Vous êtes sur la page 1sur 7

Jurnal Florea Volume 2 No.

1, April 2015 (29-35)

MEMAHAMI HAKIKAT DAN KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN


BIOLOGI DALAM UPAYA MENJAWAB TANTANGAN ABAD 21 SERTA
OPTIMALISASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

Suciati Sudarisman
Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
email: suciati.sudarisman@yahoo.com
Diterima 1 Desember 2014 disetujui 19 Februari 2015

ABSTRACT
Education in 21st century is very relevant to the purpose of education in Indonesia. Global
era and the integration of technology in education, helped accelerate the synergy of knowledge
across disciplines, thus giving birth to a new field. Learning aimed at creating an atmosphere of
active, critical, analytical, and creative in solving problems through the development of thinking
skills. Science (biology) essentially contains four elements are scientific processes, the product
(scientific knowledge), attitudes (scientific attitudes), and technology. Processes in science
implies manner or scientific activity for natural phenomena to describe the product obtained in the
form of science facts, principles, laws, or theories. Science (biology) containing six elements are
active learning, discovery / inquiry activity approach, scientific literacy, constructivism, science,
technology, and society, and the existence of truth.There are two things that can be done by LPTK
in optimizing the implementation of Curriculum 2013 are: 1) Strengthening understanding of the
biology teacher candidates about the nature and characteristics of biology teaching; 2) Creating
an academic situation so that prospective biology teachers have insight and knowledge about the
importance of the role of science (biology) and as well as the direction of learning in the future.
Learning aimed at creating an atmosphere of active, critical, analytical, and creative in solving
problems using science process skills

Kata kunci: Implementation of K-13, Education in 21st century

PENDAHULUAN (unpredictable) ini merupakan peluang


Era pengetahuan di abad 21 dicirikan sekaligus tantangan yang harus dihadapi
adanya pertautan dalam dunia ilmu oleh setiap individu.
pengetahuan secara komprehensif. Era Sejak merdeka (1945-2013),
global serta pengintegrasian teknologi Indonesia telah mengalami kurang lebih
dalam pendidikan, turut mempercepat 10 kali pergantian kurikulum. Setiap
terjadinya sinergi pengetahuan lintas kurikulum memiliki kekhasan dan
bidang ilmu, sehingga melahirkan bidang penekanan aspek yang berbeda, namun pada
ilmu baru seperti: kimiafisik, biokimia, hakikatnya adalah untuk menyempurnakan
biofisika, bioteknologi, dll. Hal ini kurikulum sebelumnya dalam rangka
merupakan tantangan terutama dalam menyelaraskan dengan tuntutan zaman.
dunia pendidikan. Menurut Gibson (1997) Berdasarkan pengamatan dan pengalaman,
tantangan di abad 21 memiliki kriteria setiap pergantian (penyempurnaan)
khusus yang ditandai oleh hiperkompetisi, kurikulum (termasuk Kurikulum 2013),
suksesi revolusi teknologi, dislokasi, selalu memunculkkan kebingungan
dan konflik sosial yang akan melahirkan dan keluhan terutama dari guru sebagai
keadaan non-linier dan keadaan yang ujung tombak pelaksanaan kurikulum di
tidak dapat diperkirakan dari keadaan tingkat kelas. Akibatnya implementasi
masa lampau dan masa kini. Kompleksitas penyempurnaan kurikulum terkesan
permasalahan dunia global, persaingan lamban. Keberadaan Kurikulum 2013
bebas, serta situasi ketidakpastian seharusnya dimaknai sebagai bagian dari

