Vous êtes sur la page 1sur 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Identifikasiforensikmerupakanupaya yang

dilakukandengantujuanmembantupenyidikuntukmenentukanidentitasseseorang.Ide

ntifikasi personal

seringmerupakansuatumasalahdalamkasuspidanamaupunperdata.Menentukanident

itas personal

dengantepatamatpentingdalampenyidikankarenaadanyakekeliruandapatberakibat

fatal dalam proses peradilan.Perantersebutsemakinmenonjol di Indonesia,

sebagainegara yang memilikitingkatkerawanantinggiterhadapterjadinyabencana,

terutamabencana yang disebabkanolehfaktoralam, sepertiletusangunungberapi,

tsunami, gempa, danbencanaalam lainnya.2,3

Peranilmukedokteranforensikdalamidentifikasiterutamapadajenazahtidakdi

kenal, jenazah yang rusak, membusuk, hangusterbakardankecelakaanmasal,

bencanaalam, huruhara yang mengakibatkanbanyakkorbanmeninggal,

sertapotongantubuhmanusiaataukerangka.Selainituidentifikasiforensikjugaberpera

ndalamberbagaikasuslainsepertipenculikananak, bayitertukar,

ataudiragukanorangtuanya. Identitasseseorang yang dipastikanbila paling

sedikitduametode yang digunakanmemberikanhasilpositif (tidakmeragukan).

Dalambeberapatahunterakhir, kita banyak dikejutkan oleh terjadinya

bencana massal yang menyebabkan kematian banyak orang. Selain itu kasus

1
kejahatan yang memakan banyak korban jiwa juga cenderung tidak berkurang dari

waktu ke waktu. Pada kasus-kasus seperti ini tidak jarang kita jumpai korban jiwa

yang tidak dikenal sehingga perlu diidentifikasi, dan salah satu cara

mengidentifikasi korban adalah dengan metode forensik odontologi. Berdasarkan

pengalaman di lapangan, identifikasi korban meninggal massal melalui gigi-geligi

mempunyai kontribusi yang tinggi dalam menentukan identitas seseorang karena

gigi merupakan salah satu sarana identifikasi yang dapat dipercaya apabila

rekaman data dibuat secara baik dan benar. Selain itu, data berupa foto foto gigi

semasa hidup dapat dipakai sebagai data pembanding dengan hasil pemeriksaan

jenasah

Identifikasi dari tubuh seseorang yang tidak dikenal, baik yang masih

hidup ataupun yang sudah mati merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan

membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Menentukan identitas

personal dengan tepat, sangatlah penting dalam penyidikan karena adanya

kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan.

Berkaitan dengan hal diatas, ilmu kedokteran forensik terutama berperan

dalam identifikasi jenazah yang tidak dikenal, jenazah yang rusak, membusuk,

hangus terbakar dalam kecelakaan masal, bencana alam, huru hara yang dapat

mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh manusia atau

kerangka. Identifikasi forensik juga berguna dalam berbagai kasus lain seperti

penculikan anak, bayi tertukar, atau anak yang diragukan orang tuanya.

Menentukan identitas seseorang bisa menjadi suatu proses yang sangat

sulit. Cetakan gigi, sidik jari, bentuk tangan, wajah tanda tangan dan suara

2
mungkin tekhnik yang paling umum digunakan dalam hal ini, karena prosesnya

berlangsung dengan cepat dan aman. Namun dalam keadaan tertentu tekhnik yang

telah disebutkan diatas tidak selalu dapat digunakan. Oleh karena itu mungkin

dapat diterapkan tekhnik yang lain berbeda dan mungkin kurang dikenal yaitu

pengenalan iris.

Pentingnya iris dalam identifikasi personal berkaitan dengan fakta bahwa

iris tiap orang adalah unik dan tidak berubah sepanjang hidup. Dengan demikian,

iris juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi seseorang dan untuk

memverifikasi keberadaan / ketidak beradaan seseorang di tempat kejadian

perkara (TKP). Keuntungan dari pemakaian iris untuk sistem identifikasi yang

dapat diandalkan adalah pertama dimana iris terisolasi dan terlindung dari

lingkungan luar, yang kedua pada iris tidak mungkin dilakukan operasi untuk

modifikasi tanpa menyebabkan cacat pada mata, dan yang ketiga, iris memiliki

tanggapan fisiologis terhadap cahaya yang memungkinkan pengujian alami

terhadap kemungkinan adanya penipuan. Sedangkan adapun kerugiannya

diantaranya adalah pada pengguna kacamata, lensa kontak, atau cadar, serta

peminum alkohol.

1.1 Tujuan

Tujuan Umum :

Untuk lebih megetahui dan memahami tentang identifikasi iris secara umum

Tujuan Khusus :

1. Untuk mengetahui identifikasi secara umum

2. Untuk mengetahui macam-macam identifikasi

3
3. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam identifikasi iris

1.2 Permasalahan

2 Bagaimana identifikasi secara umum ?

3 Bagaimana macam-macam identifikasi ?

4 Bagaimana metode, keuntungan dan kelebihan yang digunakan dalam

identifikasi iris ?

1.4 Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Menambah wawasan dalam pengetahuan mengenai sidik mata iris dan peranannya

dalam identifikasi personal.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi dunia pendidikan

Menambah pengetahuan mengenai identifikasi iris

b. Bagi Institusi di Bidang Forensik

Menambah pengetahuan mengenai aplikasi iris untuk kepentingan

identifikasi personal

c. Bagi Institusi di Bidang Hukum

Menambah pengetahuan mengenai kegunaan iris dalam menunjang

investigasi

suatu kasus pidana atau perdata.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Identifikasi

Identifikasiadalahpenentuanataupemastianidentitas orang

hidupataupunmatiberdasarkanbeberapacirikhas yang terdapatpada orang

tersebut.Identifikasipadadasarnyaterdiridariduametodeutamayaitu:

1. Identifikasikomparatifyaituapabilatersediaselain data

postmortem juga data antemortem, dalamkomunitas yang

terbatas.

