Vous êtes sur la page 1sur 8

14 Bab VI I.

Analisis Kebijakan Perdagangan Internasional

Peluang Kerjasama Perdagangan dan Investasi Pertanian Indonesia – Timur


Tengah.

Pendahuluan
Sektor pertanian mempunyai peranan signifikan dalam perekonomian
Indonesia, yaitu: (1) Menyediakan bahan makanan bagi penduduk yang jumlahnya
terus meningkat; (2) Sebagai sumber pendapatan dan lapangan kerja bagi
penduduk pedesaan; (3) Menyumbang penciptaan devisa non-migas; (4)
Merupakan lahan investasi bagi pengusaha dari dalam dan luar negeri; dan (5)
Mendorong pertumbuhan sektor-sektor perekonomian lain melalui kaitan
kebelakang dan kaitan kedepan.
Untuk meningkatkan peranan sektor pertanian tersebut, Departemen
Pertanian dari Kabinet Indonesia Bersatu telah menyusun Rencana Strategis
Pembangunan Pertanian 2005-2009. Kerjasama di bidang perdagangan, investasi
dan pertanian dengan negara-negara lain termasuk kawasan Timur Tengah juga
dikembangkan. Beberapa waktu yang silam, pemerintah Indonesia cq Departemen
Perindustrian dan Perdagangan serta Departemen Pertanian telah melakukan
kunjungan ke beberapa negara di kawasan tersebut dalam rangka meningkatkan
hubungan kerjasama.
Makalah ini bertujuan memberikan informasi tentang peluang kerjasama
perdagangan dan investasi pertanian Indonesia – Timur Tengah yang berguna bagi
para Duta Besar RI di negara-negara kawasan Timur Tengah dalam upaya
meningkatkan hubungan kerjasama di masa datang sehingga perekonomian dan
pertanian Indonesia dapat tumbuh lebih cepat.

Rencana Strategis Pembangunan Pertanian 2005 – 2009

Visi, Misi dan Tujuan


Visi pembangunan pertanian adalah mewujudkan pertanian yang tangguh
untuk memperkuat ketahanan pangan, meningkatkan nilai tambah dan daya saing
produk pertanian, serta memperbaiki kesejahteraan petani. Pertanian yang
tangguh dicirikan oleh: (1) Ilmu pengetahuan merupakan dasar utama dalam
pengambilan keputusan dan membangun intuisi, watak dan tradisi; (2) Kemajuan
teknologi merupakan instrumen utama dalam pemanfaatan sumberdaya; (3)
Mekanisme pasar sebagai media utama dalam transaksi barang dan jasa; (4)
Efisiensi dan produktivitas sebagai dasar utama dalam alokasi sumberdaya; (5)
Kualitas dan daya saing merupakan orientasi dan tujuan; (6) Profesionalisme
sebagai karakter utama; dan (7) Rekayasa sebagai cara utama peningkatan nilai
tambah sehingga setiap produk selalu memenuhi standar yang ditetapkan.
Misi pembangunan pertanian yang harus dilaksanakan untuk mencapai visi
tersebut di atas adalah: (1) Mengaktualisasikan integritas profesional dan moral
birokrasi pertanian; (2) Merangsang pembangunan pertanian yang tangguh dan
berkelanjutan; (3) Merealisasikan ketahanan pangan melalui peningkatan
produksi dan diversifikasi konsumsi makanan; (4) Meningkatkan peranan
Analisis Kebijakan 15

pertanian dalam perekonomian nasional; (5) Memperbaiki akses petani terhadap


sumberdaya dan jasa pertanian; dan (6) Melakukan advokasi kepentingan petani
dan memberikan perlindungan dalam perdagangan domestik dan global.
Tujuan pembangunan pertanian sesuai dengan visi dan misi tersebut di
atas adalah: (1) Membangun aparat pemerintah yang profesional dan
kelembagaan yang kuat; (2) Memperbaiki dan mengkonservasi penggunaan
sumberdaya alami; (3) Memperkuat ketahanan dan keamanan pangan; (4)
Meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk pertanian dan keamanan
pangan; (5) Mendorong kegiatan pertanian yang akan memacu kegiatan ekonomi
pedesaan; dan (6) Mengembangkan sistem manajemen pembangunan pertanian
yang berorientasi pada petani guna mengembangkan agribisnis untuk
mempercepat pembangunan ekonomi pedesaan.