29
Memahami Hakikat dan Karakteristik Pembelajaran Biologi

dinamika sebuah kurikulum, sebab sebagai berpendapat bahwa sains sangat penting
guru yang profesional dituntut untuk selalu dalam segala aspek kehidupan, karena itu
adaptif terhadap setiap perubahan dan perlu dipelajari agar semua insan Indonesia
peka pada kebutuhan zaman. Memiliki mencapai literasi sains (science literacy
pemahaman yang baik tentang hakikat community) namun tetap berkarakter
pembelajaran dan karakteristik materi bangsa. Peran sains khususnya biologi bagi
biologi akan membantu keberhasilan kehidupan masa depan sangat strategis,
implementasi Kurikulum 2013, sebab terutama dalam menyiapkan peserta didik
jika dicermati hakikat pembelajaran dan masa depan yang kritis, kreatif, kompetitif,
karakteristik materi biologi sangat relevan mampu memecahkan masalah serta berani
dengan substansi Kurikulum 2013. Oleh mengambil keputusan secara cepat dan
karenanya, implementasi Kurikulum 2013 tepat, sehingga mampu survive secara
akan lebih optimal manakala didukung produktif di tengah derasnya gelombang
oleh partisipasi aktif LPTK melalui persaingan era digital global yang penuh
penguatan pemahaman tentang hakikat peluang dan tantangan.
dan karakteristik pembelajaran biologi Menyadari kompleksitas tantangan
serta relevansinya dengan tantangan di masa depan, komisi bidang pendidikan
pembelajaran abad 21 pada calon guru UNESCO (Commision Education for The
biologi. “21” Century) merekomendasikan 4 pilar
pendidikan yang dapat dijadikan sebagai
PEMBAHASAN landasan pendidikan meliputi: 1) learning
Tantangan Biologi di Abad 21 to know, yaitu belajar untuk mengetahui
dengan cara menggali pengetahuan dari
Sains (biologi, fisika, kimia) berbagai informasi; 2) learning to do, yaitu
memiliki kontribusi yang cukup besar belajar untuk melakukan suatu tindakan
dalam perkembangan teknologi, yakni atau mengemukakan ide-ide; 3) learning
sebagai ilmu dasar yang melandasi to be, yaitu belajar untuk menngenali diri
pengembangan teknologi. Hal ini yang sendiri dan beradaptasi dengan lingkungan;
menyatukan keduanya menjadi kesatuan dan 4) learning to live together, yaitu
yang dikenal sebagai Saintek/IPTEK. belajar untuk menjalani kehidupan
Kemajuan suatu negara tercermin dari bersama dan bermasyarakat yang saling
kemajuan teknologinya, tentu saja termasuk bergantung, sehingga mampu bersaing
kemajuan di bidang sainsnya. Jepang secara sehat dan bekerjasama serta mampu
adalah contoh salah satu negara yang menghargai orang lain. Anderson (dalam
sangat concern dalam mengembangkan Hadaina, dkk., 2014) menyatakan bahwa
bidang sains dan telah mengantarkan tren pembelajaran sains abad 21 idealnya
negara ini menjadi negara maju khususnya diarahkan pada 4 komponen yakni:
di bidang teknologi. Oleh karenanya communication, collaboration, critical
penguasaan sains menjadi sangat penting. thinking & problem solving, creativity &
International Council of Associations innovation.
for Science Education /ICASE (2008) Friedman (2006) menyatakan bahwa
mengemukakan bahwa peserta didik perlu memasuki abad 21 perubahan paradigma
memiliki literasi sains yang memadai, pembelajaran ke arah student centered dan
agar mampu hidup secara produktif peserta didik perlu dibekali keterampilan
dan memperoleh kualitas hidup terbaik berpikir tingkat tinggi atau Higher Order
sebagaimana tujuan pendidikan sains itu Thinking Skill (HOTS) (Wilson, 2000;
sendiri. Rustaman (2011) menyatakan Lawson, 2002; Zohar, 2004).
bahwa salah satu kunci keberhasilan Arah pendidikan abad 21 ini
agar siswa mampu beradaptasi dengan sangat relevan dengan tujuan pendidikan
perubahan yang terjadi di lingkungannya, di Indonesia sebagaimana tercantum
adalah melalui pengembangan bidang Undang Undang Sisdiknas No. 20 Tahun
sains khususnya biologi. Liliasari (2011) 2003, Pendidikan Nasional berfungsi

30
Sudarisman

untuk mengembangkan kemampuan proses dan hasil belajar sains di sekolah.


