Vous êtes sur la page 1sur 12

A.

PENGKAJIAN
STUDI KASUS :
Tn. M berusia 51 tahun, datang ke Puskesmas III Denpasar Selatan bersama istrinya untuk
memeriksakan gula darahnya karena Tn. M mempunyai riwayat DM. Tekanan darah 110/70
mmHg, Nadi 82 x/menit, hitung pernapasan 22 x/menit. Tn M mengerti sedikit bahasa Bali karena
sehari-hari berkomunikasi dengan keluarga menggunakan bahasa Jawa. Tn. M biasanya berobat
ke pelayanan kesehatan terdekat yaitu Puskesmas III Denpasar Selatan. Tn. M beragama Islam,
saat ini ia sedang menjalankan ibadah puasa karena merupakan kewajibannya sebagai umat
muslim. Pendidikan terakhir Tn. M adalah SMA. Tn. M menggunakan tanggungan kesehatan yaitu
BPJS.
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Umur : 51 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Status perkawinan : Sudah menikah
Agama : Islam

2. PENGKAJIAN LINTAS BUDAYA


Pengkajian dilakukan terhadap respon adaptif dan maladaptif untuk memenuhi kebutuhan
dasar yang tepat sesuai dengan latar belakang budayanya. Pengkajian dirancang berdasarkan
7 komponen yang ada pada “Leininger’s Sunrise models” dalam teori keperawatan
transkultural Leininger yaitu :
a. Faktor teknologi (technological factors)
Tn. M biasanya memeriksakan kondisinya ke pelayanan kesehatan terdekat yaitu
Puskesmas III Denpasar Selatan. Tn.M rutin mengecek gula darahnya di laboratorium
puskesmas karena Tn. M mengatakan mempunyai riwayat DM dari orang tuanya. Selain
berobat ke Puskesmas, Tn. M juga mengatakan bahwa ia sering mengonsumsi jamu kunir
asam dan jamu soro yang dipercayai dapat membuat tubuhnya lebih sehat.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Tn. M beragama Islam, sudah menikah. Pandangan Tn, M terhadap sakit yang dialaminya
yaitu DM merupakan penyakit keturunan yang diturunkan dari orang tuanya dan dapat
diobati dengan mengonsumsi obat yang diberikan dokter juga jamu yang biasa
dikonsumsinya. Saat ini Tn. M sedang menjalankan ibadah puasa sehingga untuk
mengonsumsi obat disesuaikan dengan waktu makannya karena obat diminum setelah
makan yaitu pada saat jam 4 pagi (saat sahur), jam 6 sore (buka puasa) dan jam 12 malam.
c. Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan ( kinship & social factors)
Keluarga (istri) Tn. M mendukung Tn. M dalam pengobatan riwayat DMnya dengan
menemani Tn. M ke Puskesmas untuk mengecek gula darah juga selalu mengingatkan
untuk meminum obat yang diberikan dokter kepada Tn. M secara rutin.
d. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural values & lifeways)
Tn. M bekerja swasta, sehari-hari berbahasa Jawa dengan keluarga, dengan orang-orang
di sekitarnya menggunakan bahasa Indonesia. Karena bulan ini merupakan bulan puasa
bagi umat muslim, jadi Tn. M makan sesuai jadwalnya yaitu jam 4 pagi (saat sahur), jam
6 sore (buka puasa), dan malam sekitar jam 12 malam. Tn. M mengatakan dirinya harus
mengurangi makan makanan yang manis-manis sesuai anjuran dokter agar gula darahnya
tetap normal. Walaupun begitu, tidak dapat dipungkiri Tn. M sangat menyukai makanan
yang manis-manis tetapi karena ia mengetahui dirinya mempunyai riwayat DM jadi lebih
membatasi dan tidak berlebihan.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Puskesmas III Denpasar Selatan merupakan tempat pelayanan kesehatan yang terdapat di
perkotaan non rawat inap yang selalu Tn. M kunjungi untuk berobat atau hanya sekedar
mengontrol kesehatannya. Puskesmas III Denpasar Selatan buka hari Senin-Kamis pukul
08.00-14.00 WITA, Jumat 08.00-13.00 WITA, dan Sabtu 11.30-14.00 WITA. Tn. M
menggunakan tanggungan kesehatan yaitu BPJS sehingga dilayani gratis.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Tn. M bekerja swasta. Tn. M menggunakan tanggungan kesehatan untuk untuk berobat
atau hanya sekedar mengontrol kesehatannya dengan menggunakan BPJS.

