Vous êtes sur la page 1sur 20

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Berikut akan dikemukakan definisi keluarga menurut beberapa ahli (Sudiharto, 2007) :
a. Bailon dan Maglaya (1978) mendefinisikan sebagai berikut :
“Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena
adanya hubungan darah, perkawinan dan adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan
yang lainnya, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan
suatu budaya.”
b. Menurut Departemen Kesehatan (1988) mendefinisikan sebagai berikut :
“Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling
bergantungan.”
c. Menurut Friedman (1998) mendefinisikan sebagai berikut :
“Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk
saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta
mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.”
d. Menurut BKKBN (1999) mendefinisikan sebagai berikut :
“Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa
kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga
dan masyarakat serta lingkungannya.”
2. Tipe / Bentuk Keluarga (Sudiharto, 2007)
a. Keluarga inti (nuclear family), adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan
yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran
(natural) maupun adopsi.
b. Keluarga asal (Family of origin), merupkan suatu unit keluarga tempat asal seseorang
dilahirkan.
c. Keluarga besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah keluarga yang lain
(karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu.
d. Keluarga berantai (social family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang
menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
e. Keluarga duda atau janda, adalah keluarga yang terbentuk karena perceraian dan atau
kematian pasangan yang dicintai.
f. Keluarga komposit (composite family), adalah keluarga dari perkawinan poligami dan
hidup bersama.

1
g. Keluarga kohabitasi (cohabition), adalah dua orang menjadi satu keluarga tanpa
pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk keluarga ini tidak lazim
dan bertentangan sengan budaya timur. Namun, lambat laun keluarga kohabitasi ini
mulai dapat diterima.
h. Keluarga inses (incest family), sering dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh
informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya
anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ayah menikah dengan anak
perempuan tirinya.
i. Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan.
Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak
diikat oleh perkawinan.
3. Tahap Perkembangan Kelurga
Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menambah anggota keluarga dengan
kehadiran anggota keluarga yang baru melalui pernikahan anak-anak yang telah dewasa,
menata kembali hubungan perkawinan, menyiapkan datangnya proses penuaan, termasuk
timbulnya masalah-masalah kesehatan.
4. Peran Keluarga (Friedman, 1998)
a. Peran Formal
1) Peran Parenteral dan perkawinan
Nyc dan Gecas (1976) mengidentifikasi 8 peran dasar yang membentuk posisi sosial
sebagai suami - ayah, dan ibu – istri :
a) Peran sebagai provider (penyedia)
b) Peran sebagai pengatur rumah tangga
c) Peran perasawatan anak
d) Peran sosialisasi anak
e) Peran rekreasi
f) Peran persaudaraan (lainship) (memelihara hubungan keluarga paternal dan
maternal)
g) Peran terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif pasangan)
h) Peran seksual
2) Peran perkawinan
Kebutuhan bagi pasangan untuk memelihara suatu hubungan perkawinan yang
kokoh. Anak-anak terutama dapat mempengaruhi hubungan perkawinan yang
memuaskan menciptakan situasi dimana suami – istri membentuk suatu koalisi
dengan anak . Memelihara suatu hubungan perkawinan merupakan salah satu tugas
perkembangan yang vital dari keluarga.

2
b. Peran Informal
1) Pengharmonis : menengahi perbedaan yang terdapat diantara para anggota,
menghibur dan menyatukan kembali pendapat.
2) Inisiater – kontributor : mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-cara
mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok.
3) Pendamai (Compromiser) : merupakan salah satu bagian dari konflik dan
ketidaksepakatan, pendamai menyatakan kesalahan posisi dan mengakui
kesalahannya atau menawarkan penyelesaian “setengah jalan”
4) Perawat keluarga : orang yang terpanggil untuk merawat dan mengasuh anggota
keluarga lain yang membutuhkannya.
5) Koordinator keluarga : mengorganisasi dan merencanakan kegiatan – kegiatan
keluarga yang berfungsi mengangkat keterikatan atau keakraban.
5. Fungsi Keluarga (Friedman, 1998)
a. Fungsi afektif
Berhubungan dengan fungsi internal keluarga dalam pemenuha kebutuhan psiko social
fungsi efektif ini merupakan sumber energi kebahagiaan keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak lahir keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai
melalui interaksi atau hubungan antar anggota. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar
norma, budaya dan perilaku melalui hubungan interaksi dalam keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi meneruskan keturunan dan menambahkan sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan seluruh keluarga seperti kebutuhan makan,
minum, pakaian, dan tempat tinggal, dan lain-lain.
e. Fungsi keperawatan kesehatan
Kesanggupan keluarga untuk melakukan pemeliharaan kesehatan dilihat dari 5 tugas
kesehatan keluarga yaitu :
1) Keluarga mengenal masalah kesehatan
2) Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah
kesehatan.
3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
4) Memodifikasi lingkungan, menciptakan dan mempertahankan suasana rumah yang
sehat.
5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat.

