Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
JUDUL PROGRAM
Disusun :
Anggung Firmansyah (1415041002/2014)
Angga Kusuma Jaya (1415041004/2014)
Toni Chanigia (1415011141/2014)
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
Mengetahui,
Pembantu Dekan III Fakultas Teknik
ii
3
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan kemudahan, kelancaran, dan berkat karunia-nya, penulis dapat
menyelesaikan penyusunan karya tulis ini.
Karya tulis yang berjudul “Subtitusi Asam Sulfat dari Ekstrak Buah
Belimbing Wuluh (Averrhoa belimbi) Untuk Mengubah Minyak Pelumas Bekas
Menjadi Bahan Bakar Minyak Rumah Tangga Dengan Blending Minyak
Plastik”.Dalam penulisan karya tulis ini penulis mendapat petunjuk dan bantuan
dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Pembantu Dekan III fakultas teknik Universitas Lampung yang sudah
menyetujui penulisan hasil karya tulis ini.
2. Bapak Ir. Priyo Pratomo, M.T selaku Pembimbing yang telah memberi
saran, dan masukan dalam penulisan karya ini.
3. Teman-teman dan sahabat yang telah memberi dukungan moral, serta
semangat dalam penulisan hasil karya ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan karya tulis yang akan datang. Semoga karya
tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya adalah
masyarakat umum.
Penulis
iii
4
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………………..i
Halaman Pengesahan……………………………………………………………...ii
Kata Pengantar……………………………………………………………………iii
Daftar Isi………………………………………………………………………….iv
Abstrak………………………………………………………………………..…viii
Bab I Pendahuluan
iv
5
Bab IV Pembahasan
4.6 Uji Kualitas Titik Asap Minyak Rumah Tangga (MRT) …………... 32
Bab V Penutup
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………..35
5.2 Saran…………………………………………………………………35
Daftar Pustaka
Lampiran
Biodata Penulis
v
6
DAFTAR TABEL
vi
7
DAFTAR GAMBAR
vii
8
viii
9
BAB I
PENDAHULUAN
dan material padat. Gas-gas dan cairan dapat diubah menjadi bahan bakar. Namun
proses tradisional tidak dapat memanaskan oli secara merata sehingga proses
perubahan menjadi bahan bakar menjadi sulit. Pada penelitian yang sudah
dilakukan digunakan H2SO4 untuk mengubah minyak pelumas bekas menjadi
solar. H2SO4 ini berfungsi sebagai pemecah partikel-partikel kotoran dalam
minyak dan pemerata panas dalam proses pembakaran. Dalam proses pengolahan
minyak pelumas bekas menjadi bahan bakar solar menggunakan H2SO4 ternyata
membutukan biaya pembuatan Rp 46.750,- setiap 1 liter minyak pelumas bekas
yang diolah. Hal ini terjadi karena harga H2SO4 sendiri cukup mahal dan
membutuhkan bahan tambahan lainnya seperti lempung aktif 300 gram dan
minyak tanah sebanyak 1,5 liter. Kemudian hasil solar dari pengolahan H2SO4 ini
juga belum bisa digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermesin. Selain harga
pengolahan yang digunakan cukup mahal, ternyata H2SO4 sendiri termasuk dalam
bahan kimia berbahaya yang jika digunakan terus-menurus akan menimbulkan
dampak buruk bagi kehidupan.
Selain itu, permasalahan yang terjadi adalah kelangkaan bahan bakar
minyak. Bahan bakar minyak yang digunakan adalah bahan bakar yang berasal
dari minyak bumi, minyak bumi ini yang notabene termasuk dalam sumber daya
alam yang tidak dapat diperbaharui, untuk memperoleh kembali harus
memerlukan waktu yang lama. Seiring dengan melonjaknya tingkat konsumsi
bahan bakar minyak, mengakibatkan ketersediaan bahan bakar minyak yang
menipis, maka berdampak harga minyak di pasaran juga akan semakin mahal.
Sehingga membuat masyarakat harus berfikir untuk mencari alternatif lain untuk
menggantikan bahan bakar minyak.