2. Identifikasirekonstruktifyaituapabilatidaktersedianya data

antemortemdankomunitaskorbannyatidakterbatas.

Dalammengidentifikasikorbanmatitidakdikenalumumnyadilakukanidentifi

kasidengankeduametodetersebutsecarabertahap.Mula –

mulakorbandiperiksadandicatatciri-ciriidentitasnya,

serentakdenganupayapencarian orang yang dilaporkanhilangolehkerabatnya.

Apabiladiketahuiada orang hilangmakaciri – ciri yang

diketahuipadakorbansewaktumasihhidup (data antemortem)

dibandingkandenganciri – ciri yang ditemukanpadatubuhkorban (data

postmortem).

Identifikasiforensikmerupakanupaya yang

dilakukandengantujuanmembantupenyidikuntukmenentukanidentitasseseorang.Ide

5
ntifikasi personal

seringmerupakansuatumasalahdalamkasuspidanamaupunperdata.Menentukanident

itas personal

dengantepatamatpentingdalampenyidikankarenaadanyakekeliruandapatberakibat

fatal dalam proses peradilan.

2.1.1 Identifikasi Personal

Identifikasi personal penting untuk identifikasi korban tewas karena kasus

pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, dan bencana alam. Selain itu identifikasi

personal juga berguna untuk orang hidup yang hilang misalnya karena amnesia

atau untuk penentuan tersangka yang tersembunyi.

Peranilmukedokteranforensikdalamidentifikasiterutamapadajenazahtidakdi

kenal, jenazah yang rusak, membusuk, hangusterbakardankecelakaanmasal,

bencanaalam, huruhara yang mengakibatkanbanyakkorbanmeninggal,

sertapotongantubuhmanusiaataukerangka.

Selainituidentifikasiforensikjugaberperandalamberbagaikasus lain

sepertipenculikananak, bayitertukar, ataudiragukanorangtuanya.Identitasseseorang

yang dipastikanbila paling sedikitduametode yang

digunakanmemberikanhasilpositif (tidakmeragukan).

Identifikasi personal pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu

identifikasi primer dan sekunder, yaitu :

A. Identifikasi Primer

6
1. Sidik Jari, dapat dikatakan juga bahwa tidak ada 2 orang yang mempunyai

sidik jari yang sama, walaupun kedua orang tersebut kembar identik,

sehingga sidik jari mempunyai nilai yang sangat tinggi untuk penentuan

identitas seseorang.

2. Gigi, bentuk gigi dan bentuk rahang merupakan ciri khusus dari seseorang,

sedemikian khususnya sehingga dapat dikatakan tidak ada gigi atau rahang

yang identik pada dua orang yang berbeda, bahkan pada kembar identik

sekalipun.

3. DNA, Asamdeoksiribonukleat (DNA) adalahrantaikodeinformasigenetik

yang terdapat di dalamintisel, yang

menentukankarakteristikketurunanindividu. Hal inisepertiblueprint

genetikdanidentik di setiapselindividu. Penggunaanbukti DNA

dalaminvestigasikriminaldanpenuntutanberpusatpadateoribahwatidakadad

uamanusia, kecualiuntukkembaridentik,Teknik identifikasi personal

dengan menggunakan DNA tersebut dikembangkan sejak 1970 sejak

ditemukannya enzim restriksi yang dapat memotong DNA menjadi

beberapa fragmen pasang basa pada titik yang dikehendaki, fragmen

tersebut kemudian diperiksa dengan menggunakan teknnik elektroforesis

gel. Gambaran pita DNA sampel kemudia dibandingkan dengan marker

(DNA yang sudah diketahui ukuran pasang basanya) dan probe ( template

radioisotop yang telah diketahui urutan basanya).

B. Identifikasi Sekunder

7
1. Metode visual, yaitu dengan memperhatikan korban secara cermat,

terutama wajah, dapat dilakukan oleh orang yang mengenali korban

2. Pakaian, pencatatan yang teliti atas pakaian, bahan yang dipakai, mode

serta adanya tulisan di pakaian, seperti : merk, penjahit, dan lain

sebagainya

3. Perhiasan, dapat berupa anting-anting, kalung, gelang serta cincin yang

ada pada tubuh korban, khususnya bila ada perhiasan-perhiasan tersebut

terdapat inisialnya

4. Dokumen, dapat berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Ijin

Mengemudi (SIM), paspor, kartu golongan darah, tanda pembayaran dan

lain sebagainya

5. Medis, yaitu pemeriksaan fisik secara keseluruhan yang meliputi bentuk

tubuh, tinggi dan berat badan, jenis kelamin, cacat tubuh, atau ciri fisik

tertentu, seperti tatoo, jaringan parut dan sebagainya

6. Tulang, yaitu pemeriksaan tulang pada sisa tubuh yang sangat membusuk

atau telah membusuk sempurna sehingga hanya tersisa tulang belulang.

Pemeriksaan dapat menentukan jenis kelamin seseorang, perkiraan ras,

usia, tinggi badan, dan berat badan serta cedera tulang yang dialami orang

tersebut.

7. Iris mata, Iris manusia mulai terbentuksaat ia berusia dua tahun

mempunyaikarakteristik yang unik dan cukuprumit, karena alasan

inilahidentifikasi dengan iris merupakansistem yang cukup handal.

8
8. Serologis, penentuan golongan darah yang diambil baik dari tubuh korban

atau pelaku, maupun bercak darah yang terdapat di tempat kejadian

perkara

9. Eksklusi, metode ini pada umumnya hanya dipakai pada kasus dimana

banyak tedapat korban (kecelakaan massal), seperti ledakan pesawat,

tabrakan kereta api dan lain-lain

2.1.2. Identifikasi Massal

Menurut ilmu kedokteran forensik, proses identifikasi massal dapat

dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang sesuai dengankarakteristik

mass disaster. Metode-metode dimaksud antara lain sebagai berikut :

1. Metode Visual

Metode ini merupakan metode yang sederhana dan mudah dikerjakan yaitu

dengan cara memperlihatkan tubuh terutama wajah korban kepada pihak keluarga.