dan membentuk watak serta peradaban Pemahaman tentang karakteristik materi
bangsa yang bermartabat dalam rangka dan hakikat pembelajaran sangat penting,
mencerdaskan kehidupan bangsa, sebab berkaitan erat dengan penyiapan
bertujuan untuk berkembangnya potensi perangkat pembelajaran termasuk
peserta didik agar menjadi manusia yang penentuan pengalaman belajar yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan harus dimiliki peserta didik, pemilihan
Y.M.E, berakhlak mulia, sehat, berilmu, strategi pembelajaran, penggunaan media
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga pembelajaran, serta penilaian proses
negara yang demokratis serta bertanggung dan hasil belajar. Sementara hasil studi
jawab. menunjukkan bahwa pemahaman guru
Pembelajaran diarahkan pada tentang hakikat sains belum utuh. Hasil
penciptaan suasana aktif, kritis, analisis, survei menunjukkan bahwa tingkat
dan kreatif dalam pemecahan masalah pemahaman guru tentang hakikat sains
melalui pengembangan kemampuan relatif rendah (Suciati, 2011; Sugiharto,
berpikir (BSNP/Depdiknas, 2006). Hal 2012). Agar dapat membelajarkan biologi
ini relevan dengan pernyataan Gibson dengan baik dan benar, (calon) guru
bahwa perubahan keadaan yang non-linier biologi perlu memahami tentang hakikat
tidak dapat diantisipasi hanya dengan dan karakteristik pembelajaran biologi.
cara berpikir linier melainkan perlu Carin (1997) menyatakan bahwa sains
kreativitas, sehingga pendidikan masa (biologi) pada hakikatnya mengandung 4
depan seharusnya diarahkan pada sistem unsur yaitu: proses (scientific processes),
pendidikan yang memungkinkan peserta produk (scientific knowledge), sikap
didik dapat mengaktualisasi potensi dirinya. (scientific attitudes), dan teknologi. Proses
Dengan demikian untuk menyelaraskan dalam sains mengandung arti cara atau
tujuan pembelajaran dengan tuntutan aktivitas ilmiah untuk mendeskripsikan
zaman, guru perlu memahami arah tuntutan fenomena alam hingga diperoleh produk
pembelajaran terkini agar pembelajarannya sains berupa fakta, prinsip, hukum,
lebih bermakna. atau teori. Di dalam Science a Process
Approach/SAPA dinyatakan bahwa
Hakikat & Karaktertik Pembelajaran pendekatan pembelajaran yang berorientasi
Biologi pada proses sains melibatkan keterampilan
Menyelaraskan pembelajaran sesuai intelektual, manual, dan sosial adalah
tuntutan zaman saja belum menjamin science process skills (keterampilan
keberhasilan suatu pembelajaran. Kegagalan proses sains/ KPS). KPS meliputi
pencapaian suatu tujuan pembelajaran serangkaian kegiatan manual (hands on)
disebabkan oleh banyak hal, dua sepertinya: mengamati (observation),
diantaranya adalah kurangnya pemahaman klasifikasi (classification), mengukur,
guru tentang karakteristik bidang ilmu yang menghitung (measurement), meramalkan
diajarkan serta ketidaktahuan guru tentang (prediction), mengkomunikasikan
hakikat bagaimana bidang ilmu tersebut (communication), bertanya (question),
dibelajarkan. Harlen (2002) menyatakan menyimpulkan (inferention), mengontrol
bahwa guru mengajar sesuai dengan variabel, merumuskan masalah (problem
bagaimana ia memahami hakikat apa yang formulation), membuat hipotesis
sedang diajarkannya, dan sesuai dengan (hypothesis), merancang penyelidikan
bagaimana pemahamannya tentang hakikat (design experiment), melakukan
belajar. Hal ini relevan dengan pendapat penyelidikan/percobaan (experiment)
Tomo (2003:24) bahwa pemahaman guru (Rustaman, 2005; Nur, 2011). Beberapa
tentang hakikat sains merupakan hal yang ahli membedakan kegiatan KPS menjadi
vital dan diharapkan potensial dalam dua. Jenis kegiatan KPS yang sederhana
memberikan kontribusi relatif terhadap yang merupakan kegiatan dasar dalam
penyelidikan dikenal dengan KPS dasar