Melihat permasalahan tersebut, mendorong penulis untuk melakukan suatu
inovasi yaitu memanfaatkan minyak pelumas bekas menjadi bahan bakar minyak
rumah tangga dengan blending minyak plastik. Dengan memanfaatkan bahan-
bahan non-ekonomis tersebut diharapkan output produk yang bernilai ekonomis
yang hasilnya dapat digunakan untuk kebutuhan masyarakat akan bahan bakar
minyak.
3 11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Averrhoa bilimbi yang telah dihaluskan nantinya akan dimasukkan dalam sebuah
wadah dan dihubungkan dengan pelat yang terbuat dari timbal (Pb) dan seng.
Ini merupakan sebuah alternatif yang dapat digunakan untuk mengganti cairan
asam sulfat encer sebagai caiaran aki, karena buah Averrhoa bilimbi mempunyai
beberapa kandungan kimia yang bersifat asam seperti: asam oksalat, asam sitrat,
asam tartrat dan asam suksinat, asam format, glukosit, flavonoid, kalium oksalat,
minyak menguap, fenol dan pectin (Wikipedia: Sari Buah Belimbing Wuluh,
2010).
2.2 Pengertian dan Karakteristik Minyak Pelumas Bekas
Minyak pelumas atau oli adalah minyak pelumas mesin kendaraan
maupun mesin produksi. Berdasarkan data yang diperoleh, kapasitas oli yang
diproduksi oleh Pertamina adalah sekitar 450.000 kilo liter per tahun, belum lagi
tambahan kapasitas dari ratusan merek oli yang membanjiri pasaran pelumas
tanah air, untuk konsumsi kendaraan bermotor, industri dan perkapalan.
Secara umum terdapat dua macam minyak pelumas bekas yang dihasilkan.
Pertama, minyak pelumas industri (Light Industrial Oil). Pelumas bekas industri
relatif lebih bersih dan mudah dibersihkan dengan perlakuan sederhana, seperti
penyaringan dan pemanasan. Kedua, minyak pelumas hitam berasal dari
pelumasan otomotif. Pelumas ini dalam pemakaimya mendapat beban termal dan
mekanis yang lebih tinggi. Dalam oli hitam terkandung pertikel logam dan sisa
pembakaran.
Setelah pemakaian beberapa lama sifta-sifat fisik dan kimia minyak
pelumas akan mengalami perubahan karena temperatur yang tinggi dan tekanan
sehingga tidak memenuhi persyaratan lagi sebagai pelumas, terutama
viskositasnya yang terlalu rendah. Sesudah dilakukan proses pembersihan dari
kotoran, minyak pelumas diharapkan mempunyai karakteristik yang mirip dengan
bahan bakar diesel light diesel oli (Wahyu PR, 2007).
Pelumas atau oli bekas mengandung sejumlah zat yang bisa mengotori
udara, tanah dan air. Minyak pelumas bekas mengandung logam, larutan klorin,
dan zat-zat pencemaran lainya. Satu liter minyak pelumas bekas dapat merusak
jutaan liter air segar dari sumber air dalam tanah.
7 15
BAB III
METODE PENELITIAN
Alat : Bahan :
Tabung kaleng Es
Pipa Besi NaCl
Penyangga kayu
Bunsen
Kaki tiga
1018
Alat :
Bahan :
Lempengan tembaga
Garam (NaCl)
Tabung transparan
Air
Accu 12 V
Kabel
Switch
Penjepit buaya
Elemen pemanas
Tabung besi
Pipa
Tabung pendingin (Kondensor)
Kompor
Transfomator step up dan rangkaian stabilizer
BAB IV
PEMBAHASAN
vapor atau uap. Uap yang dihasilkan akan mengalir melalui pipa yang terhubung
dengan tempat pemanasan, uap akan melalui ruang kondensor. Di dalam
kondensor yang berisikan air dingin/es batu, akan terjadi proses pendinginan yang
mengakibatkan vapor atau uap tadi berubah wujud menjadi liquid berupa minyak
plastik. Minyak plastik yang digunakan dalam blending yaitu 25% dari jumlah
minyak pelumas bekas. Minyak plastik yang berkarakteristik berwarna bening,
dan memiliki viskositas yang rendah, maka saat proses blending dengan minyak
hasil pengolahan pelumas bekas atau disebut dengan minyak inovasi akan
memperbaiki kekentalan dan warna dari minyak inovasi tersebut. Setelah proses
blending ini selesai, akan didapat minyak rumah tangga (MRT) yang bewarna
kuning terang dan menyala terang.