3
B. Konsep Kehamilan Resiko Tinggi
Kehamilan risiko tinggi adalah suatu keadaan di mana kehamilan itu dapat berpengaruh
buruk terhadap keadaan ibu atau sebaliknya, penyakit ibu dapat berpengaruh buruk pada
janinnya, atau keduanya ini saling berpengaruh. Kehamilan risiko tinggi (high risk pregnancy)
merupakan ancaman.
Ibu hamil yang mempunyai faktor risiko perlu mendapat pengawasan yang lebih intensif dan
perlu di bawa ketempat pelayanan kesehatan sehingga risikonya dapat dikendalikan.
Kartu Skor Poedji Rochjati atau yang biasanya disingkat dengan KSPR biasanya digunakan
untuk menentukan tingkat resiko pada ibu hamil. KSPR dibuat oleh Poedji Rochjati dan
pertama kali diguakan pada tahu 1992-1993. KSPR telah disusun dengan format yang sederhana
agar mempermudah kerja tenaga kesehatan untuk melakukan skrning terhadap ibu hamil dan
mengelompokan ibu kedalam kategori sesuai ketetapan sehingga dapat menentukan intervensi
yang tepat terhadap ibu hamil berdasarka kartu ini. dibawah ini akan ditamplkan tabel Kartu
Skor Poedji Rochjati:

I II III IV

Triwulan
KEL Masalah / Faktor Resiko SKOR
NO. I II III.1 III.2
F.R
Skor Awal Ibu Hamil 2 2
I 1 Terlalu muda hamil ≤ 16 Tahun 4
2 Terlalu tua hamil ≥ 35 Tahun 4
3 Terlalu lambat hamil kawin ≥ 4 Tahun 4
4 Terlalu lama hamil lagi ≥10 Tahun 4
5 Terlalu cepat hamil lagi ≤ 2 Tahun 4
6 Terlalu banyak anak, 4 atau lebih 4
7 Terlalu tua umur ≥ 35 Tahun 4
8 Terlalu pendek ≥ 145 cm 4
9 Pernah gagal kehamilan 4
Pernah melahirkan dengan
4
a. tarikan tang/vakum
10
b. uri dirogoh 4
c. diberi infus/transfuse 4
11 Pernah operasi sesar 8
II Penyakit pada ibu hamil
4
a. Kurang Darah b. Malaria,
12
c. TBC Paru d. Payah Jantung 4
e. Kencing Manis (Diabetes) 4

4
f. Penyakit Menular Seksual 4
Bengkak pada muka / tungkai
13 4
dan tekanan darah tinggi.
14 Hamil kembar 4
15 Hydramnion 4
16 Bayi mati dalam kandungan 4
17 Kehamilan lebih bulan 4
18 Letak sungsang 8
19 Letak Lintang 8
III 20 Perdarahan dalam kehamilan ini 8
21 Preeklampsia/kejang-kejang 8
JUMLAH SKOR
1) Terlalu Muda Hamil ≤ 16 tahun (Primi Muda)
Ibu hamil pertama pada umur ≤ 16 tahun. Rahim dan panggul ibu seringkali belum tumbuh
mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam
kandungan. Selain itu mental ibu belum cukup dewasa sehingga diragukan keterampilan
perawatan diri dan bayinya. Bahaya yang dapat terjadi antara lain :
a. Bayi lahir belum cukup bulan.
b. Perdarahan dapat terjadi sebelum bayi lahir
c. Perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir

Kebutuhan pertolongan medik, bila terdapat kelainan yaitu :


a. Janin tidak dapat lahir normal, biasa dengan tenaga ibu sendiri.
b. Persalinan membutuhkan tindakan, kemungkinan operasi sesar.
c. Bayi yang lahir kurang bulan membutuhkan perawatan khusus

Pertolongan dapat diberikan oleh PKK dan tenaga kesehatan :


a. Memberikan Komunikasi, Informasi, Edukasi/KIE agar memeriksakan kehamilan
secara teratur
b. Pengenalan dini adanya tanda perdarahan sebelum bayi lahir
c. Merujuk segera ke bidan/puskesmas bila ada perdarahan
d. Membuat perencanaan persalinan bersama ibu hamil, suami dan keluarga dengan
tenaga kesehatan

(Rochyati, Poedji. 2003: 49 - 51)


2) Primi tua, lama perkawinan ≥ 4 tahun
Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan kehidupan perkawinan biasa :
a. Suami istri tinggal serumah
b. Suami atau istri tidak sering keluar kota

5
c. Tidak memakai alat kontrasepsi (KB)
d. Keluarga sangat mendambakan anak bayi dengan nilai sosial tinggi, ‘anak mahal’

Bahaya yang mungkin terjadi pada primi tua ini antara lain :
a. Selama hamil dapat timbul masalah, faktor risiko lain oleh karena kehamilannya.
Misalnya : pre-eklampsia
b. Persalinan tidak lancar

Kebutuhan pertolongan medik :


a) Perawatan antenatal yang teratur
b) Melakukan rujukan kehamilan dan bila memberi pengobatan
c) Pengamatan persalinan ketat terhadap adanya gawat janin, 1 jam bayi lahir, dilakukan
tindakan atau operasi sesar.
Pertolongan dilakukan oleh ibu PKK dan tenaga kesehatan :
a) Penyuluhan agar melakukan perawatan kehamilan teratur
b) Rujukan kehamilan kepada bidan atau puskesmas
c) Deteksi dini adanya penyakitibu ataupenyakit dari kehamilan
d) Merencanakn persalinan aman oleh bidan bersama ibu hamil, suami dan keluarga
mengenai tempat/penolong persalinan oleh bidan/dokter di puskesmas rawat inap
atau di rumah sakit.
(Rochyati, Poedji. 2003: 52 – 53)
3) Terlalu tua hamil, usia ibu ≥35 tahun
Ibu yang hamil pertama pada umur ≥ 35 tahun. Pada usia tersebut mudah terjadi penyakit
pada ibu dan organ kandungan menua. Jalan lahir juga tambah kaku. Ada kemungkinan lebih
besar ibu hamil mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan. Bahaya
yang dapat terjadi antara lain :
a. Hipertensi/tekanan darah tinggi
b. Pre-eklampsia
c. Ketuban pecah dini, yaitu ketuban pecah sebelum persalinan dimulai
d. Persalinan tidak lancar/macet, ibu mengejan lebih dari 1 jam, bayi tidak dapat lahir
dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir biasa
e. Perdarahan setelah bayi lahir
f. Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah/BBLR < 2500 gr
Tanda-tanda persalinan dimulai adalah keluar darah lendir, perut sakit dari terasa kencang-
kencang, yang semakin lama semakin bertambah sering dan lebih sakit. Kebutuhan
pertolongan medik :
a. Perawatan kehamilan yang teratur agar dapat ditemukan penyakit-penyakit pada ibu
secara dini

6
b. Pertolongan persalinan ada kemungkinan ditolong dengan tindakan atau operasi sesar
(operasi dengan membuka dinding perut dan rahim untuk melahirkan bayi dan plasenta).