31
Memahami Hakikat dan Karakteristik Pembelajaran Biologi

(basic science process skills) seperti: lain. Biologi mengkaji tentang makhluk
mengamati, mengukur, menghitung, hidup, lingkungan dan hubungan antara
mengklasifikasi, memprediksi. Sementara keduanya. Materi biologi tidak hanya
jenis kegiatan KPS yang merupakan berhubungan dengan fakta-fakta ilmiah
kegiatan lanjutan digolongkan dalam KPS tentang fenomena alam yang konkret,
terintegrasi (integrated science process tetapi juga berkaitan dengan hal-hal atau
skills) seperti: mengontrol variabel, obyek yang abstrak seperti: proses-proses
merumuskan masalah, membuat hipotesis, metabolisme kimiawi dalam tubuh, sistem
merancang percobaan, eksperimen, hormonal, sistem koordinasi, dll. Sifat
menarik kesimpulan, mengaplikasikan obyek materi yang dipelajari dalam biologi
konsep pada situasi yang berbeda. sangat beragam, baik ditinjau dari ukuran
Sikap sains yaitu sikap, keyakinan, (makroskopis, mikroskopis seperti: bakteri,
nilai-nilai, pendapat/gagasan dan virus, DNA dll.), keterjangkauannya
obyektivitas yang akan muncul setelah (ekosistem kutub, padang pasir, tundra,
melakukan proses sains yang dikenal dll.), keamanannya (bakteri/virus yang
dengan sikap ilmiah. Sikap ilmiah juga bersifat pathologi), bahasa (penggunaan
dimaknai sebagai sikap yang sebagaimana bahasa Latin dalam nama ilmiah), dst.
para ilmuwan sains bekerja seperti: Dengan demikian untuk merancang
jujur, teliti, obyektif, sabar, tidak mudah pembelajaran biologi diperlukan berbagai
menyerah (ulet), menghargai orang lain, alat dukung seperti: penggunaan media
dll. Teknologi dalam sains dimaknai pembelajaran, sarana laboratorium, dll).
sebagai aplikasi dari sains yang berperan Karakteristik materi biologi memerlukan
sebagai alat untuk memecahkan masalah kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti
dalam kehidupan sehari-hari. Hakikat sains pemikiran secara kritis, logis, analitis,
ini membawa konsekuensi logis dalam bahkan kadang-kadang memerlukan
pembelajaran. Menurut Carin & Sund pemikiran kombinatorial (Rustaman,
(1990), implikasi dari pemahaman hakikat 2010).
sains adalah terselenggaranya pembelajaran
(biologi) yang mengandung 6 unsur yaitu: Pembelajaran Biologi Berbasis KPS dan
1) active learning, yaitu melibatkan peserta Relevansi Kurikulum 2013
didik secara aktif dalam serangkaian proses Seperti telah diuraikan bahwa
ilmiah melalui keterampilan proses sains; 2) pembelajaran biologi idealnya sesuai
discovery/inquiry activity approach, yaitu dengan hakikatnya sebagai sains yaitu
pembelajaran yang mendorong curiousity setidaknya mengacu 3 hal yaitu: proses,
peserta dan mencari jawabannya melalui produk, sikap. Pembelajaran biologi
penemuan; 3) scientific literacy, yaitu idealnya memungkinkan peserta didik
pembelajaran yang dapat mengakomodasi melakukan serangkaian keterampilan
peserta didik tentang: konten (pengetahuan proses sains mulai dari mengamati,
biologi), proses (kompetensi / keterampilan mengelompokkan (klasifikasi),
ilmiah), konteks sains, dan sikap ilmiah; mengukur, menghitung, meramalkan,
4) constructivism, yaitu pembelajaran mengkomunikasikan, mengajukan
yang memungkinkan peserta didik dapat pertanyaan (bertanya), menyimpulkan,
mengkonstruk pengetahuannya melalui mengontrol variabel, merumuskan
pengalamannya secara mandiri; 5) science, masalah, membuat hipotesis, merancang
technology, and society, yaitu menggunakan penyelidikan, melakukan penyelidikan/
sains untuk memecahkan masalah sehari- percobaan. Setelah melakukan serangkaian
hari yang ada di masyarakat; 6) kebenaran keterampilan proses, peserta didik
dalam sains tidak absolut melainkan akan mengkonstruk konsep-konsep
bersifat tentatif. materi biologi. Selama melakukan
Ditinjau dari aspek materinya, serangkaian proses ilmiah, diharapkan
biologi memiliki karakteristik materi dapat dikembangkan sikap ilmiah seperti:
spesifik yang berbeda dengan bidang ilmu