4.3 Pembuatan Minyak Plastik Menggunakan Kondensator Tenaga Surya
Minyak plastik yang dimaksud oleh penulis merupakan adalah hasil
minyak yang diperoleh dari re-making limbah produk plastik. Pada proses
pengubahan plastik menjadi minyak kita menggunakan jenis plastik non-
biodigredable seperti limbah kantung kresek dan botol minuman. Limbah plastik
non-biodigredable nantinya akan dilelehkan kembali pada suhu tertentu hingga
fraksi minyak menjadi uap. Kemudian fraksi minyak ini akan didinginkan dalam
kondensor sehingga terbentuk minyak plastik.
Prinsip pengolahan limbah plastik non-biodigredable menjadi minyak
plastik yang dilakukan penulis sebenarnya sama yang dilakukan pada umumnya
yang sudah ada, namun yang membedakan adalah penggunaan alatnya. Penulis
melakukan inovasi alat dengan menggunakan kondensator tenaga surya. Pada
umumnya pengolahan minyak plastik menggunakan kondensator yang
menggunakan energi fosil atau briket yang tentu harganya cukup mahal sehingga
terkadang hasil pengolahan minyak tidak sebanding dengan bahan bakar yang
digunakan. Sedangkan inovasi kondensator tenaga surya akan menggunakan
bahan bakar dari cahaya matahari yang akan diserap melalui cell surya yang telah
dibuat secara sederhana oleh penulis.
1927
Prinsip kerja cell surya pada kondensator tenaga surya sama seperti pada
umunya yaitu cahaya matahari ditangkap dan diubah menjadi ion-ion listrik. Pada
sel surya kondensator ini, cahaya akan ditangkap oleh lempengan tembaga yang
bersentuhan langsung dengan larutan NaCl. Lempengan tembaga sebelumnya
harus dipanaskan terlebih dahulu untuk memunculkan bagian cupruous oxide red.
Kemudian lempengan tembaga yang sudah dibakar dan tidak dibakar dipasang
didalam tabung transparan yang sudah berisi larutan NaCl. Bagian cupruous oxide
red usahakan menghadap keluar botol supaya terkena sinar matahari secara
langsung. Selanjutnya sinar matahari yang ditangkap lempengan tembaga dan
bersenuhan langsung dengan larutan NaCl akan berubah menjadi energi lisrik
yang nantinya akan disalurkan ketempat pemanasan kondensator. Energi yang
dihasilkan akan disalurkan dengan cara menjempitkan japitan buaya ke
lempengan tembaga (lempengan tembaga tidak dibakar menjadi kutub positif
sedangkan lempengan tembaga yang dibakar sebagai kutub negatif). Dari dua
kutub ini akan disalurkan menggunakan kabel ke kompor listrik yang didalamnya
sudah terdapat rangkaian listrik yang dibuat.
Pada kompor listrik sudah dirangkai beberapa komponen listrik yaitu yang
pertama listrik akan masuk kedalam stabilizer yang sudah dirangkai secara
sederhana. Stabilizer ini sendiri nantinya akan berfungsi untuk menyetabilkan
tegangan yang dihasilkan dari sel surya. Kemudian stabilizer akan dihubungkan
dengan charger accu yang sudah disusun secara paralel untuk men-charge dua
2028
buah accu masing-masing 12 Volt. Arus listrik didalam accu bertujuan supaya
dalam keadaan tidak ada sinar matahari kondensator tenaga surya masih dapat
digunakan. Selanjutnya arus listrik dalam accu akan dihubungkan ke elemen
panas yang sebelumnya sudah dipasang switch terlebih dahulu sebagai pemutus
atau penyambung tegangan ke elemen panas. Jadi ketika keadaan switch “ON”
alur listrik akan sampai ke elemen panas yang selanjutnya akan diubah menjadi
energi panas.