Metode ini hanya dapat diterapkan terhadap mayat yang tidak dalam kondisi rusak

berat dan tidak dalam keadaan busuk lanjut.

2. Pemeriksaan Dokumen

Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-

dokumen seperti KTP, SIM, Paspor, Kartu Pelajar dan tanda pengenal lainnya

milik korban untuk menentukan identitas para korban dalam suatu bencana

massal. Ketika menerapkan metode ini, perlu diingat bahwa belum tentu dokumen

yang berada di dekat tubuh seorang korban merupakan milik korban yang

bersangkutan. Dokumen yang terdapat di dalam saku seorang laki-laki lebih

bermakna bila dibandingkan dengan dokumen yang ada di dalam tas seorang

9
wanita yang memiliki kecenderungan bahwa tas dimaksud seringkali

terlepas/terpisah dari pemiliknya (wanita) tersebut. Hal demikian terutama terjadi

dalam kasus kecelakaan massal.

3. Pemeriksaan Perhiasan

Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap perhiasan-

perhiasan milik korban yang biasanya masih melekat pada tubuh korban, misalnya

cincin. Dari cincin tersebut kemungkinan terdapat inisial nama pemiliknya bahkan

juga nama pemberinya sehingga selain dapat dikenali identitas korban tersebut

juga dapat dikenali kerabatnya/keluarganya. Metode ini sangat berguna khususnya

dalam melakukan identifikasi terhadap korban yang tubuhnya telah rusak atau

hangus mengingat biasanya perhiasan milik korban tetap dalam kondisi utuh/tidak

rusak.

4. Pemeriksaan Pakaian

Metode ini dilakukan dengan cara menginventarisir dengan baik dan teliti

terhadap ciri-ciri khusus pakaian korban, antara lain model, bahan yang

digunakan, merek penjahit dan label binatu, yang secara keseluruhan dapat

digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan siapa pemilik pakaian tersebut dan

tentunya identitas korban. Selanjutnya sebagian pakaian korban diperlihatkan

kepada pihak keluarganya dan bila perlu dibandingkan dengan memperlihatkan

perhiasan yang ditemukan bersama pakaian tersebut sehingga identitas korban

dapat dikenali dengan baik.

5. Identifikasi Medis

10
Metode ini selalu dapat digunakan dalam kebanyakan kondisi korban dan

memiliki nilai tinggi dalam ketepatannya terutama jika korban memiliki status

medis (medical record, ante mortem record) yang baik. Tanda-tanda medis secara

umum dapat diidentifikasi melalui jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi badan,

berat badan, warna rambut dan warna mata. Sedangkan tanda-tanda medis secara

khusus dapat diidentifikasi melalui adanya cacat/kelainan fisik, bekas operasi,

tumor, tatto dan lain sebagainya. Tingginya nilai ketepatan dari metode ini antara

lain karena dilakukan oleh seorang ahli dengan menggunakan berbagai

cara/modifikasi termasuk pemeriksaan radiologis (rontgen foto dengan sinar-X)

sehingga dapat diketahui hasil pemeriksaan seperti adanya benda asing dalam

tubuh korban maupun bekas patah tulang.

6. Metode Eksklusi

Metode ini biasanya digunakan dalam kasus kecelakaan massal yang melibatkan

sejumlah orang yang dapat diketahui identitasnya, misalnya pada kasus

kecelakaan pesawat terbang maka dari data penerbangan tersebut dapat diketahu

daftar identitas para penumpang pesawatnya. Bila sebagian besar korban telah

dapat dipastikan dengan menggunakan metode-metode identifikasi selain metode

eksklusi namun masih terdapat sisa korban yang belum dapat dikenali, maka sisa

korban tersebut dapat dikenali menurut daftar penumpang yang ada. Cara ini akan

memberikan hasil yang baik berupa ketepatan apabila ante mortem records yang

ada memang baik.

Sistem identifikasi iris pertama kali dikembangkan dan dipatenkan pada

tahun 1991 oleh John Daugman, yang bekerja di Unversitas Cambridge, Inggris.

11
John Daugman merupakan orang pertama yang meneliti, dan memberikan

demonstrasi langsung dari sistem identifikasi iris. Akan tetapi, konsep dari

penemuannya, memiliki sejarah panjang.

2.2 Sejarah

Pada tahun 1953 dalam sebuah buku teks klinis oleh F.H Adler, menulis

“Faktanya, iris memiliki pola yang sangat beragam dan telah dicanangkan untuk

proses identifikasi, menggantikan sistem sidik jari.” Dimana pernyataan ini

merujuk pada seorang dokter mata bernama J.H. Doggart, yang pada tahun 1049

menulis,”Sama seperti sidik jari, setiap manusia memiliki arsitektur iris yang

berbeda – beda. Arsitektur ini merupakan gambaran dari beragam faktor dan hasil

kombinasinya secara teoritis hampir tidak terhingga.” Dan pada tahun 1980, dua

orang dokter mata, L. Flom dan A.Safir berhasil mematenkan teori bahwa iris

dapat digunakan untuk proses identifikasi manusia, namun mereka tidak dapat

menunjukkan algoritma dan implementasinya sehingga teori ini tetap berupa

sebuah teori. Akar sesungguhnya dari teori ini bahkan lebih mundur lagi ke

belakang, beragam peramalan berdasarkan motif iris manusia ditemukan sejak

zaman mesir kuno, dari Chaldea sampai Babylonia, dan Yunani Kuno yang telah

tertulis pada ukiran batu, beragam artefak dan tulisan – tulisan hipokrates.

2.2 Identifikasi iris untuk kepentingan forensik

12
2.3 Anatomi, Histologi dan Fisiologis Iris

2.3.1 Anatomi Iris

Iris adalah sebuah lapisan didalam mata, yang bertanggungjawab

mengontrol diameter dan ukuran pupil dan jumlah cahaya yang masuk ke retina.

“Warna mata” adalah warna dari iris, yang mungkin hijau, biru, atau cokelat.

