Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pengenalan
1. Akidah dari segi bahasa berarti simpulan iman ataupun pegangan yang kuat atau satu
keyakinan yang menjadi pegangan yang kuat
2. Akidah dari sudut istilah ialah kepercayaan yang pasti dan keputusan yang muktamat
tidak bercampur dengan syak atau keraguan pada seseorang yang berakidah sama ada
akidah yang betul atau sebaliknya
3. Akidah Islam ialah kepercayaan dan keyakinan terhadap Allah sebagai rabb dan ilah
serta beriman dengan nama-namaNya dan segala sifat-sifatNya juga beriman dengan
adanya malaikat, kitab-kitab, para Rasul, Hari Akhirat dan beriman dengan taqdir
Allah sama ada baik atau buruk termasuk juga segala apa yang datang dari Allah.
Seterusnya patuh dan taat pada segala ajaran dan petunjuknya. Oleh itu, akidah Islam
ialah keimanan dan keyakinan terhadap Allah dan RasulNya serta apa yang dibawa
oleh Rasul dan dilaksanakan dalam kehidupan
Pengertian Akidah
1. Ilmu yang membicarakan perkara-perkara yang berkaitan keyakinan terhadap Allah
swt dan sifat-sifat kesempurnaanNya.
2. Setiap umat Islam wajib mengetahui, mempelajari dan mendalami ilmu akidah supaya
tidak berlaku perkara-perkara yang membawa kepada penyelewengan akidah kepada
Allah swt
3. Akidah sebenar adalah akidah yang berdasarkan pada al-Quran dan As-Sunnah
Ilmu Akidah
Ilmu Tauhid
Ilmu yang menerangkan tentang sifat Allah swt yang wajib diketahui dan dipercayai
Ilmu Usuluddin
Suatu ilmu yang kepercayaan dalam agama Islam, iaitu kepercayaan kepada Allah swt dan
pesuruhNya
Ilmu Makrifat
Suatu ilmu yang membahaskan perkara-perkara yang berhubung dengan cara-cara mengenal
Allah swt
Ilmu Kalam
Sesuatu ilmu yang membahas tentang akidah dengan dalil-dalil aqliah (ilmiah) sebagai
perisai terhadap segala tentangan daripada pihak lawan
Ilmu Akidah
Suatu ilmu yang membahas tentang perkara-perkara yang berhubung dengan keimanan
kepada Allah swt
Dasar dari akidah Islam adalah al-Qur’an dan Hadits. Al-Qur’an dan Hadits/Sunnah
Rasul merupakan dua perkara yang diwariskan kepada umat Islam oleh Nabi Muhamad
SAW, untuk dijadikan pedoman hidup umat Islam dalam kehidupan sehari-hari, dalam segala
tingkah laku dan perbuatan.
Adapun penjelasan dari masing-masing dasar aqidah Islam tersebut adalah sebagai
berikut;
1. Al-Qur’an
Al-Qur'an adalah firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad
SAW melalui perantara Malaikat Jibril. Al-Qur’an merupakan dasar pokok akidah Islam yang
paling utama. Al-Qur’an menjelaskan tentang segala hal yang ada di alam semesta ini, dari
yang jelas sampai hal yang ghaib termasuk masalah-masalah yang berkaitan dengan ajaran
pokok tentang keyakinan dan keimanan. Sedangkan dasar-dasar akidah yang harus diimani
oleh setiap muslim di antaranya QS an-Nisa/4 : 136
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-
jauhnya”. (QS. An- Nisa / 4 :136)
2. Al-Hadits
Hadits adalah segala ucapan, perbuatan dan takrir (sikap diam) Nabi Muhammad
SAW. Dalam agama Islam, ditegaskan bahwa hadits adalah hukum Islam kedua setelah Al-
Qur'an, baik sebagai sumber hukum dalam akidah ataupun dalam segala persoalan hidup
manusia. Hadits memiliki fungsi sebagai pedoman yang menjelaskan masalah-masalah yang
ditetapkan di dalam al-Qur’an yang masih bersifat umum.
Setidaknya ada dua alasan bahwa Hadits merupakan pedoman akidah Islam, yaitu :
Hadits yang bersumber dari Nabi Muhamad SAW, tidaklah semata-mata keluar dari
hawa nafsu. Akan tetapi semata-mata berasal dari wahyu Allah SWT Sebagaimana
ditegaskan QS. an-Najm/53 :3-5.