Strategi, Kebijakan dan Program


Strategi umum untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian tersebut
di atas adalah: (1) Melaksanakan manajemen pembangunan pertanian yang
bersih, transparan dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme; (2) Meningkatkan
koordinasi dalam merumuskan manajemen dan kebijakan pembangunan
pertanian; (3) Memperluas dan memanfaatkan basis produksi yang berkelanjutan;
(4) Meningkatkan kapasitas dan memberdayakan sumberdaya manusia; (5)
Meningkatkan ketersediaan infrastruktur dan input produksi pertanian; (6)
Meningkatkan inovasi dan diseminasi teknologi pertanian tepat guna; dan (7)
Mempromosikan sekaligus melindungi komoditas pertanian Indonesia.
Kebijakan umum untuk mendorong pembangunan pertanian berada di
tangan banyak instansi. Kebijakan yang berada di bawah Departemen Pertanian
adalah: (1) Meningkatkan kesejahteraan pegawai pertanian sekaligus menerapkan
sistem pemberian penghargaan dan pengenaan sanksi (reward and punishment)
untuk menyelenggarakan pemerintahan yang baik dan bersih; (2) Memperkuat
koordinasi dalam perumusan program dan manajemen pembangunan pertanian
melalui perumusan kebijakan, perbaikan monitoring dan evaluasi, dan
menyeimbangkan pembangunan pertanian lintas sektor dan lintas wilayah; (3)
Memperluas dan memanfaatkan basis produksi yang berkelanjutan melalui
meningkatan investasi swasta, regulasi penggunaan tanah dan pewarisan; (4)
Meningkatkan kapasitas dan memberdayakan sumberdaya manusia pertanian
melalui revitalisasi penyuluhan pertanian, perbaikan partisipasi petani dan
pembangunan kelembagaan petani; (5) Meningkatkan ketersediaan infrastruktur
dan input pertanian melalui pembangunan infrastruktur dan pembiayaan
pertanian; (6) Meningkatkan inovasi dan diseminasi teknologi pertanian tepat
guna melalui perbaikan pemanfaatan sumberdaya spesifik dan pemahaman
mengenai kebutuhan pengguna dan permasalahannya; dan (7) Mempromosikan
sekaligus melindungi komoditas pertanian Indonesia melalui perumusan kebijakan
yang terbaik untuk input dan output.
Program utama pembangunan pertanian sesuai dengan visi, misi, tujuan
dan strategi di atas adalah: (1) Peningkatan ketahanan pangan; (2)
Pengembangan agribisnis; dan (3) Perbaikan kesejahteraan petani. Program
peningkatan ketahanan pangan diprioritaskan pada: (a) Perbaikan produksi dan
16 Bab VI I.Analisis Kebijakan Perdagangan Internasional

ketersediaan pangan; (b) Pengembangan produksi dan diversifikasi pangan; (c)


Implementasi standar mutu dan keamanan pangan; (d) Penurunan tingkat
kerawanan pangan; (e) Pengembangan dan diseminasi teknologi; dan (f)
Manajemen pembangunan pertanian. Program pengembangan agribisnis
difokuskan pada: (a) Peningkatan jumlah dan mutu produksi pertanian dan
efisiensi usaha; (b) Pengembangan agroindustri di pedesaan; (c) Pengembangan
pasar produk pertanian; (d) Diseminasi teknologi pertanian; (e) Manajemen
pembangunan pertanian; dan (f) Program khusus dalam pengembangan pertanian
komersial. Program perbaikan kesejahteraan petani lebih diarahkan untuk: (a)
Pemberdayaan petani; (b) Pengembangan kapasitas petugas pertanian; (c)
Pengembangan kelembagaan; (d) Perlindungan petani dan pertanian Indonesia;
(e) Perbaikan aksesibilitas petani terhadap sumberdaya produktif; (f)
Pengembangan diversifikasi pertanian; (g) Percepatan diseminasi inovasi
teknologi pertanian; dan (h) Upaya khusus pengentasan masyarakat miskin.