Dari hasil uji coba kekentalan pada bahan-bahan diatas akan didapat
penggolongan waktu sesuai jenis minyak dengan melihat kedekatan rata-rata
waktu dari setiap jenis fluida.
Sesuai hasil tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jenis-jenis minyak
memiliki nilai kekentalan yang berbeda-beda. Data tabel di atas diperoleh dari uji
coba penghitungan perambatan yang menjadi tolok ukur kekentalan fluida yakni
fluida dimasukan di dalam botol dengan bagian alas bawah berbentuk kerucut.
Selanjutnya pada ujung corong kerucut diberi kain kasa yang berfungsi sebagai
penghambat keluarnya fluida. Ketika fluida dimasukan dalam alat silinder
viskositas hitung waktu hingga fluida keluar sampai habis. Di dapatkan hasil
bensin memiliki waktu rambat tercepat rata-rata 189,50 sekon hal ini
mengindikasikan kekentalan bensin yang paling rendah dibandingkan dengan
bahan-bahan lain yang ada ditabel. Sedangkan minyak pelumas memiliki waktu
rambat terlama yaitu rata-rata 243.50 sekon, dengan ini dapat disimpulkan bahwa
minyak pelumas memiliki kekentalan yang tinggi. Sehingga jika minyak pelumas
yang sudah bekas, yang akan diubah menjadi bahan bakar harus melakukan
penurunan kekentalan minyak pelumas tersebut.
2331
Jumlah
Waktu Merambat (s) Hasil
Minyak Jumlah Zat
Jenis Zat Rata- Minyak
No Pelumas Penambahan
Penambahan rata Tahap I
Bekas (mL) s1 s2 s3 s4 (mL)
(mL)
1 100 197 199 197 197 197.50 1210
2 200 197 198 197 197 197.25 1347
3 300 197 197 196 197 196.75 1381
4 400 196 197 196 197 196.50 1405
5 500 196 196 196 196 196.00 1401
1000 Asam Sulfat
6 600 195 196 197 195 195.75 1291
7 700 195 196 197 196 196.00 1325
8 800 194 195 195 195 194.75 1371
9 900 194 195 196 196 195.25 1243
10 1000 193 193 194 195 193.75 1300
11 100 196 196 196 194 195.50 845
12 200 196 195 193 192 194.00 837
13 300 196 195 195 193 194.75 856
14 400 197 196 196 196 196.25 847
Ekstrak
15 500 197 196 196 196 196.25 834
1000 Belimbing
16 600 198 196 195 196 196.25 869
Wuluh
17 700 197 195 197 198 196.75 851
18 800 198 198 197 197 197.50 842
19 900 200 199 198 198 198.75 843
20 1000 199 198 200 199 199.00 847
yang berbeda-beda untuk didapatkan hasil yang terbaik, yakni terjadi penurunan
nilai kekentalan. Zat asam berfungsi sebagai bahan untuk mengurangi kandungan
senyawa olefin, aromatik maupun senyawa nonhidrokarbon yang terdapat dalam
minyak pelumas bekas (Mukhibin, 2011). Sedangkan proses pemanasan bertujuan
untuk menghilangkan air yang melarut dan material yang mudah menguap seperti
fraksi ringan minyak bumi di dalam minyak pelumas bekas. Dengan
berkurangnya zat-zat kotoran yang ada dalam minyak pelumas akan menyebabkan
minyak pelumas mengalami penurunan nilai kekentalannya. Di dalam tabel hasil
terbaik yakni minyak pelumas yang memiliki waktu rambat terendah, yaitu
minyak pelumas dengan penambahan subtansi asam sulfat sebanyak 1000 mL
dengan waktu perambatan 193.75 sekon, dan minyak pelumas bekas dengan
penambahan subtansi sari belimbing wuluh sebanyak 200 mL dengan waktu
perambatan 194.00 sekon. Jika penambahan volume sari belimbing wuluh terlalu
banyak, maka hasil dari minyak pelumas sangat kental dan berwarna hitam pekat.
