Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DI PT NISSHINBO INDONESIA
Oleh:
RIRIN RIZKI NURAENI
NPM. 13020080
Oleh:
RIRIN RIZKI NURAENI
NPM. 13020080
Oleh:
RIRIN RIZKI NURAENI
NPM. 13020080
Pembimbing
Ketua Penguji
Tanggal
Ketua Jurusan
Tanggal
Kimia Tekstil
Direktur
Tanggal
Politeknik STTT Bandung
KATA PENGANTAR
1. Bapak Budy Handoko S.SiT., M.T., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi masukan dan kritikan
yang membangun bagi penulis dalam menyelesaikan Laporan Praktik Kerja
Lapangan ini.
2. Bapak Suwono S.Teks., Damian S.ST., dan Tirana S.ST., selaku pembimbing
di pabrik yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan
kesempatan belajar selama penulisan melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.
i
DAFTAR ISI
Halaman
Lokasi Perusahaan................................................................................... 4
ii
DAFTAR ISI
Lanjutan
Halaman
iii
DAFTAR ISI
Lanjutan
Halaman
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vi
Gambar 3.15 Skema proses jalannya kain pada mesin pad-steam Merek Sando
Iron ............................................................................................. 63
DAFTAR GAMBAR
Lanjutan
Halaman
Gambar 3.16 Skema proses jalannya kain pada mesin continuous resin finishing
range Merek Hirano Kinzoku ....................................................... 67
Gambar 3.17 Skema jalannya kain pada mesin pencucian dan pengeringan
Merek Sando .............................................................................. 69
Gambar 3.18 Skema jalannya kain pada mesin compressive shrinking Merek
Sando Iron .................................................................................. 70
Gambar 3.19 Skema jalannya kain pada mesin inspect-rolling ......................... 73
Gambar 3.20 Diagram alir proses pengolahan air proses di PT Nisshinbo
Indonesia ....................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.21 Diagram alir proses pengolahan air limbah di PT Nisshinbo
Indonesia ....................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.22 Letak gudang di PT Nisshinbo Indonesia .................................... 89
Gambar 4.1 Input sisa larutan alkali ke unit caustic recovery .......................... 95
Gambar 4.2 Diagram alir proses caustic recovery........................................... 96
Gambar 4.3 Diagram alir proses caustic recovery........................................... 97
Gambar 4.4 Baume meter .............................................................................. 98
Gambar 4.5 Tangki penampung larutan alkali (NaOH).................................... 99
Gambar 4.6 Gyroscreen atau penyaringan ................................................... 100
Gambar 4.7 Pre-Heater 1 dan 2.................................................................... 100
Gambar 4.8 Heater 1, 2, dan 3 ..................................................................... 100
Gambar 4.9 Flash vessel 1,2, dan 3 ............................................................. 101
Gambar 4.10 Tangki kondensor ...................................................................... 101
Gambar 4.11 Tangki produksi natrium hidroksida ........................................... 102
vii
viii
RINGKASAN
ix
BAB I PENDAHULUAN
Praktik Kerja Lapangan adalah mata kuliah yang wajib dilakukan oleh mahasiswa
semester 7 di Politeknik STTT Bandung. Praktik Kerja Lapangan dimaksudkan
sebagai sarana untuk memperdalam dan menambah pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja dengan melakukan Praktik Kerja Lapangan, sedangkan untuk
tujuan dari Praktik Kerja Lapangan adalah sebagai sarana mempersiapkan diri
sebelum memasuki dunia kerja yang sesungguhnya.
Laporan ini adalah hasil Praktik Kerja Lapangan yang dilakukan di PT Nisshinbo
Indonesia atau yang lebih dikenal sebagai PT NID yang berlokasi di Jalan Raya
Nanjung No. 66 Kelurahan Utama, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi,
Jawa Barat. Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan selama 64 hari kerja terhitung
mulai tanggal 10 Oktober 2016 sampai dengan 24 Desember 2016.
Kendala yang dihadapi dalam Praktik Kerja Lapangan ini yang pertama adalah
kurangnya informasi pada beberapa departemen, yaitu: Departemen Pemasaran
dan Departemen Personalia dan Urusan Umum. Kedua yaitu tidak diperbolehkan
membawa kamera dan handphone.
Laporan Praktik Kerja Lapangan terdiri atas lima bab yakni bab I pendahuluan,
bab II bagian umum perusahaan, bab III bagian produksi, bab IV diskusi dan bab
V kesimpulan dan saran. Bab I menjelaskan ringkasan mengenai isi laporan
Praktik Kerja Lapangan. Bab II merupakan isi dari kondisi perusahaan secara
umum, meliputi perkembangan perusahaan, struktur organisasi perusahaan,
1
permodalan dan pemasaran serta ketenagakerjaan. Bab III menjelaskan
pekerjaan yang dilakukan di bagian produksi yang terdiri dari perencanaan dan
pengendalian produksi, produksi (jenis dan jumlah produksi, mesin dan tata letak,
proses produksi, dan sarana penunjang produksi), pemeliharaan dan perbaikan
mesin, serta pengendalian mutu. Bab IV membahas tinjauan khusus mengenai
pengamatan pada proses Caustic Recovery System meliputi proses daur
ulang/recovery dan elemen mesin. Bab V berisi kesimpulan dan saran dari
pembahasan bab IV.
2
BAB II BAGIAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah Perusahaan
Produksi awal dimulai pada bulan Desember tahun 1998 dengan waktu kerja 1
shift. Kemudian pada bulan Oktober tahun 1999 dilakukan penambahan
karyawan menjadi 2 shift. Hal ini dikarenakan meningkatnya permintaan dari
konsumen, sehingga pada bulan Juni tahun 2000 total waktu kerja penuh
menjadi 3 shift. Sejak awal produksi hingga bulan Agustus tahun 2000, lokasi
pabrik masih dipakai oleh 2 perusahaan yaitu PT Gistex dan PT Nisshinbo
Indonesia, hal ini berpengaruh pada produktivitas perusahaan. Pada bulan
Agustus tahun 2000, manajemen PT Gistex memutuskan untuk memindahkan
lokasi pabriknya dan kemudian lokasi tersebut digunakan oleh PT Nisshinbo
Indonesia untuk Departemen Pertenunan. Departemen Pertenunan mulai
berproduksi pada bulan Oktober tahun 2001. Tujuan awal didirikannya
Departemen Pertenunan ini adalah untuk efisiensi pembelian kain grey dan
memenuhi kebutuhan kain grey yang diperlukan untuk proses produksi. Kain
grey produksi Departemen Pertenunan selain digunakan untuk produksi sendiri
juga dijual ke perusahaan lain. Seiring dengan perkembangan teknologi, untuk
mencapai efisiensi dan kapasitas produksi yang tinggi, maka pada awal tahun
3
2004 PT Nisshinbo Indonesia membeli boiler berbahan bakar batu bara. Boiler
tersebut mulai aktif digunakan pada bulan Maret tahun 2004 dan masih aktif
digunakan sampai sekarang.
Lokasi Perusahaan
Luas lahan keseluruhan yang dimiliki oleh PT Nisshinbo Indonesia adalah sekitar
64.000 m2 dengan luas bangunan 36.000 m2, sedangkan sisanya digunakan
untuk fasilitas umum yang mendukung jalannya kegiatan proses produksi.
4
Sumber: Departemen Personalia dan Urusan Umum PT Nisshinbo Indonesia 2016
(Tanpa
Skala)
5
2.2 Struktur Organisasi Perusahaan
6
4. Organisasi tergantung pada satu orang sehingga apabila pemimpin tidak
mampu maka akan terancam jatuh.
1. Dewan Direksi
- Mengawasi serta mengamati tindakan-tindakan Presiden Direktur beserta
segenap karyawannya agar tidak merugikan perusahaan.
- Mengawasi Presiden Direktur agar melaksanakan keputusan umum rapat
pemegang saham.
- Berhak dan berwenang untuk membebastugaskan ataupun mengangkat
Presiden Direktur melalui rapat sidang dewan komisaris.
2. Presiden Direktur
- Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh operasi perusahaan sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan dan kebijakan-kebijakan yang telah
digariskan perusahaan.
- Mengkoordinasikan fungsi-fungsi yang ada dalam perusahaan terutama
dalam urusan pemasaran, produksi, dan penjualan serta secara internal
melakukan perbaikan dan upaya peningkatan operasi perusahaan.
- Memimpin rapat eksekutif perusahaan.
- Menentukan kebijaksanaan perusahaan bagi suatu hal yang dianggap
mendesak dan penting untuk diusulkan dalam rapat dewan komisaris.
3. Manajer Pemasaran
- Melakukan negosiasi dengan pihak konsumen.
- Memasarkan dan mencari pangsa pasar di dalam dan luar negeri. Pada
7
aplikasinya dibantu oleh pihak Nisshinbo Group.
- Menyelaraskan kinerja dengan pihak Produksi agar tercipta kesesuaian
antara permintaan konsumen dengan produk yang dihasilkan.
8
memiliki tugas masing-masing dan bekerja secara berkesinambungan. Berikut
tugas dari Bagian Produksi, Bagian Pengendalian Mutu dan Produksi, Bagian
Pemeliharaan dan Perbaikan:
1) Bagian Produksi (Pencelupan-Penyempurnaan)
Bagian produksi bertanggung jawab dalam mengolah kain dari bentuk grey
menjadi kain jadi yang bermutu melalui proses pencelupan dan penyempurnaan
sesuai dengan target kualitas dan kuantitas.
9
Sumber : Departemen Personalia dan Urusan Umum PT Nisshinbo Indonesia 2016
10
Sumber : Departemen Personalia dan Urusan Umum PT Nisshinbo Indonesia 2016
11
11. Asisten Manajer Pencelupan – Penyempurnaan
- Mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengevaluasi serta
mengendalikan pelaksanaan kegiatan pabrik.