Agenda Kebijakan Saat ini


Kebijakan pemerintah yang ditempuh saat ini terdiri dari: (1) Kebijakan
harga gabah/beras; (2) Pelarangan impor beras; (3) Subsidi input; dan (4)
Pengembangan bio-energi. Kebijakan harga gabah/beras menetapkan
peningkatan harga pembelian pemerintah (HPP) menjadi Rp 1.750/kg untuk
gabah dan Rp 3.500/kg untuk beras, dimana harga beras dalam negeri sedikit
lebih murah dibanding harga internasional sehingga menghambat penyelundupan.
Kebijakan pelarangan impor beras tetap diteruskan untuk melindungi petani dari
kejatuhan harga. Kebijakan subidi diberikan untuk pupuk dan benih (padi, jagung
dan kedelai), dimana harga eceran tertinggi (HET) pupuk ditetapkan sebesar Rp
1.050/kg untuk Urea, Rp 1.045/kg untuk ZA, Rp 1.540/kg untuk SP36 dan Rp
1.760/kg untuk NPK. Kebijakan pengembangan bio-energi bertujuan untuk
mensubstitusi sebagian penggunaan BBM fosil dengan bahan bakar nabati (BBN)
seperti kelapa sawit, jarak pagar, ubikayu dan lain-lain sebaga akibat
meningkatnya harga BBM dunia dan menipisnya cadangan minyak di perut bumi
Indonesia.

Peluang Kerjasama Perdagangan dan Investasi Indonesia–Timur Tengah


Peluang di Indonesia
Sebagaimana telah disebutkan dalam Rencana Strategis di muka,
pemerintah memberikan kesempatan makin besar bagi pihak swasta domestik
dan asing untuk melakukan investasi pertanian di Indonesia. Untuk itu,
pemerintah berupaya menciptakan lingkungan yang makin kondusif untuk
investasi, antara lain melalui perbaikan peraturan dan prosedur investasi yang
lebih mudah serta pemberian insentif.
Dalam proses investasi, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
mempunyai tanggungjawab untuk menangani pengajuan investasi dan
mengeluarkan izin untuk investasi domestik (PMDN) dan investasi asing (PMA).
Sejak 1997/1998 melalui program restrukturisasi, sebagian besar sektor kegiatan
komersial umum makin terbuka bagi investor asing dengan proses perizinan yang
Analisis Kebijakan 17

lebih mudah. Menteri Pertanian diberikan mandat untuk memberikan


rekomendasi karena meningkatnya investasi di bidang pertanian oleh investor
asing.
Investor asing yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia diberikan
insentif, yaitu: (1) Pembebasan tarif bea masuk; (2) Insentif pajak untuk wilayah
dan sektor prioritas; (3) Insentif untuk mengekspor produk-produk manufaktur;
(4) Insentif bagi perusahaan pengolahan yang berlokasi di kawasan berikat
(bonded zone); (5) Hak pemilikan/pengusahaan tanah dan bangunan; (6)
Pembentukan kantor perwakilan BKPM di daerah; (7) Risalah pajak untuk
menghindari pemajakan ganda; dan (8) Penyediaan loss carried facilities selama
kurun waktu 5 tahun.
Pada tahun 2004, nilai proyek investasi pada industri pengolahan bahan
makanan mencapai 28% untuk PMDN dan 7% untuk PMA, sedangkan pada tanaman
pangan dan perkebunan mencapai 5% untuk PMDN dan 1,5% untuk PMA dari
seluruh nilai investasi di Indonesia.
Peluang investasi agribisnis menurut subsektor dan subsistem
diperlihatkan pada Tabel 1. Investasi pada subsistem input pertanian bervariasi
dari cukup prospektif sampai prospektif; investasi pada subsistem budidaya
(produksi) prospektif; investasi pada subsistem pengolahan sangat prospektif;
investasi pada subsistem pemasaran bervariasi dari cukup prospektif sampai
sangat prospektif; dan investasi pada subsistem penunjang (keuangan) bervariasi
dari prospektif sampai sangat prospektif. Khusus untuk investasi pada agro
wisata hanya prospektif pada subsistem pemasaran dan subsistem penunjang
(keuangan).