Pertolongan yang dapat diberikan oleh ibu-ibu PKK masyarakat dan tenaga kesehatan antara
lain :
a. Komunikasi, informasi, edukasi/KIE agar melakukan perawatan kehamilan yang teratur
b. Melakukan rujukan kehamilan kepada bidan atau puskesmas
c. Membantu menemukan sejak dini adanya penyakit ibu maupun dari kehamilan dan
segera merujuk ke puskesmas
d. Memberikan komunikasi, informasi, edukasi/KIE untuk melahirkan pada bidan di
puskesmas atau di rumah sakit, melalui rujukan terencana.

(Rochyati, Poedji. 2003: 54 – 55)


4) Primi Tua Sekunder
Primi tua sekunder adalah wanita yang hamil pertama kali dan perkawinan lebih atau sama
dengan 4 tahun, jarak kehamilan sekarang dengan kehamilan sebelumnya lebih atau sama
dengan 10 tahun. Ibu dalam keadaan kehamilan dan persalinan ini seolah-olah mengalami
kehamilan / persalinan yang pertama lagi.
(Saminem. 2008)
Umur anak terkecil lebih dari 5 tahun dianggap primi tua sekunder karena akan menghadapi
kemungkinan risiko saat kehamilan dan persalinan. Kemungkinan risiko yang dialami adalah
adanya kelainan pada jalan lahir yang menyebabkan gangguan pembukaan karena serviks
primi tua sekunder adalah kaku. Maka dalam hal ini diperlukan sikap proaktif.

(Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010)


5) Anak terkecil umur < 2 tahun
Anak terkecil umur < 2 tahun adalah ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil
kurang dari 2 tahun. Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada
kemungkinan ibu masih menyusui. Selain itu anak tersebut masih butuh asuhan dan
perhatian orang tuanya. Bahaya yang dapat terjadi pada ibu hamil antara lain :

a. Pendarahan post partum.


b. Bayi prematur.
c. BBLR < 2500 gram
https://www.scribd.com/doc/250408000/Maternitas-Primi-Muda-Tua diakses 23 Agustus 2016
6) Grande Multipara
Grande multipara merupakan salah satu risiko tinggi kehamilan. Grande multipara
biasanya diartikan sebagai seorang wanita yang mempunyai empat anak atau lebih. Angka
kejadian grande mulipara mengalami penurunan karena meningkatnya kesadaran norma
keluarga kecil. Sebagian besar ibu grande multipara dari keluarga miskin, pekerja keras,

7
kelelahan dan kurang makanan. Mereka biasanya mengalami anemia, kekurangan vitamin
dan protein serta kekurangan kalsium yang sangat cepat disebabkan proses kehamilan dan
laktasi.
Komplikasi yang dapat dialami oleh grade multipara dalam kehamilan terutama
antepartum adalah anemia (terutama bila jarak kehamilan kurang dari 1 tahun), obesitas,
hipertensi dan plasenta previa. Komplikasi intrapartum dan pascapartum adalah presentasi
abnormal, persalinan dan perlahiran yang dipercepat atau keduanya, distosia persalinan
karena tonus otot yang buruk, bayi besar pada masa kehamilan dan perdarahan pasca partum.

(Geri, Morgan dan Carol Hamilton. 2009)


Salah satu komplikasi dari multiparitas atau grande multipara adalah diabetes melitus
gestational (DMG) (Mochtar, 1998 dalam Sutedjo 2010). Diabetes dapat terjadi selama
kehamilan karena tubuh ibu tidak mengalami penurunan pembentukan insulin atau ibu tidak
mampu menggunakan insulin dengan baik. Faktor risiko diabetes dalam kehamilan adalah
berat badan berlebih dan adanya riwayat keluarga yang menderita diabetes. Diabetes
merupakan suatu keadaan yang tidak dapat menoleransi glukosa yang mengenai 2-3%
kehamilan dan merupakan masalah khusus untuk wanita hamil dan bayinya.
Ibu hamil akan menghadapi persalinan yaitu peregangan dan pelebaran mulut rahim.
Persalinan disebabkan otot-otot rahim berkontraksi untuk mendorong bayi keluar.
(Danuatmaja, B., dan Meiliasari, M. 2008)
Ibu hamil setelah melahirkan akan memasuki masa nifas yaitu suatu periode dengan
batasan waktu selama dan tepat setelah melahirkan. Akan tetapi dalam pemakaian sehari-
sehari masa ini biasanya mencakup 6 minggu pertama setelah melahirkan.
(Leveno, Kenneth J. 2009)
7) Tinggi badan 145 cm atau kurang
Terdapat tiga batasan pada kelompok risiko ini:
a. Ibu hamil pertama sangat membutuhkan perhatian khusus. Luas panggul ibu dan besar
kepala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal ini ada dua kemungkinan yang
terjadi:
- Panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata sempit dengan janin / kepala tidak besar.
- Panggul ukuran normal tetapi anaknya besar / kepala besar
b. Ibu hamil kedua, dengan kehamilan lalu bayi lahir cukup bulan tetapi mati dalam waktu
(umur bayi) 7 hari atau kurang.
c. Ibu hamil kehamilan sebelumnya belum penah melahirkan cukup bulan, dan berat badan
lahir rendah < 2500 gram. Bahaya yang dapat terjadi: persalinan berjalan tidak lancar,
bayi sukar lahir, dalam bahaya. Kebutuhan pertolongan medik : persalinan operasi sesar.