Artinya :
“Dan tidaklah mengucapkan dari hawa nafsu. Tetapi yang diucapkan tidak lain hanya dari
wahyu yang diwahyukan. Yang diajarkan kepadanya oleh Jibril yang sangat kuat”. ( QS. An
Najm/53 : 3 – 5 ).
Ayat tersebut berisi peringatan keras kepada orang-orang yang masih meragukan
kebenaran Islam yang beliau sampaikan. Dengan adanya ayat tersebut, manusia diharapkan
untuk memercayai dengan sepenuh hati bahwa apa-apa yang diucapkan oleh Rasulullah SAW
benar-benar berasal dari Allah SWT, bahwa Rasulullah SAW memiliki sifat shidiq (benar).
b. Allah SWT telah memberi petunjuk kepada manusia agar mengakui kebenaran yang
disampaikan Rasulullah SAW. Sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. Al-Hasyr/59: 7 yang
artinya:
“…apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu,
Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras
hukumannya”
Apa-apa yang disampaikan Rasulullah SAW. kepada manusia adalah petunjuk hidup
dari Allah SWT. Termasuk akidah Islam. Oleh karena itu, setiap setiap orang yang mengaku
beriman kepada Rasul wajib mengikuti akidah yang diajarkan Rasulullah SAW.
c. Banyak Hadits yang menjelaskan maksud beberapa ayat Al-qur'an yang masih bersifat
global, termasuk masalah akidah Islam. Contohnya Allah swt berfirman sebagai berikut:
Artinya:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun …” (Q.S.
An-Nisa'/4: 36)
Ayat diatas berisi perintah untuk menyembah Allah saja dan larangan menyekutukan
Dia dengan apa pun, tetapi tidak dijelaskan bagaimana cara menyembah Allah dan
bagaimana pula sikap yang tidak tergolong mempersekutukan Dia.
Tata cara menyembah Allah dan bentuk-bentuk perbuatan menyekutukan Allah dapat
dipahami melalui hadits Nabi Muhammad SAW. Oleh sebab itu, hadits dapat memperjelas
maksud ayat Al-Qur'an.
Di dalam hadits disebutkan bahwa bentuk-bentuk menyekutukan Allah, antara lain memuja
patung, minta tolong kepada roh nenek moyang, dan membuat sesaji untuk jin dan setan.
c. Tujuan akidah Islam
Orang yang mempelajari suatu ilmu, pasti mempunyai tujuan. Demikian juga halnya
dengan orang yang mempelajari akidah Islam. Adapun tujuan mempelajari akidah
Islam antara lain sebagai berikut ;
1. Agar mendapatkan tuntunan untuk mengembangkan dasar ketuhanan yang telah
ada sejak lahir.
Manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Sejak dilahirkan manusia cenderung
mengakui adanya Tuhan.
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman) : “Bukankah Aku ini Tuhanmu? “. Mereka menjawab : “ Betul (Engkau
Tuhan kami),kami jadi saksi “. (Kami lakukan demikian itu) agar di hari kiamat
kamu tidak mengatakan : “ Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang yanga
lengah terhadap ini (keesaan Allah). Atau agar kamu tidak mengatakan : “
Sesungguhnya orang –orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu,
sedangkan kami adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka
apakah Engakau akan membinasakan kami karena perbuatan-perbuatan orang-
orang yang sesat dahulu”. (QS. Al- A’raf / 7 : 172 – 173).
Berdasarkan firman Allah tersebut, dapat dipahami bahwa tiap-tiap orang telah
mengakui dan meyakini adanya dzat Allah, dan pengakauan serta keyakinan itu telah
ada sejak lahir. Untuk mengembangkan dasar ketuhanan ini, Rasulullah SAW telah
memerintahkan kepada orang tua untuk selalu menjaga dan mendidiknya dengan
baik, agar dasar ketuhanan yang telah ada dapat berkembang sesuai dengan fitrah
Islam.