Dalam beberapa kasus, warnanya mungkin hazel (cokelat terang). Dalam

merespon jumlah cahaya yang masuk ke mata, otot yang melekat ke iris

meregangkan atau mengkontraksikan apartura pada sentral iris yang dikenal

sebagai pupil. Semakin besar pupil, maka semakin banyak cahaya yang masuk.

Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa, yang memisahkan

kamera anterior dari kamera posterior, yang masing-masing berisi humor akueus.

Didalam stroma iris terdapat sfingter dan otot-otot dilator. Kedua lapisan

berpigmen pekat pada permukaan posterior iris merupakan perluasan neuroretina

dan lapisan epitel pigmen retina ke arah anterior. (1,4)

Pasok darah ke iris adalah dari sirkulus mayor iris. Kapiler-kapiler iris

mempunyai lapisan endotel yang tak berlobang sehingga normalnya tidak

membocorkan fluoresein yang disuntikkan secara intravena. Persarafan iris adalah

melalui serat-serat didalam nervi siliares.

13
Iris dibagi menjadi dua bagian besar :

 Zona pupilar adalah bagian dalam yang tepinya membentuk batas pupil

 Zona siliar adalah sisa iris yang meluas ke asalnya pada corpus siliar

Struktur Iris :

1. Endotel permukaan. Ini merupakan lapisan tunggal sel-sel endotel datar

yang bersambung dengan lapisan posterior kornea.

2. Stroma, jaringan yang terbungkus lekat pada serat jaringan konektif yang

menyebar dengan baik, menjaring sejumlah filamen nervus, pembuluh

14
darah, pembuluh limfe dan sel-sel jaringan konektif yang bercabang

ireguler.

3. Pada lapisan lebih dalam stroma sebuah jalinan serat otot involunter,

selebar 1 mm, melingkari batas zona pupilar iris. Refleks kontraksi

sfingter ini mengurangi ukuran pupil.

4. Membran basal terdiri atas jaringan konektif kuat, yang membentuk

lapisan penyokong dan lapisan terdalam iris.

5. Lapisan pigmen terdiri atas dua baris sel-sel epitel warna ungu muda, yang

terletak pada permukaan tak seimbang membran basal iris. Lapisan

pigmen ini bekerja dalam mencegah penetrasi cahaya melalui iris kedalam

ruang gelap bagian dalam iris.Histologi dan Fisiologi Iris

15
2.3.2 Histologi Iris

Iris terdiri dari 3 lapisan yaitu :

1. Lapisan anterior iris terdiri dari fibroblast, melanosit, dan kolagen

2. Lapisan tengah iris (stroma) merupakan bagian paling besar dari iris

terdiri dari sel berpigmen dan non pigmen, matrik kolagen,

mukopolisakarida, pembuluh darah, saraf, otot spingter pupil

3. Bagian posterior : otot dilatator pupil dan sel berpigmen

a. b.

(a) Histologi iris secara umum

(b) Histologi iris ; 1) Pigmentedepithelium, 2) Iris dilator, 3) Pupillary sphincter,

4) Stroma of the iris, 5) Vessels, 6) Mesothelium of the anterior face of the iris, 7)

Crypts of Fuchs, 8) Anterior chamber of the eye

2.3.3 Fisiologis Iris

16
Iris merupakan struktur yang sangat vaskuler dengan pigmen yang berbeda-beda

(ditentukan secara genetik). Warna mata bergantung pada jumlah melanin yang

ada pada iris; semakin cerah warnanya, semakin banyak jumlah cahaya yang

dapat memasuki mata. Orang yang mempunyai warna mata yang sangat cerah

mengalami fotofobia (peka terhadap cahaya). Kebalikannya adalah orang dengan

mata yang sangat hitam. Tidak ada dua iris yang benar-benar sama, termasuk mata

kanan dan kiri orang yang sama. Iris merupakan uvea, atau traktus berpigmen dan

berhubungan dengan lapisan koroid pada tepinya dan badan silier pada sisi

bawahnya. Seperti penutup pada kamera, iris selalu menyesuaikan diri terhadap

berbagai keadaan, agar cahaya yang masuk ke mata memadai. Pupil merupakan

lubang bulat di tengah iris.

Iris termasuk dalam otot polos yang secara fisiologis itu merupakan otot

involunter yang di atur oleh saraf otonom. Saraf simpatis mempersarafi otot

radial, dan parasimpatis mempersarafi otot sirkuler.Iris yang merupakan otot polos

berpigmen sebagai pengatur jumlah cahaya yang dapat masuk mencapai

fotoreseptor. Dimana warna pigmen itu sendiri tergantung dari genetik dan faktor

lingkungan. Iris merupakan otot polos dimana dapat melakukan kontriksi, ada 2

macam otot didalam iris : otot sirkuler dan radial. Otot sirkuler (mengelilingi) iris

dan ada di dalam otot iris sendiri, sedangkan radial berjalan keluar menuju pupil

seperti jari jari roda sepeda ontel. Ketika cahaya terlalu terang secara otomatis

jumlah cahaya yang akan masuk terlalu banyak sehingga perlu dibatasi, sebagai

akibatnya otot sirkuler berkontriksi dan pupil pun akan membentuk cincin yang

lebih kecil. Sedangkan kerja otot radial (dilator) adalahmengatur apabila cahaya

17
yang masuk terlalu sedikit sehingga pupil di lebarkan agar cahaya yang masuk

banyak.

Iris kadang dapat menonjol ke kamera anterior dan keluar dari kornea. Karena

vaskuler, iris agak mudah berdarah ketika mengalami cedera, dan terjadi hifema.

Dilatasi pembuluh darah dapat terlihat pada permukaan iris (rubeosis) pada

keadaan tertentu.

2.4 Sistem Biometrik

Biometrik berasal dari bahasa Yunani yaitu, bios artinya “hidup” dan

metron berarti “ukuran”. Biometrik berarti mengukur karakteristik pembeda

(distinguishing traits) pada badan atau perilaku seseorang yang digunakan untuk

melakukan pengenalan secara otomatis terhadap identitas orang tersebut, dengan

membandingkanya dengan karakteristik yang sebelumnya telah disimpan pada

suatu database. Pengertian pengenalan secara otomatis pada definisi biometrik

diatas adalah dengan menggunakan teknologi (computer), pengenalan terhadap

identitas seseorang dapat dilakukan secara waktu nyata (realtime), tidak

membutuhkan waktu berjam-jam atau berhari-hari untuk proses pengenalan

tersebut.