Tabel 4.3 Perbandingan Hasil Warna Penambahan Asam Sulfat dengan Ekstrak
Belimbing Wuluh Pada Tahap Pemanasan Pertama
Jumlah
Minyak Jumlah Zat
Jenis Zat
No Pelumas Penambahan Kriteria Warna
Penambahan
Bekas (mL)
(mL)
1 100 Hitam
2 200 Hitam
3 300 Cokelat hitam
4 400 Cokelat hitam
5 500 Cokelat kehitaman
1000 Asam Sulfat
6 600 Cokelat kehitaman
7 700 Cokelat kehitaman
8 800 cokelat hitam
9 900 Cokelat kehitaman
10 1000 Cokelat kehitaman
11 1000 100 Cokelat kehitaman
2533
Jumlah
Jenis Jumlah Hasil
Penambahan Waktu Merambat (s)
Penambahan Lempung Rata- Minyak
No Zat Pada
Zat Pada Aktif rata Tahap
Tahap I
Tahap I (Gram) s1 s2 s3 s4 II (mL)
(mL)
1 100 195 195 194 194 194.50 1010
2 200 194 192 193 195 193.50 1095
Asam Sulfat 1000
3 300 192 190 191 193 191.50 1118
4 400 193 190 192 193 192.00 1198
2634
Jumlah
Jenis Jumlah
Penambahan
Penambahan Lempung
No Zat Pada Kriteria Warna
Zat Pada Aktif
Tahap I
Tahap I (Gram)
(mL)
1 100 Cokelat kehitaman
2 200 Cokelat
3 Asam Sulfat 300 Cokelat kekuningan
1000
4 400 Cokelat kekuningan
5 500 Cokelat kekuningan
6 100 Cokelat kekuningan
7 Ekstrak 200 Cokelat kekuningan
8 Belimbing 200 300 Cokelat kuning
9 Wuluh 400 Cokelat kuning
10 500 Cokelat kuning cerah
minyak pelumas bekas yang dicampur dengan 200 mL ekstrak belimbing wuluh,
sudah menunjukan perubahan warna pada saat lempung aktif yang ditambahkan
sebanyak 200 gram. Mengalami perubahan warna yang lebih baik daripada
perubahan warna yang dialami oleh minyak pelumas bekas saat dicampur dengan
asam sulfat. Peningkatan kualiatas warna pada tahap II dikarenakan karena
kandungan aspal yang berwarna hitam telah memisah dengan larutan minyak.
Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Kekentalan Pada Proses Blending dari Setiap Jenis
Pengolahan
Jumlah
Jenis Jumlah
Penambahan Jenis Jumlah Waktu Perambatan Hasil
Penambahan Lempung Rata-
No Zat Pada Minyak Blending (s) Minyak
Zat Pada Aktif rata
Tahap I Blending (mL) (mL)
Tahap I (Gram)
(mL)
s1 s2 s3 s4
1 250 189 188 189 188 188.50 1368
2 500 189 187 187 186 187.25 1618
3 Minyak 750 189 187 188 187 187.75 1868
Asam Sulfat
4 Tanah 1000 187 185 185 184 185.25 2118
5 1250 187 185 185 184 185.25 2368
6 1500 187 186 185 186 186.00 2618
7 250 187 186 185 186 186.00 1000
8 500 187 186 186 187 186.50 1250
Eksrak
9 Minyak 750 189 186 186 186 186.75 1500
Belimbing 200 200
10 Plastik 1000 188 187 186 187 187.00 1750
Wuluh
11 1250 188 189 187 187 187.75 2000
12 1500 189 188 188 188 188.25 2250
Setelah melewati tahap I dan II, prngolahan selanjutnya akan masuk tahap
blending. Tahap blending bertujuan untuk meningkan hasil produk minyak dengan
mencampur produk tahap II dengan minyak plastik yang memiliki kualitas lebih baik.
Dengan proses blending diharapkan dapat menghasilkan kualitas minyak seperti standar
keperluan penggunaan.
Pada proses pengolahan minyak pelumas bekas dengan campuran asam sulfat
yang sudah pernah dilakukan digunakan minyak tanah sebagai blending. Untuk
mengetahui perbandingan mana yang tepat untuk proses blending dilakukan beberapa
2937
sampel seperti tertera pada tabel 4.6 dan 4.7. Dari hasil sampel yang dilakukan didapat
perbandingan yang terbaik yaitu penambahan 150 % minyak tanah darai setiap 1 liter
minyak pelumas bekas yang diolah. Pada tabel pengamatan didapat kualitas minyak yang
memiliki waktu merambat yaitu 186.00 sekon dengan kualitas warna kuning cerah.