(Poedji Rochjati, 2003)

8
Seorang wanita yang 3 kali berturut-turut mengalami keguguran pada trimester pertama,
memiliki resiko sebesar 35% unuk mengalami keguguran lagi. Keguguran juga lebih
mungkin terjadi pada wanita yang pernah melahirkan bayi yang sudah meninggal pada usia
kehamilan 4-8 minggu atau pernah melahirkan bayi prematur. Sebelum mencoba hamil lagi,
sebaiknya seorang wanita yang pernah melahirkan bayi prematur. Sebelum mencoba hamil
lagi, sebaiknya seorang wanita yang pernah mengalami keguguran menjalani pemeriksaan
untuk :
a. Kelainan kromosom atau hormone
b. Kelainan struktur rahim atau leher rahim
c. Penyakit jaringan ikat (misalnya lupus)
d. Reaksi kekebalan pada janin (biasanya ketidaksesuaian Rh)
Jika penyebab terjadinya keguguran diketahui, maka dilakukan tindakan pengobatan.
Kematian di dalam kandungan atau kematian bayi baru lahir bisa terjadi akibat:
a. Kelainan kromosom pada bayi
b. Diabetes
c. Penyakit ginjal atau pembuluh darah menahun
d. Tekanan darah tinggi
e. Penyalahgunaan obat
f. Penyakit jaringan ikat pada ibu (misalnya lupus).
8) Pernah Gagal Kehamilan
Dapat terjadi pada ibu hamil dengan:
a. Kehamilan kedua, dimana kehamilan yang pertama mengalami:
a) Keguguran
b) Lahir belum cukup bulan
c) Lahir mati
d) Lahir hidup lalu mati umur ≤ 7 hari
b. Kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu pernah mengalami keguguran ≥ 2 kali
c. Kehamilan kedua atau lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam kandungan. Bahaya
yang dapat terjadi :
- Kegagalan kehamilan dapat berulang dan terjadi lagi, dengan tanda-tanda
pengeluaran buah kehamilan sebelum waktunya keluar darah, perut kencang.
- Penyakit dari ibu yang menyebabkan kegagalan kehamilan, misalnya: Diabetes
mellitus, radang saluran kencing, dll.

(Poedji Rochjati, 2003)

9
9) Pernah Melahirkan dengan Tarikan Vakum / Tang
Persalinan yang ditolong dengan alat melalui jalan lahir biasa atau per-vaginam. Tindakan
dengan cunam / forcep / vakum. Bahaya yang dapat terjadi:
a. Robekan / perlukaan jalan lahir
b. Perdarahan pasca persalinan
10) Uri Dirogoh
Uri manual, yaitu: tindakan pengeluaran plasenta dari rongga rahim dengan menggunakan
tangan. Tindakan ini dilakukan pada keadaan bila:
a. Ditunggu setengah jam uri tidak dapat lahir sendiri
b. Setelah bayi lahir serta uri belum lahir terjadi perdarahan banyak > 500 cc
Bahaya yang dapat terjadi:
a. Radang, bila tangan penolong tidak steril
b. Perforasi, bila jari si penolong menembus rahim
c. Perdarahan
11) Seksio Sesaria
Seksio sesaria merupakan prosedur operatif yang dilakukan dibawah anastesia sehingga
janin, plasenta, dan ketuban dilahirkan melalui insisi dinding abdomen dan uterus. Prosedur
ini biasanya dilakukan setelah viabilitas tercapai (mis., usia kehamilan lebih dari 24 minggi)
(Myles 2009:567). Indikasi dilakukannya tindakan seksio sesaria adalah :
a. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
b. Panggul sempit
c. Disproporsi Sefalopelvik, yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan panggul.
d. Ruptura uterus mengancam.
e. Partus lama (prolonged labour)
f. Partus tak maju (obstructed labour)
g. Distosia servik
h. Pre-eklamsi dan hipertensi
i. Malpresentasi janin : letak lintang, letak bokong, presentasi dahi dan muka (letak
defleksi), presentasi rangkap, gemeli.
(Rustam Mochtar 2011:86)
j. Disfungsi uterus
k. Gawat janin
(Sarwono 2009:537)
Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada masa
sekarang, karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anastesi, penyediaan cairan dan
darah, indikasi, dan antibiotik, angka ini sangat menurun. Angka kematian ibu dalam rumah
sakit yang memiliki fasilitas operasi yang baik dan tenaga-tenaga yang cekatan kurang dari 2
per 1000.