Sistem biometrik memberikan pengakuan individu yang didasarkan pada

beberapa jenis fitur atau karakteristik yang dimiliki oleh individu. Sistem

biometrik bekerja dengan terlebih dahulu menangkap fitur, seperti rekaman suara

sinyal digital untuk pengenalan suara, atau mengambil gambar warna digital untuk

18
pengenalan wajah dan iris mata. Sampel ini kemudian berubah dengan

menggunakan beberapa jenis fungsi matematika menjadi sebuah template

biometrik. Template biometrik akan memberikan normalisasi, efisiensi dan sangat

diskriminatif merepresentasi fitur tersebut, yang kemudian membandingkan

dengan template lain untuk menentukan identitas. Kebanyakan sistem biometrik

menggunakan dua model operasi. Yang pertama adalah modus pendaftaran untuk

menambahkan template ke dalam database, dan yang kedua adalah identifikasi,

dimana sebuah template dibuat untuk perbandinagn individu dan kemudian di cari

dalam database.

Karakteristik biometrik dibagi menjadi dua, yaitu biometrik physiological

danbiometrik behavoriall.

1. Physiological

Dihubungkan dengan bentuk tubuh atau badan, misalnya: fingerprints, face

recognition,hand geometry, dan iris recognition.

2. Behavioral

Dihubungkan dengan tingkah laku seseorang, misalnya: keystroke, signature,

voice.

Penggunaan biometrik untuk sistem pengenalan memiliki beberapa

keunggulan dibanding sistem konvensional (penggunaan password, PIN, kartu,

dan kunci), di antaranya:

1. Non-repudation : suatu sistem yang menggunakan teknologi biometrik untuk

melakukansuatu akses, penggunaanya tidak akan menyangkal bahwa bukan dia

yang melakukan akses atau transaksi. Hal ini berbeda dengan penggunaan

19
password atau PIN. Pengguna masih dapat menyangkal atas transaksi yang

dilakukanya, karena PIN atau password bisa dipakai bersama-sama.

2. Keamanan (security) : sistem berbasis password dapat diserang menggunakan

metode atau algoritma brute force, sedangkan sistem biometrik tidak dapat

diserang dengan cara ini, karena sistem bimetrika membutuhkan kehadiran

pengguna secara langsung pada proses pengenalan.

3. Penyaringan (screening) : proses penyaringan untuk mengatasi seseorang yang

menggunakan banyak identitas, seperti teroris yang dapat menggunakan lebih

dari satu paspor untuk memasuki satu negara. Sebelum menambahkan identitas

seseorang ke sistem, perlu dipastikan terlebih dahulu bahwa identitas orang

tersebut belum terdaftar sebelumnya. Untuk mengatasi masalah tersebut maka

diperlukan proses penyaringan identitas yang mana sistem konvensional tidak

dapat melakukanya. Biometrik mampu menghasilkan atau menyaring beberapa

informasi sidik jari atau wajah yang mirip dengan sidik jari atau wajah yang

dicari.

Faktor perbandingan penggunaan biometrik :

A. Keumuman: tingkat keumuman biometrik bisa ditemui di setiap individu.

B. .Keunikan: tingkat keunikan biometrik pada setiap individu.

C. Ketahanan: tingkat ketahanan terhadap penuaan.

D. Pengumpulan: tingkat kemudahan pengumpulan data untuk biometrik.

E. Performa: tingkat akurasi dan kecapatan alat pengumpul data.

F. Penerimaan: tingkat penerimaan publik dalam penggunaan sehari-hari.

G. Keamanan: tingkat keamanan sistem terhadap pemalsuan.

20
Secara umum terdapat dua model sistem biometrik, yaitu sistem verifikasi

(verification sistem) dan sistem identifikasi (identification sistem). Sistem

verifikasi bertujuan untuk menerima atau menolak identitas yang diklaim oleh

seseorang. Pengguna membuat klaim “positif” terhadap suatu identitas.

Diperlukan pencocokan “satu ke satu” dari sample yang diberikan terhadap acuan

(template) yang terdaftar atas identitas yang diklaim tersebut. Sistem identifikasi

bertujuan untuk memecahkan identitas seseorang. Pengguna dapat tidak memberi

klaim atau memberi klaim implicit negative untuk identitas terdaftar. Diperlukan

pencocokan “satu ke banyak”, yaitu pencarian ke seluruh database identitas

terdaftar.

2.4.1 Modul Dalam Sistem Biometrik

Sistem biometrik umumnya memiliki lima modul antara lain (Sutoyo, 2009):

1. Modul sensor (sensor modul), merupakan modul untuk mengumpulkan

data atau akuisisi data, yang mengambil data biometrik pengguna dan

mengolahnya menjadi bentuk yang layak untuk proses pegolahan

berikutnya.

2. Modul pemisahan ciri (feature extraction modul), yaitu modul untuk

menghasilkan ciri unik dari biometrik yang digunakan untuk dapat

membedakan satu orang dengan yang lain. Modul ini akan mengubah

data dari modul sensor ke dalam representasi matematika yang

diperlukan oleh modul pencocokan.

3. Modul pencocokan (matching modul), yaitu modul untuk menentukan

21
tingkat kesamaan/ketidaksamaan antara ciri biometrik yang diuji dengan

ciri biometrik acuan pada basis data.

4. Modul keputusan (decision modul), yaitu modul untuk memutuskan

apakah pengguna yang diuji diterima atau ditolak berdasarkan skor hasil

pencocokan. Sah atau tidak sahnya pengguna diputuskan berdasarkan

suatu nilai ambang (threshold).

5. Modul penyimpanan data (storage modul), yaitu modul untuk

mendaftarkan ciri atau referensi atau template biometrik pengguna ke

dalam basis data acuan. Basis data referensi ini yang akan digunakan

sebagai acuan saat proses pengenalan.