Peluang Kerjasama Indonesia – Timur Tengah


Kawasan Timur Tengah terdiri dari 14 negara, yaitu Iran, Irak, Arab
Saudi, Kuwait, Yordania, Lebanon, Palestina, Yaman, Oman, Siria, Turki, Uni
Emirat Arab, Qatar dan Bahrain. Peluang untuk membina kerjasama antara
Indonesia dan negara-negara di kawasan Timur Tengah tersebut antara lain
adalah sebagai berikut.
Ada permintaan dari Menteri Kotapraja dan Pertanian Qatar terhadap
tenaga ahli Indonesia untuk pengembangan pertanian green house, penghijauan
dan pertamanan. Menteri Pertanian Arab Saudi menyepakati rencana kegiatan
pelatihan kerjasama penelitian dan pengembangan yang dituangkan dalam
Minutes of Meeting. Pemerintah Kuwait melalui Kuwait Development Fund
memberikan perhatian sangat besar terhadap perlunya realisasi bantuannya
untuk program rehabilitasi dan rekonstruksi dampak Tsunami di NAD dan
Sumatera Utara.
Prospek bagi para pelaku usaha agribisnis di Qatar, Kuwait, Arab Saudi
dan Indonesia cukup cerah. Diusulkan perlunya trading house dan tawaran Qatar
sebagai hub (pusat) untuk pemasaran produk Indonesia memasuki pasar kawasan
Timur Tengah dan kawasan lainnya. Perangkat pendukung lain yang diperlukan
adalah adanya lembaga keuangan di Qatar dan Indonesia. Untuk itu telah
18 Bab VI I.Analisis Kebijakan Perdagangan Internasional

dilakukan penjajagan bersama antara lembaga perbankan terkemuka di Qatar


dengan delegasi perbankan Indonesia.
Qatar juga berminat dalam usaha patungan untuk pengembangan bio-
diesel dan kosmetika tradisional. Kebutuhan semen di negara ini juga sangat
besar, yang diharapkan dapat dipasok oleh Indonesia. Sumber belerang (sulfur) di
Qatar perlu dipertimbangkan Indonesia sebagai bahan pembuatan pupuk. Kuwait
juga berminat untuk mengembangkan industri bio-ethanol dan industri makanan
Indonesia yang disukai masyarakat di Kuwait dan Irak. Arab Saudi cenderung
meningkatkan perdagangan CPO, gula, teh, produk peternakan, beras, makanan
olahan dari Indonesia dan pemasaran korma ke Indonesia. Pihak KADIN Arab Saudi
akan membantu Indonesia untuk memenuhi kebutuhan hewan kurban pada musim
haji dan usulan usaha patungan untuk pengembangan ternak kambing dan domba
di Indonesia.
Pihak Islamic Development Bank (IDB) Arab Saudi bersedia
mengkoordinasikan sumber-sumber pembiayaan di kawasan Timur Tengah dan co-
financing dalam pembiayaan proyek-proyek pembangunan pertanian di Indonesia.
Disamping pola pembiayaan oleh pemerintah, juga terdapat one-step loan yang
pemanfaatannya dapat diajukan secara langsung oleh pihak swasta dan BUMN.
Hubungan bilateral khususnya antara Indonesia dan Arab Saudi di bidang
ekonomi, perdagangan dan pertanian sudah mengalami kemajuan. Pernah
disepakati bahwa pada tahun 2005 ada peningkatan perdagangan non-migas
antara kedua negara menjadi US$ 1 milyar dan sedikitnya dapat dibangun 3
perusahaan patungan. Pemerintah Arab Saudi akan memberikan kemudahan lebih
besar bagi masuknya produk Indonesia ke pasar negara tersebut. Untuk investasi,
sampai Desember 2001 investasi Arab Saudi di Indonesia meningkat menjadi 28
proyek dengan nilai US$ 4,5 milyar dan menduduki peringkat ke-13 di antara
investor asing di Indonesia karena makin kondusifnya iklim dan peraturan
investasi di Indonesia.
Kerjasama di bidang pertanian antara Indonesia dan Arab Saudi telah
diperoleh kemajuan, antara lain sebagai berikut:
(5) Pada bulan Agustus 2003 dokter hewan yang menjadi Senior Officer pada
Kantor Laboratorium Kedokteran Arab Saudi mengunjungi laboratorium
penelitian ternak dan tanaman serta tempat-tempat produksi genetik di
Balitnak Ciawi, Puslitbang Tanaman Pangan dan Balit Veteriner di Bogor.
(6) Sebagai realisasi dari Agreed Minutes pada Sidang ke-VII Komisi Bersama
Indonesia – Arab Saudi pada tanggal 6-7 Agustus 2003, Departemen
Pertanian telah mengajukan beberapa proposal untuk dikerjasamakan di
bidang peternakan dan hortikultura.
(7) Di bidang investasi Indonesia menawarkan peluang untuk melakukan
patungan dalam pembangunan industri yang bahan bakunya banyak
terdapat di Indonesia seperti coklat, kelapa sawit dan kopra.
(8) Pada tahun 2004 telah diselenggarakan Pameran Arab Saudi Agriculture
2004 di Riyadh yang merupakan pameran terbesar yang diikuti oleh
berbagai negara untuk menunjukkan kemampuan masing-masing,
utamanya di bidang teknologi proses produksi produk-produk pertanian
Analisis Kebijakan 19

