.

Keterangan :

 Ekonomi (+) artinya keluarga Tn.H masih menghadapi


permasalahan dalam hal perekonomian keluarga. Hal ini dapat
dilihat dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang pas-pasan dan
belum dapat memenuhi kebutuhan sekunder dan tertiernya.
 Religius (+) artinya keluarga Tn.H juga menghadapi permasalahan
di bidang agama, Tn.H tidak taat menjalankan kewajiban agama
yaitu sholat 5 waktu. Hal ini akan mempengaruhi ketentraman
batin karena penderita kurang dekat dengan Tuhan terutama dalam
menghadapi berbagai permasalahan yang ada.

D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Alamat lengkap : kepuh kiriman RT 02 / RW 03, Sidoarjo
Bentuk Keluarga : nuclear Family
Diagram 1. Genogram Keluarga Tn. H
Dibuat tanggal 30 mei 2015
17

- Ny. S,
- Tn H - 34 th
- 38 tahun -♀
- ♂ - dagang
- buruh An. D - etnis Jawa
- etnis Jawa - 6 th
--♀
- etnis
jawa

Sumber : Data Primer, 3 0Me i 2015

Keterangan :
Penderita
Penderita

Tn. H : Penderita

Ny. S : Istri Penderita

An. A : Anak pertama penderita


18

E. Informasi Pola Interaksi


Keluarga

Tn. H, 38 th

An.A,6 th Ny. S, 34 th

Keterangan : : hubungan baik

: hubungan tidak baik

Hubungan antara TN.H, istri dan anaknya baik dan dekat. Dalam keluarga ini
tidak sampai terjadi konflik atau hubungan buruk antar anggota keluarga.

F. Pertanyaan Sirkuler

1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh istri penderita?
Jawab :

Istri penderita merawat penderita dan mengurusi segala keperluan


penderita.

2. Ketika istri bertindak seperti itu apa yang dilakukan anak-anak?


Jawab :

Anak-anak mendukung apa yang dilakukan oleh ibu. Terkadang kalau ibu
repot, anak-anak akan membantu merawat ayahnya.

3. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?


Jawab :
19

Dibutuhkan ijin istri, karena ia yang mengatur keuangan keluarga. Tetapi


sebelum memutuskan harus melalui musyawarah dengan anggota keluarga
lainya atau mungkin juga melibatkan keluarga besarnya.

4. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?


Jawab :

Istri. Karena frekuensi bertemunya penderita dengan istrinya lebih sering


daripada dengan anak-anaknya.

5. Selanjutnya siapa?
Jawab :

Selanjutnya adalah anak pertamanya. Karena sehari-harinya penderita


melakukan kegiatan dirumah dengan anak pertamanya seperti, bermain,
makan sampai tidur.

6. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?


Jawab :

Semua keluarga inti berkumpul dalam satu rumah, tidak ada yang jauh
secara emosional dari penderita

7. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?


Jawab :

Tidak ada, hampir semua keputusan dilakukan dengan musyawarah


sampai mencapai persetujuan bersama.

8. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?


Jawab :

Penderita, karena sebagian besar keputusan di dalam keluarga diambil oleh


penderita sebagai kepala keluarga.
BAB IV
IDENTIFIKASI BERBAGAI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga


1. Faktor Perilaku Keluarga
Tn.H adalah seorang kepala keluarga dari seorang istri dan seorang
anak. Di awal sakitnya penderita jarang masuk kerja hingga kini sakitnya
berjalan 4 bulan penderita cuti bekerja di karenakan batuk yang semakin
parah himgga pasien tidak sanggup menjalankan bekerjaannya lagi. selama
sakit Istri dan anak penderita yang menjaganya sehari-hari, belum banyak
memiliki pengetahuan tentang kesehatan khususnya tentang TBC sendiri dan
pentingnya kebersihan lingkungan yang berhuubungan erat dengan penyakit
penderita.

Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat


adalah keadaan terbebas dari sakit dengan rumah yang bersih, yaitu yang
menghalangi aktivitas sehari-hari. Keluarga ini menyadari pentingnya
kesehatan karena apabila mereka sakit, mereka menjadi tidak dapat bekerja
lagi sehingga otomatis pendapatan keluarga akan berkurang dan menjadi
beban anggota keluarga lainnya. Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya
disebabkan oleh kuman penyakit, bukan dari guna-guna, sihir, atau
supranatural/ takhayul. Mereka tidak terlalu mempercayai mitos, apalagi
menyangkut masalah penyakit, lebih mempercayakan pemeriksaan atau
pengobatannya pada mantri, bidan, atau dokter di puskesmas yang terletak
dekat dengan rumah.

Perabot rumah tidak tertata dengan rapi dan cenderung berantakan,


hal ini juga disebabkan karena perekonomian mereka yang cenderrung
menengah kebawah, namun keluarga ini juga tidak ada inisiatif untuk
merapikan dan membersihkan rumah yang berantakan. Sehingga lingkungan
rumah penderita sendiri menjadi sumber dari penyakit.

20
21

Keluarga ini memiliki fasilitas jamban di kamar mandinya.


Sedangkan untuk melakukan kegiatan mencuci dan mandi keluarga ini
menggunakan air dari pompa air yang ada di rumah.

2. Faktor Non Perilaku


Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga
menengah ke bawah. Penghasilan keluarga ini hanya dari ayahnya yang
bekerja sebagai buruh pabrik sandal dan istrinya yang juga bekerja sebagai
buruh pabrik sandal. Dari total semua penghasilan tersebut keluarga dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari walaupun belum semua kebutuhan dapat
terpenuhi terutama kebuthan sekunder dan tertier.

Rumah yang di huni keluarga ini kurang memadai karena masih ada
kekurangan dalam pemenuhan standar kesehatan. Penerangan yang kurang
dan ventilasi yang minim memperburuk keadaan rumah yang sudah kotor.
Sampah keluarga dibuang ditempat pembuangan sampah yang ada di
belakang rumah. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini
jika sakit adalah Puskesmas induk mentikan.

B. Identifikasi Lingkungan Rumah


1. Gambaran Lingkungan

Tn H tinggal di sebuah rumah berukuran 4 x 12 dan menghadap ke


Barat. Secara umum rumah Tn. H adalah rumah yang belum selesai di bangun
Memiliki pekarangan rumah yang kecil dan tidak memiliki pagar pembatas.
Teras dan ada ruang tamu, 1 kamar tidur, tidak ada ruang makan , dpur dan
kamar mandi + WC yang jadi satu ruangan. Terdiri dari 1 pintu keluar, yaitu 1
pintu depan saja. Jendela ada 1 buah di ruang tamu.

Di depan rumah terdapat teras yang berukuran 1x0,5 m2. Lantai


rumah tidak terpasang keramik/semen, lantai hanya beralaskan tanah.
Ventilasi dan penerangan rumah tidak cukup. Atap rumah tersusun dari
22

genteng, dan tanpa ditutup plafon. Tembok bata tanpa dilapisi semen dan cat.
Kamar memiliki dipan untuk meletakan kasur tanpa sprei. Perabotan rumah
tangga cukup. Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya Tn.H menggunakan
mesin pompa air. Secara keseluruhan kebersihan sangat kurang dan sangat
membutuhkan banyak perbaikan. Sehari-hari keluarga Tn H memasak
menggunakan kompor gas

2. Denah rumah

kamar
mandi
dapur

Kamar tidur

ruang tamu

teras

Keterangan : : dinding

: pintu

: jendela

: teras
23

Gambar 1. Kamar tidur penderita

Gambar 2. Dapur penderita


24

Gambar 3. Kamar mandi penderita

Gambar 4. Penderita (kiri)


25

BAB V
DAFTAR MASALAH

1. Masalah aktif :
a. TB Paru
b. Kondisi ekonomi lemah
c. Pengetahuan keluarga yang kurang tentang penyakit penderita
d. Resiko penularan pada anggota keluarga yang lain
2. Faktor resiko :
a. Status gizi kurang
b. Lingkungan dan tempat tinggal yang tidak sehat

DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

Lingkungan dan
rumah yang tidak
sehat dan tidak
memadai
kondisi
Tingkat pendidikan
ekonomi lemah
istri dan penderita
masih rendah

Prevensi untuk
Underweight
Tn.H anggota keluarga
lainnya
9 th
26

BAB VI
PATIENT MANAGEMENT

A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT


1. Suport Psikologis
Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor
yang dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada
dokternya. Antara lain dengan cara :

 Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.


 Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada. Memantau
kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
 Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
 Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan
kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter dan kepatuhan
meminum obat.
Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan YME, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa dan memohon
hanya kepada Tuhan YME.

Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal


yang harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi
kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.

2. Penentraman Hati
Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem
psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang
penyakitnya, kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang dialami
akibat penyakitnya. Menentramkan hati penderita dengan memberikan
dukungan, edukasi dan penjelasan tentang penyakitnya bahwa
penyakitnya tersebut bukan penyakit turunan dan dapat disembuhkan.
Faktor yang paling penting untuk kesembuhannya adalah kepatuhan
27

dalam menjalani pengobatan sesuai petunjuk dokter. Selain itu juga


didukung dengan makan-makanan yang bergizi tinggi meskipun
sederhana, istirahat yang cukup. Diharapkan pasien bisa berpikir positif,
tidak berprasangka buruk terhadap penyakitnya, dan membangun
semangat hidupnya sehingga bisa mendukung penyembuhan dan
meningkatkan kualitas hidupnya.

3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien


Diberikan penjelasan yang benar mengenai persepsi yang salah
tentang TBC. Pasien TBC dan keluarganya perlu tahu tentang penyakit,
pengobatannya, pencegahan dan penularannya. Sehingga persepsi yang salah
dan merugikan bisa dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan melalui konseling
setiap kali pasien kontrol dan melalui kunjungan rumah baik oleh dokter
maupun oleh petugas Yankes.

Beberapa persepsi yang harus diluruskan yaitu :

a. Penyakit TBC merupakan penyakit turunan


b. Penyakit TBC tidak dapat disembuhkan.
Maka pasien harus diberi pengertian untuk terus mengupayakan
kesembuhannya melalui program pengobatan dan rehabilitasi yang
dianjurkan oleh dokter. Juga harus dilakukan pendalaman terhadap berbagai
masalah penderita termasuk akibat penyakitnya (TBC) terhadap hubungan
dengan keluarganya, pemberian konseling jika dibutuhkan. Penderita juga
diberi penjelasan tentang pentingnya menjaga diet TKTP yang benar dalam
rangka mencapai berat badan ideal, pentingnya olah raga yang teratur dan
sebagainya.

4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri
Dokter perlu edukasi dan motivasi yang dapat menimbulkan rasa
percaya dan keyakinan pada diri pasien bahwa ia bisa melewati berbagai
kesulitan dan penderitaannya. Selain itu juga ditanamkan rasa tanggung jawab
28

terhadap diri sendiri mengenai kepatuhan dalam jadwal kontrol, keteraturan


minum obat, diet yang dianjurkan dan hal-hal yang perlu dihindari serta yang
perlu dilakukan.

5. Pengobatan
Medikamentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera
dalam penatalaksanaan.

6. Pencegahan dan Promosi Kesehatan


Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi
kesehatan berupa perubahan tingkah laku (tidak meludah di sembarang
tempat, menutup mulut jika batuk), lingkungan (tempat tinggal yang tidak
boleh lembab dengan penggunaan ventilasi yang cukup, pemakaian
genteng kaca sehingga pencahayaan cukup dan kebersihan lingkungan
rumah dan luar rumah yang bersih dengan disapu 2x/hari), meningkatkan
daya tahan tubuh dengan cara diet makanan bergizi dan olah raga yang
teratur. Dengan demikian paradigma yang salah tentang penyakit TBC di
masyarakat dapat diluruskan.