10
Nasib janin yang ditolong secara secsio sesarea sangat bergantung pada keadaan
janin sebelum dilakukan operasi. Menurut data dari negara-negara dengan pengawasan
antenatal yang baik dan fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar 4-
7 %.
(Rustam Mochtar 2011:87)
12) Hipotensi
Hipotensi merupakan suatu keadaan di mana tekanan darah seseorang turun di bawah
tekanan darah normal.Penyakit darah rendah atau Hipotensi (Hypotension) adalah suatu
keadaan dimana tekanan darah seseorang turun dibawah angka normal, yaitu mencapai nilai
rendah 90/60 mmHg.
Dengan tekanan darah rendah ini. Tubuh mempersiapkan diri untuk persalinan.
Dengan jumlah cairan darah yang relatif banyak pendarahan 500 cc (kira-kira 2 gelas) tidak
akan membuat ibu hamil pingsan.
Resiko tekanan darah rendah pada kehamilan akan menjadi lebih besar jika ibu hamil
berada dalam keadaan dehidrasu atau hipovolemia.
a. Kondisi tubuh ibu hamil menurun
Darah merupakan komponen penting dalam tubuh manusia. Pada kondisi tidak hamil,
status tubuh yang mengalami tekanan darah rendah akan sangat menganggu. Biasanya
mereka akan mengeluhkan beberapa kondisi yang menurun. Seperti terasa pening kepala
jika telalu lama duduk, kemudian harus berdiri tiba-tiba. Atau berada dibawah terik
matahari yang lama. Berjalan dalam jarak tempuh yang panjang juga bisa membuat
mereka lebih lelah dari biasanya.
b. Resiko mengalami morning sickness
Tekanan darah rentan dan membahayakan ketika ia menyerang ibu, dimana masa
kehamilan berada dalam trimester ke dua dan ke tiga. Salah satu kebiasaan buruknya
adalah mengalami penyebab morning sickness, yakni merupakan sindrom mual dan
muntah yang terjadi pada pagi hari. Semakin banyak yang keluarkan ibu hamil tiap
pagi, maka tekanan darahnya juga buruk dan rendah.
c. Menganggu proses pertumbuhan janin
Kondisi tekanan yang rendah menjadi pertanda kondisi fisik anda. Aliran darah yang
berada di jantung ke seluruh tubuh serta yang dari seluruh tubuh ke jantung mengalami
perjalanan lambat. Padahal kondisi normalnya, darah harus segera diganti dengan baru.
Yang paling membutuhkan darah adalah otak. Bukan hanya berpengaruh pada otakibu ,
tapi juga pada otak janin yang ada didalam perut. Padahal masa-masa ini merupakan
masa otak janin sedang berkembang dengan pesat. Apabila kebutuhan tidak terpenuhi,
yang ditakutkan adalah janin mengalami kecacatan.
d. Resiko meninggalnya bayi didalam perut

11
Selain itu, pada masa trimester ke dua dan ke tuga , janin sedang mengalami masa
perkembangan beberapa organ vital dalam tubuhnya. Misalnya adalah perkembangan
janin otak dan jantung. Ketika kondisi ibu yang tidak stabil, seperti tekanan darah rendah
bisa sangat berpengaruh pada jantung si janin . sebabnya pada masa itu jantung janin
tengah mengalami masa ppertumbuhan , maka bentuknya juga belum sempurna.
13) Malaria
Malaria adalah penyakit protozoa yang disebarkan melalui gigitan nyamuk
Anopheles. Protozoa penyebab malaria adalah genus plasmodium yang dapat menginfeksi
manusia maupun serangga. Malaria dalam kehamilan merupakan masalah obstetrik, sosial
dan medis yang membutuhkan penanganan multidisipliner dan multidimensional. Wanita
hamil merupakan kelompok usia dewasa yang paling tinggi berisiko terkena penyakit ini.
Malaria dan kehamilan adalah dua kondisi yang saling mempengaruhi. Perubahan
fisiologis dalam kehamilan kehamilan dan perubahan patologis akibat malaria mempunyai
efek sinergis terhadap kondisi masing-masing, sehingga semakin menambah masalah baik
bagi ibu hamil, janinnya maupun dokter yang menanganinya. P. falciparum dapat
menyebabkan keadaan yang memburuk dan dramatis untuk ibu hamil. Primigravida
umumnya paling mudah terpengaruh oleh malaria, berupa anemia, demam, hipoglikemia,
malaria serebral, edema pulmonar, sepsis puerperalis dan kematian akibat malaria berat dan
hemoragis. Masalah pada bayi baru lahir adalah berat lahir rendah, prematuritas,
pertumbuhan janin terhambat , infeksi malaria dan kematian.
Malaria dalam kehamilan adalah masalah bagi janin. Tingginya demam, insufisiensi
plasenta, hipoglikemia, anemia dan komplikasi-komplikasi lain dapat menimbulkan efek
buruk terhadap janin. Akibatnya dapat terjadi abortus spontan, persalinan prematur, kematian
janin dalam rahim, insufisiensi plasenta, gangguan pertumbuhan janin (kronik/temporer),
berat badan lahir rendah dan gawat janin. Selain itu penyebaran infeksi secara transplasental
ke janin dapat menyebabkan malaria kongenital.
Di daerah dengan transmisi rendah, masalahnya sangat berbeda. Risiko malaria
dalam kehamilan lebih tinggi dan dapat menyebabkan kematian maternal serta abortus
spontan pada >60% kasus. Berat lahir rendah dapat terjadi walaupun telah diterapi; namun
malaria yang asimtomatik jarang terjadi. Strategi penanganannya adalah pencegahan dengan
kemoprofilaksis, deteksi dini dan pengobatan yang adekuat.
14) Diberi Infus/Tranfuse
Ibu diberi infus / tranfusi pada persalinan lalu. Persalinan yang lalu mengalami
perdarahan pasca persalinan yang banyak lebih dari 500 cc, sehingga ibu menjadi syok dan
membutuhkan infus, serta transfusi darah.