Namun jika dihitung secara ekonomi proses menggunakan asam sulfat tidak ekonomis
karena memerlukan biaya produksi yang cukup mahal. Dalam satu liter minyak pelumas
bekas diperlukan biaya dengan perincian yaitu minyak pelumas bekas 1 L seharga Rp
1.000,00; asam sulfat 1 L Rp 30.000,00; lempung aktif 300 gram Rp 750,00 dan 1,5 L
minyak tanah Rp 15.000,00. Sehingga dalam satu liter pengolahan minyak pelumas bekas
menggunakan asam sulfat diperlukan biaya sebesar Rp 46.750,00. Memang dalam 1 liter
pengolahan minyak pelumas bekas dengan menggunakan asam sulfat dihasilkan minyak
inovasi sebesar 2,5 L, sehingga untuk menghasilkan setiap 1 liter hasil minyak inovasi
diperlukan biaya sebesar Rp 18.700,00. Harga tersebut tentu tidak sebanding dengan
harga minyak tanah dan solar yang dijual di pertamina, dengan hal tersebut maka proses
ini belum bisa di implementasikan dalam masyarakat.
minyak pelumas bekas menggunakan asam sulfat lebih murah dengan biaya produksi Rp
4.000,00 setiap 1 liter minyak pelumas bekas yang diolah.
Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Warna Pada Proses Blending dari Setiap Jenis
Pengolahan
Jumlah
Jenis Jumlah
Penambahan Jenis Jumlah Hasil
Penambahan Lempung Kriteria
No Zat Pada Minyak Blending Minyak
Zat Pada Aktif Warna
Tahap I Blending (mL) (mL)
Tahap I (Gram)
(mL)
Kuning
1 250
cokelatan
Kuning
2 500
kecokelatan
Minyak Kunig
3 Asam Sulfat 750
Tanah kecokelatan
4 1000 Kuning
5 1250 Kuning
Kuning
6 1500
cerah
7 250 Kuning
8 500 Kuning
Kuning
9 750
cerah
Ekstrak
Minyak Kuning
10 Belimbing 200 200 1000
Plastik cerang
Wuluh
Kuning
11 1250
terang
Kuning
12 1500
terang
4.5 Prospek Industri Minyak Rumah Tangga dari Minyak Pelumas Bekas
Pada penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam berbagai
sektor kehidupan, seperti pada sektor sosial budaya serta sektor ekonomi. Dalam
3139
rincian seperti pada tabel 4.9. Melihat prospek ekonomi yang dihasilkan,
pengolahan minyak pelumas bekas ini dapat dijadikan industi kreatif masyarakat
yang diharapkan dapat meningkatkan potensi ekonomi daerah.
Tabel 4.9 Keuntungan Produksi Rumah Tangga Pengolahan Minyak Pelumas
Bekas Menjadi Minyak Rumah Tangga Setiap Bulan
Keterangan Debit Kredit
Penjualan minyak pelumas diolah 100 Rp100.000,- -
liter/hari
Kayu bakar - Rp 10.000,-
Upah kerja - Rp 25.000,-
Keuntungan Rp 65.000,-
Keuntungan setiap bulan = (Rp 65.000,- x 30) – biaya isidental
= Rp 1.950.000,00 – Rp 250.000,00
= Rp 1.600.000,00
4.6 Uji Kualitas Titik Asap Minyak Rumah Tangga (MRT)
Dalam mengetahui kualitas minyak diperlukan beberapa uji coba seperti
uji vskositas dan uji titik asap. Untuk uji viskositas/kekentalan produk MRT
(minyak rumah tangga) memiliki karateristik yang lebih bagus dibandingkan
minyak tanah. Namun tidak cukup uji kekentalan saja, untuk bahan bakar minyak
yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga seperti minyak tanah untuk
memasak dan lampu penerangan serta solar untuk lampu penerangan diperlukan
uji coba titik asap. Uji coba tersebut diperlukan untuk mengetahui seberapa
tingkat asap yang ditimbulkan sehingga dapat mengetahui tingkat pencemaranya
jika digunakan (Evan, 2010). Dengan titik asap yang semakin tinggi berarti
kualitas minyak lebih bagus karena asap yang ditimbulkan lebih sedikit.