- Melakukan pembinaan dan memberikan instruksi yang disertai dengan
pengawasan melekat terhadap kepala bagian produksi pencelupan dan
penyempurnaan.
- Membuat dan menyusun laporan mengenai kegiatan pabrik serta
melaporkannya kepada manajer.
13. Operator
- Struktur organisasi terkecil sebagai pelaksana kegiatan produksi di
lapangan.
2.3.1 Permodalan
1. PT Nisshinbo Indonesia 99 %
2. PT Gistex 1%
12
2.3.2 Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu
dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat
penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai. Pemasaran di PT
Nisshinbo Indonesia dikelola oleh Departemen Pemasaran. Departemen
Pemasaran bertugas mengelola permintaan konsumen yang terlebih dahulu
dikoordinasikan dengan bagian produksi untuk dianalisis apakah permintaan
tersebut dapat diterima atau ditolak. Pola dasar pemasaran yang diterapkan oleh
Departemen Pemasaran PT Nisshinbo Indonesia didasarkan atas permintaan
yang datang dari konsumen (job order).
Sekitar 90% dari hasil produksi PT Nisshinbo Indonesia merupakan produk yang
dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan pasar internasional dan sekitar 10%
merupakan produk untuk memenuhi pasar domestik. PT Nisshinbo Indonesia
termasuk ke dalam Kawasan Berikat (KB) dan Kawasan Dagang Berikat (KDB).
13
melakukan transaksi langsung dengan bagian pemasaran ataupun melalui jasa
perusahaan trading. Untuk ekspor umumnya dilakukan melalui jalur laut tetapi
pengiriman juga dapat dilakukan melalui jalur udara apabila batas waktu
pengiriman sangat dekat atau untuk kain-kain tertentu saja.
2.4 Ketenagakerjaan
Jumlah tenaga kerja berdasarkan tingkat pendidikan dan data distribusi tenaga
kerja periode September- Oktober 2016 dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan pada
Tabel 2.3 di bawah ini:
14
Tabel 2.2 Jumlah tenaga PT Nisshinbo Indonesia berdasarkan tingkat pendidikan
periode September-Oktober 2016
15
2.4.3 Sistem Pembinaan dan Pengembangan Karyawan
Sistem pembinaan dan pengembangan karyawan di PT Nisshinbo Indonesia
dilakukan agar karyawan memiliki profesionalitas dan etos kerja yang tinggi.
Pembinaan dan pengembangan karyawan dimulai sejak pendirian perusahaan.
Adapun pembinaan dan pengembangan yang sekarang rutin dilakukan
diantaranya adalah:
1. Briefing
Briefing dilakukan setiap hari sebelum memulai pekerjaan, dipimpin oleh kepala
bagian atau kepala departemen masing-masing bagian. Tujuan dari briefing
diantaranya:
- Untuk menciptakan suasana harmonis dalam bekerja.
- Untuk memperbaiki kinerja setiap individu perusahaan.
- Agar menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya.
- Mengetahui perkembangan perusahaan secara umum.
2. Learning
16
perusahaan. PT Nisshinbo Indonesia memberikan beberapa tunjangan dan
fasilitas untuk karyawannya.
Salah satu contoh pembinaan dan pengembangan yang rutin dilakukan pada tiap
bagian adalah proses learning dan briefing. Proses briefing umumnya dilakukan
sebelum memulai pekerjaan, dipimpin oleh Leader membahas target kerja yang
harus dilakukan setiap harinya. Membahas kendala yang terjadi antar shift.
Briefing dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan suasana harmonis antar
karyawan dalam bekerja, mengevaluasi kinerja dari setiap karyawan, dan
membahas target produksi agar berjalan sesuai rencana. Selain itu ada pula
proses learning, dimana pada proses ini karyawan diajari tentang bagaimana
pengoperasian mesin-mesin serta sarana penunjang yang ada di dalam
perusahaan agar proses produksi berjalan dengan baik.
- Upah Pokok
Upah pokok adalah upah yang ditentukan berdasarkan tingkat pendidikan,
pengalaman, keahlian dan status penggolongan serta jabatan karyawan.
Perubahan upah pokok terjadi perubahan upah berdasarkan peraturan
17
pemerintah (UMR), maka perusahaan melakukan penyesuaian gaji hanya
bagi yang upahnya di bawah upah baru.
- Tunjangan Jabatan
Tunjangan jabatan diberikan kepada karyawan yang memiliki jabatan.
Kenaikan atau penurunan tunjangan dilakukan dengan cara yang proposional.
- Tunjangan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (BPJS)
Perusahaan mengikuti sertakan karyawan dalam program jaminan sosial
(BPJS) baik kesehatan maupun ketenagakerjaan yang iurannya ditanggung
oleh perusahaan dan karyawan. Dapat dilihat pada Tabel 2.4 di bawah ini.
- Tunjangan Shift
Tunjangan shift diberikan kepada karyawan sesuai dengan sistem shift,
besarnya tunjangan ditentukan oleh perusahaan.
18
- Tunjangan Keluarga
Tunjangan keluarga dapat berupa tunjangan istri dan tunjangan suami.
Tunjangan istri diberikan kepada karyawan yang mempunyai istri, tunjangan
istri ini tidak berlaku bila istri dan karyawan yang bersangkutan bekerja
sebagai karyawan di PT Nisshinbo Indonesia. Tunjangan suami, diberikan
kepada karyawan yang suaminya tidak dapat mencari nafkah karena cacat
fisik atau cacat mental sehingga tidak memungkinkan untuk bekerja.
- Tunjangan Anak
Tunjangan anak diberikan kepada karyawan yang mempunyai anak, hanya
berlaku untuk 3 orang anak yang terdaftar di administrasi perusahaan.
Syaratnya yaitu masing-masing anak berumur di bawah 21 tahun, belum
kawin, atau belum bekerja. Untuk karyawan wanita tunjangan anak ini
diberikan apabila tidak mempunyai suami karena bercerai, meninggal dunia
atau suami tidak bekerja karena alasan yang ada pada keterangan diatas.
19
- Upah Lembur
Upah lembur adalah upah yang diberikan kepada karyawan yang bekerja
lebih dari 8 jam sehari atau lebih dari 40 jam seminggu. Perhitungan upah
lembur dapat dilihat pada Tabel 2.6 di bawah ini. Upah yang diberikan kepada
karyawan setiap bulan dipotong oleh perusahaan untuk pembayaran pajak
penghasilan, iuran Jaminan Sosial Tenaga Kerja (BPJS) dan lain-lain yang
dianggap perlu.
Tabel 2.6 Perhitungan upah lembur karyawan PT Nisshinbo Indonesia
- Perlengkapan Kerja
Perlengkapan kerja disediakan perusahaan sesuaikan dengan keperluan kerja
dan setiap karyawan wajib menggunakannya.
- Seragam Kerja
Perusahaan memberikan seragam kerja sebanyak dua pasang (kemeja dan
celana) dan satu buah topi dalam satu tahun.
- Transportasi
20
Transportasi yang disediakan oleh perusahaan berupa bis yang bertugas
untuk mengantar jemput karyawan dari dan ke tempat kerja dengan jalur yang
telah ditentukan atau sesuai dengan kebutuhan.
- Sarana Peribadatan
Perusahaan memberikan fasilitas kepada karyawan berupa mushola yang ada
di setiap departemen, pengadaan mushola ini bertujuan untuk meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan para karyawan.
21
BAB III BAGIAN PRODUKSI
22
Electronic Date
Pemesan Pemasaran Laboratorium Produksi Proses Produksi Quality Control
Processing
Tidak
Menerima Melakukan
Menerima Melakukan
Pemesanan Product Membuat proses
pesanan, proses
Order (PO) perencanaan produksi Pemeriksaan
mengatur produksi
dan standar sesuai hasil produksi
kebutuhan skala
produksi standar
kain grey dan laboratorium
produksi Ya
Membuat jadwal
Custom produksi
Order (CO)
Tidak
Menerima
Menerima
sampel
sampel
produksi
Ya
Pemeriksaan
dan
pengemasan
Sumber: Departemen Pemasaran PT Nisshinbo Indonesia 2016 kain
Mengatur
Menerima
pesanan
Gambarpengiriman
3.1 Diagram alir proses produksi PT Nisshinbo Indonesia
pesanan
23
sampel dan dilakukakan pengujian pada Bagian Quality Control, ketika sampel
memenuhi standar maka kain akan di re-process tapi jika kain memenuhi standar
maka Departemen Pemasaran akan menerima sampel kain dan data pengujian
diserahkan kepada pemesan apabila hasil disetujui maka kain langsung diproses
pemeriksaan (inspect) dan pengepakan (packing). Setelah itu Bagian Pemasaran
akan menjadwalkan pengiriman pesanan.
Sebelum proses produksi dimulai dilakukan pemeriksaan pada kain grey dengan
cara membuka gulungan kain pada saat pemartaian dan diperiksa keadaan fisik
kain. Untuk zat warna yang akan digunakan pada proses produksi diperiksa
dengan cara colour matching di bagian laboratorium pencelupan (Computer
colour matching), setelah warna sesuai dengan sampel yang ada maka dibuatlah
larutan untuk proses produksi kemudian dilakukan pemeriksaan larutan yang ada
di tangki dengan cara matching. Sama seperti zat warna, resin yang akan
digunakan juga dilakukan pengujian terlebih dahulu dengan skala laboratorium di
labroratorium Optical Whitening Test.
3.1.2.2 Produksi
Kartu proses akan diperiksa dan diawasi oleh kepala bagian dan kepala shift dari
masing-masing bagian. Ketika terjadi kesalahan atau ditemukan cacat, maka
operator harus melapor ke kepala shift atau ke kepala bagian dan menuliskan
cacat di kartu proses. Proses produksi juga dikontrol oleh bagian production
control (PC), apabila terdapat cacat maka bagian PC akan berkerja sama dengan
departemen tersebut untuk mengatasi cacat tersebut kemudian mengatur ulang
kembali jadwal dan membuat kartu proses dengan warna orange.