2.4.2 Perbandingan Biometrik

Tabel 2.1 menunjukkan perbandingan karakteristik biometrik yang didasarkan

pada pengenalan iris, pola, tingkat kesalahan, keamanan, aplikasi.

22
Tabel : Perbandingan karakteristik biometrik

Tingkat

Metode Pola kesalahan Keamanan Aplikasi

Pengenalan Iris Iris 1/1.200.000 Tinggi High- Security

Facilites

sidik Universa

Pengenalan Sidik jari 1/1.000 Sedang l

Jari

Bentuk Tangan Ukuran, panjang, 1/700 Rendah Low-Security

Facilitie

Dan ketebalan s

telapak tangan

Pengenalan Outline, bentuk 1/100 Rendah Low-Security

Facilitie

Wajah dan distribusi dari s

mata dan hidung

Tanda Tangan Bentuk huruf, 1/100 Rendah Low_Security

Facilitie

Urutan penulisan s

dan tekanan

Pelayana

Suara Karakteristik 1/30 Rendah n

23
Suara Telepon

2.5Mata Sebagai Sistem Biometrik

Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang

dilakukan mata yang paling sederhana adalah mengetahui, bahwa

lingkungan gelap atau terang. Mata yang lebih kompleks dipergunakan

untuk pengertian visual.

2.5.1 Iris Mata

Iris adalah bagian yang berwarna yang tampak pada bola mata.Bagian iris

terlihat sebagai lingkaran mata yang melingkupi bagian hitam pupil dengan

warna-warna tertentu.

Iris dapat terlihat cukup jelas pada jarak 1 meter. Bagian depan dari iris

berbentuk tidak teratur, cenderung kasar serta memiliki alur yang tidak rata.

Bagian ini dibentuk oleh lapisan yang terdiri dari sel pigmen dan fibroblast.

Iris mata manusia dapat digunakan untuk kepentingan identifikasi seseorang

yang memiliki tingkat keamanan yang cukup tinggi. Hal ini didukung oleh sifat–

sifat yang dimiliki iris mata manusia sebagai berikut:

a. iris mata manusia sangat terlindungi keberadaannya yang merupakan

organ dalam dari mata.

b. iris mata manusia tampak (kelihatan) dari suatu jarak tertentu.

c. pola iris mata manusia mempunyai derajat keacakan yang tinggi.

24
d. stabil (dalam hal jumlah dan posisinya) sepanjang hidup manusia.

e. tidak bergantung pada sifat genetik.

f. mempunyai tekstur dan struktur yang kompleks.

Adapun karakteristik iris adalah :

a. Mempunyai bentuk geometri polar, merupakan sistem

koordinat yang alami.

b. Mempunyai tingkat ketidakaturan yang tinggi.

2.5.2 Sistem Pengenalan Iris Mata

Berikut ini adalah tahapan pengenalan iris mata dari gambar hingga

menjadi kode dengan melalui proses pengolahan citra, proses pengujian diambil

dari yang sudah ditetapkan para peneliti sistem pengenalan iris mata, pada

Gambar 2.4 dapat kita lihat proses dari tahapan tersebut.

Gambar 2.4 Tahapan Sistem Pengenalan Iris

Keterangan:

1. Citra Iris : Array dari nilai-nilai dimana sebuah nilai merupakan

sekumpulan angka mendeskripsikan atribut dari piksel-piksel terdapat di

dalamnya. Piksel adalah titik-titik yang digunakan untuk membangun

25
citra. Piksel terdiri atas tiga komponen warna yaitu R (red), G (green), B

(blue), masing-masing komponen tersebut merupakan warna dasar

cahaya.

2. Segmentasi iris : Tahap ini melibatkan lokasi tepi luar iris dan

memisahkanya dari sisa bagian mata. Data yang mewakili bagian iris,

disebut pola iris. Pola iris berisi semua data penting yang dibutuhkan

untuk membuat suatu yang positif untuk identifikasi.

3. Normalisasi : Tahap ini menghasilkan area iris yang memiliki dimensi

yang konstan, sehingga dua citra iris yang sama dalam kondisi yang

berbeda akan mempunyai karakteristik pada posisi ruang yang sama.

4. Ekstraksi : Tahap ini menghasilkan ciri unik dari data yang diekstrak

dengan menggunakan algoritma tertentu dan menciptakan sebuah

template yang disimpan dalam database.

5. Perbandingan : Tahap ini melakukan indentifikasi atau verifikasi dengan

membandingkan kode iris yang disimpan didalam database. Pada tahap

ini menghitung perbedaan antara kode iris yang diproses dan disimpan.

2.6Metode Sistem Biometrik Iris Mata

Berikut adalah urutan beberapa tahapan metode yang sering digunakan

para peneliti untuk meneliti sistem pengenalan iris mata, umumnya tahapan

tersebut sama hanya pada saat ekstraksinya saja rumusannya yang diganti.

2.6.1 Representasi Citra Digital

26
Citra didefinisikan sebagai suatu fungsi dua dimensi f(x, y), dengan x dan y

merupakan koordinat spasial, dan f disebut sebagai kuantitas bilangan skalar

positif yang memiliki maksud secara fisik ditentukan oleh sumber citra. Suatu

citra digital yang diasumsikan dengan fungsi f(x, y) direpresentasikan dalam suatu

fungsi koordinat berukuran M x N.Variabel M adalah Baris dan N adalah kolom.

Setiap elemen dari array matriks disebut image element, picture element, atau

pixel. Jika kita memperhatikan citra dijital secara seksama, kita dapat melihat

titik-titiktersebut merupakan satuan terkecil dari suatu citra digital disebut sebagai

”picture element”, atau “pel”. Jumlah piksel per satuan panjang akan menentukan

resolusi citra tersebut. Makin banyak piksel yang mewakili suatu citra, maka

makin tinggi nilai resolusinya dan makin halus gambarnya. Pada sistem dengan

tampilan citra digital yang dirancang dengan baik (beresolusi tinggi), titik-titik

kecil tersebut tidak teramati oleh kita yang melihat secara normal.