(Poedji Rochjati, 2003)


15) Penyakit Ibu Hamil
a. Payah Jantung

12
Penyakit jantung adalah penyebab utama ketiga kematian pada wanita berusia 25
sampai 44 tahun. Karena relatif sering terjadi pada wanita usia subur, penyakit jantung
(dengan berbagai derajat) mempersulit pada sekitar 1 persen kehamilan. Meskipun angka
kematian ibu hamil yang terkait dengan penyakit kardiovaskular telah berkurang secara
nyata dalarn 50 tahun terakhir, namun penyakit jantung masih berperan signifikan dalam
mortalitas ibu hamil. Sebagai contoh, di Amerika Serikat antara tahun 1987 dan 1990,
penyakit jantung merupakan penyebab 5,6 persen dan 1459 kematian ibu terkait-
kehamilan.
a) Pertimbangan Fisiologi
Perubahan hemodinamik mencolok yang ditimbulkan oleh keharnilan,
memiliki efek besar pada penyakit jan tung yang diderita oleh wanita hamil.
Pertimbangan paling penting adalah bahwa selama kehamilan curah jantung
meningkat hingga 30 sampai 50 persen. Hampir separuh dan peningkatan total
tersebut terjadi pada 8 minggu, dan maksimal pada pertengahan kehamilan.
Peningkatan dini curah jantung terjadi akibat meningkatnya isi sekuncup disertai
berkurangnya resistansi vaskular dan penurunan tekanan darah.
b) Penatalaksanaan pada Kehamilan
Bagi wanita hamil tanpa gejala, tidak diperlukan pengobatan kecuali
pengawasan ketat. Penatalaksanaan wanita dengan gejala mencakup pembatasan
ketat aktivitas dan terapi infeksi yang dini. Jika gejala menetap meskipun pasien
sudah tirah baring, mungkin perlu dipertimbangkan penggantian katup atau
valvotomi dengan mcnggunakan bedah pintas kardiopulmoner.

(Leveno, Kenneth J.2004)


b. TBC PARU
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang menular dari satu
orang ke orang lain melalui udara. Gejala TBC tergantung pada bagian tubuh yang
ditumbuhi bakteri. Bakteri yang tumbuh di bagian paru-paru dapat menyebabkan gejala
sebagai berikut.
a) Batuk yang parah selama 3 minggu atau lebih.
b) Nyeri di bagian dada.
c) Munculnya darah yang keluar bersama batuk atau air liur.
d) Lemas.
e) Penurunan berat badan.
f) Nafsu makan menurun.
g) Demam.
h) Berkeringat pada malam hari

13
Seperti halnya asma, tingkat keparahan penyakit tuberkulosis atau TBC
tidakberhubungandengan proseskehamilan.Orangyangmengalami TBC tidak menjadi
lebih parah dibandingkan dengan sebelum hamil. Penyakit TBC juga tidak dapat secara
langsung memengaruhi kehamilan ataujaninkarena bakteri tuberkulosis hanya ditularkan
melalui udara (pernapasan). Janin yang berada di dalam kandungan tidak akan
mengalami gangguan yang berarti dengan penyakit TBC yang dialami ibunya karena
bakteri penyebab TBC tidak dapat menembus plasenta. Bayi biasanya akan tertular jika
ada kontak melalui saluran pernapasannya.
(Emilia, Ova. 2010)
c. Diabetes
Penyakit diabetes mellitus atau gestational diabetes yang sering disebut dengan
penyakit kencing manis adalah penyakit yang dapat muncul sekitar lima atau enam bulan
usia kehamilan. Penyakit ini ditandai dengan kadar gula yang tinggi dalam darah maupun
urine. Hal ini disebabkan gula atau lebih tepatnya karbohidrat yang berasal dan makanan
yang dimakan tidak dapat digunakan dengan baik oleh tubuh karena sulit masuk ke
dalam sel.
Untuk mengontrol agar kadar gula darah tidak tiriggi, maka Ibu hamil harus
membatasi makanan yang manis - manis. Harap diketahui, gula (glukosa) tidak hanya
berasal dan makanan yang rasanya manis, tetapi semua makanan yang mengandung atau
terbuat dan tepung, termasuk nasi, ketan, mi, bihun, slngkong, ubi, kentang, roti, serta
berbagai kue dan yang terbuat dan tenigu.
Hal ini dapat mempersulit kelahiran karena bayinya besar sekaligus meningkatkan
nisiko bagi Ibu dan bayinya. Oleh sebab itu, sangat penting bagi Ibu untuk memeriksakan
kadar gula darah ke laboratorium secara rutin.
Salah satu cara untuk menghindari diabetes selain makan terukur dengan karbohidrat
terkontrol adalah dengan olahraga. Berolahraga secara teratur dapat menurunkan dan
menjaga kadar gula darah tetap normal. Mintalah nasihat pada dokter, olahraga apa yang
baik Anda lakukan. Anda tidak perlu olahraga berat. Yang penting adalah olahraga rutin
akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan, misalnya jalan pagi atau senam ringan
yang dilakukan rutin setiap han.
(Siswosuharjo, Suwignyo. 2010)
d. Penyakit menular seksual
a) Pengaruh sifilis terhadap kehamilan
Infeksi pada janin terjadi setelah minggu ke-16 kehamilan, di mana
Treponema telah dapat menembus barier plasenta. Akibatnya kelahiran mati dan
partus prematurus. Bayi lahir dengan lues kongenital : pemfigus sifilitus, deskuamasi
telapak tangan-kaki, serta kelainan mulut dan gigi. Bila ibu menderita baru 2 bulan
terakhir tidak akan terjadi lues kongenital

14
b) Pengaruh gonorea terhadap kehamilan dan bayi
Sering dijumpai kemandulan anak satu (one child sterility) pada penderita atau bekas
penderita gonorea. Konjungtivitis gonorea neonatorum (blenorea neonati)
Sekitar 75% bayi yang menderita AIDS, ibunya adalah pemakai obat suntik atau
pramuria. Bayi-bayi tersebut juga memiliki resiko menderita penyakit menular
seksual lainnya, hepatitis dan infeksi. Pertumbuhan mereka di dalam rahim
kemungkinan mengalami kemunduran dan mereka bisa lahir prematur.
c) Bengkak pada muka atau tungkai
Tekanan darah tinggi pada wanita hamil bisa disebabkan oleh kehamilan atau
keadaan lain. Tekanan darah tinggi di akhir kehamilan bisa merupakan ancaman
serius terhadap ibu dan bayinya dan harus segera diobati.