3.2 Produksi
25
3.2.1 Jenis dan Jumlah Produksi
Jenis produk yang dihasilkan PT Nisshinbo Indonesia berupa kain kapas dan
kapas-poliester bahan jadi, yang berupa kain putih dan kain berwarna. Jumlah
target produksi di Departemen Pencelupan-Penyempurnaan mencapai 2.500.000
yard/bulan seperti dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini. Sebagian besar
(75%) dari jumlah produksi merupakan jenis kain putih dan sisanya (25%) adalah
kain warna.
Mesin dan tata letaknya merupakan salah satu faktor pertimbangan dalam
mencapai target produksi sebab perpindahan bahan baku hingga menjadi
barang jadi ditentukan dari tata letak mesin yang berkesinambungan serta dapat
menunjang kelancaran proses produksi sehingga meningkatkan efisiensi dan
produktifitas kerja. Dalam pengaturannya perlu diperhatikan urutan jalannya
proses produksi, luas dan bentuk bangunan sehingga jika ada penambahan atau
pergantian mesin tidak perlu mengubah tata letak yang ada. Mesin-mesin utama
di PT Nisshinbo Indonesia hampir seluruhnya buatan Jepang, karena
memudahkan untuk penanggulangan masalah dan perbaikan mesin.
Pada PT Nisshinbo Indonesia menggunakan jenis tata letak proses atau fungsi
(process or functional layout) yaitu semua operasi dari proses atau jenis proses
yang sama dikelompokkan bersama. Data mesin Departemen Pencelupan-
Penyempurnaan dapat dilihat pada Tabel 3.2 halman 28. Tata letak ruang dan
mesin di Departemen Pencelupan-Penyempurnaan dapat dilihat pada Gambar
3.2 di bawah ini:
26
Sumber: Departemen Pencelupan - Penyempurnaan PT Nisshinbo Indonesia 2016
27
Tabel 3.2 Data mesin di Departemen Penyempurnaan-Pencelupan
Continous Penyempurnaan
Montex, Jerman 40-80
10. Resin 1 resin kain SSP
Monforts 2009 m/menit
Finishing 4 (Super Soft P)
28
Lanjutan Tabel 3.2 Data mesin di Departemen Penyempurnaan-Pencelupan
Pencucian dan
Washing- Dry Jepang 40-80 pengeringan
12. 1 Sando Iron
Off Machine 1979 m/menit kain hasil
penyempurnaan
Pemeriksaan
Inspecting Kyoto Jepang 20-40 akhir dan
15. 7
and Rolling Machinery 1997 m/menit penggulungan
kain
Alintech
17. Folding Indonesi 20-40 Penggulungan
1 Textile
Machine a m/menit kain
Machinery
Double Alintech
18. Indonesi 20-40 Penggulungan
Folding 1 Textile
a m/menit kain
Machine Machinery
19. Packing
1 Toyonama Jepang - Pengepakan
Machine
CRS (Caustic
20. Recovery Daur ulang soda
1 - India -
System) kostik
Machine
29
Lanjutan Tabel 3.2 Data mesin di Departemen Penyempurnaan-Pencelupan
30
3.3 di bawah ini sedangkan untuk kain berwarna dapat dilihat pada Gambar 3.4
halaman 32.
31
Sumber: Departemen Pencelupan dan Penyempurnaan PT Nisshinbo Indonesia 2016
Proses pembakaran bulu dilakukan pada mesin pembakaran bulu gas (gas
singeing machine) merek Sando yang dapat dilihat pada Gambar 3.5 di halaman
34.
Skema jalannya kain pada proses pembakaran bulu pada mesin merek Sando
adalah sebagai berikut:
33
Sumber: Bagian Persiapan Penyempurnaan PT Nisshinbo Indonesia 2016
Gambar 3.5 Skema jalannya kain pada mesin pembakaran bulu gas (gas singeing machine) Merek Sando
Keterangan:
1. Kain. 7. Pembakar.
2. Rol peregang. 8. Penyiram air (Shower).
3. Cloth guider. 9. Dance roll.
4. Pre-Dryer. 10. Bak pencucian panas (Washer).
5. Brush Roll. 11. Bak Pencucian dingin (Washer).
6. Ruang pembakaran.
34
7. Kain kemudian dilewatkan pada ruang pencucian panas untuk
menyempurnakan pemadaman api. Besarnya api pada proses pembakaran
diatur sesuai dengan konstruksi kain dan kecepatan jalannya kain bergantung
pada tebal tipisnya kain. Kecepatan yang digunakan untuk kain tipis adalah
70-80 m/menit sedangkan untuk kain tebal 60-70 m/menit.
Mesin yang digunakan pada proses penghilangan kanji dan pemasakan secara
simultan adalah mesin continuous perble range. Skema jalannya kain pada
mesin continuous perble range dapat dilihat pada Gambar 3.6 di halaman 37.
Resep dan fungsi zat penghilang kanji dan pengelantangan secara simultan
dapat dilihat di bawah ini:
35
Tabel 3.3 Resep proses penghilangan kanji dan pemasakan secara simultan
Resep dan Kondisi Proses
Fungsi Zat:
- Enzim berfungsi sebagai zat penghilang kanji (desizing agent) yang berfungsi
memecah rantai-rantai molekul kanji.
- NaOH berfungsi sebagai zat pemasak (scouring agent) yang akan
menyabunkan lemak, minyak, kotoran dan juga sebagai pengatur pH larutan
dengan memberikan suasana alkali pada proses penghilangan kanji.
- Pembasah berfungsi sebagai zat penetrasi sehingga menambah daya
penyerapan zat ke dalam kain.
Skema jalannya kain pada bagian mesin continuous perble range Gambar 3.6
untuk proses penghilangan kanji dan pemasakan simultan adalah sebagai
berikut:
1. Kain dari bak pencucian panas melewati penyiram untuk dilakukan pencucian
panas sehingga kotoran yang menempel pada kain dapat terlepas.
2. Lalu kain masuk ke dalam bak larutan pertama (saturator satu), larutan ini
berisi zat penghilang kanji dan zat pemasakan yang terdiri dari Enzim, NaOH,
Pembasah dan air.
3. Selanjutnya kain dilewatkan pada mesin konveyor satu dengan temperatur
95°C dengan kecepatan 80 meter/menit. Waktu proses kain dalam konveyor
pertama adalah 45 menit dengan kapasitas maksimum 120 meter/menit.
4. Kain dimasukan ke dalam bak pencucian yang terdiri atas satu bak air dingin
dan dua bak air panas dengan temperatur 70-80OC.
5. Kain dilewatkan ke bak penetralan pertama yang berisi larutan H2SO4 10%
untuk menetralkan sisa-sisa alkali yang masih ada pada kain.
36
Sumber: Bagian Persiapan Penyempurnaan PT Nisshinbo Indonesia 2016
Keterangan Gambar:
1. Ruang pencucian panas. 7. Bak larutan penetralan.
2. Pembilasan air. 8. Bak pencucian panas.
3. Bak pencucian panas. 9. Pembilasan air.
4. Bak larutan desizing dan scouring.
5. Ruang konveyor 1.
6. Bak pencucian panas.
37
6. Kain dicuci kembali pada bak pencucian air panas dan masuk ke dalam bak
Bak pembilasan air.
7. Sebelum masuk ke saturator ke dua, kain dilewatkan pada dance roll untuk
membuka lipatan dan membuat kain tetap merasa seimbang di tengah mesin.
3. Proses Pengelantangan
Fungsi zat:
- Anti Klor berfungsi sebagai pengikat sisa klor aktif dan sekaligus sebagai zat
penghilang bau.
- Methanol berfungsi sebagai zat pengikat logam yang menempel pada kain
sehingga degradasi kain oleh logam dapat dicegah.
38
Tabel 3.5 Resep pada proses pengelantangan H2O2
H2O2 10 ml/l
NaOH 15 ml/l
Pembasah 3 ml/l
Zat Penstabil 1 ml/l
Temperatur conveyor 95°C
WPU 80%
Waktu 15 menit
Fungsi zat:
1. Kain dimasukkan ke dalam bak larutan bleaching pertama yang berisi NaClO2,
Anti klor, Methanol dan air.
2. Kain dilewatkan pada conveyor kedua dengan temperatur 95°C selama 35
menit dengan kecepatan kain 120 meter/menit, lalu kain dicuci dalam tiga bak
pencucian yang berisi air dengan temperatur 75°C-80°C, bak tersebut
dilengkapi dengan rol pemeras.
3. Kain dimasukkan ke dalam bak larutan bleaching kedua yang berisi H2O2,
NaOH, Pembasah dan Zat penstabil.
4. Kain dilewatkan pada conveyor ketiga dengan temperatur 95°C dan waktu
kain di dalam conveyor selama 15 menit dengan kecepatan 120 meter/menit.
39
Sumber: Bagian Persiapan Penyempurnaan PT Nisshinbo Indonesia 2016
Gambar 3.7 Skema jalannya kain pada mesin continuous perble range Sando Iron
40
Keterangan:
1. Bak larutan Bleaching 1. 6. Bak pencucian panas dan
2. Ruang konveyor 2. penetralan.
3. Bak pencucian panas. 7. Silinder pengering dan
4. Bak larutan Bleaching 2. cooling dryer.
5. Ruang konveyor 3. 8. Plaite.
4. Proses Merserisasi
Tabel 3.6 Resep dan kondisi proses merserisasi untuk kain kapas dan kapas-
poliester putih
41
Lanjutan Tabel 3.6 Resep dan kondisi proses merserisasi untuk kain kapas dan
kapas-poliester putih
Temperatur 250C
Pembilasan
Temperatur 250C
Sumber: Bagian Persiapan Penyempurnaan PT Nisshinbo Indonesia 2016
Tabel 3.7 Resep dan kondisi proses merserisasi untuk kain kapas dan kapas-
poliester warna
Temperatur 900C
Waktu : 30-90 detik
Penetralan
H2SO4 5 ml/l
Temperatur 250C
Pembilasan
Temperatur 250C
Sumber: Bagian Persiapan Penyempurnaan PT Nisshinbo Indonesia 2016
Fungsi zat:
Skema Jalannya kain proses merserisasi pada mesin mercerizing range untuk
kain putih adalah sebagai berikut:
1. Kain diregangkan untuk kedua kalinya ke arah lusi pada rol-rol peregang.
2. Kain diregangkan ke arah pakan dengan menggunakan stenter klip.
42
3. Kain disiram dengan air hangat menggunakan pipa penyiram.
4. Kain dicuci dalam empat bak pencucian yang berisi air pada temperatur
75°C.
