Vous êtes sur la page 1sur 48

PEKAN ILMIAH RISET DAN TEKNOLOGI

JUDUL PROGRAM

SUBTITUSI ASAM SULFAT DARI EKSTRAK BUAH BELIMBING


WULUH (Averrhoa belimbi) UNTUK MENGUBAH MINYAK
PELUMAS BEKAS MENJADI BAHAN BAKAR
MINYAK RUMAH TANGGA DENGAN
BLENDING MINYAK PLASTIK

Disusun :
Anggung Firmansyah (1415041002/2014)
Angga Kusuma Jaya (1415041004/2014)
Toni Chanigia (1415011141/2014)

UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Subtitusi Asam Sulfat dari Ekstrak Buah


Belimbing Wuluh (Averrhoa belimbi)
Untuk Mengubah Minyak Pelumas Bekas
Menjadi Bahan Bakar Minyak Rumah
Tangga Blending Minyak Plastik
2. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Angga Kusuma Jaya
b. NPM : 1415041004
c. Jurusan : Teknik Kimia
d. Universitas : Universitas Lampung
e. Alamat dan No. HP : Kotagajah Kab. Lampung
Tengah/085266470748
f. Alamat Email :anggakusuma42@hotmail.com
3. Anggota Kelompok
a. Nama Lengkap : Agung Firmasnyah
b. NPM : 1415041002
c. Jurusan : Teknik Kimia
d. Universitas : Universitas Lampung
4. Anggota Kelompok
a. Nama Lengkap : Toni Chanigia
b. NPM : 1415011141
c. Jurusan : Teknik Sipil
d. Universitas : Universitas Lampung
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap : Ir. Priyo Pratomo, M.T
b. NIP : 195309261985031003
c. Alamat : Bandar Lampung

Bandar Lampung, 18 November 2014

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Ketua Kelompok

Ir. Priyo Pratomo, M.T Angga Kusuma Jaya


NIP : 195309261985031003 NPM : 1415041004

Mengetahui,
Pembantu Dekan III Fakultas Teknik

Panca Nugrahini F, S.T, M.T


NIP :19730203200032001

ii
3

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan kemudahan, kelancaran, dan berkat karunia-nya, penulis dapat
menyelesaikan penyusunan karya tulis ini.

Karya tulis yang berjudul “Subtitusi Asam Sulfat dari Ekstrak Buah
Belimbing Wuluh (Averrhoa belimbi) Untuk Mengubah Minyak Pelumas Bekas
Menjadi Bahan Bakar Minyak Rumah Tangga Dengan Blending Minyak
Plastik”.Dalam penulisan karya tulis ini penulis mendapat petunjuk dan bantuan
dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Ibu Pembantu Dekan III fakultas teknik Universitas Lampung yang sudah
menyetujui penulisan hasil karya tulis ini.
2. Bapak Ir. Priyo Pratomo, M.T selaku Pembimbing yang telah memberi
saran, dan masukan dalam penulisan karya ini.
3. Teman-teman dan sahabat yang telah memberi dukungan moral, serta
semangat dalam penulisan hasil karya ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan karya tulis yang akan datang. Semoga karya
tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya adalah
masyarakat umum.

Penulis

iii
4

DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………..i

Halaman Pengesahan……………………………………………………………...ii

Kata Pengantar……………………………………………………………………iii

Daftar Isi………………………………………………………………………….iv

Daftar Tabel ……………………………………………………………………...vi

Daftar Gambar …………………………………………………………………..vii

Abstrak………………………………………………………………………..…viii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang………………………………………………………...1

1.2 Batasan Masalah……………………………………………………....3

1.3 Tujuan Penelitian.……………………………………………………..3

1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………………3

1.5 Rumusan Masala……………………………….…………………..….4

Bab II Tinjauan Pustaka

2.1 Pengertian dan Kandungan Buah Belimbing Wuluh………………….5

2.2 Pengertian dan Karakteristik Minyak Pelumas Bekas………………...6

2.3 Teori Pembentukan Minyak Pelumas Bekas Menjadi Bahan Bakar


Solar……………………………………………………………………….7

2.4 Teori Pembentukan Minyak Plastik .....................................................8

iv
5

Bab III Metodologi Penelitian

3.1 Metode Penelitian……………………………………………………9


3.2 Waktu dan Tempat…………………………………………………..9
3.3 Alat dan Bahan….…………………………………….……………..9
3.4 Prosedur Kerja ……………………………………………………..11

Bab IV Pembahasan

4.1 Pengolahan Minyak Pelumas Bekas Menjadi Bahan Bakar Minyak


Dengan Campuran Asam Sulfat………………………………….….15

4.2 Pengolahan Minyak Pelumas Bekas Menjadi Produk Minyak Rumah


Tangga (MRT) Menggunakan Campuran Ekstrak Belimbing
Wuluh ………………………………………………...………….….16

4.3 Pembuatan Minyak Plastik Menggunakan Kondensator Tenaga


Surya ………………………………………………………………...18

4.4 Hasil Produk Minyak Rumah Tangga ………………………………21

4.5 Prospek Industri Minyak Rumah Tangga dari Minyak Pelumas


Bekas ……………………………………………………………….. 30

4.6 Uji Kualitas Titik Asap Minyak Rumah Tangga (MRT) …………... 32

Bab V Penutup

5.1 Kesimpulan…………………………………………………………..35

5.2 Saran…………………………………………………………………35

Daftar Pustaka

Lampiran

Biodata Penulis

v
6

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Dasar Penggolongan Tingkat Kekentalan Minyak dengan Melihat


Waktu Perambatan Minyak ………………………………………….22
Tabel 4.2 Perbandingan Hasil Kekentalan Penambahan Asam Sulfat dengan
Ekstrak Belimbing Wuluh Pada Tahap Pemanasan Pertama ………..23
Tabel 4.3 Perbandingan Hasil Warna Penambahan Asam Sulfat dengan Ekstrak
Belimbing Wuluh Pada Tahap Pemanasan Pertama ………………...24
Tabel 4.4 Perbandingan Hasil Kekentalan Penambahan Lempung Aktif Pada
Pengolahan Menggunakan Asam Sulfat dengan Ekstrak Belimbing
Wuluh Pada Tahap Pemanasan Kedua ……………………………...25
Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Warna Penambahan Lempung Aktif Pada
Pengolahan Menggunakan Asam Sulfat dengan Ekstrak Belimbing
Wuluh Pada Tahap Pemanasan Kedua ……………………………....27
Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Kekentalan Pada Proses Blending dari Setiap Jenis
Pengolahan …………………………………………………………..28
Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Warna Pada Proses Blending dari Setiap Jenis
Pengolahan …………………………………………………………..30
Tabel 4.8. Rincian Biaya Yang Digunakan Dalam Produksi Minyak Rumah
Tangga dari 1 Liter Minyak Pelumas Bekas ………………………...31
Tabel 4.9 Keuntungan Produksi Rumah Tangga Pengolahan Minyak Pelumas
Bekas Menjadi Minyak Rumah Tangga Setiap Bulan ………………32
Tabel 4.10 Uji Titik Asap ………………………………………………………33
Tabel 4.11 Perbandingan Efesiensi Bahan Bakar Minyak Rumah Tangga dengan
Bahan Bakar Minyak Tanah Pada Kompor Minyak ..........................34

vi
7

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Skema Kondensator Tenaga Surya ………………………………...19

Gambar 4.2 Rangkaian Stabilizer Sederhana……………………………………20


Gambar 4.3 Produk Minyak Rumah Tangga (MRT) …………………………………...29
Gambar 4.4 Sampel Uji Coba Titik Asap ……………………………………….32

vii
8

SUBTITUSI ASAM SULFAT DARI EKSTRAK BUAH BELIMBING


WULUH (Averrhoa belimbi) UNTUK MENGUBAH MINYAK
PELUMAS BEKAS MENJADI BAHAN BAKAR
MINYAK RUMAH TANGGA DENGAN
BLENDING MINYAK PLASTIK
Disusun :
Agung Firmansyah1), Angga Kusuma Jaya1), Toni Chanigia2)
1) Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung
2) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung
Jl. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedong Meneng, Bandar Lampung
Abstrak
Sejalan dengan banyaknya mesin yang menggunakan minyak pelumas
membuat jumlah limbah minyak pelumas bekas meningkat. Tercatat setiap hari
bengkel mobil dan motor setiap harinya menghasilkan minyak pelumas bekas
rata-rata 26,4 liter (Wikipedia, 2011). Penanganan minyak pelumas seringkali
dilakukan dengan cara asal-asalan. Padahal jika dikaji lebih dalam pelumas bekas
dapat dipakai menjadi alternatif bahan bakar, mengingat karakteristik setelah
dilakukan proses pembersihan dari kotoran mirip dengan light diesel oil (Wahyu
PR, 2007). Sebenarnya sudah ada penelitian menggunakan H2SO4 untuk
mengubah pelumas bekas menjadi bahan bakar minyak, namun biaya yang
dibutuhkan cukup mahal yaitu Rp 46.750,- setiap 1 liter minyak pelumas bekas
yang diolah.
Adapun hal-hal yang akan dicapai dalam penulisan karya tulis ini yaitu
mengubah minyak pelumas bekas menjadi bahan bakar minyak rumah tangga
(MRT), menghasilkan sebuah produk minyak yang dapat digunakan untuk
keperluan memasak dan penerangan dengan menggunakan teknik yang sederhana,
dan meningkatkan wirausaha kreatif masyarakat dengan membangun industri
kecil pengolahan minyak pelumas bekas.
Dalam penelitian ini digunakan tiga teknik pengolahan yaitu pemanasan,
pengendapan, dan blending. Proses pemanasan dilakukan dua tahap yaitu
pemanasan campuran estrak belimbing wuluh dan minyak pelumas bekas dengan
perbandingan 2 : 10. Pada proses kedua, hasil pemanasan tahap pertama dicampur
dengan lempung aktif dengan perbandingan 10 : 2. Setiap selesai melewati tahap
pemanasan selalu dilakukan proses pengendapan dan kemudian disaring
menggunakan alat penyaring. Pada tahap blending dilakukan blending antara hasil
minyak penyaringan tahap kedua dengan minyak plastik. Minyak plastik didapat
dari hasil peleburan dan kondensasi sampah plastik.

