Vous êtes sur la page 1sur 10

KONSEP MEDIS

A. DEFINISI
Akromegali merupakan kondisi klinis akibat dari sekresi hormon pertumbuhan (GH)
yang berlebihan pada saat dewasa (Patrik Davey . 2003)
Akromegali adalah keadaan setelah pertumbuhan somatis selesai, hipersekresi GH
tidak akan menimbulkan gigantisme, tetapi menyebabkan penebalan tulang-tulang dan
jaringan lunak.( Syaiffudin. 2006 )
Apabila kelebihan GH terjadi setelah dewasa, dimana lempeng efisisnya sudah
menutup maka yang terjadi adalah akromegali. Penyakit ini jarang sekali. Insiden pasien
baru adalah 3 – 4 / 1 juta penduduk / tahun. Usia rata-rata pada saat ditegakkannya
diagnosis akromegali adalah 40 – 45 tahun.
Timbulnya gambaran klinis berlangsung perlahan-lahan dimana waktu rata-rata
antara mulai keluhan sampai terdiagnosis berkisar sekitar 12 tahun. Gambaran klinis
akromegali / gigantisme dapat berupa akibat kelebihan GH / IGF-1 dan akibat massa
tumor sendiri
B. ETIOLOGI
Pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh tumor
hipofise jinak (adenoma). Dapat juga terjadi kelainan hipotalamus yang mengarah pada
pelepasan hormon berlebihan (Price, 2005)
C. PATOFISIOLOGI
Pada beberapa pasien dapat timbul akromegali sebagai respon terhadap neoplasia
yang menyekresi GHRA ektopik. Pada pasien ini terdapat hiperplasia hipofisis
somatotrop dan hipersekresi GH.
Apabila tumor timbul sesudah dewasa, yakni setelah epifisis tulang panjang bersatu
dengan batang tulang, maka orang tersebut tidak dapat tumbuh lebih tinggi lagi, namun
jaringan ikat longgarnya masih terus tumbuh, dan tebal tulangnya masih terus tumbuh.
Pembesaran ini terutama terlihat pada pada tulang-tulang kecil tangan ,kaki, dan
pada tulang membranosa. Termasuk tulang tengkorak, hidung, penonjolan tulang dahi,
bagian bawah tulang rahang, karena pada masa dewasa muda pertumbuhan tulang-tulang
ini tak berhenti. (sylvia:1218-1219)
D. TANDA DAN GEJALA
1. Tulang mengalami kelainan bentuk, bukan memanjang.
2. Jaringan longgar memanjang
3. Kaki membesar
4. Jari-jari tangan membesar
5. Pembesaran sinus paranasalis
6. Pembesaran sinus frontalis
7. Bagian frontal menonjol
8. Pembesarah lidah
9. Kesulitan berbicara
10. Gigi jarang
11. Gambaran tulang wajah menjadi kasar, tangan dan kakinya membengkak
12. Pertumbuhan berlebih pada tulang rahang (mandibula) bisa menyebabkan rahang
menonjol (prognatisme)
13. Tulang rawan pada pita suara bisa menebal
14. Tulang rusuk menebal
15. Ditemukan nyeri sendi
16. Jantung biasanya membesar dan fungsinya sangat terganggu
17. gangguan dan kelemahan di tungkai dan lengannya
18. Tumor hipofisa juga bisa menyebabkan sakit kepala hebat
19. Wanita memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur. (Ganong:403.,Sylvia:1218)
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Pelepasan hormon pertumbuhan yang berlebihan mulai terjadi usia 30-50 tahun.
Karena itu tulang mengalami kelainan bentuk, bukan memanjang.
2. Gambaran tulang wajah menjadi kasar, tangan dan kakinya membesar, sehingga
biasanya selama bertahun-tahun tidak disadari oleh penderitanya.
3. Rambut badan semakin kasar sejalan dengan menebal dan bertambah gelapnya kulit.
Hal itu disebabkan karena adanya kelenjar sebasea dan kelenjar keringat didalam
kulit membesar yang dapat menyebabkan keringat berlebihan dan bau badan yang
menyengat.