5. Kain selanjutnya dinetralkan dengan menggunakan larutan H2SO4 10% dan
asam asetat 10% pada temperatur 25°C.
6. Kain dicuci kembali dalam bak pencucian dengan temperatur 25°C.
7. Selanjutnya lalu dilewatkan pada silinder pengering lalu dilipat dalam gerobak
kain dengan bantuan plaiter.
Jalannya kain proses merserisasi pada mesin mercerizing range untuk kain
warna adalah sebagai berikut:
Kain yang keluar dari mesin merserisasi tersebut kemudian dilakukan pengujian
pH kain dengan menggunakan indikator Chlorophenol Red dan Bromophenol
Blue. Pengujiannya dengan cara meneteskan zat tersebut ke bagian pinggir
sudut kain pada sambungan setiap piecenya dalam satu lot. Kain dengan pH
netral akan berwarna kuning bila ditetesi dengan Chlorophenol Red dan
berwarna kehijauan bila ditetesi dengan Bromophenol Blue. Kain dengan pH
asam akan berwarna merah jika ditetesi dengan Chlorophenol Red dan kain
43
Sumber: Bagian Persiapan Penyempurnaan PT Nisshinbo Indonesia 2016
Keterangan gambar:
1. Kain. 6. Peralatan penampung dan penghisap alkali (NaOH Suction
2. Bak impregnasi dan rol mangle. Section).
3. Silinder penegang kain (Tension Cylinder). 7. Pencucian panas dan netralisasi.
4. Peralatan Clip Tenter. 8. Pencucian dingin
5. Peralatan penyemprotan air (Shower Section). 9. Silinder pengering (Cylinder Dryer).
10. Kain keluar melalui Plaiter.
44
dengan pH basa akan berwarna biru kehijauan jika ditetesi dengan
Bromophenol Blue.
Prinsip proses pemantapan panas dengan mesin stenter yaitu serat dipanaskan
dan ditegangkan kearah lebar dengan ujung kain dicucukkan pada pin stenter
sepanjang rel mesin, panas yang dihasilkan mesin stenter akan membuat rantai
molekul poliester menjadi aktif bergerak dan cenderung untuk mengubah
strukturnya. Perubahan pertama terjadi pada bagian amorf yang dikenal dengan
suhu transisi gelas. Bila suhu pemanasan dinaikkan maka bagian yang teratur
juga akan mulai bergerak untuk membentuk struktur baru yang lebih stabil.
Perubahan ini terjadi pada suhu di atas 150°C dan semakin aktif bila suhu
bertambah.
Adapun cara kerja mesin pemantapan panas ini adalah sebagai berikut :
Selanjutnya kain dilewatkan pada rol pendingin dan dilipat menggunakan plaiter.
Skema jalannya kain pada mesin stenter merek Hirano Kinzoku dapat dilihat
pada Gambar 3.10 dibawah ini.
45
Sumber: Bagian Persiapan Penyempurnaan PT Nisshinbo Indonesia 2016
Gambar 3.9 Skema jalannya kain pada mesin stenter Merek Hirano Kinzoku
Keterangan:
1. Cloth Guider. 7. Tenter room.
2. Padder. 8. Cooling fan.
3. Tension roll. 9. Cooling sylinder.
4. Densimatic. 10. Plaiter.
5. Expander roll. 11. Kain.
6. Press stenter.
46
6. Proses Merserisasi Liquid Ammonia
Skema jalannya kain pada mesin ammonia Sando adalah sebagai berikut:
47
Sumber: Bagian Persiapan Penyempurnaan PT Nisshinbo Indonesia 2016
Gambar 3.10 Skema jalannya kain pada proses liquid ammonia di mesin liquid ammonia process range Merek Sando Iron
48
Keterangan gambar:
Proses pencelupan adalah proses pemberian warna pada kain secara merata
dan permanen sehingga diperoleh hasil kain dengan warna yang sesuai dengan
resep dan standar warna yang diinginkan. Proses tersebut dapat dilakukan
dengan berbagai cara tergantung metoda, zat warna, zat pembantu dan jenis
mesin yang digunakan.
Sistem ini biasanya digunakan untuk warna muda dan sedang. Pada sistem ini
digunakan larutan tunggal, dimana zat warna untuk serat sintetik dan zat warna
untuk serat selulosa dicampur dalam satu bak dan dilakukan satu kali proses
sehingga waktu pengerjaannya lebih singkat dan hemat energi. Pada metoda ini
larutan yang digunakan adalah larutan tunggal dan pencelupannya satu tahap.
Metoda ini dapat digunakan apabila zat warna yang digunakan memiliki
mekanisme pencelupan pencelupan yang sama. Metoda pencelupan satu tahap
yang dilakukan oleh PT Nisshinbo Indonesia dilakukan pada proses pencelupan
zat warna dispersi-bejana dan pencelupan zat warna dispersi-reaktif pada kain
49
poliester-kapas.
Gambar 3.11 Diagram alir proses pencelupan kain poliester-kapas dengan zat
warna dispersi-bejana metode 1 tahap
50
Contoh resep proses pencelupan kain polIester-kapas menggunakan zat warna
dispersi-bejana dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.8 Resep proses pencelupan kain poliester-kapas dengan zat warna
dispersi-bejana metode 1 tahap
Proses Thermofiksasi
Temperatur baking 210 °C
Waktu Baking 60 detik
51
Na2S2O4 40 g/l
Zat Pendispersi 3 ml/l
Lanjutan Tabel 3.8 Resep proses pencelupan kain poliester-kapas dengan zat
warna dispersi-bejana metode 1 tahap
Temperatur larutan 30 °C
Temperatur steaming 102 °C
WPU 60%
Kecepatan kain 60 m/menit
Proses Penetralan
Nama Zat dan Kondisi Proses Jumlah
CH3COOH 90% 30 ml/l
Temperatur larutan 60°C
WPU 60%
Waktu penetralan 1 menit
Proses Washing
Nama Zat dan Kondisi Proses Jumlah
Sabun (monogen) 40 ml/l
Temperatur 80°C
Fungsi zat :
- Zat warna Bejana Grey M 3/F/U berfungsi memberikan warna pada kain
kapas dengan ikatan fisika.
52
- Zat warna Dispersi Mi. Black PBSF berfungsi memberikan warna pada kain
poliester dengan ikatan hidrofobik.
- Tetaprint AP berfungsi sebagai zat anti busa yang mencegah timbulnya
busa yang dapat mengganggu proses pencelupan.
- Tipro Lux New berfungsi mendispersikan zat warna dispersi secara merata
dalam larutan.
- Primazol FC-AM 20 % berfungsi mencegah kemungkinan timbulnya migrasi
zat warna yang telah melekat pada kain kapas ketika mengalami proses
pengeringan.
- Buffer acid (pH 5-6) berfungsi sebagai penyangga pH agar larutan celup
stabil pada pH 5-6.
- Albatex PS berfungsi sebagai zat anti sadah yang mencegah terjadinya
kesadahan pada air proses yang dapat mengganggu proses pencelupan.
- Noigen berfungsi untuk menghilangkan sisa zat pembantu, sisa zat warna
bejana dan leuko yang tidak teroksidasi dari kain kapas.
- Na2S2O4 berfungsi menghilangkan zat warna yang tidak terfiksasi di
permukaan serat pada saat proses cuci reduksi dan mereduksi zat warna
bejana.
- NaOH 48°Be berfungsi membantu mengaktifkan Na2S2O4.
- H2O2 berfungsi sebagai oksidator pembangkitan warna untuk
mengoksidasikan leuko menjadi pigmen zat warna bejana.
Tabel 3.9 Resep proses pencelupan kain poliester-kapas dengan zat warna
dispersi-reaktif metode 1 tahap
53
Nama Zat dan Kondisi Proses Jumlah
Zat warna Dispersi Te. Yellow W-68 50 g/l
Zat warna Reaktif Dragozol Red 3BS 50 g/l
Lanjutan Tabel 3.9 Resep proses pencelupan kain poliester-kapas dengan zat
warna dispersi-reaktif metode 1 tahap
Proses Thermofiksasi
Temperatur baking 210 °C
Waktu Baking 60 detik
54
Lanjutan Tabel 3.9 Resep proses pencelupan kain poliester-kapas dengan zat
warna dispersi-reaktif metode 1 tahap
Proses Washing
Nama Zat dan Kondisi Proses Jumlah
Sabun (monogen) 40 ml/l
Temperatur 80°C
Fungsi zat:
- Zat warna Dispersi Te. Yellow W-68 : Memberikan warna pada kain poliester
dengan ikatan hidrofobik.
- Zat warna Reaktif Tricon Deep Rd DD-88 : Memberikan warna pada kain
kapas dengan ikatan kovalen.
- Primazol FC-AM 20 % : Mencegah kemungkinan timbulnya migrasi zat
warna yang telah melekat pada kain kapas ketika mengalami proses
pengeringan.
- Tetaprint AP : Sebagai zat anti busa yang mencegah timbulnya busa yang
dapat mengganggu proses pencelupan.
- Tipro Lux New : Mendispersikan zat warna dispersi secara merata dalam
larutan.
- Buffer acid (pH 5-6) : Sebagai penyangga pH agar larutan celup stabil pada
pH 5-6.