g. Faktor pendidikan (educational factors)


Pendidikan Tn. M adalah tamatan SMA. Sepengetahuannya kalau mempunyai riwayat
DM tidak boleh/mengurangi mengonsumsi yang manis-manis karena akan membuat gula
darahnya tinggi. Namun dalam kenyataannya Tn. M tidak bisa menahan godaan untuk
tidak makan makanan yang manis, tetapi Tn. M mengatakan selalu berusaha untuk
membatasi keinginannya untuk makan makanan yang manis karena takut gula darahnya
akan tinggi.
B. PROSES KEPERAWATAN
a) Analisa Data
No. Hari, Tgl Masalah
Data Fokus Data Standar
Jam Keperawatan
1. Selasa, DS : - Pasien mengatakan 1. Pasien dapat mengikuti Gangguan
30 Mei sedikit bisa setiap instruksi yang komunikasi
2017 berbahasa Bali. diberikan oleh dokter verbal
08.30 dan perawat tanpa
DO : - Pasien tampak
WITA merusak kultur atau
kebingungan. TD :
kepercayaan dari klien
110/70 mmHg,
2. Pasien tampak tenang
Nadi : 82 x/menit,
3. Tanda-tanda vital dapat
pernapasan : 22
kembali normal
x/menit.

- Pasien tampak
bisa sedikit
menjawab
pertanyaan yang
diajukan oleh
dokter.

b) Diagnosa Keperawatan
1.Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Hari, Tgl No.
Tujuan Intervensi Rasionalisasi
Jam Dx
1. Selasa, 1 Setelah diberikan a. Mempertahankan 1. Untuk menjalin
30 Mei asuhan keperawatan budaya ( cultural care komunikasi yang
2017 selama 1x 2 jam preservation/ baik antara
09.30 diharapkan pasien maintenance) melalui perawat dan
WITA dapat memahami intervensi : pasien
penjelasan yang 1. Identifikasi
diberikan oleh perbedaan bahasa 2. Untuk
perawat dengan antara pasien dengan mengurangi
kriteria hasil : perawat kesalahpahaman
1. Komunikasi berhubungan dengan antara perawat
antara perawat perbedaan kultur dengan pasien
dengan pasien
dapat berjalan 2. Tunjukkan sikap 3. Agar dapat
lancar tenang dan tidak mengetahui
terburu-buru saat perbedaan kultur
2. Instruksi perawat berinteraksi dengan yang dimiliki
dapat diikuti pasien oleh perawat dan
dengan baik dan pasien
benar oleh pasien 3. Diskusikan
perbedaan kultur
antara perawat
dengan pasien

4. Hargai persepsi
klien tentang
budaya yang
dianutnya
b. Mengakomodasi 1. Untuk menjalin
budaya klien (cultural kerjasama antara
care accomodation/ perawat dengan
negotiation) melalui keluarga pasien
intervensi : serta
1. Libatkan keluarga mempermudah
dalam perencanaan dalam
keperawatan melakukan
tindakan
2. Apabila konflik
tidak terselesaikan 2. Membantu
lakukan negosiasi pasien dan
dimana kesepakatan perawat untuk
berdasarkan memilih budaya
pengetahuan yang lebih
biomedis, mendukung
pandangan pasien peningkatan
dan standar etik kesehatan