32
Sudarisman

jujur, obyektif, teliti, menghargai orang sengaja dikondisikan yang memungkinkan


lain, disiplin, dll. Prinsip pembelajaran peserta didik dapat melakukan kegiatan
biologi sangat relevan dengan paham mengamati yaitu berbagai aktivitas yang
konstruktivistik, dimana belajar merupakan melibatkan panca inderanya. Berdasarkan
proses pengkonstruksian konsep melalui hasil pengamatan terhadap fenomena
pengalaman oleh siswa, bukan pemberian yang ada, peserta didik menanya yaitu
konsep oleh guru. melakukan identifikasi dengan cara
Hadirnya Kurikulum 2013 pada mengemukakan pertanyaan-pertanyaan
hakikatnya sebagai penyempurna bagi yang selanjutnya dirumuskan dalam bentuk
kurikulum sebelumnya (KTSP), sebab rumusan masalah. Berdasarkan hasil
idealnya kurikulum harus bersifat dinamis rumusan masalah, peserta didik didorong
agar mampu menjawab tantangan dan untuk berpikir menemukan jawaban
kebutuhan zaman. Aspek-aspek kurikulum (membuat hipotesa) dan merancang
yang mengalami penyempurnaan dalam kegiatan penyelidikan, selanjutnya peserta
Kurikulum 2013 meliputi 4 elemen yaitu: didik diberi kesempatan untuk mencoba
1) Standar Kompetensi Lulusan (SKL), (melakukan kegiatan penyelidikan/
yaitu peningkatan dan keseimbangan percobaan). Berdasarkan hasil penyelidikan
softskills dan hard skills yang meliputi peserta didik dapat mengorganisir data data,
kompetensi sikap, keterampilan, dan selanjutnya peserta didik menalar dengan
pengetahuan pada semua mata pelajaran; 2) cara menganalisis data yang diperoleh
Standar Isi, yaitu kompetensi yang semula hingga menarik kesimpulan dengan
diturunkan dari mata pelajaran diubah kelompoknya. Selanjurnya siswa akan
menjadi mata pelajaran dikembangkan dari mengkomunikasikan hasil kesimpulannya
kompetensi; 3) Standar Proses, yaitu yang kelompoknya secara lisan (presentasi) atau
semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi tulisan (laporan). Jika dicermati aktivitas
dan konfirmasi dilengkapi dengan aktivitas ilmiah 5 M yang ada dalam pendekatan
ilmiah yang dikenal dengan pendekatan saintifik (mengamati, menanya,
saintifik; 4) Standar Penilaian, yaitu dari mencoba, menalar, mengkomunikasikan),
penilaian berbasis kompetensi ke arah merupakan aktivitas KPS yang melekat
penilaian otentik meliputi penilaian sikap, dalam pembelajaran sains (biologi).
pengetahuan, dan keterampilan (Nur, Oleh karenanya jika guru memahami
2014). dan mengimplementasikan pembelajaran
Pendekatan saintifik dalam biologi sesuai dengan hakikatnya, maka
Kurikulum 2013 merupakan proses pendekatan saintifik bukanlah hal yang
pembelajaran yang dirancang sedemikian baru yang menyulitkan.
rupa agar peserta didik secara aktif Namun demikian berdasarkan
mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip pengalaman dan pengamatan, guru
melalui tahapan-tahapan 5 M yang meliputi: biologi sebagai pelaksana kurikulum
mengamati, menanya, mencoba, menalar di sekolah cenderung mengalami
dan mengkomunikasikan (Kemendikbud, hambatan dalam mengimplementasikan
2013). Di dalam Kurikulum 2013 secara pendekatan saintifik, sehingga banyak
eksplisit dinyatakan untuk menggunakan memunculkan berbagai keluhan. Akibatnya
metode atau model berbasis konstruktivistik keberhasilan penyempurnaan kurikulum
yang melibatkan pendekatan saintifik terkesan lamban terutama di tingkat
diantaranya: Problem Based Learning implementasinya. Hal ini diprediksi
(PBL), Project Based Learning (PjBL), karena 2 faktor. Pertama, pemahaman
Discovery/Inquiry. Meski memiliki ciri guru tentang hakikat pengembangan
yang berbeda, namun masing-masing kurikulum cenderung kurang terutama
model pembelajaran tersebut terkandung alasan mendasar mengapa kurikulum perlu
pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik diperbarubarui (disempurnakan). Hasil
diawali dengan adanya suatu fenomena penelusuran terungkap bahwa umumnya
baik yang terjadi secara alamiah atau para guru biologi di lapangan belum