- Albatex PS : Sebagai zat anti sadah yang mencegah terjadinya kesadahan
pada air proses yang dapat mengganggu proses pencelupan.
- Noigen : Untuk menghilangkan sisa zat pembantu, sisa zat warna bejana,
dan leuko yang tidak teroksidasi dari kain kapas.
- NaOH 48°Be : Memberi suasana alkali pada proses pencelupan zat warna
reaktif.
- Na2CO3 : Untuk proses fiksasi zat warna reaktif dalam serat kapas.
55
Diagram alir proses pencelupan kain poliester-kapas dengan menggunakan zat
warna dispersi-reaktif metoda 1 tahap dapat dilihat pada Gambar 3.12 di bawah
ini:
Dryer
Thermofiksasi
Steam
Washing
Dry
Gambar 3.12 Diagram alir proses pencelupan kain poliester-kapas dengan zat
warna dispersi-reaktif metode 1 tahap
Adapun skema proses jalannya kain pada mesin pad-dry adalah sebagai berikut:
1. Kain disambung dengan kain penghantar (dofu) lalu larutan celup disiapkan
dan dialirkan ke bak larutan.
Kain direndam peras di dalam bak larutan yang berisi zat warna dan zat
pembantu. Kecepatan kain dan WPU di mesin ini diatur berdasarkan jenis
kain yang di proses.
56
Sumber: Bagian Pencelupan PT Nisshinbo Indonesia 2016
Gambar 3.13 Skema proses jalannya kain pada mesin pad-dry hot flue Merek Sando Iron
Keterangan:
1. Kain. 5. Infrared box.
2. Rol pembuka kain. 6. Hot flue dryer.
3. Cloth guider. 7. Dyer dan cooler.
4. Bak larutan dan padder. 8. Plaiter.
57
2. Kain dilewatkan ke dalam infra red box yang temperaturnya 80°C sebagai
tempat pengeringan pendahuluan.
3. Kain dimasukan ke dalam ruang pemanas hot flue dryer yang temperaturnya
100°C sebagai pengeringan lanjutan.
4. Kain lalu dilewatkan pada cylinder dryer pada temperatur 1300C pengeringan
akhir untuk mengeringkan sisa larutan warna dalam kain yang belum kering
sempurna.
5. Kain lalu dilewatkan pada cooler dryer yang bertujuan untuk mendinginkan
kain yang keluar dari cylinder dryer yang masih dalam keadaan panas.
6. Cooler dryer merupakan rol-rol yang dialiri oleh air yang bertujuan untuk
menyerap panas dari kain yang keluar dari cylinder dryer.
Fiksasi yang dilakukan pada pencelupan kain poliester-kapas dengan zat warna
dispersi-bejana dan dispersi-reaktif 1 tahap ini dilakukan dengan metoda
thermofiksasi. Proses termofiksasi pada mesin baking tujuannya untuk fiksasi zat
warna pada serat poliester-kapas dengan temperatur 210°C selama 60-90 detik.
Pada temperatur tinggi tersebut zat warna akan menyublim dari fasa padat
menjadi fasa gas. Zat warna pada fasa gas tersebut akan masuk kedalam serat
karena adanya gaya tarik menarik antara serat dengan zat warna. Pada saat
proses itulah fiksasi pada kain poliester-kapas terjadi.
1
2 3 4 5
7 6
Gambar 3.14 Skema proses jalannya kain pada mesin baking Merek Hirano
Kinzoku
Keterangan gambar:
1. Kain dari roda kain. 5. Elemen penghasil panas.
2. Rol pembuka dan pengatur kain. 6. Silinder pengering.
3. Silinder pengering. 7. Plaiter.
4. Ruang pemanasan baking.
58
Proses jalannya kain di mesin termofiksasi sebagai berikut:
1. Kain yang berasal dari mesin pad-dry diteruskan ke mesin termofiksasi, kain
tersebut dilewatkan pada rol-rol pengantar kemudian melewati pengatur kain
pinggir kain (cloth guider).
2. Kain dimasukan ke dalam ruang pemanasawetan dengan temparatur 150o-
170°C selama 1,5-3 menit untuk proses fiksasi.
3. Kain dilewatkan pada silinder pengering.
4. Kain dilipat ke gerobak melalui plaiter.
Sistem ini biasanya digunakan untuk mencelup kain dengan warna tua dan
gelap. Bak larutan zat warna untuk serat sintetik dan serat selulosa dipisahkan
dalam proses pencelupannya. Serat sintetik terlebih dahulu diwarnai daripada
serat selulosa agar zat yang digunakan dapat masuk ke dalam serat secara
optimal dan ketika pencelupan tidak zat warna yang keluar dari kain (luntur).
Sistem ini dilakukan agar tercapai ketuaan warna yang diinginkan ketika tidak
dapat dicapai dengan sistem satu tahap. Metoda pencelupan dua tahap yang
dilakukan oleh PT Nisshinbo Indonesia dilakukan pada proses pencelupan kain
kapas dengan zat warna bejana-reaktif.
Contoh resep proses pencelupan kain kapas dengan zat warna bejana dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.10 Resep proses pencelupan kain kapas dengan zat warna bejana-
reaktif
Lanjutan Tabel 3.10 Resep proses pencelupan kain kapas dengan zat warna
bejana
59
Buffer acid (pH 5-6) 10 ml/l
Tetaprint AP 10 ml/l
Albatex PS 10 ml/l
Noigen 10 ml/l
Temperatur larutan 30°C
Proses Termofiksasi
Temperatur baking 210 °C
Waktu Baking 60 detik
Lanjutan Tabel 3.10 Resep proses pencelupan kain kapas dengan zat warna
bejana
60
Na2CO3 10 g/l
Temperatur larutan 30°C
Temperatur steaming 102°C
WPU 60%
Proses Penetralan
Nama Zat dan Kondisi Proses Jumlah
CH3COOH 90% 30 ml/l
Temperatur larutan 60°C
WPU 60%
Waktu penetralan 1 menit
Proses Pencucian
Nama Zat dan Kondisi Proses Jumlah
Sabun (monogen) 40 mL/L
Temperatur 80°C
Fungsi Zat:
- Zat warna Bejana Grey M 3/F/U/C berfungsi untuk memberikan warna pada
kain kapas dengan ikatan fisika.
- Primazol FC-AM 20 % berfungsi mencegah kemungkinan timbulnya migrasi
zat warna yang telah melekat pada kain kapas ketika mengalami proses
pengeringan.
- Tetaprint AP berfungsi sebagai zat anti busa yang mencegah timbulnya
busa yang dapat mengganggu proses pencelupan.
- Tipro Lux New berfungsi sebagai pendispersikan zat warna bejana secara
merata dalam larutan.
- Buffer acid (pH 5-6) berfungsi sebagai penyangga pH agar larutan celup
stabil pada pH 5-6.
- Albatex PS berfungsi sebagai zat anti sadah yang mencegah terjadinya
kesadahan pada air proses yang dapat mengganggu proses pencelupan.
61
- Noigen berfungsi untuk menghilangkan sisa zat pembantu, sisa zat warna
bejana, dan leuko yang tidak teroksidasi dari kain kapas.
- H2O2 berfungsi sebagai oksidator pembangkitan warna untuk
mengoksidasikan leuko menjadi pigmen zw bejana.
- Na2S2O4 Berfungsi menjenuhkan larutan alkali sehingga zat warna reaktif
tidak keluar kembali.
- NaOH 48°Be Berfungsi memberi suasana alkali pada proses pencelupan zat
warna reaktif.
- Na2CO3 berfungsi untuk proses fiksasi zat warna reaktif dalam serat kapas.
Fiksasi yang dilakukan pada pencelupan kain kapas dengan zat warna bejana-
reaktif 2 tahap ini dilakukan dengan metoda thermofiksasi dengan menggunakan
mesin pad steam.
62
4 6
1
2 9
7 3
8
1
0
Gambar 3.15 Skema proses jalannya kain pada mesin pad-steam Merek Sando Iron
Keterangan gambar:
63
dispersi).
11. Kain diperas dan dilewatkan pada washer 7 yang berisi air dengan
temperatur 60°C.
12. Kain dilewatkan pada silinder pengering.
13. Selanjutnya kain dilipat pada roda kain dengan menggunakan plaiter.
64
Proses penyempurnaan di PT Nisshinbo Indonesia biasanya dilakukan di mesin
stenter (continuous resin finish machine) yang terdiri dari lima buah mesin,
sehingga dapat mempercepat proses produksi serta mesin termofiksasi.
Contoh resep dan fungsi zat pada proses penyempurnaan kimia dengan resin
tahan kusut adalah sebagai berikut:
Tabel 3.11 Resep proses penyempurnaan kimia dengan resin tahan kusut
Resep
Nama Zat dan Kondisi Proses Jumlah
Resin A – 700 180 g/l
Catalyst NBC – 21 21,5 g/l
Nicca Polyesofter Pe 208 Z 150 g/l
Formaclean – DLM 10 g/l
Sunmorl-1500 1,5 g/l
Luster N – 20 25 g/l
Wetapon LM 0.5 g/l
Temperatur larutan 30°C
WPU 60 %
Proses Pemanasawetan
Temperatur pengeringan awal 100°C
Proses Pencucian
Temperatur 80°C
WPU 70%
65
Lanjutan Tabel 3.11 Resep proses penyempurnaan kimia dengan resin tahan
kusut
Proses Pengeringan
Temperatur 100°C
Waktu pengeringan 1 menit
Fungsi zat:
Mesin stenter adalah mesin utama di bagian penyempurnaan kimia, mesin yang
digunakan adalah mesin Continous Resin Finish (Stenter). Proses. Pada mesin
ini. terjadi hanya proses rendam-peras (padding) saja, sedangkan proses
polimerisasi dari resin belum terbentuk pada tahap ini sehingga fungsi dari mesin
penyempurnaan resin adalah untuk menempelkan zat-zat resin pada kain dan
menghasilkan kain dengan sifat full handle untuk penyempurnaan yang
menggunakan zat pelembut biasa dan tidak menggunakan resin. Skema proses
jalannya mesin continuous resin finish dapat dilihat pada Gambar 3.16 halaman
67. Pada mesin penyempurnaan resin terdapat dua proses, yaitu:
66
Sumber: Bagian Penyempurnaan PT Nisshinbo Indonesia 2016
Gambar 3.16 Skema proses jalannya kain pada mesin continuous resin finishing range Merek Hirano Kinzoku
Keterangan gambar:
1. Center robo. 6. Press stenter.
2. Bak resin dan Padder. 7. Tenter Room.
3. Tension roll. 8. Colling Cylinder.
4. Densimatic. 9. Plaiter.
5. Expander roll. 10. Kain.
67
- Pengeringan pendahuluan, proses ini terjadi di ruang pengering, tujuannya
untuk mengeringkan kain tanpa adanya migrasi dari zat-zat yang dipakai dan
mengantarkan proses kondensasi zat-zat resin sehingga reaksinya pada
proses pemanasawetan akan lebih baik.