B. PREVENSI BEBAS TBC UNTUK KELUARGA LAINNYA (ISTRI,


ANAK DAN KELUARGA LAINNYA)
Pada prinsipnya secara umum prevensi untuk bebas TBC adalah
sama dengan prevensi bebas TBC untuk penderita, namun dalam hal ini
diutamakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Misalnya dengan cara
sebagai berikut :

1. Bagi penderita jangan terlalu dekat ‘cukup intim’ dengan anggota keluarga
yang lain (istri, anak dan anggota kelurga lainnya), apalagi saat berbicara
atau batuk, agar tidak tertular langsung kuman TB dari penderita. Saat
batuk sebaiknya di tutup kain atau masker.
29

2. Diusahakan agar penderita tidak meludah di sembarang tempat yang


mengakibatkan kuman TB dapat berterbangan dan terhirup oleh anggota
keluarga yang lain.
3. Tidur yang cukup 6-8 sehari semalam.
4. Olah raga teratur dan makan-makanan yang bergizi.
Kesemuanya ini merupakan langkah-langkah untuk meningkatkan
daya tahan tubuh bagi anggota keluarga yang serumah dengan penderita agar
tidak tertular infeksi TBC dari penderita.
30

BAB VII

PEMBAHASAN

Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian


bawah. Tuberkulosis paru (TBC) adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberkulosa. Penularan kuman dipindahkan melalui udara ketika
seseorang sedang batuk, bersin, yang kemudian terjadi droplet.

Data yang dilaporkan WHO Indonesia menempati urutan nomor tiga setelah india
dan cina yaitu dengan angka 1,7 juta orang Indonesia, menurut teori apabila tidak diobati,
tiap satu orang penderita tuberkulosis akan menularkan pada sekitar 10 sampai 15 orang
dan cara penularannya dipengaruhi berbagai factor.

Tn. S, 38 tahun, merupakan salah satu penderita TB setelah melakukan


pemeriksaan dahak didapatkan adanya gambaran bakteri tahan asam . Tn. S telah
menderita batuk disertai panas badan sumer-sumer selama 5 bulan. Sehingga saat ini Tn.
S mendapatkan pengobatan FDC dari puskemas waru yang merupakan program
pemerintah untuk menghentikan penularan TB. Pendidikan penderitra dan pengetahuan
yang rendah merupakan tantangan bagi tenaga kesehata, maka pasien harus diberi
pengertian untuk terus mengupayakan kesembuhannya melalui program pengobatan
dan rehabilitasi yang dianjurkan oleh dokter. Juga harus dilakukan pendalaman
terhadap berbagai masalah penderita termasuk akibat penyakitnya (TBC) terhadap
hubungan dengan keluarganya, pemberian konseling jika dibutuhkan. Penderita juga
diberi penjelasan tentang pentingnya menjaga diet TKTP yang benar dalam rangka
mencapai berat badan ideal, pentingnya olah raga yang teratur dan sebagainya.

Dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak untuk mencegah penularan TB,


terutama mencegah penularan terhadap orang-orang terdekat penderita, mengingat
penderita sering menghabiskan waktunya bersama anak dan istrinya, Hal yang tidak
boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi kesehatan berupa perubahan
tingkah laku (tidak meludah di sembarang tempat, menutup mulut jika batuk),
lingkungan (tempat tinggal yang tidak boleh lembab dengan penggunaan ventilasi
yang cukup, pemakaian genteng kaca sehingga pencahayaan cukup dan
kebersihan lingkungan rumah dan luar rumah yang bersih dengan disapu 2x/hari),
31

meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara diet makanan bergizi dan olah raga
yang teratur.

Pengobatan TB membutuhkan perhatian khusus bukan hanya bagi


penderita dan keluarga tapi juga bagi pihak tenaga kesehatan. Dibutuhkan
perhatian ekstra, tenaga ekstra dan kesabaran ekstra dalam memberikan informasi
akan pentingnya keteraturan minum obat. Perlu dijelaskan jika pengobatan tidak
teratur akan mengakibatkan kekebalan pada kuman TB sehingga jauh lebih sulit
dalam penyembuhan.

RENCANA PROMOSI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN KEPADA PASIEN DAN


KEPADA KELUARGA

 Berperilaku hidup sehat. Mengatur pola makanan yang sehat sesuai dengan
kebutuhan tubuh.
 Aktivitas fisik dan olahraga yang teratur seperti berjalan-jalan di sekitar rumah.
 Harus menggunakan obat-obat TB yang diberi puskesmas secara teratur.
 Kontrol rutin setiap bulan ke puskesmas agak dapat mengetahui perkembangan
penyakit
 Tidak stres fisik maupun psikologis (banyak pikiran) dalam mengahadapi suatu
masalah karena akan memperburuk kondisi penyakit.