4. Pertumbuhan berlebih pada tulang rahang (mandibula) bisa menyebabkan rahang
menonjol (prognatisme).
5. Tulang rawan pada pita suara menebal sehingga suara menjadi dalam dan serak.
6. Lidah membesar dan lebih berkerut-kerut.
7. Gangguan dan kelemahan tungkai dan lengannya karena jaringan yang membesar
dapat menekan persyarafan.
8. Gangguan penglihatan karena adanya saraf yang membawa sinyal dari mata ke otak
tertekan sehingga penglihatan terganggu terutama pada lapang pandang sebelah luar.
9. Tumor hipofise dapat menyebabkan sakit kepala hebat.
F. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah:
1. Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C
2. Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor
3. Menormalkan fungsi hipofisis
4. Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IFG1 atau SM-C akibat
pembesaran tumor.
Dalam hal ini dikenal 3 macam terapi, yaitu:
A. Terapi pembedahan
Terapi pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2 macam pembedahan
tergantung dari besarnya tumor yaitu:
a. Bedah makro dengan melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau Trans
Cranial)
b. Bedah mikro (TESH/ Trans Ethmoid Sphenoid Hypophysectomy). Cara terakhir
TESH ini dilakukan dengan cara pembedahan melalui sudut antara celah intra
orbita dan jembatan hidung antara kedua mata untuk mencapai tumor hipofisis.
B. Terapi radiasi
Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:
a. Radiasi secara konversional (Conventinal High Voltage Radiation, 45 69 4500
RAD)
b. Radiasi dengan energy tinggi partikel berat (High Energy Particles Radiation, 150
69 15000 RAD)
C. Terapi medikamentosa
a) Agosis dopamine
Pada orang normal dopamine atau agosis dopamine dapat meningkatkan kadar
HP tetapi tidak demikian halnya pada pasien akromegali. Pada akromegali
dopamine ataupun agosis dopamine menurunkan kadar HP dalam darah.
 Contoh agosis dopamine:
1) Brokriptin
Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan
dinaikkan secara berkala 2,5 mg setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis yang
dicapai antara lain adalah:
 Ukuran tangan dan jari mengecil, serta
 Terjadi perbaikan gangguan toleransi glukosa
Efek samping yang terjadi adalah vaso spasme digital, hipotensi ortostatik,
sesak nafas ringan, nausea, konstipasi, dll.
2) Ocreotide (Long Acting Somatostatin Analogue)
Cara pemberian melalui subkutan. Dosis: dosis rata-rata adalah 100-200
mikrogram diberikan setiap 8 jam.
Perbaikan klinis yang dicapai:
 Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 mikrogram/ 1 pada 50 kasus
 Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50% kasus
 Penyusunan tumor
Efek samping: ringan dan mempunyai sifat sementara yaitu nyeri local/ di
daerah suntikan dan kram pada perut.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan kadar IGF-1


2. Kadar prolaktin serum : ACTH, GH
3. Foto tengkorak
4. CT Scan otak
5. Tes supresi dengan Dexamethason
6. Tes toleransi glukosa
ASUHAN KEPERAWATAN
AKROMEGALI

A. KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh pertumbuhan tulang abnormal. Pada akromegali umumnya
memperlihatkan pembesaran tangan dan kaki.
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Sejak kapan keluhan dirasakan. Pada akromegali klien mengatakan tulang mengalami
kelainan bentuk, bukan memanjang, gambaran tulang wajah kasar, tangan dan kakinya
membengkak.
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pada akromegali biasanya riwayat penyakit dahulu klien mungkin pernah menderita
tumor hipofisis jinak.
D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Akromegali tidak diturunkan dari riwayat keluarga yang memilki penyakit akromegali
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. BREATH (B1)
Biasanya pada pasien akromegali tidak terjadi perubahan pola nafas. Bunyi nafas
normal. Gangguan nafas biasanya terjadi akibat adanya proses pembesaran tumor
hipofisis.
2. BLOOD (B2)
Pada akromegali jantung biasanya membesar dan fungsinya sangat terganggu
sehingga terjadi gagal jantung.