Proses jalannya kain di mesin continuous resin finish dijelaskan sebagai berikut:
1. Kain dilewatkan ke rol pengantar dan pengatur pinggir kain.
2. Kain direndam peras dalam bak yang berisi larutan zat penyempurnaan.
3. Kain dilewatkan melalui densimatic agar benang pakannya lurus.
4. Kain masuk ke dalam stenter yang lebarnya dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan.
5. Kain dilewatkan pada ruangan pengering.
6. Kain dikeluarkan dari ruang pengering melalui plaiter.
7. Selanjutnya kain dari mesin penyempurnaan resin dimasukkan pada baking
machine untuk proses pemanasawetan.
1. Mesin stenter pertama digunakan untuk kain putih dan tipis yang melalui
pemutih optikan dan pemantapan panas, digunakan pada temperatur 150oC
dan heat setting 170-200o.
2. Mesin stenter kedua digunakan untuk penyempurnaan resin dan softener,
digunakan pada temperatur 170-200oC.
3. Mesin stenter ketiga digunakan untuk kain berwarna, resin dan heat
setting,diutamakan untuk kain tebal yang melalui proses liquid ammonia
digunakan pada temperatur di bawah 150oC dan pada mesin stenter no.3
terdapat panel control untuk memperbaiki sako-bowing.
4. Mesin stenter keempat digunakan untuk prose resin yang biasanya
diperuntukan untuk kain-kain spesial seperti SSP dan untuk segala proses
resin dengan temperatur di bawah 150oC.
68
serat dan sekaligus mengeringkan. Skema jalannya kain pada mesin mesin
continuous washing and dry-off merek Sando dapat dilihat pada Gambar 3.17 di
bawah ini:
Gambar 3.17 Skema jalannya kain pada mesin pencucian dan pengeringan
Merek Sando
Keterangan gambar:
1. Kain. 5. Dancing roll.
2. Rol pengatur pinggir kain. 6. Silinder pengering.
3. Bak pencucian. 7. Silinder pendingin.
4. Rol padder. 8. Plaiter.
69
Skema proses jalannya kain pada mesin compressive shrinking merek Sando
dapat dilihat pada Gambar 3.18 di bawah ini.
Gambar 3.18 Skema jalannya kain pada mesin compressive shrinking Merek
Sando Iron
Proses pemeriksaan atau disebut juga proses inspeksi merupakan suatu proses
akhir yang dilakukan untuk memeriksa kain cacat yang terdapat pada kain dan
mengelompokkan grade kain sesuai standar yang telah ditetapkan perusahaan.
70
Pemeriksaan cacat dilakukan secara visual pada mesin inspect. Cacat yang
diperiksa mencakup cacat yang timbul dari pemintalan dan pertenunan atau
disebut cacat grey (BG) hingga cacat yang timbul akibat proses produksi pada
Departemen Pencelupan-Penyempurnaan atau disebut cacat produksi (BK).
- Nilai cacat ditentukan dari besar kecilnya total cacat yang terdapat pada kain.
Total keseluruhan dibagi rata setiap yardnya. Total cacat ditentukan oleh
jumlah cacat pada kain dihitung mulai dari poin 3 ke atas, jumlah cacat
keseluruhan pada kain dibagi rata setiap yardnya.
- Standar grading untuk panjang kain 120 yard, nilai maksimum black mark
sebesar 0,8 dan tag sebesar 0,12 dengan cara perhitungan sebagai berikut:
poin
Black Mark :
panjang kain
tag (banox)
Tag :
panjang kain
Berikut ini adalah tabel penentuan cacat point yang diberlakukan di PT Nisshinbo
Indonesia:
71
Tabel 3.12 Penentuan poin cacat kain
72
Lanjutan Tabel 3.12 Penentuan poin cacat kain
Keterangan gambar:
1. Kain dalam gerobak kain. 3. Meja Inspeksi.
2. Motor Penggerak kain. 4. Rol pengatur kain.
73
5. Sumber cahaya.
Proses penggulungan dan pengepakan kain adalah tahap terakhir dari rangkaian
proses produksi sebelum kain disimpan ke gudang. Tahapan proses
penggulungan kain di Departemen Pencelupan dan Penyempurnaan PT
Nisshinbo Indonesia dilakukan oleh Bagian Packing adalah sebagai berikut:
1. Kain yang telah diinspeksi dari Bagian Inspeksi dikirim ke Bagian Packing.
2. Proses penggulungan terhadap kain dilakukan dalam tiga jenis yaitu:
- Rolling
- Single folding
- Double folding
3. Kain yang telah digulung, dibungkus menggunakan plastik terlebih dahulu.
Pada gulungan plastik diberi tag name yang berisi informasi kain yang sesuai
pada storing slip.
4. Kain yang telah dibungkus menggunakan plastik selanjutnya dikemas dalam
peti karton ditimbang beratnya dan diberi cash label pada pinggirnya.
5. Kain yang telah dikemas disimpan di dalam gudang akhir sebelum dikirim
kepada pelanggan.
74
3.2.4.2 Tenaga Uap dan Pendingin
Tenaga uap dan pendingin sangat dibutuhkan untuk proses produksi. Tenaga
uap menjadi jantung bagi proses produksi di perusahaan karena sebagian besar
proses produksi di Departemen Persiapan, Pencelupan dan Penyempurnaan
membutuhkan Temperatur tinggi dan uap digunakan untuk menghasilkan
temperatur yang dibutuhkan pada saat produksi. PT Nisshinbo Indonesia
memiliki dua unit ketel uap merek Omnical Borsing dengan bahan bakar residu
dan satu buah buah boiler batubara sebagai sumber panas. Boiler residu
menghasilkan temperatur sebesar 260°C, kapasitas uap yang dihasilkan setiap
jam nya sebesar 15 ton uap dengan kebutuhan residu sebanyak 100 liter
sedangkan untuk boiler batu bara kapasitas uap yang dihasilkan adalah 20
ton/jam dengan jumlah pemakaian batu bara 35 ton/hari. Boiler batu bara mulai
digunakan pada awal bulan Maret 2004 dan menjadi sumber tenaga uap utama
untuk proses produksi. Seiring dengan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak
(BBM), boiler residu hanya digunakan sebagai cadangan. Tabel 3.12 di bawah ini
menunjukkan kapasitas kalor yang dihasilkan oleh masing-masing boiler di PT
Nisshinbo Indonesia dalam setiap jam penggunaannya.
No. Jenis Boiler Energi yang dihasilkan per jam per unit
75
3.2.4.3 Pengolahan Air Proses dan Limbah
76
8. Setelah itu air dipompa masuk ke dalam sand filter pertama sebagai
penyaring. Dimana air yang akan disaring mengalir dari atas ke bawah
menembus lapisan pasir karena gaya filtrasi. Partikel padat yang akan
dipisahkan tertahan dalam pasir. Setelah filter kotor dilakukan proses
backwash yaitu pencucian yang dilakukan untuk menghilangkan kotoran
yang terakumulasi di atas media dengan metode aliran terbalik (dari bawah
ke atas/kebalikan). Air hasil backwash langsung di buang melalui drain.
9. Air yang keluar dari sand filter pertama ditampung dulu ke dalam bak
penampungan ketiga.
10. Kemudian air dipompa lagi masuk ke dalam sand filter kedua yang terdiri
dari tumpukan pasir II dan air disaring kembali.
11. Lalu air masuk ke bak penampungan keempat.
12. Setelah itu air dari bak penampung ke empat disaring di tangki sand filter
ketiga.
13. Selanjutnya air dari sand filter ketiga masuk ke dalam tangki sand filter
keempat.
14. Air kemudian ditampung dalam bak penampungan kelima. Setiap jamnya
dilakukan pengontrolan air secara visual di bak kelima (akhir) ini sehingga
bila terjadi kesalahan dapat segera teratasi.
15. Kemudian air dipompa ke dalam tangki penukar ion (softener tank). Pada
tangki ini terjadi pelunakan air dengan menggunakan resin penukar ion zeolit
yang diregenerasi dengan menggunakan larutan jenuh NaCl. Air yang keluar
dari softener tank dapat digunakan untuk proses basah tekstil karena
memiliki kesadahan ≤ 3°dH.
16. Setelah melalui tangki penukar ion air ditampung pada bak penampung
akhir.
17. Air kemudian ditampung dalam bak penampung akhir (bak distribusi). Dari
bak penampung akhir ini air didistribusikan ke bagian produksi dengan
menggunakan lima buah pompa penyalur. Pompa pertama digunakan untuk
mendistribusikan air untuk proses persiapan penyempurnaan. Pompa kedua
digunakan untuk mendistribusikan air untuk boiler. Pompa ketiga digunakan
untuk mendistribusikan untuk proses pencelupan dan penyempurnaan.
Pompa keempat digunakan untuk mendistribusikan air untuk warga sekitar
perusahaan untuk program CSR, dan pompa terakhir digunakan untuk
mendistribusikan air ke Departemen Pertenunan PT Nisshinbo Indonesia.