Rasulullah SAW bersabda :
صلهى ه
َّللاُ َعلَ ْي ِه َ َّللا ِ سو ُل ه ُ َع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرة َ قَا َل قَا َل َر
ْ سله َم ُك ُّل َم ْولُود يُولَدُ َعلَى ْال ِف
ط َرةِ فَأَبَ َواهُ يُ َه ِّ ِودَانِ ِه ا َ ْو َ َو
رواه البخاري.سا ِن ِه َ َص َرا ِن ِه ا َ ْو يُ َم ِ ِّج
ِّ ِ يُن
Artinya :
“Dari Abu Hurairah ra berkata, bersabda Rasulullah SAW; “Setiap anak yang
dilahirkan pasti dalam keadaan fitrah (beragama Islam), maka orang tuanyalah yang
menjadikan anak itu beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi” (H.R. Bukhari)
2. Untuk menghindarkan diri dari pengaruh kehidupan yang sesat atau jauh dari petunjuk
hidup yang benar.
“Dan sungguh, inilah jalanKu yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan
(yang lain) yang mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan
kepadamu agar kamu bertakwa”.(QS. Al- An’am /6 : 153)
3. Membimbing manusia untuk berkeyakinan kepada Allah SWT. Tanpa petunjuk agama
manusia bisa tidak sampai mengenal Tuhan dengan benar.
“Al-Quran itu sebagai petunjuk manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu
dan pembeda (antara yang hak dan batil)”.(QS. Al- Baqarah /2 :185)
“ Dan Tuhanmu adalah Allah yang maha Esa tidak ada tuhan melainkan Dia, Yang maha
Pemurah lagi maha Penyayang”.(QS. Al- Baqarah /2 : 163)
5. Untuk lebih memupuk ketebalan iman dengan mencintai dan taat kepada Allah dan
rasul-Nya.
Artinya:
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan
apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(Q.S. Al-Mujadillah: 11)
6. Selamat dan Sentosa
Karena As-sunnah bahtera keselamatan, barang siapa berpegang teguh padanya,
niscaya aan selamat dan sentosa. Dan barang siapa meninggalkannya, niscaya ia akan
tenggelam dan celaka.
7. Berpengaruh terhadap perilaku, akhlak (moralitas) dan Mua’amalah
Akidah ini memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap hal-hal tersebut karena
manusia dikendalikan dan diarahkan oleh akidah (Ideologi) nya. Sesungguhnya
penyimpangan didalam perilaku, akhlak dan mua’malah, merupakan akibat dari
penyimpangan didalam aqidah. Hal ini karena perilaku pada kebiasaannya adalah buah dari
aqidah yang diyakini oleh seseorang dan efek dari agama yang dianutnya.
Aqidah Islam memerintahkan kepada para penganutnya agar mengerjakan segala
macam kebaikan dan melarangnya dari segala macam keburukan. Ia memerintahkan berbuat
adil dan berjalan lurus, seta melarang berbuat zalim dan menyimpang.
e. Ruang Lingkup ilmu tauhid atau ilmu akidah
A.Aqidah Pokok
Obyek materi pembahasan mengenai aqidah pada umumnya adalah Arkan Al-Iman,
yaitu:
Aqidah Islam berawal dari keyakinan kepada zat mutlak yang Maha Esa yang disebut
Allah. Allah Maha Esa dalam zat, sifat, perbuatan dan wujudnya. Kemaha-Esaan Allah dalam
zat, sifat, perbuatan dan wujdunya itu disebut tauhid. Tauhid menjadi inti rukun iman.
Aqidah pokok yang perlu dipercayai oleh tiap-tiap muslimin, yang termasuk unsur
pertama dari unsur-unsur keimanan ialah mempercayai
Allah zat yang maha mutlak itu, menurut ajaran Islam, adalah Tuhan yang Maha Esa.
Segala sesuatu yang mengenai Tuhan disebut ketuhanan.
Firman Allah QS. Al-Baqarah (2): 163.
Terjemahnya:
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
Dengan demikian setelah kita mengimani Allah, maka kita membenarkan segala
perbuatan dengan beribadah kepadanya, melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi
segala larangannya, mengakui bahwa Allah swt. bersifat dari segala sifat, dengan ciptaan-Nya
di muka bumi sebagai bukti keberadaan, kekuasaan, dan kesempurnaan Allah swt.