33
Memahami Hakikat dan Karakteristik Pembelajaran Biologi

memiliki pemahaman yang komprehensif membelajarkan biologi secara tepat sesuai


tentang prinsip pengembangan kurikulum dengan karakteristik materinya. Jika guru
itu sendiri. Mereka kurang memahami dituntut membelajarkan konsep-konsep
pentingnya perubahan (penyempurnaan) materi pelajaran yang bersifat abstrak,
sebagai dinamika sebuah kurikulum, maka agar peserta didik dapat lebih
sehingga yang ada di benak para guru mudah memahaminya maka penggunaan
perubahan kurikulum hanya akan media pembelajaran seharusnya menjadi
membingungkan dan menambah beban solusinya. Faktanya penggunaan media
pekerjaan. Guru cenderung kurang pembelajaran biologi masih relatif minim.
berminat mencermati kurikulum, terutama Begitupula konsep-konsep materi biologi
pada elemen kurikulum yang mana yang berbasis praktis (seperti: pengujian,
mengalami pembaruan (penyempurnaan) pengamatan obyek, dll.), idealnya
kurang dipahami. Hasil wawancara dengan diajarkan melalui praktikum. Faktanya,
beberapa guru biologi menunjukkan bahwa guru cenderung kurang memperhatikan
mereka umumnya kurang memahami karakteristik materi yang diajarkan, dan
elemen-elemen Kurikulum 2013. Kedua, umumnya diajarkan tekstual. Sementara
guru cenderung mengalami hambatan pembelajaran secara tektual menurut
dalam memahami dan menerapkan Wening (2014) memiliki kelemahan,
pendekatan saintifik dalam pembelajaran karena retensi ingatan dipengaruhi oleh
sebagaimana diamanahkan dalam waktu. Potensi hilangnya materi dalam
Kurikulum 2013. Hasil wawancara secara ingatan sesorang secara berturut-turut: 1
sporadis terhadap guru biologi SMP hari (46%), 1 minggu (65%), 2 minggu
dan SMA, mereka cenderung kesulitan (79%), 2 bulan (83%).
dalam menerapkan pendekatan saintifik.
Hal ini mengindikasikan bahwa selama SIMPULAN
ini guru belum mengimplementasikan Berdasarkan uraian di atas dapat
pembelajaran biologi sesuai hakikatnya. dikemukakan bahwa Kurikulum 2013
Kedua permasalahan di atas sudah menjadi kebijakan pemerintah yang
mendapat respon yang beragam. Sebagian pemberlakuannya telah dilakukan secara
orang memaklumi karena setiap hal yang bertahap. Keberhasilan implementasinya
baru tidak bisa diadaptasi secara langsung, membutuhkan dukungan dari berbagai
melainkan memerlukan proses. Menurut pihak tak terkecuali LPTK. Ada 2 hal
hemat penulis hal ini tidak seluruhnya dapat yang dapat dilakukan oleh LPTK dalam
dibenarkan, sebab: 1) Pendekatan saintifik mengoptimalkan implementasi Kurikulum
sangat relevan dengan penerapan KPS 2013 diantaranya: 1) Menguatkan
dalam pembelajaran biologi sebagaimana pemahaman calon guru biologi tentang
hakikat biologi sebagai bagian dari hakikat dan karakteristik pembelajaran
sains; 2) Ditinjau dari karakteristik biologi; 2) Menciptakan situasi akademik
materinya, biologi tidak dapat dipisahkan sehingga calon guru biologi memiliki
dengan kegiatan berbasis KPS ataupun wawasan dan pengetahuan yang luas
pendekatan saintifik. Mempelajari biologi tentang pentingnya peran sains (biologi)
idealnya bukan menghafal, melainkan serta serta arah pembelajarannya di masa
melalui serangkaian proses ilmiah. Jika depan. Pembelajaran diarahkan pada
ada kecenderungan mempelajari biologi penciptaan suasana aktif, kritis, analisis,
dengan menghafal, diprediksi kuat karena dan kreatif dalam pemecahan masalah
guru membelajarkannya secara teoritis. dengan menggunakan Keterampilan proses
Secara faktual, kecenderungan, Sains (KPS).
guru membelajarkan biologi secara
tekstual, verbal, dan transfer pengetahuan. DAFTAR PUSTAKA
Kondisi ini mengidikasikan bahwa guru
tersebut kurang memahami bagaimana Ahadia, B.A., dkk. 2014. Pendidikan Abad
XXI. Makalah Mata Kuliah Ilmu