Kata Kunci : Belimbing Wuluh, Lempung Aktif, Minyak Pelumas Bekas,


Minyak Plastik

viii
9

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan teknologi diberbagai bidang telah mempermudah kegiatan
manusia dalam melakukan aktivitasnya, terutama kemajuan dibidang teknologi
mesin. Hampir semua masyarakat menggunakan teknologi mesin setiap harinya,
seperti berkendara dengan mobil atau sepeda motor, menggiling padi, dan lain-
lain. Dalam pemakaianya, mesin-mesin kendaraan dan perusahaan memerlukan
minyak pelumas atau yang sering disebut oli. Minyak pelumas adalah suatu zat
yang berada atau disisipkan diantar dua permukaan yang bergerak secara relatif
agar dapat mengurangi gesekan antara dua permukaan.
Sejalan dengan banyaknya mesin-mesin yang menggunakan minyak
pelumas membuat jumlah limbah pelumas bekas meningkat. Tercatat setiap hari
bengkel-bengkel mobil dan motor setiap harinya menghasilkan oli bekas rata-rata
26,4 liter (Wikipedia, 2011). Banyaknya minyak pelumas bekas atau oli bekas
yang dihasilkan dari kendaraan bermotor dan mobil sering kali menimbulkan
permasalahan baru. Penanganan minyak pelumas atau oli yang sudah tidak
terpakai seringkali dilakukan dengan cara asal-asalan (dengan cara disimpan atu
dibuang sembarangan), dan cenderung terabaikan. Minyak pelumas bekas sendiri
sebenarnya mengandung sejumlah sisa hasil pembakaran yang bersifat asam dan
korosif, deposit, dan logam berat yang bersifat karsinogenik. Berdasarkan
kandungan dan sifatnya, pelumas bekas termasuk kategori limbah “ Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) “ yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan
Hidup (Wahyuni sri, 2012).
Sebenarnya jika dikaji lebih jauh lagi pelumas atau oli bekas yang
dihasilkan oleh bengkel-bengkel kendaraan bermotor maupun industri produksi
dapat dipakai menjadi alternatif bahan bakar, mengingat karakteristik setelah
dilakukan proses pembersihan dari kotoran mirip dengan light diesel oil (Wahyu
PR, 2007). Minyak pelumas yang dipanaskan pada suhu tinggi dalam keadaan
tanpa oksigen menyebabkan oli terpecah menjadi berbagai campuran gas, cairan,
2 10

dan material padat. Gas-gas dan cairan dapat diubah menjadi bahan bakar. Namun
proses tradisional tidak dapat memanaskan oli secara merata sehingga proses
perubahan menjadi bahan bakar menjadi sulit. Pada penelitian yang sudah
dilakukan digunakan H2SO4 untuk mengubah minyak pelumas bekas menjadi
solar. H2SO4 ini berfungsi sebagai pemecah partikel-partikel kotoran dalam
minyak dan pemerata panas dalam proses pembakaran. Dalam proses pengolahan
minyak pelumas bekas menjadi bahan bakar solar menggunakan H2SO4 ternyata
membutukan biaya pembuatan Rp 46.750,- setiap 1 liter minyak pelumas bekas
yang diolah. Hal ini terjadi karena harga H2SO4 sendiri cukup mahal dan
membutuhkan bahan tambahan lainnya seperti lempung aktif 300 gram dan
minyak tanah sebanyak 1,5 liter. Kemudian hasil solar dari pengolahan H2SO4 ini
juga belum bisa digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermesin. Selain harga
pengolahan yang digunakan cukup mahal, ternyata H2SO4 sendiri termasuk dalam
bahan kimia berbahaya yang jika digunakan terus-menurus akan menimbulkan
dampak buruk bagi kehidupan.
Selain itu, permasalahan yang terjadi adalah kelangkaan bahan bakar
minyak. Bahan bakar minyak yang digunakan adalah bahan bakar yang berasal
dari minyak bumi, minyak bumi ini yang notabene termasuk dalam sumber daya
alam yang tidak dapat diperbaharui, untuk memperoleh kembali harus
memerlukan waktu yang lama. Seiring dengan melonjaknya tingkat konsumsi
bahan bakar minyak, mengakibatkan ketersediaan bahan bakar minyak yang
menipis, maka berdampak harga minyak di pasaran juga akan semakin mahal.
Sehingga membuat masyarakat harus berfikir untuk mencari alternatif lain untuk
menggantikan bahan bakar minyak.
Melihat permasalahan tersebut, mendorong penulis untuk melakukan suatu
inovasi yaitu memanfaatkan minyak pelumas bekas menjadi bahan bakar minyak
rumah tangga dengan blending minyak plastik. Dengan memanfaatkan bahan-
bahan non-ekonomis tersebut diharapkan output produk yang bernilai ekonomis
yang hasilnya dapat digunakan untuk kebutuhan masyarakat akan bahan bakar
minyak.
3 11

1.2 Batasan Masalah


Dalam penulisan karya tulis ini, penulis membatasi masalah sebagai
berikut:
1.2.1 Penulis hanya menggunakan buah belimbing wuluh (Averrhoa
belimbi) yang sudah tua.
1.2.2 Belimbing wuluh hanya digunakan sebagai pemecah dan meperbaiki
viskositas minyak pelumas bekas.
1.2.3 Minyak hasil inovasi hanya dapat digunakan untuk bahan bakar
keperluan rumah tangga yang tidak menggunakan mesin.
1.2.4 Memperbaiki kualitas minyak rumah tangga yang dihasilkan dari
minyak pelumas bekas digunakan blending minyak plastik.
1.2.5 Minyak plastik dihasilkan dari limbah kantong plastik dan botol
minuman non-biodigredable.
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka hal – hal yang ingin dicapai
dari proses penelitian ini adalah :
1.3.1 Mengubah minyak pelumas bekas menjadi bahan bakar yang dapat
digunakan dalam keperluan rumah tangga.
1.3.2 Menghasilkan sebuah produk berupa minyak rumah tangga yang
mempunyai nilai guna dengan teknik yang sederhana.
1.3.3 Meningkatkan wirausaha kreatif masyarakat melalui pemanfaatan
barang – barang yang belum memiliki nilai jual.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Memberikan sumber energi alternatif bagi masyarakat yang dapat
dipergunakan dalam kehidupan sehari–hari.
1.4.2 Memberikan informasi berkaitan dengan teknik ataupun cara
pembuatan produk olahan minyak pelumas bekas dalam bentuk yang
sederhana dan mudah dipahami.
1.4.3 Membantu menciptakan usaha produksi rumah tangga dan
menghitung keuntungan ekonomi yang diperoleh.
4 12

1.5 Rumusan Masalah


Atas dasar penentuan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
penulis mengambil perumusan masalah sebagai berikut:
1.5.1 Apakah minyak pelumas bekas dapat diubah menjadi bahan bakar
minyak rumah tangga dengan campuran ekstrak belimbing wuluh ?
1.5.2 Bagaimana teknik pengubahan minyak pelumas bekas menjadi bahan
bakar minyak rumah tangga dengan campuran ekstrak belimbing
wuluh ?
1.5.3 Bagaimana prospek masa depan pengolahan minyak pelumas bekas
menjadi bahan bakar minyak rumah tangga ?
13

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Kandungan Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa belimbi )


Selama ini yang sering menggunakan belimbing wuluh (Averrhoa belimbi)
adalah masyarakat Aceh. Pada umumnya mereka mengolah belimbing wuluh
(Averrhoa belimbi) menjadi penyedap rasa, yang disebut asam sunti. Selain itu
mereka juga menggunakan air belimbing wuluh (Averrhoa belimbi) yang
diperoleh dari proses pembuatan asam sunti itu untuk mengawetkan ikan dan
daging. Selain sebagai bumbu masak, ternyata belimbing wuluh (Averrhoa
belimbi) juga bisa digunakan untuk obat dari berbagai macam penyakit, dan
pembersih barang-barang yang terbuat dari logam, kuningan, atau tembaga dan
pakaian
Berkaitan asam yang dihasilkan dari buah belimbing wuluh (Averrhoa
belimbi) kita tahu bahwa cairan yang digunakan dalam sebuah akumulator
adalah cairan yang mengandung tingkat keasaman tinggi. Cairan akumulator yang
biasanya digunakan adalah asam sulfat encer (H2SO4). Pada umumnya, bila
akumulator terus menerus digunakan aliran akumulator akan habis dan
akumulator tidak dapat berfungsi kembali. Artinya akumulator tidak dapat
berfungsi kembali. Selain itu saat ini harga aki relatif mahal, oleh karena itu
banyak yang mencoba menggunakan alternatif lain untuk mengganti cairan aki.
Saat ini, penelitian mengenai energi alternatif lebih dititik beratkan kepada energi
alternatif yang menggunakan bahan-bahan alami dan bersumber dari alam
(Wikipedia: Sari Buah Belimbing Wuluh, 2010). Elektrolit dalam batu baterai
bersifat asam, sehingga buah yang bersifat asam dapat menjadi elektrolit.
Elektrolit dalam asam buah belimbing wuluh mempunyai kadar 10 kali lebih
besar dari elektrolit dalam asam ulfat (Toha Muhammad, 2010).
Jika dibandingkan dengan buah salak dan asam jawa, belimbing wuluh
(Averrhoa belimbi) rasanya lebih bersifat asam, lebih murah, dan lebih mudah
untuk mendapatkannya. Sehingga kita dapat memperoleh cairan aki dengan
mudah dan tidak mengandung bahan kimia (ramah lingkungan). Cairan dari
6 14

Averrhoa bilimbi yang telah dihaluskan nantinya akan dimasukkan dalam sebuah
wadah dan dihubungkan dengan pelat yang terbuat dari timbal (Pb) dan seng.
Ini merupakan sebuah alternatif yang dapat digunakan untuk mengganti cairan
asam sulfat encer sebagai caiaran aki, karena buah Averrhoa bilimbi mempunyai
beberapa kandungan kimia yang bersifat asam seperti: asam oksalat, asam sitrat,
asam tartrat dan asam suksinat, asam format, glukosit, flavonoid, kalium oksalat,
minyak menguap, fenol dan pectin (Wikipedia: Sari Buah Belimbing Wuluh,
2010).
2.2 Pengertian dan Karakteristik Minyak Pelumas Bekas
Minyak pelumas atau oli adalah minyak pelumas mesin kendaraan
maupun mesin produksi. Berdasarkan data yang diperoleh, kapasitas oli yang
diproduksi oleh Pertamina adalah sekitar 450.000 kilo liter per tahun, belum lagi
tambahan kapasitas dari ratusan merek oli yang membanjiri pasaran pelumas
tanah air, untuk konsumsi kendaraan bermotor, industri dan perkapalan.
Secara umum terdapat dua macam minyak pelumas bekas yang dihasilkan.
Pertama, minyak pelumas industri (Light Industrial Oil). Pelumas bekas industri
relatif lebih bersih dan mudah dibersihkan dengan perlakuan sederhana, seperti
penyaringan dan pemanasan. Kedua, minyak pelumas hitam berasal dari
pelumasan otomotif. Pelumas ini dalam pemakaimya mendapat beban termal dan
mekanis yang lebih tinggi. Dalam oli hitam terkandung pertikel logam dan sisa
pembakaran.
Setelah pemakaian beberapa lama sifta-sifat fisik dan kimia minyak
pelumas akan mengalami perubahan karena temperatur yang tinggi dan tekanan
sehingga tidak memenuhi persyaratan lagi sebagai pelumas, terutama
viskositasnya yang terlalu rendah. Sesudah dilakukan proses pembersihan dari
kotoran, minyak pelumas diharapkan mempunyai karakteristik yang mirip dengan
bahan bakar diesel light diesel oli (Wahyu PR, 2007).
Pelumas atau oli bekas mengandung sejumlah zat yang bisa mengotori
udara, tanah dan air. Minyak pelumas bekas mengandung logam, larutan klorin,
dan zat-zat pencemaran lainya. Satu liter minyak pelumas bekas dapat merusak
jutaan liter air segar dari sumber air dalam tanah.
7 15

Beradasarkan, kriteria limbah yang dikeluarkan oleh Kementrian


Lingkungan Hidup, minyak pelumas bekas termasuk ketegori limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3). Meski minyak pelumas bekas masih dapat
dimanfaatkan, tapi bila tidak dikelola dengan baik maka bisa membahayakan
lingkungan (Wahyuni sri, 2012).
Untuk lebih lanjut limbah bekas untuk oli bekas juga diatur dengan
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-
225/BAPEDAL/08/1996 tentang syarat-syarat penyimpangan dan pengumpulan
limbah oli bekas jika tidak dikelola dengan baik dan dibuang secara sembarangan
sangat berbahaya bagi lingkungan. (Sumber : wikipedia.org/wiki/Minyak_bumi,
2012)
2.3 Teori Pembentukan Minyak Pelumas Bekas Menjadi Bahan Bakar Solar
Minyak pelumas bekas yang sudah dilakukan pembersihan dari kotoran
memiliki karakteristik yang mirip dengan LDO (Light Diesel Oil). Namun proses
pembersihan minyak pelumas bekas dari kotoran terbilang sulit, seperti proses
menggunakan bahan kimia misalnya asam. Minyak pelumas bekas setelah
dididihkan awal, dicampur dengan asam. Beberapa asam yang dapat digunakan
asam fluoride, asam klorida, asam nitrat, asam fosfat, asam sutfat dan asam
hipoklorit. Yang umumnya digunakan adalah asam sulfat dan dan asam hipoklorit.
(James G. Speight, 1980).
Tahap pertama, daur ulang oli bekas dengan menggunakan asam kuat
untuk memisahkan kotoran dan aditif dalam oli bekas. Selanjutnya dilakukan
pemucatan dengan lempung. Produk yang dihasilkan ini bersifat asam dan tidak
memenuhi syarat.
Tahap kedua, campuran pelarut alkohol dan keton digunakan untuk
memisahkan kotoran dan aditif dalam oli bekas. Campuran pelarut dan pelumas
bekas yang telah dipisahkan di fraksionasi untuk memisahkan kembali pelarut dari
oli bekas. Kemudian dilakukan proses pemucatan dan proses blending serta
reformulasi untuk menghasilkan pelumas siap pakai.
Tahap ketiga, pada tahap awal digunakan senyawa fosfat dan selanjutnya
dilakukan proses perkolasi dan dengan lempung serta diikuti proses hidrogenasi.
8 16

Dalam proses pengolahan minyak pelumas bekas ini bertujuan untuk


menghilangkan kotoran-kotoran yang masih terkandung di dalamnya, agar
menjadi lebih steril dan akhirnya menghasilkan olahan yang baik, untuk dicampur
dengan minyak tanah sehingga menghasilkan bahan bakar minyak yang sesuai
atau mendekati spesifikasi bahan bakar minyak berdasarkan SK dirjen Migas
No.3675K/24/DJM/2006. Namun hasil bahan bakar minyak dari olahan ini belum
bisa digunakan dalam mesin karena masih perlu dilakukan penelitian yang lebih
mendalam. Maka kita perlu mengetahui cara proses pengolahan minyak pelumas
bekas sesuai dengan petunjuk yang ada (Sumber: Mukhibin.,STT,M.Eng, 2011).
2.4 Teori Pembentukan Minyak Plastik
Seperti yang kita ketahui, limbah plastik menjadi ancaman serius bagi
lingkungan tempat tinggal. Berbagai upaya dilakukan untuk meminimalisasi
jumlah sampah plastik yang kian hari kian meningkat. Salah satu upaya yang
dilakukan peneliti adalah mengubah limbah plastik menjadi sumber energy baru.
Proses pengolahan limbah plastik menjadi bahan bakar minyak meliputi
beberapa tahapan proses yaitu :
1. Pirolisis
Pirolisis adalah teknik pembakaran limbah plastik tanpa oksigen dan dilakukan
pada suhu tinggi. Proses pirolisis tersebut akan menghasilkan senyawa-senyawa
hidro-karbon cair mulai dari C1 hingga C4 dan senyawa rantai panjang seperti
paraffin dan olefin.
2. Proses Hydrotreating
Yaitu proses penyulingan untuk memisahkan unsur-unsur yang dihasilkan pada
proses pirolisis. Proses ini bertujuan unuk mengurangi atau menghilangkan
senyawa aromatic dan senyawa polar.
3. Proses Hidro-isomerisasi
Pada Proses ini digunakan katalis khusus yang berfungsi menjadikan mol;ekul-
molekul isomer mempunyai viskositas yang tinggi. (Sumber : Jurnal Riset Industri
Vol. V No.3, 2011)
17

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode :
3.1.1 Study pustaka
Penulis membaca dan meneliti buku yang berkaitan dengan
penelitian serta mencari data dari penyelusuran di internet yang berkaitan
dengan penulisan karya ini.
3.1.2 Observasi
Penulis melakukan observasi ke setiap-setiap service motor atau
mobil yang menghasilkan oli bekas serta mengamati karateristik dari
minyak pelumas bekas.
3.1.3 Eksperimen
Disini penulis melakukan praktek untuk membuktikan bisa atau
tidaknya minyak pelumas bekas diubah menjadi bahan bakar minyak
rumah tangga (MRT). Kemudian penulis juga melakukan eksperimen
pembuatan alat sederhana berupa mini destilator untuk mengubah minyak
pelumas bekas menjadi bahan bakar minyak rumah tangga (MRT) serta
membuat kondensator tenaga surya untuk menghasilkan minyak plastik.
Selanjutnya untuk menguji produk minyak rumah tangga (MRT)
dilakukan uji kekentalan minyak dengan melihat waktu rambat serta
mengukur titik asap.
3.2 Waktu dan Tempat
Penelitian atau eksperimen karya tulis ini dilakukan di Fakultas Teknik,
Universitas Lampung pada tanggal 02 Oktober 2014 sampai 04 November 2014.
3.3 Alat dan Bahan
3.3.1 Pembuatan Mini Destilator

Alat : Bahan :
 Tabung kaleng  Es
 Pipa Besi  NaCl
 Penyangga kayu
 Bunsen
 Kaki tiga
1018

3.3.2 Pembuatan Penyaringan


Alat :
 Tabung kaleng
 Lembaran seng (Zn)
 Kain kasa
3.3.3 Pembuatan Kondensator Tenaga Surya

Alat :
Bahan :
 Lempengan tembaga
 Garam (NaCl)
 Tabung transparan
 Air
 Accu 12 V
 Kabel
 Switch
 Penjepit buaya
 Elemen pemanas
 Tabung besi
 Pipa
 Tabung pendingin (Kondensor)
 Kompor
 Transfomator step up dan rangkaian stabilizer

3.3.4 Pembuatan Minyak Pelumas Bekas Menjadi Bahan Bahan Bakar


Minyak
Alat : Bahan :
 Mini destilator  Minyak pelumas bekas
 Bunsen dan kaki tiga  Belimbing wuluh
 Pengaduk  Lempung aktif
 Penyaring  Minyak plastik
3.3.5 Peralatan Silinder Viskositas untuk Uji Kekentalan Secara Sederhana
Alat :` Bahan :
 Tabung plastik 1 liter  Minyak solar
 Corong berbentuk kerucut  Bensin
 Oli bekas
 Minyak rumah tangga dari
asam sulfat
1119

 Kain kasa dan stopwatch

 Minyak rumah tangga


dariekstrak belimbing wuluh

3.3.6 Peralatan untuk Uji Titik Asap


Alat :
 Lampu sentir
 Sumbu kompor
 Kaca penutup
Bahan :
 Minyak solar
 Bensin
 Oli bekas
 Minyak rumah tangga dari asam sulfat
 Minyak rumah tangga dari belimbing wuluh
3.4 Prosedur kerja
3.4.1 Pembuatan Alat Mini Destilator
 Bagian tutup tabung dilubangi sesuai ukuran pipa.
 Kemudian tutup tabung yang sudah dilubangi dihubungkan dengan salah
satu ujung pipa besi.
 Ujung pipa yang lain dihubungkan/dilewatkan ke tabung kondensor.
 Tabung pendingin diisi dengan campuran es dan garam.
 Tabung pembakaran diletakan di atas kaki tiga, kemudian tabung
kondensor diletakan di penyangga kayu.
3.4.2 Prosedur Pembuatan Penyaringan
 Lempengan seng dibuat berbentuk lingkaran dengan diameter disesuaikan
tabung penampung.
 Bagian bawah lingkaran seng ditutup menggunakan kain kasa.
 Lingkaran seng yang telah terdapat kain kasa diletakan di atas tabung
penampung.
1220