1. Wujud (Ada)
2. Qidam (Dahulu)
3. Baq’ (Kekal)
4. Mukhalafatuhu lil hawaditsi (Berbeda, tidak menyerupai apapun)
5. Qiyamuhu binafsihi (Berdiri sendiri)
6. Wahdaniyah (Tunggal)
7. Qudrat (Kuasa)
8. Iradah (Berkehendak)
9. ‘Ilmu (Mengetahui)
10. Hayat (Hidup)
11. Sama’ (Mendengar)
12. Bashar (Melihat)
13. Kalam (Berfirman)
14. Qadiran (Selalu Berkuasa)
15. Muridan (Selalu Berkehendak)
16. ‘Aliman (Yang Mengetahui)
17. Hayyan (Yang Hidup)
18. Sami’an (Yang Selalu Mendengar)
19. Bashiran (Yang Selamanya Melihat)
20. Mutakalliman (Yang Senantiasa Berkata-kata)
Malaikat selalu memperhambakan diri kepada Allah dan patuh akan segala perintah-
Nya, serta tidak pernah berbuat maksiat dan durhaka kepada Allah swt.
Firman Allah swt. QS. Al-Anbiya (21): 27
Jadi, yang dimaksud dengan mengimani kitab Allah ialah mengimani sebagaimana
yang diterangkan oleh Al-Qur’an dengan tidak menambah dan mengurangi. Kitab-kitab yang
diturunkan Allah telah turun berjumlah banyak, sebanyak rasulnya. Akan tetapi, yang masih
ada sampai sekarang nama dan hakikatnya hanya Al-Qur’an. Sedangkan yang masih ada
namanya saja ialah Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa dan
Zabur kepada Daud.
Kitab-kitab Allah yang diturunkan sebelum kitab suci Al-Qur’an tidak bersifat
universal seperti Al-Qur’an, tapi hanya bersifat lokal untuk umat tertentu. Dan tidak berlaku
sepanjang masa. Oleh karena itu, tidak memberi jaminan terpelihara keaslian atau keberadaan
kitab-kitab tersebut sepanjang zaman sebagaimana halnya Allah memberikan jaminan
terhadap Al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang memuat wahyu Allah yang disampaikan
oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad selama masa kerasulannya. Al-Qur’an
merupakan kitab suci yang mempunyai kesempurnaan di atas kitab-kitab sebelumnya atau
menjadi penyempurna, kelebihan Al-Qur’an tidak dapat diragukan lagi
Masalah yang masih diperselisihkan dalam kaitannya dengan iman kepada para Nabi
dan Rasul adalah mengenai jumlah. Hanya Allah yang mengetahui jumlahnya. Sebagian
ulama mengatakan bahwa jumlah seluruhnya adalah 124.000 orang. Dari sejumlah itu yang
diangkat menjadi Rasul ada 313 orang.
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan
mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. Dan siapakah orang
yang lebih benar perkataan (nya) daripada Allah.”
Hari kiamat (Hari Akhirat) ialah kehancuran alam semesta segala yang ada didunia ini
akan musnah dan semua makhluk hidup akan mati, selanjutnya akan berganti dengan yang
baru yang disebut Alam Akhirat. Iman kepada hari kiamat berarti mempercayai akan adanya
hari tersebut dan kehidupan sesudah mati serta beberap hal yang berhubungan dengan hari
kiamat. Seperti kebangkitan dari kubur, Hisab (Perhitungan Amal), Sirat (Jembatan yang
terbentang diatas punggung neraka), Surga dan Neraka. Kapan hari kiamat akan datang, tidak
seorangpun yang tahu dan hanya Allah saja yang mengetahui. Manusia hanya diberi tahu
melalui tanda-tandanya sebelum hari kiamat tiba.
Sejak zaman azali, ketentuan itu telah ditulis didalam Lauh Muhfuzh (papan tulis
yang terpelihara). Jadi, semua yang sudah, sedang dan akan terjadi di dunia ini semuanya
sudah diketahui oleh Allah SWT.
Ada beberapa hikmah yang dapat dipetik dari keimanan kepada qada dan qadar, ini antara
lain:
1. Melahirkan kesadaran bagi umat manusia bahwa segala sesuatu di dalam semesta ini berjalan
sesuai dengan hukum-hukum yang telah ditetapkan pasti oleh Allah SWT.
2. Mendorong manusia untuk terus beramal dengan sungguh-sungguh untuk mencapai
kehidupan baik di dunia maupun di akhirat, mengikuti hukum sebab akibat dari Allah SWT.
3. Mendorong manusia untuk semakin dekat dengan Allah SWT.
4. Menanamkan sikap tawakkal dalam diri manusia, karena manusia hanya bisa berusaha dan
berdoa, sedangkan nasibnya diserahkan kepada Allah SWT.