dan perikanan. Pada pameran tersebut, Indonesia membuka 4 stand yang


diikuti oleh Balit Industri Agro, Balit Departemen Perikanan dan
Kelautan, IPB dan pengusaha Indonesia.
Disamping adanya kemajuan tersebut, masih ada beberapa hambatan yang
dihadap di sektor investasi dan sektor bantuan proyek. Di sektor investasi,
para investor Arab Saudi umumnya enggan terlibat langsung dalam proses
penanaman modal. Pada umumnya mereka ingin proyek-proyek yang sudah
atau hampir rampung dengan membeli saham. Mereka lebih senang
melakukan investasi melalui Foreign Direct Investment (FDI) dengan membeli
saham di bursa saham seperti Jakarta Stock Exchange. Di sektor bantuan
proyek, pihak Arab Saudi mengalami kesulitan dalam memperoleh dokumen
pendukung dan Indonesia dianggap sangat lambat, kurang serius dan kurang
tanggap dalam melaksanakan kewajibannya dalam menyelesaikan proyek-
proyek yang dibiayai oleh Saudi Arabia Fund for Development (SFD) dan
Islamic Development Bank (IDB).
Hubungan perdagangan antara Indonesia dan 14 negara di kawasan Timur
Tengah pada tahun 2004 ditunjukkan pada Tabel 2. Total nilai ekspor dan impor
Indonesia ke/dari kawasan Timur Tengah masing-masing mencapai US$ 2,34
milyar dan US$ 3,72 milyar, yang berarti mengalami defisit US$ 1,38 milyar atau
58,85%. Dalam perdagangan dengan 14 negara Timur Tengah, Indonesia
mengalami surplus di 10 negara yaitu Uni Emirat Arab, Turki, Yordania, Iran,
Yaman, Siria, Qatar, Lebanon, Oman dan Palestina, dan mengalami defisit
dengan 4 negara yaitu Arab Saudi, Kuwait, Irak dan Bahrain. Defisit terbesar
terjadi antara Indonesia dan Kuwait. Defisit yang besar ini disebabkan Indonesia
lebih banyak mengimpor minyak bumi dari 4 negara tersebut.
Lima negara tujuan ekspor utama Indonesia adalah Uni Emirat Arab, Arab
Saudi, Turki, Yordania dan Iran yang total nilai ekspornya mencapai 86,19% dari
total nilai ekspor Indonesia ke Timur Tengah. Sedangkan negara asal impor utama
Indonesia hanya dua yaitu Arab Saudi dan Kuwait yang total nilai impornya
mencapai 81,54% dari total nilai impor Indonesia dari Timur Tengah.
Khususnya untuk ekspor produk pertanian (primer dan olahan) Indonesia
ke Timur Tengah diperlihatkan pada Tabel 3. Pangsa nilai ekspor pertanian
adalah sekitar 0,72 – 77,76% atau rata-rata 22,05% dari total nilai ekspor semua
barang ke negara-negara di kawasan tersebut. Pangsa yang sangat tinggi terjadi
di Yordania yang mencapai 77,76%. Dalam ekspor pertanian sendiri, Yordania
juga menempati peringkat teratas sebagai negara tujuan ekspor (46,77%), dan
peringkat kedua adalah Turki (14,88%). Tampak bahwa peluang untuk
meningkatkan pangsa pasar ekspor di kawasan Timur Tengah selain Yordania
masih sangat besar.