3.4.3 Prosedur Pembuatan Kondensator Tenaga Surya


 Meletakan satu lempeng tembaga (ukuran disesuaikan dengan wadah)
langsung di atas kompor tanpa alas dan dibakar. Bakar terus hingga
muncul warna jingga, ungu, dan kemerahan, semakin panas akan muncul
warna hitam yang dapat lepas dengan sendirinya.
 Bakar hingga lapisan hitam menebal sekitar 30 menit, kemudian
didinginkan secara lambat.
 Setelah dingin, lapisan hitam yang menempel dilap menggunakan tissue.
 Lempengan tembaga yang tidak dibakar, dan wadah yang berisi air garam
dengan air kran disiapkan.
 Kedua lempengan tembaga dimasukan secara terpisah ke dalam larutan
garam, sebagian masuk ke dalam larutan dan bagian lainya dibiarkan
kering tidak terendam. Selanjutnya bagian tidak terendam dijepit dengan
jepitan buaya yang telah terhubung dengan kabel.
 Kabel yang ada dihubungkan dengan stabilizer. Kemudian stabilizer
dihubungkan dengan charger yang kemudian akan mengisi daya pada
accu.
 Kemudian dari dua buah accu tersebut dihubungkan kembali dengan
transformator step up, kemudian dari transformator ini dihubungkan
dengan elemen pemanas yang ada (elemen panas sudah ditempatkan pada
bentuk kompor listrik).
 Lubangi tabung bagian atas sesuai dengan diameter pipa besi, hubungkan
pipa besi dengan tabung.
 Tabung diletakan pada elemen pemanas.
 Pipa besi ini dilewatkan di tabung pendingin (kondensor).
3.4.4 Prosedur pembuatan minyak plastik
 Limbah kantong plastik dan botol minuman dipotong kecil – kecil.
 Potongan limbah kantong plastik dan botol minuman yang telah dipotong,
dimasukan ke dalam tabung pembakaran kondensator tenaga surya.
 Tabung pembakaran dipanaskan dengan cara menekan tombol “ON”
pada switch.
1321

 Hasil pengembunan dari tabung pendingin siap digunakan sebagai minyak


plastik.
3.4.5 Prosedur Pembuatan Minyak Rumah Tangga (MRT) dari Minyak
Pelumas Bekas dengan Campuran Eksrak Belimbing Wuluh dan
Blending Minyak Plastik
 Buah belimbing buah dibuat menjadi ekstrak dengan menggunakan juicer.
 Minyak pelumas bekas dan ekstrak buah belimbing wuluh dicampur
dengan perbandingan 5:1.
 Campuran minyak pelumas bekas dan belimbing wuluh dimasukan ke
dalam tabung pembakaran pada mini destilator.
 Didalam tabung tersebut campuran minyak pelumas bekas dan buah
belimbing wuluh dipanaskan selama 15 menit pada suhu 80–100 0C.
 Setelah dipanaskan, campuran tersebut didiamkan selama 24 jam.
 Campuran yang telah didiamkan, kemudian disaring menggunakan
penyaring, hasi yang diperoleh kemudian dinamakan hasil penyaringan
tahap I.
 Hasil penyaringan tahap I dicampur menggunakan lempung aktif dengan
perbandingan 5:1.
 Campuran tersebut dipanaskan dalam tabung pemanas mini destilator
selama 15 menit dengan suhu 80–100 0C.
 Hasil dari pemanasan, kemudian didiamkan kembali selama 24 jam.
 Setelah 24 jam campuran tersebut disaring menggunakan penyaring
sehingga didapatkan hasil penyaringan tahap II.
 Hasil dari penyaringan tahap II dilakukan proses blending menggunakan
minyak plastik dengan perbandingan 3:1.
 Hasil dari percampuran ini menghasilkan minyak rumah tangga yang siap
digunakan.
3.4.6 Prosedur Kerja Pembuatan Alat Silinder Viskositas Uji Kekentalan
Secara Sederhana
 Tabung plastik dengan dua alas terbuka disiapkan.
 Salah satu sisi tabung dihubungkan dengan corong kerucut.
1422

 Bagian bawah corong dipasangkang kain kasa sebagai penghambat.


 Fluida dimasukan kedalam tabung.
 Waktu sampai fluida habis dihitung menggunakan stopwatch.
 Percobaan diulangi untuk jenis fluida yang lain.
3.4.7 Prosedur Kerja Uji Titik Asap
 Sumbu kompor dipasang pada lampu sentir.
 Fluida dimasukan kedalam lampu sentir sesuai jenisnya.
 Lampu sentir dinyalakan dengan cara dibakar.
 Tutup lampu sentir dengan kaca penutup.
 Nyala api dibesarkan dengan cara menaikan sumbu sampai timbul asap,
kemudian nyala dikecilkan sampai asap tepat hilang.
 Percobaan diulangi untuk setiap jenis fluida.
23

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengolahan Minyak Pelumas Bekas Menjadi Bahan Bakar Minyak


dengan Campuran Asam Sulfat
Minyak pelumas dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang berada atau
disisipan diantara dua permukaan yang bergerak secara relatif supaya dapat
mengurangi gesekan antar permukaan tersebut (Stisya I dkk, 2010).
Perkembangan minyak pelumas terus berkembang dengan semakin majunya
teknologi mesin. Penggunaan mesin akan minyak pelumas akan menghasilkan
limbah yang dinamakan limbah minyak pelumas bekas. Berdasarkan menteri
limngkungan hidup minyak pelumas bekas termasuk limbah B3 yang tergolong
berbahaya jika dibuang begitu saja kelingkungan tanpa adanya pengolahan
(Wahyuni sri, 2012).
Penelitian-penelitian tentang pengolahan maupun memanfaatkan limbah
minyak pelumas bekas terus dilakukan untuk mengatasi dampak buruk yang
ditimbulkan, salah satunya adalah pengolahan minyak pelumas bekas menjadi
bahan bakar minyak dengan bantuan asam sulfat. Seperti yang telah diungkapkan
oleh penulis pada bagian latar belakang, penelitian mengenai pengolahan minyak
pelumas bekas menjadi bahan bakar minyak sudah pernah dilakukan. Namun dari
hasil penelitian tersebut belum bisa diterapkan di masyarakat karena terkendala
oleh biaya produk yang cukup mahal yaitu Rp 46.750,-/liter minyak pelumas
bekas yang diolah serta penggunaan asam sulfat dalam pengolahan minyak
pelumas bekas akan menimbulkan masalah baru yang ditimbulkan dari sisa
pengolahan yang mengandung zat kimia berbahaya berupa asam sulfat.
Pengolahan minyak pelumas bekas menjadi bahan bakar minyak
menggunakan bantuan asam sulfat prinsipnya hanyalah menggunakan metode
pemanasan, pengendapan, dan blending. Dalam pengolahan ini dibutuhkan bahan
tambahan berupa lempung aktif dan minyak tanah dengan proporsi bahan yang
sudah ditentukan.
1624

4.2 Pengolahan Minyak Pelumas Bekas Menjadi Produk Minyak Rumah


Tangga (MRT) Menggunakan Campuran Ekstrak Belimbing Wuluh
Dalam kehidupan sehari-hari minyak pelumas bekas menjadi salah satu
permasalahan lingkungan yang berbahaya. Minyak pelumas bekas sendiri
termasuk dalam kategori limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Minyak
pelumas mengandung sejumlah sisa hasil pembakaran yang bersifat asam dan
korosif, deposit, dan logam berat yang bersifat karsinogenik. Sehingga dalam
proses pengolahan minyak pelumas bekas menjadi bahan bakar minyak
diperlukan senyawa bersifat asam. Salah satunya asam yang digunakan adalah
ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa belimbi). Asam dalam ekstrak buah
belimbing wuluh ini dapat menjadi elektrolit yang bersifat dapat mengikat
material, hal ini dibuktikan melalui asam belimbing wuluh dapat menggantikan
elektrolit dalam batu baterai.
Tahap pertama pembuatan minyak pelumas bekas menjadi bahan bakar
minyak adalah proses pemanasan minyak pelumas bekas atau oli yang bertujuan
membuat oli terpecah menjadi beberapa campuran gas, cairan, dan material padat.
Minyak pelumas bekas ditakar sebanyak 1 liter kemudian dilakukan pemanasan
dengan suhu antara 80°C sampai 100°C. Dalam proses pemanasan ini perlu
dilakukan pencampuran sari buah belimbing wuluh sebanyak 200 mL. Ekstrak
buah belimbing akan berfungsi untuk meratakan suhu pemanasan keseluruh
bagian oli sehingga dengan pemanasan sampai gelembung-gelembung hilang.
Selain itu, penambahan sari buah belimbing wuluh bertujuan untuk mengurangi
kandungan senyawa olefin, aromatic maupun senyawa nonhidrokarbon yang
terdapat dalam minyak pelumas bekas (Mukhibin, 2011). Proses pemanasan ini
bertujuan untuk menghilangkan air yang melarut dan material yang mudah
menguap seperti fraksi ringan minyak bumi di dalam minyak pelumas bekas.
Terdapatnya air yang melarut dalam minyak pelumas bekas akan menyebabkan
terjadinya emulsi, sehingga mengganggu proses selanjutnya. Saat proses
pemanasan selesai, minyak pelumas bekas yang telah masuk tahap pemanasan
1725