34
Sudarisman

Pendidikan (Tidak diterbitkan). Berpikir Tingkat Tinggi Untuk


Anderson, L.W and David, R.K. 2000. Pembangunan Karakter. Makalah
Taxonomy of Learning, Teaching, Seminar Nasional VIII P.Biologi,
and Assessing: A Revision of Bloom’s FKIP UNS, Surakarta.
Taxonomy of Educational Objectives. ____________. 2005. Strategi Belajar
New York: Allyn & Bacon. Mengajar Biologi. Bandung: UPI.
BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Syaodich, N. 2010. Pengembangan
Pengembangan Silabus dan Contoh/ Kurikulum. Bandung: Remaja
Model Silabus SMA/MA. Jakarta: Rosdakarya.
Departemen Pendidikan Nasional. Tomo. 2003. Mengintegrasikan Teknik
Carin, AA. 1997. Teaching Modern Membaca SQ4R dan Membuat
Science. (7 th Edition). New Jersey: Catatan Berbentuk Grphic
Merril Publishing Company. Postorganizer Dalam Pembelajaran
Carin, A.A & Sund, R.B . 1990. Teaching Fisika. Tesis UPI Bandung (Tidak
Science Through Discovery. New diterbitkan).
York: Merril Publishing Company. Zohar,A. 2004. Higher Order Thinking
Gibson, R. 1997. Rethinking the Future. in Science Classroom: Student’s
London: Nicholas Brealy Publishing. Learning and Teacher’s Professional
Harlen, W. 2002. The Teaching of Science. Development. Science & Tehnology
Studies in Primary Education. Educational Library. Volume 22.
London: David Fulton Publisher. Dorcherect: Kluwer/
International Council of Associations
for Science Education (ICASE).
2008. Promoting Scientific and
Technological Literacy (STL) for All.
Second Edition. Penang: SEAMEO
RECSAM.
Liliasari. 2011. Membangun Masyarakat
Melek Sains Berkarakter Bangsa
Melalui Pembelajaran. Makalah
Seminar Nasional UNES Semarang.
Wening, C.J. 2014. Intellectual Process
Skillls (within Leves of Inquiry).
Artikel Workshop Inkuri.
Tim. 2013. Pendekatan Saintifik. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Nur, M. 2011. Modul Keterampilan Proses
Sains. Surabaya: Pusat Sains dan
Matematika Sekolah, Universitas
Negeri Surabaya.
_______. 2014. Inovasi Pendidikan Sains
Dalam Implementasi Kurikulum
2013. Makalah Seminar Nasional
Pendidikan Sains, Program
Pascasarjana, UNESA, Surabaya.
Parmin dan Sudarmin. 2013. Strategi
Belajar Mengajar IPA. Semarang:
FMIPA UNES.
Rustaman, N.Y. 2011. Pendidikan
dan Penelitian Sains Dalam
Mengembangkan Keterampilan

35

Vous aimerez peut-être aussi