Pada uji coba titik asap diperlukan lampur sentir bersumbu dan penggaris
untuk mengukur tingkat titik asap. Cara kerja uji ini, masing-masing fluida
dimasukan dalam lampu sentir lalu dibakar. Setelah dibakar, kecilkan sumbu
sampai api tidak mengeluarkan asap. Setelah itu naikan sumbu perlahan-lahan
sampai api menimbulkan asap. Titik api darai tidak menimbulkan asap sampai
menimbulkan asap inilah yang diukur untuk uji titik asap.
Uji titik asap yang dilakukan penulis menggunakan 4 jenis fluida yang
berbeda dengan masing-masing sampel dilakukan empat kali percobaan sehingga
akan didapat rata-rata yang terdapat pada tabel 4.10. Dari hasil pengujian 4 jenis
fluida, etanol 100 % memiliki titik asap yang tinggi dan minyak pelumas bekas
ketika dibakar tidak dapat menyala karena minyak tidak dapat melewati sumbu
kapiler. Tingkat kekentalan cukup tinggi yang mengakibatkan minyak pelumas
bekas tidak dapat merambat pada pipa kapiler. Selanjutnya untuk produk MRT
memiliki rata-rata titik asap yaitu 150 mm. Hal ini menunjukan bahwa produk
MRT memiliki kualitas titip asap yang lebih baik dibandingkan minyak tanah,
minyak solar dan minyak pelumas bekas. Melihat hal tersebut dapat disimpulkan
minyak rumah tangga (MRT) dapat digunakan untuk bahan bakar kompor minyak
dan lampu penerangan serta produk MRT memiliki tingkat ramah lingkungan
dibandingan 3 jenis fluida lainya seperti tertera pada tabel 4.10. Jadi jika minyak
3442
rumah tangga digunakan untuk bahan bakar kompor minyak tidak akan
menimbulkan asap yang tebal atau kerak pada alat memasak.
Tabel 4.11 Perbandingan Efesiensi Bahan Bakar Minyak Rumah Tangga dengan
Bahan Bakar Minyak Tanah Pada Kompor Minyak
10 MRT 41 150
10 Minyak Tanah 47 175
15 MRT 69 224
15 Minyak Tanah 75 261
20 MRT 92 297
20 Minyak Tanah 99 350
Presentase penghematan waktu minyak rumah tangga :
𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖ℎ 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ –𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖ℎ 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑀𝑅𝑇
= x 100%
𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖ℎ 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ
4,9 −4,5
= x 100% = 8,2 %/liter air
4,9
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Menggunakan campuran ekstrak belimbing wuluh minyak pelumas
bekas dapat diubah menjadi bahan bakar MRT (Minyak Rumah
Tangga) dengan komposisi bahan, yaitu1 L minyak pelumas bekas,
200 mL ekstrak belimbing wuluh, 200 gram lempung aktif, dan
minyak plastik 250 mL.
5.1.2 Minyak pelumas bekas dapat diubah menjadi bahan bakar MRT
(Minyak Rumah Tangga) dengan campuran ekstrak belimbing wuluh
menggunakan beberapa teknik, yaitu pemanasan yang berfungsi
memecah beberapa partikel, pengendapan berfungsi memisahkan dua
fraksi yang berbeda, serta blendin berfungsi untuk meningkatkan
kualitas produk minyak yang dihasilkan.
5.1.3 Pengolahan minyak pelumas bekas menjadi bahan bakar MRT
(Minyak Rumah Tangga) dengan campuran ekstrak belimbing wuluh
dapat dijadikan industri kreatif masyarakat yang berpotensi
meningkatkan ekonomi daerah.
5.2 Saran
5.2.1 Sebaiknya dalam pembuatan melakukan perbandingan bahan-bahan
tambahan sesuai untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS