Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
KONSEP DASAR
1. Definisi
2. Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun.
Di Amerika Serikat, kejang demam terjadi pada 2-5% anak usia 6 bulan sampai
dengan 5 tahun. Diantaranya, sekitar 70-75% hanya mengalami kejang demam
sederhana, yang lainnya 20-25% mengalami kejang demam kompleks. Lebih
sering pada anak laki laki, jarang terjadi pada usia kurang dari 9 bulan dan diatas
5 tahun. Puncaknya terjadi pada usia 14-18 bulan, dan angka kejadian mencapai
3-4% anak usia dini. Di Indonesia, kejadian kejang demam pada anak usia 6 bulan
sampai 5 tahun hampir 2-5%.
3. Etiologi
Angka kejadian adanya latar belakang kelainan masa pre-natal dan perinatal
tinggi. Angka kejadian adanya kelainan neurologis minor sebelumnya juga tinggi,
tapi kelainan neurologis berat biasanya jarang terjadi.
Penyebab kejang demam belum dapat dipastikan. Pada sebagian besar anak,
tingginya suhu tubuh, bukan kecepatan kenaikan suhu tubuh, menjadi faktor
pencetus serangan kejang demam. Biasanya suhu demam lebih dari 38°C dan
terjadi saat suhu tubuh naik dan bukan pada saat setelah terjadinya kenaikan suhu
yang lama. (Dona L.Wong, 2008).
Kondisi yang dapat menyebabkan kejang demam antara lain; infeksi yang
mengenai jaringan ekstrakranial seperti tonsilitis, otitis, media akut, bronkitis .
1 Intrakranial
2.Ekstrakranial
5. Patofisiologi
6. Manifestasi Klinis
Gejala berupa :
c. Darah
8. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan
a. Pengobatan fase akut
Diazepam diberikan melalui interavena atau per rektal..
b. Turunkan panas
d. Pengobatan profilaksis
2. Pencegahan
A. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana.
Beri diazepam dan antipiretika pada penyakit-penyakit yang
disertai demam.
B. Pencegahan kontinyu untuk kejang demam komplikata
Dapat digunakan :
1) Fenobarbital
2) Fenitoin
3) Klonazepam
5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis
2-8mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis (indikasi khusus)
9. Penatalaksanaan Gizi
1. PENGKAJIAN
a. Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.Biodata orang tua perlu
dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
Lama serangan
Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu berlangsung lama.
Lama bangkitan kejang kita dapat mengetahui kemungkinan respon terhadap
prognosa dan pengobatan.
Pola serangan
Apakah serangan berupa kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaran seperti epilepsi
mioklonik.
Apakah serangan berupa tonus otot hilang sejenak disertai gangguan kesadaran
seperti epilepsi akinetik.
Apakah serangan dengan kepala dan tubuh mengadakan flexi sementara tangan
naik sepanjang kepala, seperti pada spasme infantile.
Frekuensi serangan
Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau rangsangan tertentu yang dapat
menimbulkan kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-lain.
Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya. Sesudah kejang perlu
ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada
paralise, menangis dan sebagainya.
c. Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita
epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.
Keadaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi
atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam sewaktu
hamil, penggunaan obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan
ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan tindakan ( forcep/vakum ),
perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan selama neonatal apakah
bayi panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan kejang-kejang.
f. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur
mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah
mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan
kejang.
g. Riwayat Perkembangan
i. Riwayat sosial
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji siapakah
yang mengasuh anak. Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman
sebayanya.
j. Pola Spiritual
Ditanyakan keadaan anak sebelum dan selama sakit. Pola kebiasaan dan fungsi ini
meliputi :
Pola Nutrisi
Pola Eliminasi
BAB: ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak. Bagaimana konsistensinya
lunak, keras, cair atau berlendir.
Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya. Berkumpul
dengan keluarga sehari berapa jam, bagaimana kualitas pertemuan. Aktivitas
bermain apa yang disukai anak.