(Prawirohardjo, Sarwono. 2010)


d) Hipertensi Dalam Kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (Boyce dkk, 2011). Diagnosis Hipertensi
dalam Kehamilan :
a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20
minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20
minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan.
b. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria.
c. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang atau koma.
d. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia adalah hipertensi
kronik disertai tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi kronik disertai
proteinuria.
e. Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa
disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan
atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria.
(Prawirohardjo, 2009)

Seorang ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi masuk kedalam skor puji
rochyati karena keadaan tersebut dapat membahayakan kondisi ibu dan bayi.
Beberapa dampak akibat hipertensi dalam kehamilan diantaranya : Berkurangnya
suplai darah ke plasenta, Kelahiran Bayi Prematur, dll. Kondisi tersebut memerlukan
pendampingan khusus dari bidan/ dokter atau tenaga medis lain.
(Prawirohardjo, 2009)

15
e) Gameli 2 atau Lebih
Kehamilan kembar memerlukan perhatian dan pengawasan khusus bila
diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu janin (Wiknjosastro, 2007:286).
Sedangkan menurut Mochtar Rustam (2012:259) kehamilan ganda atau
kembar adalah kehamilan dengan dua jenis janin atau lebih.
Seorang ibu hamil dengan gameli memerlukan pendampingan khusus dari
dokter atau bidan, karena ibu hamil dengan gameli berisiko mengalami :
Prematuritas, Hyalin Membrane Disease (HMD), Asfiksia saat Kelahiran/Depresi
Napas Perinatal, dll.
(Mochtar, Rustam.2012)
f) Hidramnion
Hidramnion yang kadang disebut polihidramnion merupakan keadaan cairan
amnion yang berlebihan. Normalnya, volume cairan amnion akan meningkat hingga
sekitar 1L atau mungkin lebih pada kehamilan 36 minggu, tetapi sesudah itu
mengalami penurunan. Dalam keadaan postmatur, jumlahnya mungkin hanya sekitar
beberapa ratus ml atau bahkan lebih sedikit lagi. Berdasarkan kesepakatan, jumlah
cairan amnion lebih dari 2000 ml dianggap sebagai jumlah yang berlebihan atau
hidramnion.
Hidramnion derajat ringan jarang memerlukan tindakan. Bahkan hidramnion
dengan derajat sedang, termasuk kasus-kasus yang menimbulkan gangguan tertentu
pada kenyamanan pasien, biasanya dapat ditangani tanpa intervensi sampai terjadi
persalinan atau sampai ketuban pecah sendiri. Jika terdapat gejala dispnea atau nyeri
abdomen, atau jika pasien sulit bergerak, perawatan rumah sakit diperlukan. Untuk
hidramnion yang simtomatik tidak ada tindakan yang memuaskan selain pengeluaran
sebagian cairan amnion. Begitu pula, penggunaan preparat diuretik dan pembatasan
cairam serta garam merupakan terapi yang tidak efektif dan bisa berbahaya.
g) Bayi Mati dalam Kandungan
Kematian janin dalam rahim (IUFD = intrauterine fetal death) adalah
kematian janin setelah 20 minggu kehamilan tetapi sebelum permulaan persalinan.
Ini menyebabkan komplikasi pada sekitar 1 persen kehamilan. Secara klinik,
kematian janin harus dicurigai bila pasien melaporkan tak ada gerakan janin,
terutama kalau rahim tetap kecil meski usia sudah mencapai tanggalnya atau kalau
tonus otot jantung janin tidak terdeteksi dengan menggunakan alat dopler.
Jika kematian janin intrauterin telah jelas ditemukan, pasien harus
diberitahukan secara berhati-hati dan dihibur. Pertimbangkan menunda prosedur
evakuasi untuk membiarkan pasien menyesuaikan secara psikologis terhadap
kematian janin tersebut. Penundaan tersebut juga mempunyai keuntungan tambahan
dengan memberikan kesempatan pada serviks untuk lebih siap. Jika persalinan tidak

16
terjadi segera setelah kematian janin, terutama pada kehamilan lanjut, koagulopati
maternal dapat terjadi, walaupun keadaan ini jarang terjadi sebelum empat sampai
enam minggu setelah kematian janin.

h) Kehamilan lebih bulan/serotous


Kehamilan lebih bulan atau kehamilan postterm adalah kehamilan yang
berlangsung sampai 42 minggu atau lebih, dihitung dari haid pertama haid terakhir
menurut rumus Naegl dengan haid rata-rata 28 hari.
Persalinan yang dianjurkan adalah persalinan induksi. Bila keadaan janin baik
maka tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dan lakukan tes tanpa tekanan
selama 3 hari. Bila hasilnya positif, maka segera lakukan seksio sesarea. Dampak
tidak baik bagi janin:
a. Janin mengecil
b. Kulit janin mengkerut
c. Lahir dengan berat badan rendah
d. Janin dalam rahim dapat mati mendadak
e. Kehamilan dengan kelainan letak
i) Letak lintang
Sumbu panjang janin yang tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu. Pada
letak lintang, bahu berada diatas pintu panggul sedangkan kepala terletak di salah
satu fossa iliaka dan pantat berada pada fosa iliaka yang lain. Penyebab utama letak
lintang adalah relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi,
janin prematur, plasenta previa, uterus abnormal, cairan amnion berlebih, panggul
sempit. Letak lintang dan letak sungsang merupakan indikasi seksio sesarea, untuk
keselamatan ibu maupun janin.
Bahaya yang dapat terjadi pada kelainan letak lintang. Pada persalinan yang
tidak di tangani dengan benar, dapat terjadi Robekan rahim, dan akibatnya. Bahaya
bagi ibu :

a. Perdarahan yang mengakibatkan anemia berat Infeksi


b. Ibu syok dan dapat mati
c. Bahaya bagi janin
d. Janin mati
(Ida Ayu, 2012; 125)
j) Letak sungsang
Janin terletak memanjang dengan posisi kepala di fundus uteri dengan
presentasi pantat. Penyebabnya adalah prematuritas, multiparitas, plasenta previa,
gamelli dan lain-lain. Bahaya yang dapat terjadi:

17
a. Bayi lahir asfiksi
b. Bayi dapat mati
(Syarifudin, 2013;175)

k) Perdarahan dalam Kehamilan Ini


a. Abortus : Adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin
mampu bertahan hidup. Penanganan umum:
a) Lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien(gawat
darurat, komplikasi berat atau masih cukup stabil).
b) Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilitas pasien sebelum
melakukan tindakan lanjutan(evaluasi medik atau merujuk).
c) Penilaian medic untuk menentukan kelaikan tindakan di fasilitas kesehatan
setempat atau dirujuk ke rumah sakit.
d) Bila pasien syok atau kondisinya memburuk akibat perdarahan hebat, segera
atasi komplikasi tersebut.
e) Gunakan jarum infuse besar(16 G atau lebih besar) dan memberikan tetesan
cepat(500 ml atau dalam 2 jam pertama) larutan garam fisiologis atau ringer.
f) Periksa kadar Hb, golongan darah uji padanan silang(crossmatch)
g) Ingat: kemungkinan hamil ektopik pada pasien hamil muda dengan syok berat
h) Bila terdapat tanda – tanda Sepsis, berikan antibiotika yang sesuai
i) Temukan dan hentikan dengan segera sumber perdarahan
j) Lakukan pemantauan ketat tentan kondisi pascatindakan dan perkembangan
lanjutan.

(Prawirohardjo, Sarwono.2013)
b. Plasenta Previa
Adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Perdarahan pada vagina dengan nyeri, Perdarahan berulang, Warna
perdarahan merah segar, Adanya anemia sesuai keluarnya darah, His biasanya
tidak ada, DJJ ada, Teraba jaringan plasenta saat eriksa dalam, Penurunan kepala
belum masuk PAP, Presentasi mungkin abnormal.
Dalam skema menghadapi plasenta previa dapat dilakukan tindakan oleh
bidan yang menghadapi dengan cara berikut:

a) Pasang infus dengan cairan pengganti (Ringer Laktat, Glukosa)


b) Jangan melakukan pemeriksaan dalam karena akan berakibat pada
perdarahan yang semakin banyak.

18
c) Segera melakukan tindakan rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas yang
cukupuntuk tindakan operasi dan sebagainya.
c. Definisi Preeklampsia
Preeklampsia adalah peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah usia
kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat badan ibu
yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium
dijumpa protein di dalam urine (proteinuria).
Penanganan pre-eklampsi berat dan eklampsi sama, kecuali bahwa persalinan
harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsi.
Penanganan umum:

a) Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan
diastolik diantara 90-100 mmHg.
b) Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar (16 gauge atau>).
c) Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload.
d) Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria.
e) Jumlah urin < 30 ml per jam: Infus cairan dipertahankan 1 1/8 jam. Pantau
kemungkinan edema paru.
f) Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin.
g) Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan denyut janin setiap jam.
h) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru.
i) Krepitasi merupakan tanda edema paru. Jika ada edema paru, stop
pemberian cairan dan berikan diuretik misalnya furosemide 40 mg IV.
(Prawirohardjo, Sarwono. 2009)

19
DAFTAR PUSTAKA

Danuatmaja, B., dan Meiliasari, M. 2008. Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit. Jakarta : Puspa
Swara.
Emilia, Ova. 2010. Tetap Bugar dan Energik Selama Hamil. Jakarta : Agro Media Pustaka.
Geri, Morgan dan Carol Hamilton. 2009. Obstetri dan Ginekoligi Panduan Praktik. Jakarta: EGC
Ida Ayu. 2012. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta:EGC
Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri William alih bahasa Brahm U. Jakarta: EGC
Leveno, Kenneth J.2004.Obstetri Williams: Panduan Ringkas, Ed 21. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis, Obstetri Patologis Edisi 3. Jakarta:
EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan edisi keempat. Jakarta. PT. Bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2013. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka.
Sarwono Prawirohardjo
Rochyati, Poedji. 2003. “Skrining Antenatal pada Ibu Hamil”. Surabaya : Airlangga University
Press
Saminem. 2008. Kehamilan Normal. Jakarta: EGC
Siswosuharjo, Suwignyo. 2010. Panduan Super Lengkap Hamil Sehat. Jakarta: Penebar Plus.
Syarifudin. 2013. Kebidanan Komunitas. Jakarta:EGC

20

Vous aimerez peut-être aussi