akan diendapkan selama 24 jam. Kemudian pisahkan dengan cara disaring


endapan dan minyaknya untuk proses selanjutnya.
Minyak yang didapatkan dari hasil penyaringan pertama masih memiliki
karakter seperti minyak pelumas bekas sebelumnya yaitu berwarna coklat
kehitaman dan viskositasnya masih tinggi. Hal ini disebabkan karena masih
adanya kandungan aspal yang ada di dalam minyak tersebut. Untuk memperbaiki
karakteristik minyak tersebut, maka dilakukan penambahan lempung aktif pada
pengolahan minyak pada tahap kedua. Penambahan lempung ini bertujuan untuk
mengendapkan kotoran, aspal, mengabsorb senyawa sulfur dan memperbaiki
warna.(Purwono, 1999 dimuat dalam Mukhibin, 2011). Setelah proses
pencampuran minyak pelumas bekas dengan lempung, dilakukan proses
pemanasan kembali selama ± 10 menit dengan pengadukan pelan-pelan (dalam
suhu antara 80°C sampai 100°C) . Kemudian setelah proses pemanasan, dilakukan
pengendapan selama 24 jam. Dalam proses pengendapan ini akan mengangkut
minyak ke atas dan aspal beserta kotoran-kotoran lain turun ke bawah mengendap,
sehingga akan mendapatkan hasil minyak yang sudah terpisah dari aspal dan
kotoran-kotoran yang terkandung dalam minyak sebelumnya. Karakteristik warna
dari hasil proses tahap kedua ini yaitu minyak berwarna kuning kegelapan, beserta
kekentalan minyak yang sudah tidak terlalu kental..
Minyak yang dihasilkan dari beberapa proses di atas belum memenuhi
standar bahan bakar minyak rumah tangga, terutama pada kualitas warna dan
kekentalan. Untuk menyempurnakan hasil minyak pelumas bekas menjadi bahan
bakar minyak rumah tangga (MRT) perlu dilakukan proses blending. Proses
blending digunakan untuk mendapatkan bahan bakar minyak rumah tangga
(MRT) yang sesuai standar. Dalam proses blending ini menggunakan minyak
plastik sebagai campurannya. Minyak plastik didapatkan dari pengolahan sampah
plastik non-biodigredable. Plastik ini dibuat oleh industri plastik menggunakan
bahan dasar minyak bumi, oleh karena itu plastik ini dapat di re-making kembali
menjadi minyak, yakni minyak plastik. Proses pembuatan minyak plastik ini yaitu
pertama dengan memanaskan plastik hingga meleleh, pada saat pemanasan sudah
melampaui titik didih lelehan plastik, maka plastik tersebut akan berubah menjadi
1826

vapor atau uap. Uap yang dihasilkan akan mengalir melalui pipa yang terhubung
dengan tempat pemanasan, uap akan melalui ruang kondensor. Di dalam
kondensor yang berisikan air dingin/es batu, akan terjadi proses pendinginan yang
mengakibatkan vapor atau uap tadi berubah wujud menjadi liquid berupa minyak
plastik. Minyak plastik yang digunakan dalam blending yaitu 25% dari jumlah
minyak pelumas bekas. Minyak plastik yang berkarakteristik berwarna bening,
dan memiliki viskositas yang rendah, maka saat proses blending dengan minyak
hasil pengolahan pelumas bekas atau disebut dengan minyak inovasi akan
memperbaiki kekentalan dan warna dari minyak inovasi tersebut. Setelah proses
blending ini selesai, akan didapat minyak rumah tangga (MRT) yang bewarna
kuning terang dan menyala terang.
4.3 Pembuatan Minyak Plastik Menggunakan Kondensator Tenaga Surya
Minyak plastik yang dimaksud oleh penulis merupakan adalah hasil
minyak yang diperoleh dari re-making limbah produk plastik. Pada proses
pengubahan plastik menjadi minyak kita menggunakan jenis plastik non-
biodigredable seperti limbah kantung kresek dan botol minuman. Limbah plastik
non-biodigredable nantinya akan dilelehkan kembali pada suhu tertentu hingga
fraksi minyak menjadi uap. Kemudian fraksi minyak ini akan didinginkan dalam
kondensor sehingga terbentuk minyak plastik.
Prinsip pengolahan limbah plastik non-biodigredable menjadi minyak
plastik yang dilakukan penulis sebenarnya sama yang dilakukan pada umumnya
yang sudah ada, namun yang membedakan adalah penggunaan alatnya. Penulis
melakukan inovasi alat dengan menggunakan kondensator tenaga surya. Pada
umumnya pengolahan minyak plastik menggunakan kondensator yang
menggunakan energi fosil atau briket yang tentu harganya cukup mahal sehingga
terkadang hasil pengolahan minyak tidak sebanding dengan bahan bakar yang
digunakan. Sedangkan inovasi kondensator tenaga surya akan menggunakan
bahan bakar dari cahaya matahari yang akan diserap melalui cell surya yang telah
dibuat secara sederhana oleh penulis.
1927

Gambar 4.1 Skema Kondensator Tenaga Surya.

Prinsip kerja cell surya pada kondensator tenaga surya sama seperti pada
umunya yaitu cahaya matahari ditangkap dan diubah menjadi ion-ion listrik. Pada
sel surya kondensator ini, cahaya akan ditangkap oleh lempengan tembaga yang
bersentuhan langsung dengan larutan NaCl. Lempengan tembaga sebelumnya
harus dipanaskan terlebih dahulu untuk memunculkan bagian cupruous oxide red.
Kemudian lempengan tembaga yang sudah dibakar dan tidak dibakar dipasang
didalam tabung transparan yang sudah berisi larutan NaCl. Bagian cupruous oxide
red usahakan menghadap keluar botol supaya terkena sinar matahari secara
langsung. Selanjutnya sinar matahari yang ditangkap lempengan tembaga dan
bersenuhan langsung dengan larutan NaCl akan berubah menjadi energi lisrik
yang nantinya akan disalurkan ketempat pemanasan kondensator. Energi yang
dihasilkan akan disalurkan dengan cara menjempitkan japitan buaya ke
lempengan tembaga (lempengan tembaga tidak dibakar menjadi kutub positif
sedangkan lempengan tembaga yang dibakar sebagai kutub negatif). Dari dua
kutub ini akan disalurkan menggunakan kabel ke kompor listrik yang didalamnya
sudah terdapat rangkaian listrik yang dibuat.
Pada kompor listrik sudah dirangkai beberapa komponen listrik yaitu yang
pertama listrik akan masuk kedalam stabilizer yang sudah dirangkai secara
sederhana. Stabilizer ini sendiri nantinya akan berfungsi untuk menyetabilkan
tegangan yang dihasilkan dari sel surya. Kemudian stabilizer akan dihubungkan
dengan charger accu yang sudah disusun secara paralel untuk men-charge dua
2028

buah accu masing-masing 12 Volt. Arus listrik didalam accu bertujuan supaya
dalam keadaan tidak ada sinar matahari kondensator tenaga surya masih dapat
digunakan. Selanjutnya arus listrik dalam accu akan dihubungkan ke elemen
panas yang sebelumnya sudah dipasang switch terlebih dahulu sebagai pemutus
atau penyambung tegangan ke elemen panas. Jadi ketika keadaan switch “ON”
alur listrik akan sampai ke elemen panas yang selanjutnya akan diubah menjadi
energi panas.

Gambar 4.2 Rangkaian Stabilizer Sederhana.

Energi panas yang dihasilkan elemen pemanas akan bersentuhan langsung


dengan tabung pembakar sehingga akan melelehkan plastik dalam. Plastik yang
sudah melelehkan akan berubah menjadi cairan kental dan akan mendidih ketika
proses pemanasan masih berlangsung. Dalam cairan plastik terdapat fraksi minyak
yang mempunyai titik didih yang rendah sehingga akan mudah menguap
dibandingkan fraksi lain (Sunadi, 2011). Fraksi minyak yang terlebih dahulu
sudah menguap akan ditangkap oleh pipa yang terpasang di atas tabung
pembakaran dan pipa akan melewati tabung kondensor. Dalam tabung kondensor
yang berisi es dan NaCl akan menurunkun suhu ruang sehingga fraksi minyak
berupa uap akan mengembun serta akan berubah menjadi tetesan minyak plastik.
Hasil minyak plastik inilah yang akan digunakan untuk blending dalam
pengolahan minyak pelumas bekas menjadi bahan bakar minyak rumah tangga
(MRT) dengan campuran ekstrak belimbing wuluh. Dengan menggunakan
blending minyak plastik diharapkan dapat menekan biaya pengolahan minyak
pelumas bekas sehingga dapat diimplementasikan di dalam masyarakat luas.
2129

4.4 Hasil Produk Minyak Rumah Tangga (MRT)


Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa bahan bakar minyak
dengan jenis minyak rumah tangga, merupakan bahan bakar minyak hasil olahan
dari minyak pelumas bekas dengan blending minyak dari kantong plastik dan
botol bekas yang diolah dengan menggunakan belimbing wuluh sebagai bahan
untuk mengurangi kandungan senyawa olefin, aromatik maupun senyawa
nonhidrokarbon yang terdapat dalam minyak pelumas bekas (Mukhibin, 2011).
Kemudian untuk mengetahui perubahan fisik serta mengetahui kualitas minyak
rumah tangga (MRT) penulis melakukan uji viskositas sederhana yang berfungsi
untuk mengetahui kualitas hasil berdasarkan tingkat kekentalan. Dengan hasil
viskositas yang semakin rendah berarti menunjukan kualitas minyak yang
dihasilkan cukup bagus.
Dalam pengujian kekentalan/viskositas penulis melakukan dengan teknik
yang sederhana yang merupakankan ide kreatif penulis. Teknik sederhana ini
didorong dengan keterbatasan penulis dalam ketersedian alat uji viskositas yang
dimiliki oleh penulis. Faktor-faktor salah satu untuk mengetahui tingkat
kekentalan fluida dilihat dari tingkat kecepatan fluida dalam melewati suatu media
atau saluran (Farhan, 2012). Teknik yang dilakukan penulis dalam melakukan uji
kekentalan yaitu fluida dimasukan di dalam botol dengan bagian alas bawah
berbentuk kerucut. Selanjutnya pada ujung corong kerucut diberi kain kasa yang
berfungsi sebagai penghambat keluarnya fluida. Ketika fluida dimasukan dalam
alat silinder viskositas hitung waktu hingga fluida keluar sampai habis. Namun
untuk dapat memastikan kualiatas minyak masuk dalam kategori minyak apa
diperlukan pembuatan penggolongan yang diambil dari uji viskositas
menggunakan silinder viskositas. Dalam menentukan golongan viskositas
digunakan jenis-jenis minyak yang sudah ada dan hasil penggolongan dapat
dilihat dibawah ini.
2230

Tabel 4.1 Dasar Penggolongan Tingkat Kekentalan Minyak dengan Melihat


Waktu Perambatan Minyak
Jumlah
Jenis Waktu Merambat (s)
No Minyak Rata-rata
Minyak
(mL) s1 s2 s3 s4
Minyak
1 1000 190 193 186 187 189.00
Tanah
2 Bensin 1000 184 182 181 181 182.00

3 Solar 1000 214 213 213 212 213.00


Minyak
4 1000 242 243 245 244 243.50
Pelumas
Etanol
5 1000 180 177 179 180 179.00
100%