5. Mendatangkan ketenangan jiwa dan ketentraman hidup, karena menyakini apapun yang
terjadi adalah atas kehendak dan qadar Allah SWT,
B. Aqidah cabang
Aqidah cabang adalah cabang-cabang aqidah yang pemahamannya bervariasi dari
masing-masing aspek rukun iman yang enam. Setelah berakhirnya kepemimpinan Khalifah
Umar bin Khattab umat Islam tidak dapat menahan diri dengan apa yang telah dijaga
bersama. Kemudian muncul kemelut yang pada klimaksnya melahirkan peristiwa
pembunuhan Khalifah Usman bin Affan (Tahun 345-656 M) oleh para pemberontak yang
sebagian besar dari Mesir yang tidak puas dengan kebijakan politiknya.
Memang secara lahir nampak peristiwa adalah persualan politik yang berkembang
menjadi persoalan Akidah (Teologi) yang melahirkan berbagai kelompok dan aliran teologi
dengan pandangan dan pendapat yang berbeda-beda. Pada masa umat Islam tidak mampu lagi
mempertahankan kesatuan dan keutuhan akidah, karena masing-masing berusaha membuka
persoalan akidah yang pada masa sebelumnya terkunci. Masing-masing kelompok membawa
keluar persoalan Akidah untuk dilepaskan bersama kelompoknya sehingga muncul
pemahaman versi kelompok tersebut.
Pertama : Golongan Mu’atilah yang diwakili oleh Golongan Mu’tazilah yang berpendapat
bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat. Dia adalah Esa, bersih dari hal-hal yang menjadikan
tidak Esa. Mereka meng Esakan Tuhan dengan mengosongkan Tuhan dari berbagai sifat-
sifat. Kedua : Golongan Ahlus Sunah Wal Jamaah yang diwakili oleh golongan (Asy’ariyah
dan Maturidiyah ) meyakini bahwa Tuhan mempunyai sifat yang sempurna dan tidak ada
yang menyamai-Nya. Mensifati Tuhan dengan sifat-sifat kesempunaan tidak akan
mengurangi ke Esaan-Nya Dan dalam masalah perbuatan/Af-Al Tuhan muncul perbedaan
cabang seperti ; apakah Tuhan mempunyai kewajiban berbuat. Golongan Mu’tazilah
berpendapat bahwa Tuhan mempunyai kewajiban berbuat baik dan terbaik bagi manusia (As
Salah Al Asbah). Sebaliknya, golongan Ahlus Sunah Wal Jamaah (Asy’ariyah dan
Maturidiyah) berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai kewajiban kepada makhluk-Nya.
Tuhan dapat berbuat sekehendak-Nya terhadap makhluknya karena kalau Tuhan mempunyai
kewajiban berbuat berarti kekuasaan Tuhan dan kehendak Tuhan tidak mutlak.
Permasalahan yang diikhtilafkan dalam persoalan kitab dikalanagan orang Islam ialah
apakah Al-Qur’an itu Qadim (kekal) atau hadis (baru). Golongan Asy’ariyah dan Maturidiyah
berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah Qadim, bukan makhluk (diciptakan). Sedangkan
pendapat yang lain mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah tidak qadim karena Al-Qur’an itu
diciptakan (makhluk).
Dalam persoalan mengimani takdir, orang Islam sepakat perlunya meyakini adanya
ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk yang ada dialam semesta ini. Namun
berbeda dalam memahami dan mempraktekannya Gilongan Jabariyah yang dipelopori oleh
Jahm bin Sahfwan berpendapat bahwa takdir Allah berarti manusia memiliki kemampuan
untuk memilih, segala perbuatan dan gerak yang dilakukan manusia pada hakikatnya adalah
dari Allah semata, manusia menurut merekasama seperti wayang yang digerakkan oleh ki
dalang karena itu manusia tidak mempunyai bagian sama sekali dalam mewujudkan
perbuatan-Nya. Pendapat lain bahwa manusia mampu mewujudkan perbuatannya. Tuhan
tidak ikut campur tangan dalam perbuatan manusia itu dan mereka menolak segala sesuatu
terjadi karena takdir Allah SWT. Golongan mereka disebut Aliran Qadariyah yang dipelopori
oleh Ma’bad Al-Jauhari dan Gharilan Al-Damsiki.