2.6.2 Segmentasi

Tahap pertama dalam sistem pengenalan iris mata adalah memisahkan daerah

iris mata pada suatu citra mata. Hal ini disebabkan daerah iris mata dipengaruhi

bulu mata dan kelopak mata. Proses segmentasi dilakukan dengan proses deteksi

tepi. Tepi citra memberi ciri batasan-batasan citra. Tepi citra dapat didefinisikan

sebagai piksel-piksel yang mengalami perubahan tajam pada skala keabuannya.

Pendekatan tepi yang ideal digunakan deteksi tepi Sobel dan melakukan

pemisahan iris dengan sklera dan kelopak mata atas-bawah dengantransformasi

yaitu salah satu yang cocok digunakan adalah transformasiHough.

27
2.6.2.1 Gaussian Filter

Gaussian filter adalah linear filter yang biasanya digunakan sebagai lebih halus.

Gaussian filter yang banyak digunakan dalam memproses gambar. Gaussian filter

bertujuan untuk menghilangkan noise pada citra dan meningkatkan kualitas detail

citra.

2.6.2.2 Grayscale

Grayscale adalah teknik yang digunakan untuk mengubah citra berwarna (RGB)

menjadibentuk tingkat keabuan (dari hitam ke putih). Dengan pengubahan ini,

matriks penyusun citra yang sebelumnya 3 matriks akan berubah menjadi 1

matriks saja.

2.6.2.3 Binerisasi

Binerisasi merupakan proses merubah citra ke dalam bentuk biner (0 dan 1)

dengan merubah ke bentuk biner. Citra hanya akan mempunyai 2 warna yakni

hitam dan putih. Dengan proses ini, citra RGB juga akan menjadi 1 matriks

penyusun saja. Untuk melakukan proses ini digunakan threshold, nilai threshold

dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.

2.6.2.4 Deteksi Tepi Sobel

Pengambilan garis tepi dilakukan untuk memudahkan perhitungan parameter-

parameter lingkaran iris nantinya. Tepian citra dapat didefinisikan sebagai piksel

28
yang mengalami perubahan tajam pada skala keabuanya. Tepian akan terlihat

sebagai frekuensi tinggi pada spectrum citra, sehingga dapat diekstrak dengan

menggunakan filter tertentu dengan meredam bagian frekuensi rendah. Ada

beberapa operator deteksi tepi yang dapat digunakan, antara lain:

Metode Sobel, adalah yang palingbanyak digunakan sebagai pelacak tepi karena

kesederhananaan dan keampuhannya (Munir, 2004). Kelebihan dari metode ini

adalah kemampuan untuk mengurangi noise sebelum melakukan perhitungan

deteksi tepi.

Operator tersebut sudah ditentukan Sobel, yang nantinya dapat langsung

digunakan sebagai perhitungan dalam deteksi tepi.

2.6.2.5 Transformasi Hough

Transformasi Hough adalah sebuah metode yang dapat digunakan untuk

mengisolasi feature tertentu dalam sebuah citra. Prinsip dasar dari transformasi

Hough adalah terdapat jumlah tak terbatas dari garis yang melalui suatu titik,

masing-masing pada orientasi berbeda. Tujuan dari transformasi Hough adalah

menentukan garis teoritis yang mana melewati titik - titik penting pada suatu

image. Dengan kata lain, garis mana yang paling sesuai dengan data pada suatu

image.

Metode Hough Transform biasanya digunakan untuk mendeteksi bentuk

geometri yang dapat dispesifikasikan dalam bentuk parametrik seperti garis,

lingkaran, elips, dan lain– lain. Di dalam penelitian ini dipakai dua jenis yaitu

mendeteksi garis lurus dan mendeteksi lingkaran. Cara yang paling sederhana

29
mendeteksi garis lurus adalah menemukan semua garis yang ditentukan oleh dua

buah pixel dan memeriksa apakah sebagian dari pixel tepi termasuk ke dalam garis

tersebut (cara exhaustive search).

2.6.3. Normalisasi

Area iris pada manusia bisa mengalami perubahan bentuk dikarenakan

pembesaran dan pengecilan pupil sebagai respon dari cahaya, karena itu harus

dilakukan normalisasi untuk mengubah area iris sehingga mempunyai bentuk

dan dimensi yang tetap sehingga bisadilakukan perbandingan. Proses

normalisasi akan menghasilkan area iris yang memiliki dimensi yang konstan,

sehingga dua citra iris yang sama dalam kondisi yang berbeda akan

mempunyai karakteristik pada posisi ruang yang sama. Proses normalisasi

dilakukan menggunakan model rubber sheet Daugman yang memetakan setiap

titik pada area iris menjadi sepasang koordinat polar.

2.6.3.1. Daugman Rubber Sheet Model

Model rubber sheet dikembangkan oleh Daugmanuntuk melakukan proses

normalisasi pada citra region iris. Model rubber sheet memetakan tiap titik dalam

region iris. Model rubber sheet memetakan tiap titik dalam region iris menjadi

pasangan koordinat polar (r, θ) dimana r ada pada interval 0 – 1 dan θ adalah

sudut (2 phi).

Pola ternormalisasi tersebut didapatkan dengan mencari koordinat

kartesius titik data dari posisi radial dan anguler dalam pola tersebut.

30
Normalisasi pada area iris, menghasilkan array dua dimensi dengan dimensi

horizontal berupa resolusi angular dan dimensi vertikal berupa resolusi radial.

Sebuah array dua dimensi yang lain juga didapatkan untuk mencatat / menandai

noise seperti kelopak mata dan bulu mata.

2.6.4 Gabor Wavelet

Secara umum Gabor Wavelet adalah Gabor filter yang merupakan fungi sinus

yang dikalikan oleh Gaussian. Gabor Wavelet adalah fungi sinus 2 dimensiyang

dikalikan dengan Gausian 2 dimensi. Gabor Wavelet memiliki kemampuan

menyediakan informasi resolusi tinggi tentang orientasi dan isi frekuensi spasial

dari struktur gambar. Dengan memperoleh koefisian yang dibutuhkan untuk

fungsi kompleks ini akan menghasilkan informasi yang dibutuhkan untuk

merepresentasikan iris dengan transformasi Hough.