3. BRAIN (B3)
Pada tumor hipofisis yang mengakibatkan akromegali biasanya terjadi nyeri kepala
bitemporal, gangguan penglihatan disertai hemi-anopsia bitemporal akibat penyebaran
supraselar tumor dan penekanan kiasma optikum.
4. BLADDER (B4)
Pada akromegali terdapat penurunan libido, impotensi, oligomenorea, infertilitas,
nyeri senggama pada wanita, batu ginjal.
5. BOWEL (B5)
Biasanya pola BAB normal, terjadi deformitas mandibula disertai timbulnnya
prognatisme (rahang ang menjorok ke depan) dan gigi geligi tidak dapat menggigit
sehingga meyulitkan dalam mengunyah makanan. Pembesaran mandibula
menyebabkan gigi-gigi renggang, lidah juga membesar sehingga penderita sulit
berbicara. (Price, 2005)
6. BONE (B6)
Pada akromegali, pembesaran pada kaki dan tangan perubahan bentuk yang terjadi
membesar. Deformitas tulang belakang karena pertumbuhan tulang yang berlebihan,
mengakibatkan timbulnya nyeri punggung dan perubahan fisiologik tulang belakang.
Terdapat nyeri sendi pada bahu tulang dan lutut. (Price, 2005)
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmisi
impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus
2. Gangguaan Citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh yang
abnormal.
3. Nyeri Akut berhubungan dengan adanya adenoma kelenjar hipofisis
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan sekunder peningkatan laju
metabolisme tubuh.
5. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan
6. Resiko cedera
G. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmissi
impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus.
 Tujuan : gangguan persepsi sensori teratasi.
 Kriteria hasil :
a. Dengan penglihatan yang terbatas klien mampu melihat lingkungan
semaksimal mungkin.
b. Mengenal perubahan stimulus yang positif dan negatif.
c. Mengidentifikasi kebiasaan lingkungan.
 Rencana Tindakan:
a) Orientasikan pasien terhadap lingkungan aktifitas.
Rasional : Memperkenalkan pada pasien tentang lingkungan sekitar dan
aktifitas sehingga dapat meninggalkan stimulus penglihatan.
b) Bedakan kemampuan lapang pandang diantara kedua mata
Rasioal : Menentukan kemampuan lapang pandang tiap mata
c) Observasi tanda disorientasi dengan tetap berada di sisi pasien
Rasional : Mengurangi ketakutan pasien dan meningkatkan stimulus.
d) Dorong klien untuk melakukan aktivitas sederhana seperti menonton TV,
mendengarkan radio. Dll
Rasional : Meningkatkan input sensori, dan mempertahankan perasaan normal,
tanpa meningkatkan stress.
e) Posisi pintu harus tertutup terbuka, jauhkan rintangan.
Rasional : Menurunkan penglihatan perifer dan gerakan.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh yang abnormal
 Tujuan : Pasien dapat menerima dengan adanya pertumbuhan organ-organ yang
belebihan.
 Kriteria Hasil :
a. Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan, tanpa rasa malu
dan rendah diri.
b. Pasien yakin akan kemampuan yang akan dimiliki.
 Intervensi :
a. Beri dorongan kepada pasien dan keluarga mengungkapkan mengenai masalah
tentang proses penyakit
Rasional : Memberikan informasi kepada pasien tentang penyebab penyakit
sehingga menimbulkan respon psikologis yang positif
b. Bantu pasien dan keluarga secara bertahap menjadi terbiasa dengan perubahan
bentuk tubuhnya.
Rasional : Agar pasien dan keluarga dapat menerima perubahan yang terjadi
c. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal
aktivitas
Rasional : Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif dari pasien
d. Bantu pasien dengan memberikan perawatan sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan
Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan pasien, pasien akan merasa
nyaman dan kebutuhan perawatannya terpenuhi.
3. Nyeri Akut berhubungan dengan adanya adenoma kelenjar hipofisis
 Tujuan : Rasa nyeri berkurang atau hilang
 Kriteria Hasil :
a. Pasien akan memberitahukan nyeri hilang atau terkontrol
b. Pasien dapat melakukan tindakan atau metode untuk mengurangi dan
mengatasi nyeri.