Dari hasil uji coba kekentalan pada bahan-bahan diatas akan didapat
penggolongan waktu sesuai jenis minyak dengan melihat kedekatan rata-rata
waktu dari setiap jenis fluida.
Sesuai hasil tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jenis-jenis minyak
memiliki nilai kekentalan yang berbeda-beda. Data tabel di atas diperoleh dari uji
coba penghitungan perambatan yang menjadi tolok ukur kekentalan fluida yakni
fluida dimasukan di dalam botol dengan bagian alas bawah berbentuk kerucut.
Selanjutnya pada ujung corong kerucut diberi kain kasa yang berfungsi sebagai
penghambat keluarnya fluida. Ketika fluida dimasukan dalam alat silinder
viskositas hitung waktu hingga fluida keluar sampai habis. Di dapatkan hasil
bensin memiliki waktu rambat tercepat rata-rata 189,50 sekon hal ini
mengindikasikan kekentalan bensin yang paling rendah dibandingkan dengan
bahan-bahan lain yang ada ditabel. Sedangkan minyak pelumas memiliki waktu
rambat terlama yaitu rata-rata 243.50 sekon, dengan ini dapat disimpulkan bahwa
minyak pelumas memiliki kekentalan yang tinggi. Sehingga jika minyak pelumas
yang sudah bekas, yang akan diubah menjadi bahan bakar harus melakukan
penurunan kekentalan minyak pelumas tersebut.
2331

Tabel 4.2 Perbandingan Hasil Kekentalan Penambahan Asam Sulfat dengan


Ekstrak Belimbing Wuluh Pada Tahap Pemanasan Pertama

Jumlah
Waktu Merambat (s) Hasil
Minyak Jumlah Zat
Jenis Zat Rata- Minyak
No Pelumas Penambahan
Penambahan rata Tahap I
Bekas (mL) s1 s2 s3 s4 (mL)
(mL)
1 100 197 199 197 197 197.50 1210
2 200 197 198 197 197 197.25 1347
3 300 197 197 196 197 196.75 1381
4 400 196 197 196 197 196.50 1405
5 500 196 196 196 196 196.00 1401
1000 Asam Sulfat
6 600 195 196 197 195 195.75 1291
7 700 195 196 197 196 196.00 1325
8 800 194 195 195 195 194.75 1371
9 900 194 195 196 196 195.25 1243
10 1000 193 193 194 195 193.75 1300
11 100 196 196 196 194 195.50 845
12 200 196 195 193 192 194.00 837
13 300 196 195 195 193 194.75 856
14 400 197 196 196 196 196.25 847
Ekstrak
15 500 197 196 196 196 196.25 834
1000 Belimbing
16 600 198 196 195 196 196.25 869
Wuluh
17 700 197 195 197 198 196.75 851
18 800 198 198 197 197 197.50 842
19 900 200 199 198 198 198.75 843
20 1000 199 198 200 199 199.00 847

Tabel di atas merupakan tabel perubahan kekentalan pada minyak pelumas


yang telah diberikan perlakuan pemberian asam sulfat untuk campuran sampel
pertama dan sari belimbing wuluh untuk campuran sampel kedua, dan diberikan
pemanasan setelah terjadi penyampuran antara minyak pelumas dengan subtansi
asam tersebut. Pada uji sampel ini diberikan perlakuan volume subtansi asam
2432

yang berbeda-beda untuk didapatkan hasil yang terbaik, yakni terjadi penurunan
nilai kekentalan. Zat asam berfungsi sebagai bahan untuk mengurangi kandungan
senyawa olefin, aromatik maupun senyawa nonhidrokarbon yang terdapat dalam
minyak pelumas bekas (Mukhibin, 2011). Sedangkan proses pemanasan bertujuan
untuk menghilangkan air yang melarut dan material yang mudah menguap seperti
fraksi ringan minyak bumi di dalam minyak pelumas bekas. Dengan
berkurangnya zat-zat kotoran yang ada dalam minyak pelumas akan menyebabkan
minyak pelumas mengalami penurunan nilai kekentalannya. Di dalam tabel hasil
terbaik yakni minyak pelumas yang memiliki waktu rambat terendah, yaitu
minyak pelumas dengan penambahan subtansi asam sulfat sebanyak 1000 mL
dengan waktu perambatan 193.75 sekon, dan minyak pelumas bekas dengan
penambahan subtansi sari belimbing wuluh sebanyak 200 mL dengan waktu
perambatan 194.00 sekon. Jika penambahan volume sari belimbing wuluh terlalu
banyak, maka hasil dari minyak pelumas sangat kental dan berwarna hitam pekat.

Tabel 4.3 Perbandingan Hasil Warna Penambahan Asam Sulfat dengan Ekstrak
Belimbing Wuluh Pada Tahap Pemanasan Pertama
Jumlah
Minyak Jumlah Zat
Jenis Zat
No Pelumas Penambahan Kriteria Warna
Penambahan
Bekas (mL)
(mL)
1 100 Hitam
2 200 Hitam
3 300 Cokelat hitam
4 400 Cokelat hitam
5 500 Cokelat kehitaman
1000 Asam Sulfat
6 600 Cokelat kehitaman
7 700 Cokelat kehitaman
8 800 cokelat hitam
9 900 Cokelat kehitaman
10 1000 Cokelat kehitaman
11 1000 100 Cokelat kehitaman
2533

12 200 Cokelat kehitaman


13 300 Cokelat kehitaman
14 400 Cokelat kemerahan
15 Ekstrak 500 Cokelat kemerahan
16 Belimbing 600 Cokelat
17 Wuluh 700 Cokelat
18 800 Cokelat
19 900 Cokelat pudar
20 1000 Coklat pudar

Setiap penambahan asam sulfat dan ekstrak belimbing wuluh pada


masing-masing pengolahan akan meningkatkan kualitas warna yang dapat dilihat
dari tabel 4.3. Peningkatan tersebut terjadi karena asam sulfat dan belimbing
wuluh memiliki peran untuk memecahkan partikel-partikel kotoran dalam minyak
pelumas bekas. Dengan terpecahnya kotoran dengan fraksi minyak membuat
kotoran mengendap yang mengakibatkan warna hasil olahan meningkat sesuai
dengan perbandingan. Dalam proses tahap I perbandingan antara minyak pelumas
bekas dan asam sulfat adalah 1:1 serta perbandingan antara minyak pelumas bekas
dengan ekstrak belimbing wuluh yaitu 5:1. Perbandingan ini didasarkan pada
melihat tingkat kekentalan hasil olahan yang memiliki kualitas yang baik.
Tabel 4.4 Perbandingan Hasil Kekentalan Penambahan Lempung Aktif Pada
Pengolahan Menggunakan Asam Sulfat dengan Ekstrak Belimbing
Wuluh Pada Tahap Pemanasan Kedua

Jumlah
Jenis Jumlah Hasil
Penambahan Waktu Merambat (s)
Penambahan Lempung Rata- Minyak
No Zat Pada
Zat Pada Aktif rata Tahap
Tahap I
Tahap I (Gram) s1 s2 s3 s4 II (mL)
(mL)
1 100 195 195 194 194 194.50 1010
2 200 194 192 193 195 193.50 1095
Asam Sulfat 1000
3 300 192 190 191 193 191.50 1118
4 400 193 190 192 193 192.00 1198
2634

5 500 193 194 193 193 193.25 1215


6 100 193 193 193 192 192.75 723
7 Ekstrak 200 191 192 190 190 190.75 750
8 Belimbing 200 300 191 193 192 190 191.50 789
9 Wuluh 400 193 193 193 193 193.00 812
10 500 194 193 192 193 193.00 849

Selanjutnya tabel di atas merupakan tabel perubahan kekentalan pada


minyak pelumas yang telah diberikan perlakuan pemberian asam sulfat untuk
campuran sampel pertama dan sari belimbing wuluh untuk campuran sampel
kedua, dan diberikan lempung aktif serta pemanasan untuk kedua jenis
sampelnya. Hasil perlakuan pertama, dilakukan penambahan lempung aktif.
Penambahan lempung ini bertujuan untuk mengendapkan kotoran, aspal,
mengabsorb senyawa sulfur dan memperbaiki warna.(Purwono, 1999 dimuat
dalam Mukhibin, 2011). Dengan fungsi lempung tersebut, maka kandungan
kotoran dan aspal yang terdapat dalam minyak pelumas bekas akan mengendap
terikat oleh lempung aktif, kemudian minyak pelumas disaring kembali untuk
memisahkan dengan kotorannya. Dalam uji sampel ini, Dengan berkurangnya zat-
zat kotoran yang ada dalam minyak pelumas akan menyebabkan minyak pelumas
mengalami penurunan nilai kekentalannya. Di dalam tabel hasil terbaik yakni
minyak pelumas yang memiliki waktu rambat terendah pada penambahan
lempung di sampel asam sulfat 1000 mL sebanyak 300 gram dengan waktu
rambat 191.50 sekon. Dan waktu rambat terendah pada penambahan lempung di
sampel sari buah belimbing wuluh 200 mL sebanyak 200 gram dengan waktu
rambat 190.75 sekon.
2735

Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Warna Penambahan Lempung Aktif Pada


Pengolahan Menggunakan Asam Sulfat dengan Ekstrak Belimbing
Wuluh Pada Tahap Pemanasan Kedua

Jumlah
Jenis Jumlah
Penambahan
Penambahan Lempung
No Zat Pada Kriteria Warna
Zat Pada Aktif
Tahap I
Tahap I (Gram)
(mL)
1 100 Cokelat kehitaman
2 200 Cokelat
3 Asam Sulfat 300 Cokelat kekuningan
1000
4 400 Cokelat kekuningan
5 500 Cokelat kekuningan
6 100 Cokelat kekuningan
7 Ekstrak 200 Cokelat kekuningan
8 Belimbing 200 300 Cokelat kuning
9 Wuluh 400 Cokelat kuning
10 500 Cokelat kuning cerah

Dalam tabel di atas menjelaskan tentang perubahan warna yang terjadi


yang dialami oleh minyak pelumas bekas yang ditambah dengan lempung aktif
dalam proses pemanasan tahap kedua. Tabel tersebut juga menyajikan
perbandingan warna antara minyak pelumas yang ditambah dengan asam sulfat
dan ekstrak belimbing wuluh. Ditunjukan bahwa hasil diperoleh adalah warna dari
minyak pelumas bekas yang dicampur dengan asam sulfat dan 100 gram lempung
akif mempunyai warna coklat kehitaman, hasil ini masih belum menunjukan
perubahan yang baik karena warna yang dihasilkan sama saat perlakuan tidak
diberikan lempung aktif. Karena pada proses pemanasan yang pertama sebelum
ditambah dengan lempung aktif menujukan bahwa warna dari minyak pelumas
tersebut adalah coklat kehitaman. Perubahan warna menjadi cokelat kekuningan
terlihat saat lempung aktif yang ditambahkan sebanyak 500 gram dengan takaran
asam sulfat sebanyak 1000 mL. Akan tetapi berbeda dengan kondisi dengan
2836

minyak pelumas bekas yang dicampur dengan 200 mL ekstrak belimbing wuluh,
sudah menunjukan perubahan warna pada saat lempung aktif yang ditambahkan
sebanyak 200 gram. Mengalami perubahan warna yang lebih baik daripada
perubahan warna yang dialami oleh minyak pelumas bekas saat dicampur dengan
asam sulfat. Peningkatan kualiatas warna pada tahap II dikarenakan karena
kandungan aspal yang berwarna hitam telah memisah dengan larutan minyak.

Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Kekentalan Pada Proses Blending dari Setiap Jenis
Pengolahan

Jumlah
Jenis Jumlah
Penambahan Jenis Jumlah Waktu Perambatan Hasil
Penambahan Lempung Rata-
No Zat Pada Minyak Blending (s) Minyak
Zat Pada Aktif rata
Tahap I Blending (mL) (mL)
Tahap I (Gram)
(mL)
s1 s2 s3 s4
1 250 189 188 189 188 188.50 1368
2 500 189 187 187 186 187.25 1618
3 Minyak 750 189 187 188 187 187.75 1868
Asam Sulfat
4 Tanah 1000 187 185 185 184 185.25 2118
5 1250 187 185 185 184 185.25 2368
6 1500 187 186 185 186 186.00 2618
7 250 187 186 185 186 186.00 1000
8 500 187 186 186 187 186.50 1250
Eksrak
9 Minyak 750 189 186 186 186 186.75 1500
Belimbing 200 200
10 Plastik 1000 188 187 186 187 187.00 1750
Wuluh
11 1250 188 189 187 187 187.75 2000
12 1500 189 188 188 188 188.25 2250

Setelah melewati tahap I dan II, prngolahan selanjutnya akan masuk tahap
blending. Tahap blending bertujuan untuk meningkan hasil produk minyak dengan
mencampur produk tahap II dengan minyak plastik yang memiliki kualitas lebih baik.
Dengan proses blending diharapkan dapat menghasilkan kualitas minyak seperti standar
keperluan penggunaan.
Pada proses pengolahan minyak pelumas bekas dengan campuran asam sulfat
yang sudah pernah dilakukan digunakan minyak tanah sebagai blending. Untuk
mengetahui perbandingan mana yang tepat untuk proses blending dilakukan beberapa
2937

sampel seperti tertera pada tabel 4.6 dan 4.7. Dari hasil sampel yang dilakukan didapat
perbandingan yang terbaik yaitu penambahan 150 % minyak tanah darai setiap 1 liter
minyak pelumas bekas yang diolah. Pada tabel pengamatan didapat kualitas minyak yang
memiliki waktu merambat yaitu 186.00 sekon dengan kualitas warna kuning cerah.
Namun jika dihitung secara ekonomi proses menggunakan asam sulfat tidak ekonomis
karena memerlukan biaya produksi yang cukup mahal. Dalam satu liter minyak pelumas
bekas diperlukan biaya dengan perincian yaitu minyak pelumas bekas 1 L seharga Rp
1.000,00; asam sulfat 1 L Rp 30.000,00; lempung aktif 300 gram Rp 750,00 dan 1,5 L
minyak tanah Rp 15.000,00. Sehingga dalam satu liter pengolahan minyak pelumas bekas
menggunakan asam sulfat diperlukan biaya sebesar Rp 46.750,00. Memang dalam 1 liter
pengolahan minyak pelumas bekas dengan menggunakan asam sulfat dihasilkan minyak
inovasi sebesar 2,5 L, sehingga untuk menghasilkan setiap 1 liter hasil minyak inovasi
diperlukan biaya sebesar Rp 18.700,00. Harga tersebut tentu tidak sebanding dengan
harga minyak tanah dan solar yang dijual di pertamina, dengan hal tersebut maka proses
ini belum bisa di implementasikan dalam masyarakat.

Gambar 4.3 Produk Minyak Rumah Tangga (MRT).

Sedangkan untuk pengolahan minyak pelumas bekas menggunakan ekstrak


belimbing wuluh akan digunakan minyak plastik untuk proses blending. Minyak plastik
dihasilkan dari penguraian sampah-sampah plastik seperti yang sudah dijelaskan pada sub
bab 4.3. Pada tahap blending menggunakan ekstrak belimbing wuluh dicampurkan
minyak plastik sebanyak 25 % dari minyak pelumas bekas yang diolah. Hasil pengamatan
tahap ini dapat dilihat pada tabel 4.6 dan 4.7 dimana dalam pengolahan ekstrak belimbing
wuluh dengan penambahan minyak plastik didapat kualitas minyak yang memiliki waktu
merambat 186.50 sekon dengan kualitas warna bewarna kuning. Jika di lihat dari
penggolongan minyak berdasarkan tabel 4.1, produk minyak rumah tangga (MRT)
memiliki kualitas kekentalan yang lebih bagus dari pada minyak tanah dan hampir
mendekati kualitas kekentalan bensin. Selanjutnya untuk segi ekonomi pengolahan
3038

minyak pelumas bekas menggunakan asam sulfat lebih murah dengan biaya produksi Rp
4.000,00 setiap 1 liter minyak pelumas bekas yang diolah.

Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Warna Pada Proses Blending dari Setiap Jenis
Pengolahan

Jumlah
Jenis Jumlah
Penambahan Jenis Jumlah Hasil
Penambahan Lempung Kriteria
No Zat Pada Minyak Blending Minyak
Zat Pada Aktif Warna
Tahap I Blending (mL) (mL)
Tahap I (Gram)
(mL)
Kuning
1 250
cokelatan
Kuning
2 500
kecokelatan
Minyak Kunig
3 Asam Sulfat 750
Tanah kecokelatan
4 1000 Kuning
5 1250 Kuning
Kuning
6 1500
cerah
7 250 Kuning
8 500 Kuning
Kuning
9 750
cerah
Ekstrak
Minyak Kuning
10 Belimbing 200 200 1000
Plastik cerang
Wuluh
Kuning
11 1250
terang
Kuning
12 1500
terang

4.5 Prospek Industri Minyak Rumah Tangga dari Minyak Pelumas Bekas
Pada penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam berbagai
sektor kehidupan, seperti pada sektor sosial budaya serta sektor ekonomi. Dalam
3139

bidang sosial budaya penelitian ini diharapkan mampu untuk menggatinkan


ketergantungan pemakaian masyarakat pada bahan bakar fosil yang cadanganya di
bumi semakin menipis, selain itu untuk memotivasi masyarakat luas agar dapat
lebih kreatif menghasilkan suatu produk dari bahan tidak bermanfaat menjadi
produk yang memiliki nilai guna. Memanfaatkan limbah yang jika dibiarkan tanpa
tindakan lebih lanjut akan menjadi sebuah pencemaran lingkungan dan akhirnya
justru merugikan masyarakat.
Dalam sektor ekonomi, penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah
satu referensi untuk menghasilkan suatu produk yang memiliki manfaat dan nilai
jual serta dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat, karena secara konsep
dasar adanya suatu penelitian dilakukan untuk kemakmuran dan kesejahteraan
masyrakat, sehingga dapat membantu salah satu permasalahan pemerintah dalam
bidang ekonomi yaitu jumlah pengangguran yang semakin meningkat.
Diharapkan masyarakat mau untuk tergerak agar dapat mendirikan suatu usaha
kreatif yang berdasa pada penelitian ini, karena bahan – bahan yang digunakan
mudah didapat dan tidak mengeluarkan modal yang besar.
Tabel 4.8. Rincian Biaya Yang Digunakan Dalam Produksi Minyak Rumah
Tangga dari 1 Liter Minyak Pelumas Bekas

Keterangan Kredit Debit

Minyak pelumas bekas 1 liter Rp 1.000,- -


Belimbing Wuluh 500 gram Rp 1.000,- -
Lempung Aktif 200 gram Rp 500,- -
Minyak Plastilk 250 ml Rp 1.500,- -
Penjualan minyak hasil Inovasi - Rp 5.000,-
Jumlah Rp 4.000 Rp 5.000,-
Keuntungan - Rp 1.000,-

Selanjutnya jika dihitung dalam jangka satu bulan dengan


memperhitungkan modal, biaya produksi, upah tenaga kerja, dan biaya isidental
atau biaya tak terduga maka akan didapat keuntungan ± Rp 1.600.000,00 dengan
32
40

rincian seperti pada tabel 4.9. Melihat prospek ekonomi yang dihasilkan,
pengolahan minyak pelumas bekas ini dapat dijadikan industi kreatif masyarakat
yang diharapkan dapat meningkatkan potensi ekonomi daerah.
Tabel 4.9 Keuntungan Produksi Rumah Tangga Pengolahan Minyak Pelumas
Bekas Menjadi Minyak Rumah Tangga Setiap Bulan
Keterangan Debit Kredit
Penjualan minyak pelumas diolah 100 Rp100.000,- -
liter/hari
Kayu bakar - Rp 10.000,-
Upah kerja - Rp 25.000,-
Keuntungan Rp 65.000,-
Keuntungan setiap bulan = (Rp 65.000,- x 30) – biaya isidental
= Rp 1.950.000,00 – Rp 250.000,00
= Rp 1.600.000,00
4.6 Uji Kualitas Titik Asap Minyak Rumah Tangga (MRT)
Dalam mengetahui kualitas minyak diperlukan beberapa uji coba seperti
uji vskositas dan uji titik asap. Untuk uji viskositas/kekentalan produk MRT
(minyak rumah tangga) memiliki karateristik yang lebih bagus dibandingkan
minyak tanah. Namun tidak cukup uji kekentalan saja, untuk bahan bakar minyak
yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga seperti minyak tanah untuk
memasak dan lampu penerangan serta solar untuk lampu penerangan diperlukan
uji coba titik asap. Uji coba tersebut diperlukan untuk mengetahui seberapa
tingkat asap yang ditimbulkan sehingga dapat mengetahui tingkat pencemaranya
jika digunakan (Evan, 2010). Dengan titik asap yang semakin tinggi berarti
kualitas minyak lebih bagus karena asap yang ditimbulkan lebih sedikit.