Proses ini melakukan ekstraksi terhadap hasil dari citra ternormalisasi dengan

menggunakan Gabor Wafeletkemudian dikodekan ke dalam template, proses

pengolahan citra digunakansebagai sebuah proses yang mengubah sebuah citra

menjadi citra diskrit yang memiliki nilai 1 dan nilai 0. Proses ini mampu

menggambarkan sebuah citra yang memiliki perbedaan ketinggian dan

kedalaman.Gabor Wavelet dalam proses pengenalan iris ini digunakan sebagai

feature extraction darigambar yang akan diproses.

2.6.5 Pencocokan (Matching)

31
Proses ini melakukan pencocokan terhadap 2 kode iris untuk kemudian dihitung

jarak diantara kedua kode tersebut. Pada proses ini dilakukan dengan

menggunakan metode jarak Hamming (Hamming Distance). Jarak Hamming

merupakan proses perbandingan dua pola yang sangat sensitif terhadap nilai bit.

Penentuan apakah pola yang dibandingkan merupakan pola yang sama dapat

dilihat dari nilai HD yang dihasilkan. Semakin kecil nilai HD yang dihasilkan

(mendekati 0), semakin sama pola bit yang dihasilkan. Semakin besar nilai HD

yang dihasilkan (mendekati 1), semakin berbeda pola bit yang dibandingkan.

32
BAB III

KASUS

Pengidentifikasian seseorang melalui pendekatan biometrik dilakukan dengan

menggunakan karakteristik anatomi antara lain sidik jari, wajah, iris, DNA,

geometri tangan, tanda tangan dan/atau perilaku (behavioral) seperti ucapan

(speech). Biometrics saat ini telah menjadi komponen penting yang diperlukan

untuk mengindetifikasi seseorang karena karakteristik biometris tidak dapat hilang

atau digunakan oleh lebih dari satu orang. Ciri-ciri fisik tersebut dikenal sebagai

biometrik.

Teknologi biometrik (sidik jari, iris mata, profil muka) merupakan kunci utama

dalam menentukan ketunggalan identitas kependudukan yang didasarkan pada

keunikan informasi biometrik seseorang. Di sisi lain, saat ini belum ada industri

dalam negeri yang mampu memasok teknologi biometrik untuk keperluan

identifikasi maupun verifikasi berbasis sidik jari dan iris berskala besar, seperti

yang digunakan dalam program e-KTP.

33
e-KTP adlh KTP yg dilengkapi dgn contactless chip berisi biodata, tanda tangan,

pas photo & sidik jari telunjuk kanan & kiri penduduk yang bersangkutan.

Chip e-KTP menggunakan antar muka nirsentuh (contactless) yg memenuhi

standar ISO 14443 A/B. Transmisi data melalui gelombang radio (RF).

Blangko e-KTP terbuat dari bahan PETG, semacam polimer termoplastik, yang

tersusun dalam 7 lapisan

Chip e-KTP dilindungi, salah satunya, dengan mekanisme autentikasi dua arah,

yaitu suatu mekanisme untuk saling mengenali antara chip e-KTP dengan card

34
reader, di mana chip harus dapat mengenali card reader (arah 1) dan card reader

harus dapat mengenali chip (arah 2), setelah melalui mekanisme autentikasi ini

maka data yang tersimpan di dalam chip baru dapat dibaca oleh card reader.

Identifikasi ketunggalan data penduduk pada Penerapan e-KTP menggunakan

Sistem Identifikasi Biometrik.Setiap manusia memiliki ciri-ciri fisik khusus yg

unik dan dapat menunjukkan ketunggalan identitas seseorang dgn tingkat akurasi

yg tinggi.

Pemanfaatan Biometrik untuk Menentukan Ketunggalan Identitas Penduduk

Teknologi berperan penting dalam mendukung terwujudnya identitas tunggal

penduduk. Dalam hal ini, setiap manusia memiliki ciri-ciri fisik khusus yang unik

dan dapat menunjukkan ketunggalan identitas seseorang dengan tingkat akurasi

yang tinggi.

35
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Iris atau selaput pelangi pada mata dapat dijadikan sebagai bahan sistem

biometrik. Iris sendiri termasuk dalambiometrik physiological dimana

dihubungkan dengan bentuk tubuh atau badan. Setiap iris memiliki tekstur yang

amat rinci dan. Dari pola yang dimiliki selaput pelangi ini memiliki pola yangunik

untuk setiap orang. Pola iris ini memiliki kekonsistenan dan kestabilan yang tinggi

berpuluh-puluh tahun tanpa mengalami perubahan serta memiliki tingkat

keamanan yang tinggi dibandingkan dengan sidik jari, bentuk tangan, tanda

tangan, suara dll. Bagian mata ini juga tidak dapat diubah melalui pembedahan

tanpa menimbulkan kerusakan pada penglihatan.Keuntungan dari pemakaian iris

untuk sistem identifikasi yang dapat diandalkan adalah pertama dimana iris

terisolasi dan terlindung dari lingkungan luar, yang kedua pada iris tidak mungkin

dilakukan operasi untuk modifikasi tanpa menyebabkan cacat pada mata, dan

yang ketiga, iris memiliki tanggapan fisiologis terhadap cahaya yang

memungkinkan pengujian alami terhadap kemungkinan adanya penipuan. Dari

kondisi ini, maka para ahli mengusulkan bahwa iris ini dapat dijadikan seperti

sidik jari untuk identitas pribadi seseorang.

36
4.2 Saran

Berdasarkan referat yang telah kami buat mengenai iris sebagai identifikasi secara

personal, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengurangi tingkat kesalahan

pada metode-metode yang digunakan.

2. Perlu dilakukan pengenalansecara umum terhadap masyarakat luas

mengenai iris yang dapat digunakan sebagai identifikasi personal.

37

Vous aimerez peut-être aussi