c. Merubah budaya pasien 1. Agar pasien


(cultural care mengetahui
repartening/ bahwa tindakan
reconstruction) melalui yang akan
intervensi : dilakukan adalah
1. Beri kesempatan untuk
pada klien untuk kesembuhan
memahami pasien
informasi yang
diberikan dan 2. Membantu
melaksanakannya perawat dalam
melakukan
2. Gunakan pihak pemeriksaan atau
ketiga baik dari tindakan kepada
keluarga maupun pasien
tenaga kesehatan
yang lainnya 3. Agar pasien dan
keluarga
3. Terjemahkan mengerti
terminologi gejala terhadap semua
pasien ke dalam tindakan yang
bahasa kesehatan dilakukan oleh
yang dapat dipahami perawat
oleh pasien dan
keluarga 4. Meningkatkan
pemahaman
4. Berikan informasi mengenai sistem
tentang sistem dari segi
pelayanan kesehatan pelayanan
kesehatan
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No. Hari, Tgl No.
Implementasi Evaluasi Formatif Paraf
Jam Dx
1. Selasa, 1  Memantau keadaan - TD : 110/ 70
25 Mei umum dan memeriksa - RR : 22 x/menit
2017 vital sign pasien - Nadi : 82 x/menit
09.30
WITA
09. 40 1  Mengidentifikasi DS : Pasien mengatakan
WITA perbedaan bahasa antara sedikit bisa berbahasa
pasien dengan perawat inggris dan sering
berhubungan dengan menggunakan bahasa
perbedaan kultur daerah. (bahasa Jawa).
DO : Pasien tampak mampu
menjawab pertanyaan
dari perawat dengan
menggunakan bahasa
Indonesia. Ketika
mengobrol dengan
istrinya pasien tampak
menggunakan bahasa
daerah. (bahasa Jawa).
09. 40 1  Menunjukkan sikap DS : -
WITA tenang dan tidak terburu- DO : Cara pasien
buru saat berinteraksi menanggapi interaksi
dengan pasien perawat tampak baik
09.40 1  Melibatkan keluarga DS : Keluarga pasien
WITA dalam perencanaan mengatakan bersedia
keperawatan terlibat dalam setiap
tindakan yang akan
diberikan kepada
pasien
DO : Keluarga pasien tampak
selalu mendampingi
pasien
09.50 1  Memberi kesempatan DS : Pasien mengatakan
WITA pada pasien untuk kurang memahami
memahami informasi informasi yang
yang diberikan dan diberikan karena hanya
melaksanakannya sedikit bisa berbahasa
Bali.
DO : Pasien tampak bingung
ketika diberikan
informasi.
10.00  Memberikan informasi DS : Setelah diberikan
WITA tentang sistem pelayanan informasi oleh perawat
kesehatan dan KIE yang menggunakan bahasa
diberikan dokter. Indonesia, pasien
mengatakan mengerti
mengenai sistem
pelayanan kesehatan
dan KIE yang diberikan
dokter kepadanya.
DO : Pasien tampak paham
tentang informasi yang
diberikan
10.30  Mengakomodasi budaya DS : Setelah diberikan
WITA klien meminum jamu informasi mengenai
dengan membuat ramuan obat tradisional atau
herbal di rumah untuk ramuan herbal
penyakit DM, yaitu: untukDM, pasien
mengatakan mengerti
1. Babakan juwet, pule
dan akan mencoba
2 jari, daun tapak
membuatnya sendiri di
dara 1/3 ggm, daun
rumah.
sambiloto ¼ ggm,
DO : Pasien tampak paham
gula aren 3 jari, air
tentang informasi yang
bersih 3 glm.
diberikan dan kooperatif
Cara membuat : saat dilakukan tindakan.

Semua bahan di cuci


dan di potong
seperlunya, lalu rebus
sehingga airnya tersisa
¾ gelas, tunggu sampai
dingin, saring lalu
minum 2 kali sehari ¾
glm
2. 3 Genggam daun
Insulin
Cara membuat :
Semua bahan di cuci
dan di potong
seperlunya, lalu rebus
dengan air 1 liter
sehingga airnya tersisa
¾ liter, tunggu sampai
dingin, saring lalu
minum 2 kali sehari ¾
glm.
 Melakukan pijat
akrupresur untuk
penyakit kencing manis
(DM).
D. EVALUASI KEPERAWATAN
No. Hari, Tgl No.
Evaluasi Paraf
Jam Dx
1. Selasa, 1 S : Pasien mengatakan sedikit mengerti bahasa Bali
25 Mei karena sehari-hari berkomunikasi menggunakan
2017 bahasa daerahnya.
10.30 O : Pasien masih terlihat memahami informasi yang
WITA disampaikan oleh perawat ketika berinteraksi dengan
perawat menggunakan bahasa Indonesia.
A : Masalah teratasi.
P : Pertahankan kondisi pasien.

Vous aimerez peut-être aussi