77
Syarat air deminelarisasi untuk proses pencelupan harus memiliki kesadahan
0°dH, oleh sebab itu air dari bak penampung akhir (bak distribusi) yang dialirkan
untuk proses pencelupan, akan masuk kembali pada tanki softener yang ada di
Bagian Boiler untuk menurunkan tingkat kesadahannya sebelum air mengalir ke
pipa ke bagian proses pencelupan. Proses demineralisasi terjadi didalam 2
tabung penukar ion (ion exchanger tank) yang berisikan resin penukar ion positif
(kation resin) dan resin penukar ion negative (anion resin).
Pada tabung yang berisikan resin kation terjadi proses pertukaran ion-ion positif
seperti Magnesium (Mg), Kalsium (Ca) dan Natrium (Na) dengan ion H+ dari resin
kation, sedangkan pada tabung anion terjadi pertukaran ion-ion negatif seperti Cl,
SO4, SiO2 dengan ion OH- dari resin anion. Diagram alir pengolahan air untuk
proses basah tekstil di PT Nisshinbo Indonesia pada Gambar 3.20 di
halaman 79.
78
Sumber : Bagian Waste and Water Treatment PT Niishinbo Indonesia 2016
Gambar 3.20 Diagram alir proses pengolahan air proses di PT Nisshinbo Indonesia
79
Sumber : Bagian Waste and Water Treatment PT Niishinbo Indonesia 2016
Gambar 3.21 Diagram alir proses pengolahan air limbah di PT Nisshinbo Indonesia
80
3. Air limbah kemudian masuk ke dalam bak netralisasi. Limbah dinetralisasi
menggunakan H2SO4 70% atau HCL 14% bertujuan untuk menurunkan pH
air limbah agar berada pada rentang pH 6-8 karena pH limbah cair yang
keluar cenderung berkisar antara 11-12.
4. Air limbah dialirkan ke bak koagulasi yang berisi poli alumunium klorida
(PAC) dan Decoloring Agent (SPT) dan dilakukan pengadukan. Bertujuan
untuk memecah warna yang terdapat pada limbah pencelupan. Pada proses
koagulasi terjadi penggumpalan dan pengendapan partikel-partikel pengotor
(koloid) yang terdapat dalam air limbah.
5. Proses diteruskan pada tangki flokulasi. Pada tangki ini terjadi poses
sedimentasi yang bertujuan untuk memisahkan flok yang terbentuk.
6. Air limbah kemudian masuk pada clarifier I (primary clarifier).
7. Endapan padatan hasil sedimentasi dipisahkan dengan scrapper sludge dan
dialirkan ke collecting sludge, sementara air limbah masuk ke dalam bak
anoksik.
8. Setelah proses anoksik, air limbah dialirkan ke dalam bak aerasi. Bak aerasi
yang digunakan terdiri dari 3 bak dengan 2 buah aerator. Aerator yang
dipasang berfungsi sebagai penyedia oksigen bagi bakteri yang terdapat
dalam bak aerasi.
9. Air limbah bersama-sama dengan lumpur aktif berbakteri dipompakan
menggunakan aeration pump ke dalam clarifier II yang kemudian dipisahkan
dengan sedimentasi.
10. Lapisan lumpur dipisahkan dengan scapper sludge dan dialirkan kembali ke
aeration tank dengan mengguakan pompa.
11. Air hasil pengolahan yang telah bersih dari clarifier II kemudian dibuang ke
sungai.
12. Lumpur yang telah diendapkan selanjutnya ditampung ke dalam tanki
penampung lumpur.
Lumpur dihasilkan dari sisa pengolahan air proses dan limbah cair dan tergolong
jenis limbah beracun. Pengolahan lumpur dilakukan dengan metoda belt press
dimana lumpur yang akan diolah akan melalui dua tahapan yaitu:
- Draining Zone
Pada daerah ini lumpur mengalir dan tersebar merata di atas lembaran wire.
Pengeluaran air dilakukan tanpa tekanan, hanya mengandalkan gravitasi sampai
mencapai kadar padatan tertentu, selanjutnya lumput memasuki daerah
pengeringan bertekanan.
- Daerah Pengeringan Bertekanan (Pressing Zone)
Air keluar dari lumpur dengan cara dijepit di antara dua belt atau wire sambil
ditekan oleh rol secara bertahap di daerah pressing zone, dengan tekanan
meningkatkan sejalan dengan mengecilnya rol. Pada saat dijepit, air diperas ke
luar sampai akhir daerah bertekanan, yang selanjutnya memasuki daerah
pengelupasan lumpur dari belt atau wire (share zone). Sebelum difungsikan
kembali di daerah pengeluaran air, belt atau wire perlu dicuci dahulu. Umumnya
kadar padatan kering yang bisa dicapai antara 30-40% atau kandungan air 60-
70%, untuk lumpur kimia-fisika dan 22-30% atau kandungan air 70-80%, untuk
lumpur biologi. Pengondisian lumpur dengan menambahkan polimer perlu
dilakukan untuk mempercepat dan mempermudah pengeluaran air. Polimer yang
digunakan oleh PT Nisshinbo Indonesia ialah Macro Flock KP-1508. Padatan
kering lumpur kemuidian dimasukkan ke dalam karung khusus yang kemudian
padatan kering tersebut akan dibawa oleh PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk
untuk dijadikan bahan baku pembuatan semen.
82
dilakukan dengan menyalurkan gas yang terbentu dari proses pengelantangan
menggunakan pipa pada instalasi pengolahan gas klor.
Pengolahan gas klor yang terdapat pada bahan dilakukan dengan menetralisir
kandungan klor pada kain yang direkasikan dengan H2O2, sedangkan
pengolahan gas klor yang diserap dalan conveyor dilakukan dengan
mereaksikan dengan lurutan NaOH pada tabung-tabung instalasi sehingga saat
dibuang gas telah kembali netral pH netral pula.
6. Laboratoruim
83
kewenangan untuk menghentikan proses produksi yang sedang berjalan dan
menganalisis ketidaksesuaian yang terjadi. Laboratorium Optical White Test
(OWT) bertanggung jawab atas penerbitan resep dan proses pembuatan larutan
penyempurnaan resin yang akan digunakan dalam proses produksi.
Laboratorium Optical White Test (OWT) milik PT Nisshinbo Indonesia memiliki
mesin curing garmen, mesin curing, dan meja untuk analisis yang dilengkapi oleh
lampu UV, lampu D 65 dan spektrofotometer AU Colors.
84
Lanjutan Tabel 3.14 Evaluasi metode JIS yang dilakukan PT Nisshinbo Indonesia
85
Lanjutan Tabel 3.14 Evaluasi metode JIS yang dilakukan PT Nisshinbo Indonesia
87
Lanjutan Tabel 3.15 Daftar alat uji laboratorium Quality Control PT Nisshinbo
Indonesia
7. Gudang
Pergudangan di PT Nisshinbo Indonesia digunakan sebagai tempat menyimpan
bahan baku, hasil produksi, peralatan dan zat-zat kimia. Kebersihan dan
keamanan gudang sangat diperhatikan oleh pihak perusahaan hal ini dilakukan
untuk menjaga kualitas bahan atau produk agar tetap terjaga. PT Nisshinbo
Indonesia memiliki delapan gudang utama:
88
Sumber : Departemen Personalia dan Urusan Umum PT Nisshinbo Indonesia 2016
Keterangan gambar:
1. Gudang kain grey untuk proses produksi.
2. Gudang kain grey hasil produksi Departemen Pertenunan.
3. Gudang zat warna untuk proses pencelupan.
4. Gudang zat untuk pengolahan air proses dan air limbah.
5. Gudang zat pembantu dan resin untuk penyempurnaan.
6. Gudang peralatan dan suku cadang mesin.
7. Gudang kain jadi yang siap di distribusikan ke pelanggan.
8. Gudang zat-zat untuk kebutuhan Bagian Persiapan Penyempurnaan.
89
3.3 Pemeliharaan dan Perbaikan
90
Kegiatan ini merupakan kegiatan turun mesin (overhaul) yang bertujuan untuk
menjaga efisiensi kerja mesin dan memelihara agar mesin bertahan lama. Tugas
pemelihaan dan perbaikan (Maintenance) yang memelihara dan memperbaiki
mesin dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
91
tertentu secara insidental bila terjadi kerusakan atau kelainan pada mesin yang
dapat mengganggu proses produksi.
Bahan baku akan digunakan pada proses produksi harus diperiksa terlebih
dahulu. Salah satu bahan baku yang digunakan adalah kain grey, dimana
sebelum dilakukannya produksi, kain tersebut telah dilakukan pemeriksaan pada
saat proses pemartaian kain dan apabila pada saat proses terlihat adanya cacat
maka kain akan diberhentikan dari proses produksi kemudian dilakukan
pemeriksaan secara visual pada mesin inspek. Untuk periksaan zat warna baru
dilakukan di laboratorium dengan cara kain yang sama dicelupkan pada zat
warna baru dan zat warna lama kemudian dilakukan pengamatan mengenai
warna yang dihasilkan apabila sama maka dilakukan pemesanan terhadap zat
warna. Sedangkan untuk resin dilakukan percobaan langsung dibagian produksi
dengan kain sebanyak 5 yard apabila hasil bagus maka dilakukan pemesanan
terhadap resin tersebut.
3.4.2 Proses
92
dilakukan. Sehingga dengan adanya kartu proses akan meminimalisir kesalahan
proses yang akan dilakukan. Kartu proses di PT Nisshinbo Indonesia ada
beberapa warna diantaranya:
Kartu proses akan diperiksa dan diawasi oleh kepala bagian dan kepala shift dari
masing-masing bagian. Ketika terjadi kesalahan atau ditemukan cacat, maka
operator harus melapor ke kepala shift atau ke kepala bagian dan menuliskannya
di kartu proses. Proses produksi juga dikontrol oleh production control (PC),
apabila terdapat cacat maka bagian PC akan berkerja sama dengan departemen
tersebut untuk mengatasi cacat tersebut kemudian mengatur ulang kembali
jadwal dan membuat kartu proses dengan warna orange.