 Intervensi :
a. Kaji karakteristik nyeri
Rasional : Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
b. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal, seperti: ekspresi wajah;
gelisah, menangis, menarik diri
Rasional : Merupakan indikator / derajat nyeri yang tidak langsung dialami
pasien
c. Ciptakan lingkungan yang nyaman
Rasional : Rangsangan yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat
rasa nyeri
d. Lakukan perubahan posisi
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada
otot untuk relaksasi seoptimal mungkin
e. Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas bukan pada nyeri
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan pasien.
f. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
Rasional : Obat-obatan anlgetik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan sekunder peningkatan laju
metabolisme tubuh
 Tujuan : pasien mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri
 Kriteria hasil :
a. Kebutuhan personal terpenuhi
b. Dapat melakukan gerakkan yang bermanfaat bagi tubuh dan memenuhi
Kegiatan sehari-hari dengan teknik penghematan.
 Intervensi
a. Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah tempat tidur, berdiri,
ambulasi dan melakukan aktivitas sehari-hari (makan, minum)
Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana kelemahan yang terjadi.
b. Evaluasi motivasi dan keinginan pasien dan kelurga untuk meningkatkan
aktivitas
Rasional : mengetahui sejauh mana perkembangan kekuatan yang terjadi
c. Pantau asupan nutrisi
Rasional : untuk memastikan sumber-sumber energi yang adekuat
d. Bantu pasien untuk latihan mobilisasi dan mengubah posisi secara berkala
Rasional : Untuk menghindari kekakuan sendi dan mencegah adanya
dekubitus.
e. Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan tehnik manajemen waktu
Rasional : untuk mencegah terjadinya kelelahan
f. Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi fisik
Rasional : untuk merencanakan dan memantau program aktivitas
5. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan
 Tujuan : Kecemasan berkurang / menghilang
 Kriteria Hasil : Mengenal perasaanya, dapat mengidentifikasi penyebab atau
faktor yang mempengaruhi kecemasan dan menyatakan ansietas berkurang atau
hilang
 Intervensi :
a. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan
Rasional : untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien
b. Anjurkan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
Rasional : untuk menurunkan rasa takut secara perlahan
c. Bantu pasien untuk fokus pada situasi saat itu
Rasional : untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk
mengurangi ansietas
d. Beri dorongan pada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan
perasaan untuk mengeksternalkan ansietas
Rasional : Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak
diekspresikan
e. Berikan privasi untuk klien dan orang terdekat
Rasional : Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan menghilangkan
cemas dan perilaku adaptasi. Adanya keluarga dan teman yang dipilih klien
melayani aktivitas dan pengalihan akan menurunkan perasaan terisolasi.
6. Resiko cedera berhubungan dengan deformitas tulang.
 Tujuan : tidak terjadi cedera pada pasien.
 Kriteria Hasil :
a. Tidak terjadi cedera pada pasien
b. Pasien tidur dengan tempat tidur yang terpasang pengaman
c. Mengidentifikasi/ memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
 Intervensi :
a. Sediakan lingkungan yang aman bagi pasien dengan menyingkirkan furnitur
yang berlebihan dan orientasikan pasien pada ruangan.
Rasional : Dengan mengorientasikan pasien pada keadaan sekitar maka dapat
mengurangi resiko terjatuh
b. Tempatkan pasien pada tempat tidur yang menggunakan pengaman.
Rasional : Menurunkan kemungkinan adanya trauma jika pasien bergerak.
c. Tempatkan bel atau lampu panggil pada tempat yang mudah dijangkau pasien
yang tergantung pada setiap saat.
Rasional : Memungkinkan pasien melihat objek lebih muda dan memudahkan
panggilan untuk pertolongan bila dibutuhkan.
d. Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan
penglihatan, contoh: atur perabot/ permainan, terutama perbaiki sinar suram
dan masalah penglihatan malam.
Rasional : menurunkan bahaya, keamanan, berhubungan dengan perubahan
lapang pandang atau kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil terhadap
sinar lingkungan

Vous aimerez peut-être aussi