Gambar 4.4 Sampel Uji Coba Titik Asap.


33
41

Pada uji coba titik asap diperlukan lampur sentir bersumbu dan penggaris
untuk mengukur tingkat titik asap. Cara kerja uji ini, masing-masing fluida
dimasukan dalam lampu sentir lalu dibakar. Setelah dibakar, kecilkan sumbu
sampai api tidak mengeluarkan asap. Setelah itu naikan sumbu perlahan-lahan
sampai api menimbulkan asap. Titik api darai tidak menimbulkan asap sampai
menimbulkan asap inilah yang diukur untuk uji titik asap.

Tabel 4.10 Uji Titik Asap


Titik Asap (mm) Rata-rata
No Jenis Fluida
TA I TA II TA III TA IV (mm)
1 Minyak tanah 102 110 100 100 103
2 Minyak solar 76 74 74 76 75
3 Etanol 1000% 180 184 183 185 183
4 MRT 149 151 150 150 150
Minyak Pelumas
5 * * * * *
Bekas
Keterangan : * adalah tanda api tidak menyala

Uji titik asap yang dilakukan penulis menggunakan 4 jenis fluida yang
berbeda dengan masing-masing sampel dilakukan empat kali percobaan sehingga
akan didapat rata-rata yang terdapat pada tabel 4.10. Dari hasil pengujian 4 jenis
fluida, etanol 100 % memiliki titik asap yang tinggi dan minyak pelumas bekas
ketika dibakar tidak dapat menyala karena minyak tidak dapat melewati sumbu
kapiler. Tingkat kekentalan cukup tinggi yang mengakibatkan minyak pelumas
bekas tidak dapat merambat pada pipa kapiler. Selanjutnya untuk produk MRT
memiliki rata-rata titik asap yaitu 150 mm. Hal ini menunjukan bahwa produk
MRT memiliki kualitas titip asap yang lebih baik dibandingkan minyak tanah,
minyak solar dan minyak pelumas bekas. Melihat hal tersebut dapat disimpulkan
minyak rumah tangga (MRT) dapat digunakan untuk bahan bakar kompor minyak
dan lampu penerangan serta produk MRT memiliki tingkat ramah lingkungan
dibandingan 3 jenis fluida lainya seperti tertera pada tabel 4.10. Jadi jika minyak
3442

rumah tangga digunakan untuk bahan bakar kompor minyak tidak akan
menimbulkan asap yang tebal atau kerak pada alat memasak.

Tabel 4.11 Perbandingan Efesiensi Bahan Bakar Minyak Rumah Tangga dengan
Bahan Bakar Minyak Tanah Pada Kompor Minyak

Banyak Air Waktu untuk


Bahan Bakar Kebutuhan Bahan Bakar (mL)
(liter) Mendidih (menit)

10 MRT 41 150
10 Minyak Tanah 47 175
15 MRT 69 224
15 Minyak Tanah 75 261
20 MRT 92 297
20 Minyak Tanah 99 350
Presentase penghematan waktu minyak rumah tangga :
𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖ℎ 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ –𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖ℎ 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑀𝑅𝑇
= x 100%
𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖ℎ 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ
4,9 −4,5
= x 100% = 8,2 %/liter air
4,9

Presentasi penghematan jumlah bahan bakar minyak rumah tangga:


𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑘𝑎𝑛 –𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑀𝑅𝑇 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑘𝑎𝑛
= x 100%
𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑘𝑎𝑛
17,4 −14,9
= x 100% = 14,75 % /liter air
17,4

Selanjutnya untuk mengetahui kualitas MRT lebih detail sebagai bahan


bakar kompor minyak, penulis melakukan uji efisiensi bahan bakar dan waktu
dalam memask air sebagai sampel. Uji tersebut dilakukan menggunakan jenis
kompor yang sama yaitu kompor Hock dan air dipanaskan hingga suhu mencapai
100˚C. Setiap perebusan kita hitung waktunya untuk memanaskan air sampai
100˚C yang diukur menggunakan thermometer. Kemudian bahan bakar yang
diperlukan setiap sampel juga dihitung sehingga didapat perhitungan seperti pada
tabel 4.11. Pada tabel tersebut menunjukan produk MRT memiliki tingkat
efisiensi waktu merebus air 8,2%/liter air dan efisiensi bahan bakar 14,75%
dibandingkan perebusan menggunakan minyak tanah. Hal tersebut menunjukan
produk MRT ketika dibakar menghasilkan jumlah kalor yang lebih besar
dibnadingkan jumlah kalor yang dihasillkan dari pembakaran minyak tanah.
43

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Menggunakan campuran ekstrak belimbing wuluh minyak pelumas
bekas dapat diubah menjadi bahan bakar MRT (Minyak Rumah
Tangga) dengan komposisi bahan, yaitu1 L minyak pelumas bekas,
200 mL ekstrak belimbing wuluh, 200 gram lempung aktif, dan
minyak plastik 250 mL.
5.1.2 Minyak pelumas bekas dapat diubah menjadi bahan bakar MRT
(Minyak Rumah Tangga) dengan campuran ekstrak belimbing wuluh
menggunakan beberapa teknik, yaitu pemanasan yang berfungsi
memecah beberapa partikel, pengendapan berfungsi memisahkan dua
fraksi yang berbeda, serta blendin berfungsi untuk meningkatkan
kualitas produk minyak yang dihasilkan.
5.1.3 Pengolahan minyak pelumas bekas menjadi bahan bakar MRT
(Minyak Rumah Tangga) dengan campuran ekstrak belimbing wuluh
dapat dijadikan industri kreatif masyarakat yang berpotensi
meningkatkan ekonomi daerah.
5.2 Saran
5.2.1 Sebaiknya dalam pembuatan melakukan perbandingan bahan-bahan
tambahan sesuai untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

5.2.2 Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan variasi antara buah


belimbing wuluh yang sudah tua dengan larutan lain yang memiliki
keasaman sama.
5.2.3 Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan bahan bakar
MRT (Minyak Rumah Tangga) yang berkualitas tinggi.
5.2.4 Sebaiknya dalam pengujian kualitas produk MRT (Minyak Rumah
Tangga) dilakukan menggunakan peralatan yang standar supaya
dapat mengetahui kualitas yang dihasilkan secara akurat.
44

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Kendala Perilaku dan Budaya Dalam Implementasi Kasus


Kebijakan Konversi Minyak Tanah Ke Gas, http://wikipedia.com (Diakses
24 Oktober 2014).
Anonim. 2011. Pemanfaatan Oli Bekas. http://wikipedia.com (Diakses 24
Oktober 2014).
CIA Word Fatbook. 2013. 10 Negara Jumlah Penduduk Terbanyak di Dunia.
http://ilmupengetahuanumum.com/10-negara-jumlah-penduduk-terbanyak-
di-dunia.html (diakses 14 Oktober 2014)
Mukhibin., ST, M.Eng. 2011. Mengubah Oli Bekas Menjadi Solar. Yogyakarta:
Pustaka Solomon.
Rahyani Ernawati. 2011. Konversi Limbah Plastik Sebagai Sumber Energi
Alternatif. Jurnal Riset Industri: Vol. V, No.3, Hal: 257-263
Stisya I dkk. 2010. Makalah Pengelolaan B3 (TL-3204) Evaluasi Pengelolaan Oli
Bekas Sebagai Limbah B3. Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik
Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung.
Toha Muhammad. 2010. Buah Belimbing Wuluh.
wikipedia.org/wiki/Belimbing_wuluh (diakses 28 Oktober 2014).
Wahyu P R. 2007. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi Pemanfaatan Tea (Three
Ethyl Amin) Dalam Proses Penjernihan Oli Bekas Sebagai Bahan Bakar
Pada Peleburan Alumunium The Use Of Tea (Three Ethyl Amin) In Ex-Oil
Filering Process As The Material For Alumunium Melting. Jurusan Teknik
Mesin Universitas Sebelas Maret.
Wahyu P R. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi Pemanfaatan OLi Bekas
Dengan Pencampuran Minyak Tanah Sebagai Bahan Bakar Pada Atomizing
Burner The Usu Of Trace Oil With Petroleum Blanded As Fuel In Burner
Atomizing, Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret.
Wahyuni sri. 2012. Macam-Macam Minyak Bumi.
wikipedia.org/wiki/Minyak_bumi (diakses 28 Oktober 2014).
45

LAMPIRAN

1. Gambar alat pemanas dan kondensator (mini destilator) serta hasil


produk minyak olahan oli bekas

2. gambar bahan-bahan pembuat bahan bakar minyak dari oli bekas

Minyak pelumas (oli)


Belimbing wuluh Lempung aktif
bekas
46

3. Gambar Penyaringan pada proses pembuatan bahan bakar minyak dari


oli bekas

4. Gambar proses pembuatan minyak plastik


47

5. Gambar sketsa silinder viskositas


48

BIODATA PENULIS

6. Ketua Pelaksana Kegiatan


a. Nama Lengkap : Angga Kusuma Jaya
b. NPM : 1415041004
c. Tempat,Tanggal Lahir : Jogja, 19 Juni 1996
d. Jurusan : Teknik Kimia
e. Universitas : Universitas Lampung
f. Alamat dan No. HP : Kotagajah Kab. Lampung
Tengah/085266470748
7. Anggota Kelompok
a. Nama Lengkap : Agung Firmasnyah
b. NPM : 1415041002
c. Tempat, Tanggal Lahir : Nambah Rejo, 24 Februari 1997
d. Jurusan : Teknik Kimia
e. Alamat dan No. HP : Kotagajah Kab. Lampung
Tengah/081379326830
f. Universitas : Universitas Lampung
8. Anggota Kelompok
a. Nama Lengkap : Toni Chanigia
b. NPM : 1415011141
c. Tempat, Tanggal Lahir : Raman Utara, 31 Oktober 1995
d. Jurusan : Teknik Sipil
e. Universitas : Universitas Lampung
f. Alamat dan No. HP : Kotagajah Kab. Lampung
Tengah/085368562309

Vous aimerez peut-être aussi