3.4.3 Produk
93
BAB IV DISKUSI
Proses merserisasi pada prinsipnya terbagi atas beberapa tahapan proses yaitu
impregnasi larutan, penegangan, pencucian panas, penetralan, dan pembilasan.
Natrium hidroksida adalah zat kimia utama pada proses merserisasi. Pada
proses impregnasi difusi larutan alkali ke dalam kain. Penegangan ke arah lusi
kemudian penegangan ke arah pakan. Kain melewati proses pencucian panas
untuk menghilangkan sisa alkali yang menempel pada kain kemudian penetralan
dan pembilasan. Pada saat kain mengalami penegangan ke arah pakan dari
bagian atas adanya shower air panas yang mengandung larutan alkali dan di
bagian bawah ada naspam yang berfungsi untuk menyedot larutan alkali pada
kain sehingga menimbulkan terakulasinya sisa larutan alkali sedangkan pada
proses pencucian panas, alkali yang hanya menempel pada permukaan kain
sehingga air pencucian panas mengadung alkali. Sisa larutan alkali tersebut
masih bernilai ekonomis karena memiliki konsentrasi 7-10°Be yang jika dibuang
langsung akan mencemari lingkungan karena memiliki nilai beban pencemar
BOD 2,0 kg/ton dan COD 6,0 kg/ton, sehingga butuh strategi untuk mengolah
sisa larutan alkali.
Oleh karena itu, secara khusus dilakukan pengamatan mengenai proses daur
ulang/recovery alkali (NaOH) dan elemen-elemen mesin pada mesin caustic
recovery system.
94
4.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah yang akan dibahas
meliputi:
6. Bagaimana proses caustic recovery sehingga bisa digunakan kembali untuk
proses merserisasi?
7. Elemen-elemen apa yang terdapat pada mesin caustic recovery?
4.3 Pembahasan
4.3.3 Daur Ulang/Recovery Alkali (NaOH)
Daur ulang/recovery adalah proses untuk membuat suatu bahan bekas menjadi
bahan baru, tujuan dari daur ulang/recovery yaitu mengurangi penggunaan
bahan baku.
Gambar di bawah ini menunjukkan input ke unit daur ulang alkali (NaOH)
Bejana
uap
Evapora
tor Uap
air Uap
dan
air
alkali
Alkali
lemah
Uap dari Uap air
boiler ketahap
Si selanjutny
rk a atau
Alkali Ua kondensat
ul p
lemah
a air
mendidd
si unt
ih
al uk
k pe
al ma
i Alkali lemah
na
Konde le ke tahap
Pipa sa
nsat m selanjutnya
kemb n
a aw
ali
h al
Alkali
lemah
untuk
proses
daur
ulang
Sumber: www.google.com 15 Desember 2016
Pemanasan
Larutan alkali (NaOH) melewati
awal serangkaian pre-heaters kemudian larutan alkali
(NaOH) masuk kedalam pemanasan (heater), di dalam heater larutan alkali
(NaOH) berada pada bagian pipa sedangkan uap (steam) dari boiler dibagian
luar pipa. Ketika steam dari boiler masuk dan adanya tekanan maka temperatur
pada heater akan naik dan terjadi perpindahan panas sehingga larutan alkali
(NaOH) mulai mendidih, evaporator mengubah pelarut (air) menjadi uap air
96
kemudian terjadi pemisahan uap dari larutan alkali (NaOH) lalu uap dimasukkan
ke dalam kondensor sebagai kondensat yang dialirkan ke water treatment.
Campuran larutan alkali (NaOH) dan uap memasuki alat pemisah (flash vessel)
yang akan memisahkan antara uap dan larutan alkali (NaOH). Proses
pemanasan dan pemisahan antara uap dan larutan natrium hidroksida akan
dilakukan secara berulang seperti gambar dibawah ini:
Fv F Fv
Ua 1 v 3
p
2
dari
boil
er
Ko
nd- Air
ens pan
at as
Alkali
Konden
kuat Air
sat
(35°Be dingin
) Alkali
lemah (7-
10°Be)
Konsentrasi alkali selama
daur ulang
Keterangan:
p1 dan p2 adalah pre-heater (pemanasan awal).
1, 2, dan 3 adalah heater (pemanasan).
Fv1, Fv2, dan Fv3 adalah flash vessel (bejana uap).
Tekanan tertinggi adalah pada heater 1 yaitu 650 mmhg atau sekitar 0,855263
atm karena pada dasarnya mendidih diartikan jika tekanan uap pada heater
97
sama dengan tekanan lingkungannya, terjadi tumbukan antar uap dengan
dengan dinding pipa lebih besar mengakibatkan tekanan pada dalam heater
akan besar pula sehingga besar tekanan uap akan cepat menyamai tekanan
lingkungannya. Kemudian terjadi penguapan dan pemisahan antara larutan alkali
dengan uap air, kemudian campuran larutan alkali dan uap dialirkan ke flash
vessel agar alkali dan uap terpisah sedangkan uap air dialirkan pada kondensor,
uap air berada di fase dimana berada pada temparetur dan tekanan tertentu,
akan mengalami penurunan temperatur secara cepat. Akibat dari penurunan
temperatur ini akan terjadi pelepasan energi panas dan membentuk kondensat.
Kondensat dari tahap pertama mengalir kembali ke water treatment. Pada heater
1 dengan temperatur 130°C heating steam menghasilkan uap yang mengalir
sebagai pemanasan uap ke heater 2 dengan temperatur 110°C larutan alkali
masuk kedalam heater 2 terjadi perpindahan panas, penguapan dan pemisahan
pelarut (air) dengan larutan alkali. Uap dari heater kedua memanaskan heater 3
dengan temperatur 80°C larutan alkali kembali dipanaskan terjadi penguapan
dan pemisahan pelarut (air) dengan larutan alkali pada flash vessel larutan alkali
pada tahap terakhir adalah strong lye masuk ke dalam tangki produk sedangkan
uap dari heater 3 dikondensasikan dengan pendingin air di kondensor (c) tahap
terakhir beroperasi di bawah vakum dikelola oleh ejektor uap jet vakum (v)
dengan setelah-kondensor (ac).
Oleh karena itu, untuk memeriksa derajat baum larutan hasil proses daur ulang
yaitu dengan cara mengambil larutan alkali sebanyak 100 ml menggunakan
gelas ukur, kemudian masukkan baume meter ke dalam gelas ukur, baume
meter akan mengapung dan menunjukkan derajat baume dari larutan alkali
tersebut. Prinsip kerjanya seperti Hukum Archimedes bahwa benda yang
tercelup ke dalam fluida akan mengalami gaya mendorong ke atas sama dengan
berat fluida yang dipindahkan, seperti gambar dibawah ini:
Berdasarkan data selama bulan Oktober- Desember 2016 pada bagian caustic
recovery system, adalah sebagai berikut:
Data tersebut dapat menunjukkan jumlah ton alkali lemah yang di daur ulang
pada mesin caustic recovery system dan jumlah yang digunakan kembali untuk
proses merserisasi, sehingga adanya proses daur ulang alkali dapat mengurangi
penggunaan alkali (NaOH).
99
- Gyroscreen adalah alat penyaringan yang berfungsi untuk menyaring natrium
hidroksida dan kotoran. Dilihat pada Gambar 4.6 berikut ini:
100
- Flash vessel 1, 2, dan 3 berfungsi untuk memisahkan uap dan larutan
natrium hidroksida (weak lye). Dilihat pada Gambar 4.9 berikut ini:
- Kondensor yaitu tangki untuk menampung uap dan merubah uap menjadi
kondensat. Dilihat pada Gambar 4.10 dibawah ini:
Air
panas
Konden
Air sat
dingin
- Tangki Produk untuk menampung larutan strong lye yang telah melalui
proses recovery dan akan mentrasfer natrium hidroksida ke bagian
merserisasi. Dilihat pada Gambar 4.11 berikut ini:
101
Sumber: Bagian caustic recovery PT Nisshinbo Indonesia 2016
Gambar 4.11 Tangki produksi natrium hidroksida
102
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan mengenai proses caustic
recovery pada mesin causic recovery system maka dapat diambil beberapa
kesimpulan, antara lain sebagai berikut:
1. Proses caustic recovery dilakukan dengan cara penguapan, sehingga didapat
larutan natrium hidroksida yang lebih besar konsentrasinya.
2. Proses caustic recovery menghemat penggunaan natrium hidroksida pada
proses merserisasi.
3. Limbah yang dihasilkan proses merserisasi jauh lebih sedikit dengan adanya
proses caustic recovery.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan yang sudah dilakukan maka ada beberapa saran
yang mungkin dapat dipertimbangkan:
1. Sebaiknya konsentrasi produk dari caustic recovery (strong lye) disesuaikan
dengan konsentrasi larutan alkali pada proses merserisasi agar dapat
menghemat penggunaan energi dan air.
2. Perlu dilakukan identifikasi air buangan (kondensat) agar bisa digunakan
kembali untuk proses yang lainnya.
3. Uap yang dipakai untuk proses pemanasan pada pre-heater sebaiknya
menggunakan uap sisa buangan dari mesin yang lain.
103
DAFTAR PUSTAKA
Isminingsih Gitopadmojo., (2008) Seri Kuliah Air Proses Untuk Industri Tesktil
Pengolahan Limbah dan Produksi Bersih. Bandung. Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
https://www.koerting.de/en/caustic-recovery-plants.html
diakses pada 15 Desember 2016
https://www.koerting.de/en/caustic-recovery-plants.html
diakses pada 15 Desember 2016
https://www.kanal.web.id/2016/07/pengertian-kawasan-berikat-dan.html
diakses pada 15 Desember 2016
104