Penutup
Peluang kerjasama antara Indonesia dan negara-negara di kawasan Timur
Tengah di bidang perdagangan dan investasi pertanian cukup cerah. Di Indonesia
sendiri, peluang investasi di semua subsektor dan subsistem agribisnis cukup
banyak dan bahkan ada yang sangat prospektif. Negara-negara di kawasan Timur
Tengah yang pada umumnya kaya karena petro dolarnya perlu diberikan
20 Bab VI I.Analisis Kebijakan Perdagangan Internasional

kesempatan lebih besar untuk menanamkan modalnya di Indonesia dan


mengimpor lebih banyak produk dan tenaga ahli pertanian dari Indonesia.
Berbagai kesepakatan yang telah dibangun melalui kunjungan pejabat negara
Indonesia beserta tim ekonominya beberapa waktu lalu ke kawasan tersebut
perlu ditindaklanjuti secara nyata. Promosi di negara-negara kawasan Timur
Tengah mengenai produk pertanian dan peluang investasi di Indonesia perlu
ditingkatkan lagi. Demikian pula, yang tidak kalah pentingnya, peraturan,
layanan publik dan insentif di bidang perdagangan dan investasi asing perlu
diperbaiki sehingga menjadi makin kondusif

Tabel 1. Peluang Investasi Agribisnis di Indonesia Menurut Subsektor dan


Subsistem.

Subsistem
Subsektor Budi- Pengo- Pema-
Input Keu-angan
Daya lahan saran
1. Tanaman Pangan: + ++ +++ + ++
(padi, jagung, kedelai, kacang
tanah, ubikayu, ubijalar, kentang)
2. Hortikultura: ++ ++ +++ ++ ++
(sayuran, buah-buahan, tanaman
hias, tanaman obat)
3. Perkebunan: ++ ++ +++ ++ +++
(kelapa sawit, karet, kakao, kopi,
teh, jambu mete, cengkeh, tebu,
kapas)
4. Peternakan: + ++ +++ +++ ++
(unggas, sapi potong, kambing,
domba)
5. Wisata Agro ++ ++

Keterangan: + = Cukup prospektif ++ = Prospektif +++ = Sangat prospektif


Analisis Kebijakan 21

Tabel 2. Nilai Ekspor dan Impor Indonesia ke/dari Timur Tengah tahun 2004.

Ekspor Impor Neraca


Negara Tujuan/Asal
(US$’000) (US$’000) US$’000 %
Uni Emirat Arab 744,622 340,418 404,204 54.28
Arab Saudi 418,242 1,966,770 -1,548,529 -370.25
Turki 356,402 53,507 302,895 84.99
Yordania 310,648 22,469 288,179 92.77
Iran 188,381 70,944 117,437 62.34
Yaman 64,039 221 63,818 99.65
Kuwait 63,407 1,066,374 -1,002,967 -1,581.80
Siria 47,538 7,539 39,999 84.14
Irak 43,114 71,461 -28,347 -65.75
Qatar 35,493 10,791 24,702 69.60
Lebanon 29,105 890 28,215 96.94
Oman 20,861 753 20,107 96.39
Bahrain 19,768 107,740 -87,972 -445.02
Palestina 110 0 110 100.00
Total 2,341,728 3,719,877 -1,378,148 -58.85

Tabel 3. Ekspor Produk Pertanian Indonesia ke Kawasan Timur Tengah tahun


2004.
Ekspor Produk Pertanian Total Nilai Pangsa Nilai
Negara Volume Nilai Ekspor a) Ekspor b)
% (US$’000) Pertanian (%)
(ton) (US$’000)
Yordania 577,214 241,556 46.77 310,648 77.76
Turki 101,773 76,861 14.88 356,402 21.57
Iran 103,892 49,894 9.66 188,381 26.49
Uni Emirat Arab 30,323 48,326 9.36 744,622 6.49
Arab Saudi 28,549 45,050 8.72 418,242 10.77
Siria 30,843 15,700 3.04 47,538 33.03
Yaman 28,827 15,107 2.93 64,039 23.59
Irak 15,515 10,646 2.06 43,114 24.69
Oman 7,432 4,224 0.82 20,861 20.25
Lebanon 2,355 3,923 0.76 29,105 13.48
Bahrain 2,705 2,104 0.41 19,768 10.64
Kuwait 1,815 1,926 0.37 63,407 3.04
Qatar 812 1,116 0.22 35,493 3.14
Palestina 1 1 0.00 110 0.72
Total 932,054 516,433 100 2,341,728 22.05
a
Keterangan : ) Pertanian dan non-pertanian.
b)
Persentase nilai ekspor pertanian terhadap total nilai ekspor pertanian dan non-pertanian.

Vous aimerez peut-être aussi