RENCANA EDUKASI PENYAKIT KEPADA PASIEN DAN KEPADA KELUARGA

Menjelaskan kepada pasien tentang Penyakit TB Dimana ini dapat disebabkan


faktor kebersihan lingkungan.

Pada penderita TB, penatalaksanaan pengobatan dan penanganan difokuskan pada


kebersihan lingkungan. Kepatuhan minum obat adalah men jadi kunci program
pengobatan yaitu dengan menjaga kebersihan lingkungan, berolahraga, mengurangi
stres, menjaga daya tahan tubuh dengan cara makan makanan yang bergizi dan
cukup istirahat.
32

Dalam pengobatan haruslah dilakukan sedini mungkin untuk mencegah adanya


komplikasi, pengobatan juga harus dilakukan dengan teratur dan disiplin untuk
mencegah timbulnya resistensi.

ANJURAN-ANJURAN PROMOSI KESEHATAN PENTING YANG DAPAT


MEMBERI SEMANGAT/MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN PADA PASIEN

Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor


yang dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada
dokternya. Antara lain dengan cara :

Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.


 Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada. Memantau kondisi
fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
 Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
 Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan
kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter dan kepatuhan
meminum obat.
 Pasien diberi nasehat bahawa kusta ini dapat mengakibatkan kecacatan jika
tidak diobati dengan tepat. Oleh karena itu pasien dianjurkan :
 Pasien harus menjaga kebersihan lingkungan
 Pasien berperilaku hidup sehat.
 Pasien harus beraktivitas dan berolahraga secara teratur.
 Pasien harus rajin kontrol setiap bulan kesehatannya ke puskesmas
 Pasien harus mau menggunakan obat kusta secara teratur.
 Pasien tidak boleh merasa stres fisik dan stres psikis, yaitu harus istirahat
cukup dan tidak boleh banyak pikiran.
33

BAB VIII

PENUTUP

A. SIMPULAN
1. Segi Biologis :
 Tn. H (38 tahun), menderita penyakit TB Paru  (dalam
pengobatan)
 Status gizi Tn.H berdasarkan BMI termasuk dalam kategori Gizi
kurang
 Rumah dan linkungan sekitar keluarga Tn.H bisa dikatakan tidak
sehat.

2. Segi Psikologis :
 Hubungan antara anggota keluarga dan anggota masyarakat yang
terjalin cukup akrab, harmonis, dan hangat
 Pengetahuan akan TB Paru yang masih kurang yang berhubungan
dengan tingkat pendidikan yang masih rendah
 Tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat yang baik, akan
mendukung untuk penyembuhan penyakit tersebut

3. Segi Sosial :
 Masalah ekonomi menjadi kendala utama dalam keluarga ini yang
berpengaruh pada ketidakmampuan mendapatkan pelayanan dan
informasi tentang kesehatan keluarga juga untuk dapat mempunyai
fasilitas sanitasi, rumah yang sesuai dengan standart kesehatan
4. Segi fisik :
 Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Tn.H tidak sehat.
34

B. SARAN
1. Untuk masalah medis (TB Paru) dilakukan langkah-langkah :
 Preventif : penderita jangan meludah di sembarang tempat,
menutup mulut dengan kain atau masker terutama saat batuk.
Harus rajin membersihkan rumah. Rajin menjemur bantal, guling
dan kasur. Menjaga kebersihan dan sanitasi. Membuka jendela pagi
hari agar sinar matahari pagi dapat masuk terutama ke kamar tidur.
Sedapat mungkin tidak memakai tempat tidur bertingkat.
Diharapkan menggunakan genteng kaca, membersihkan rumah,
menguras bak mandi, membangun tempat pembuangan sampah
dan saluran air, menata barang-barang agar tidak menjadi sarang
kuman dan nyamuk.
 Promotif : edukasi penderita dan keluarga mengenai TB Paru dan
pengobatannya oleh petugas kesehatan atau dokter yang
menangani.
 Kuratif : saat ini penderita memasuki fase pengobatan, sehingga
diberikan pengobatan berupa, Rifampicin 600mg, INH 300mg
Ethambutol 800mg, Pirazinamid 1500mg.
 Rehabilitatif : mengembalikan kepercayaan diri Tn.H sehingga
tetap memiliki semangat untuk sembuh dan dapat bersekolah lagi.
2. Untuk masalah status gizi yang masuk kategori Gizi kurang, dilakukan
.langkah-langkah ;
 Promotif : edukasi penderita mengenai pola makan yang memenuhi
gizi yang seimbang dan diberi pengarahan agar dalam menyiapkan
makanan sehari-hari selalu memperhatikan masalah gizi
makanannya, diusahakan yang sederhana tetapi mengandung gizi
yang cukup.
 Kuratif : mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak kalori
dan protein untuk menjaga daya tahan tubuh. Konsumsi protein
yang mencukupi, seperti dari tempe, tahu dan daging-dagingan
atau ikan.
35

3. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang tidak sehat
dilakukan langkah-langkah :
 Promotif : edukasi penderita dan anggota keluarga untuk membuka
jendela tiap pagi, penggunaan genteng kaca, dan menjaga
kebersihan rumah dan lingkungan rumah. Lantai hendaknya
diplester atau diganti dengan ubin agar mudah dibersihkan..
4. Untuk masalah problem ekonomi, dilakukan langkah-langkah :
 Rehabilitatif : Pemerintah hendaknya berupaya pemberian
kesempatan memperoleh pendapatan yang layak, dan membantu
memperkuat kemampuan wanita untuk membina keluarganya,
sehingga diharapkan pada masa yang akan datang dapat terlepas
dari kemiskinan. Karena dengan peningkatan pendapatan
memungkinkan untuk dapat membeli makanan yang lebih baik,
kondisi pemukiman yang lebih sehat, dan pemeliharaan kesehatan
yang lebih baik.
5. Untuk masalah persepsi mengenai penyakit TB, dilakukan langkah-
langkah :
 Promotif : Memberikan pengertian kepada penderita dan anggota
keluarga mengenai penyakit TB bahwa penyakit TB bukan
penyakit keturunan dan merupakan penyakit yang dapat
disembuhkan.
36

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Fahmi. Manajemen penyakit berbasis wilayah. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas. 2005.

Chin J (Ed), Kandun IN (Editor Penterjemah). Manual Pemberantasan Penyakit Menular.


Jakarta: Infomedika. 2006.

Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis paru. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI.
2006.

Universitas Indonesia (FKUI). 2004. Kuliah Tuberculosis. Diunduh dari http://ui.org/


fk/kuliah/respirasi/tuberculosis.htm. 29 Mei 2015.

Soetono, Sadikin, & Zanilda. Membangun Praktek Dokter Keluarga Mandiri.

Jakarta : Pengurus Besar IDI. 2006


Departemen Kesehatan RI. Survei Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. 2001.
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. 2002
Amin M. dkk, (1989). “Tuberkulosis Paru” dalam : Pengantar Ilmu Penyakit
Paru, Airlangga University Press, Surabaya, hal : 13–25

Soewasti, (2000). " Hubungan Kondisi Perumahan dengan Penularan Penyakit TB Paru
"Media Litbang Kesehatan, Vol.X No.2,hal : 27-31

Safari Respirologi Anak, (2001).Tata Laksana Mutakhir Penyakit Respiratorik Pada Anak ,
UKK Pulmonologi PP Ikatan Dokter Anak Indonesia, Solo.
Sulistyawati, (1999). " Pengembangan kriteria Rumah Sehat Ditinjau dari Konsep Sehat-
Sakit Rumah Tinggal Tradisional Bali ", Majalah Kedokteran Udayana, Vol.30
No.103, hal : 9-20

Suradi, (2001). “Diagnosis dan Penatalaksanaan TB Paru” dalam : Temu Ilimiah


Respirologi 2001, hal : 10–15.
37

Tanjung A. Pengelolaan MDR TB dalam workshop Pengelolaan Tuberkulosis


Paru dengan Penyulit dan Keadaan Khusus. 2001.

Aditama TY,dkk. Tuberkulosis : Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di


Indonesia, PERPARI, Jakarta, 2006.

Vous aimerez peut-être aussi