Pola tidur/istirahat
Berapa jam sehari tidur,jam berangkat tidur dan bangun tidur. Kebiasaan sebelum
tidur, misalnya: dongeng sebelum tidur atau musik pengantar tidur, suasana
pecahayaan,ritual pengantar tidur, bagaimana dengan tidur siang.
a. Pemeriksaan Umum
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah,
nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu
tinggi sedangkan kesadaran setelah kejang akan kembali normal seperti sebelum
kejang tanpa kelainan neurologi.
b. Fisik
Kepala
Rambut
Muka/ Wajah.
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis tertinggal bila
anak menangis atau tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah tanda
rhisus sardonicus, opistotonus, trimus . Apakah ada gangguan nervus cranial.
Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, periksa ukuran pupil, isokor antara
pupil kanan dan kiri, reflek cahaya, ketajaman penglihatan. Bagaimana keadaan
sklera, konjungtiva.
Telinga
Hidung
Kaji nafas spontan, apakah terpasang selang O2, apakah ada pernapasan cuping
hidung, polip yang menyumbat jalan napas, adakah sekret, bagaimana
konsistensinya, jumlahnya.
Mulut
Tenggorokan
Leher
Thorax
Jantung
Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen. Bagaimana turgor
kulit dan peristaltik usus. Adakah tanda meteorismus, Adakah pembesaran lien
dan hepar.
Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya. Apakah terdapat
oedema, kemerahan atau lesi, Bagaimana keadaan turgor kulit.
Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang. Bagaimana
suhunya pada daerah akral,
Genetalia
Adakah kelainan bentuk, oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda
infeksi.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3.0. Ansietas
Respiratory status:Ventilation.
Respiratory status: Airway patency.
Kriteria hasil:
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed lips).
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal,tidak ada suara nafas
abnormal).
Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat
jalan nafas.
NIC
Airway Suction
Pastikan kebutuhan oral / trakeal suctioning.
Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning.
Minta klien nafas dalan sebelum suction dilakukan.
Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction
nasotrakeal.
Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan.
Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam setelah kateter
dikeluarkan dari nasotrakeal
Monitor sttus oksigenasi pasien.
Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction.
Hentikan suction dan berikan O2 apabila pasien menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2 dan lain lain
Airway Managemen
Buka jalan nafas gunakan tehnik chin lift dan jawtrust bila perlu
Posisikan pasien untuk memeksimalkan
Identikfikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan.
Pasang mayo bila perluLakukan fisioterapi dada bila perlu.
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction.
Lakukan suction pada mayo.
Berikan bronkodilator bila perlu.
Berikan pelembab udara kassa basah NACL, lembab.
Atur intake untuk cairan, mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
NOC
Thermoregulation
Kriteria Hasil
NIC
Risk Kontrol
Kriteria hasil
NIC
Kriteria hasil:
NIC
PENUTUP
Perawatan anak dengan kejang demam membutuhkan situasi dan kondisi yang
sangat mendukung, karena ketepatan penanganan dan kecepatan dalam
mendeteksi tanda tanda kejang sangatlah penting. Dalam hal ini peranan perawat
sangat besar pengaruhnya untuk upaya meminimalkan komplikasi dari kejang
demam. Pengetahuan dan keterampilan perawat tentang penanganan kejang
demam akan menentukan tingkat keberhasilan kasus inibaik di Rumah sakit
ataupun Puskesmas.Tingkat pengetahuan orang tua anak dan masyarakat tentang
penanganan awal kejang demam juga akan mendukung terhadap keberhasilan
penanganan selanjutnya. Pendidikan kesehatan pada orang tua dan masyarakat
tentang penanganan awal kejang demam saat dirumah atau lingkungan anak akan
menjadi penting untuk mencegah komplikasi dan kematian anak akibat kejang
demam. Demikianlah makalah ini kami susun mudah mudahan bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA