Vous êtes sur la page 1sur 3

1.

Pengubahan U3O8 menajdi UF6 , bijih uranium dihancurkan secara mekanik, dan kemudian
uranium dipisahkan dari mineral lainnya melalui proses kimia menggunakan larutan asam sulfat.
Kemudian mereaksikan UO2 dengan asam anhydrous HF hingga menjadi uranium tetrafluorida
(UF4). Dan UF4 direaksikan lagi dengan gas F2 sehingga terbentuk UF6.
2. Proses Pengembangan/Pengkayaan UF6 yaitu dengan membuang sekitar 85% U-238 melalui
proses pemisahan gas UF6 ke dalam dua aliran, yaitu satu aliran merupakan uranium yang telah
diperkaya dan akan dipergunakan umpan proses fabrikasi bahan bakar. Sedangkan aliran lainnya
adalah aliran buangan atau”tailing” berupa aliran uranium miskin U-235 yang disebut sebagai
uranium deplesi (kadar U-235 kurang dari 0,25%). Dan dapat dilakukan dengan dua metode
yaitu metode difusi gas dan metode sentrifugasi gas. Kedua metode ini pada dasarnya
menggunakan prinsip yang sama, yaitu beda berat antara atom U-238 dan atom U-235.
metode difusi, gas UF6dialirkan ke membran berpori. Oleh karena lebih ringan maka atom U-
235 akan berdifusi atau bergerak lebih cepat dibanding atom U-238, sehingga gas UF6 yang lolos
membran akan mengandung U-235 lebih banyak. Untuk mencapai tingkat pengayaan U-235
antara 3–5%, diperlukan sekitar 1400 kali pengulangan proses. Sehingga metode ini sangat
boros energi, kira-kira akan mengonsumsi 3–4 % dari energi listrik yang dibangkitkannya.

Pada pengayaan metode sentrifugasi, gas UF6diputar dengan kecepatan sudut tinggi
dalam sebuah tabung panjang dan ramping (1–2 m panjang, 15-20 cm diameter). Gaya
sentrifugal akan melemparkan isotop U-238 yang lebih berat menjauh dari pusat rotasi,
sedangkan isotop U-235 yang lebih ringan akan terkonsentrasi di pusat rotasi.

3. Fabrikasi bahan bakar atau perangkat bakar nuklir diawali dengan proses konversi
UF6yang telah diperkaya (keluaran pabrik pengayaan) menjadi serbuk uranium dioksida
(UO2) yang kemudian dibentuk menjadi pil-pil (pelet) silinder melalui pengepresan dan
diteruskan dengan pemanggangan dalam suasana gas hidrogen pada temperatur tinggi
(1700 oC) hingga membetuk pelet UO2berderajat keramik yang rapat dan kuat. Pelet-
pelet UO2yang memenuhi persyaratan kualitas kemudian dimasukkan ke dalam sebuah
selongsong dari bahan paduan zirconium (zircalloy).Setelah kedua ujung selongsong
ditutup dan dilas, batang bahan bakar (fuel rod) disusun membentuk suatu perangkat
bakar (fuel assembly). Teras PWR 1000 MWe berisi sekitar 160 perangkat bakar. Total
batang bahan bakar yang digunakan mencapai 42000 buah. Setiap batang bahan bakar
kira-kira berisi 300 – 370 pelet UO2 yang masing-masing pelet beratnya 6 – 7 gram.
4. Pengolahan Bahan Bakar

Perangkat bahan bakar selanjutnya dibawa ke reaktor. Di dalam reaktor ini berlangsung
reaksi fisi seperti yang telah kita bahas di artikel sebelumnya. Perangkat bahan bakar ini
akan disusun di dalam teras reaktor. Jumlah perangkat bahan bakar yang dipakai
tergantung pada besarnya tingkat daya yang dihasilkan reaktor. Untuk PLTN jenis PWR
biasanya sekitar 120 sampai 200 perangkat, sementara untuk jenis BWR jumlahnya lebih
banyak sekitar 400 sampai 800 perangkat. Reaktor akan dioperasikan sekitar 1 tahun,
kemudian dilakukan pengisian ulang perangkat bahan bakar. Hanya 1/3 dari perangkat
bahan bakar yang akan diganti dengan yang baru, dan perangkat bahan bakar yang lama
akan disusun ulang. Oleh karenanya satu perangkat bahan bakar akan berada di teras
sekitar 3 tahun. Hal ini dilakukan agar energi yang dihasilkan di dalam reaktor dapat
terdistribusi merata.

Perlu diingat pula bahwa tidak semua uranium yang ada di perangkat bahan bakar akan
habis dipakai dalam waktu 3 tahun. Perangkat bahan bakar yang sudah dipakai disebut
dengan istilah bahan bakar bekas atau spent fuel. Pada bahan bakar bekas masih
terdapat sekitar 1% U-235 yang tidak terkonsumsi, 94% U-238, sekitar 1% plutonium
dan 4% produk fisi.

5. Penghabisan pengolahan bahan bakar dimana Di dalam teras reaktor, sejumlah U-238
akan menyerap neutron hasil reaksi fisi dan berubah menjadi plutonium (Pu-239),
Setengah dari plutonium yang dihasilkan juga mengalami reaksi fisi dan menghasilkan
sepertiga dari energi total reaktor. Untuk mempertahankan kinerja reaktor, sekitar
sepertiga dari bahan bakar yang digunakan di dalam teras harus diganti dengan bahan
bakar baru setiap satu tahun atau setiap 18 bulan.
6. Penyimpanan Sementara Bahan Bakar Bekas Bahan bakar bekas sangat radioaktif serta
mengeluarkan banyak panas. Untuk penanganan yang aman dan selamat, bahan bakar
bekas yang baru dikelurakan dari reaktor disimpan dalam kolam khusus yang berada di
dekat reaktor untuk menurunkan panas maupun radioaktivitas. Air di dalam kolam
berfungsi sebagai penghalang terhadap radiasi dan pemindah panas dari baban bakar
bekas.

Bahan bakar bekas dapat disimpan di kolam penyimpanan untuk waktu yang lama
(sampai lima puluh tahun atau lebih), sebelum akhirnya diolah ulang atau dikirim ke
pembuangan akhir sebagai limbah (penyimpanan lestari). Adapun alternative lain
dimana, bahan bakar bekas dapat dikeluarkan dari kolam penyimpanan dan selanjutnya
disimpan dengan cara kering. Perisai radiasi yang cukup murah dan pendinginan alamiah
yang bebas perawatan.

7. Penonaktian Reaktor ini bertujuan untuk memproses ulang bahan bakar dimana rekator
dinonaktifkan yang artinya tidak melanjutkan proses bahan bakar yang dihasilkan tetapi
mengolah ulang bahan bakar bekasnya. Bahan bakar bekas masih mengandung sekitar
96% (480 kg) uranium dengan kandungan bahan fisil U-235 kurang dari 1%. Kemudian
3% (15 kg) dari bahan bakar bekas berupa produk fisi yang dapat dikategorikan sebagai
limbah aktivitas tinggi, dan 1% (5 kg) sisanya berupa plutonium (Pu) yang diproduksi
selama bahan bakar berada di dalam reaktor dan tidak mengalami pembakaran.

Pemisahan uranium dan plutonium dari produk fisi dilakukan dengan memotong elemen
bakar kemudian melarutkannya ke dalam asam. Uranium yang didapat dari proses
pemisahan ini bisa dikonversi kembali menjadi uranium hexaflourida untuk kemudian
dilakukan pengkayaan. Adapun plutonium yang diperoleh dapat dicampur dengan
uranium diperkaya untuk menghasilkan bahan bakar MOX (Mixed Oxide). Adapun 3%
limbah radioaktif tinggi yang dihasilkan dari proses olah ulang adalah produk fisi yang
jumlahnya sekitar 750 kg pertahun dari reaktor daya 1000 MWe. Limbah ini mula-mula
disimpan dalam bentuk cairan untuk kemudian dipadatkan. Limbah radioaktivitas tinggi
dari proses olah ulang dapat dikalsinasi (dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi)
sehingga menjadi serbuk kering yang kemudian di masukkan kedalam borosilikat (pyrex)
untuk immobilisasi limbah. Bahan gelas tersebut kemudian dituangkan ke dalam tabung
stainless steel, masing-masing sebanyak 400 kg limbah gelas. Pengoperasiaan reaktor
1000 MWe selama satu tahun akan menghasilkan limbah gelas tersebut sebanyak 5 ton
atau sekitar 12 tabung stainless setinggi 1,3 meter dan berdiameter 0,4 meter. Setelah
diberi pelindung radiasi yang sesuai, limbah yang sudah diproses ini kemudian diangkut
ke tempat penyimpanan limbah. Pembuangan akhir dari limbah radioaktifitas tinggi atau
pembuangan akhir bahan bakar bekas yang tidak diolah ulang (siklus terbuka), masih
belum dilakukan.

8. Pembuangan Akhir Limbah

Pembuangan akhir limbah pada prinsipnya adalah penyimpanan lestari limbah


radioaktivitas tinggi yang telah digelasifikasi dan disegel dalam tabung stainless steel,
dan juga penyimpanan lestari bahan bakar bekas yang telah melalui proses pendinginan
yang cukup dan telah disegel dalam wadah atau “canister” terbuat dari logam tahan
korosi seperti tembaga atau stainless steel.

Agar bisa disimpan untuk jangka panjang, limbah perlu distabilkan terlebih dahulu
dalam bentuk atau struktur yang tidak akan bereaksi maupun berkurang kekuatannya.
Ada beberapa cara untuk melakukannya, antara lain dengan melakukan vitrifikasi yaitu
dengan mengubahnya material limbah menjadi gelas Pyrex dan disimpan di dalam
tabung baja tahan karat. Gelas yang terbentuk sangat tahan terhadap air.

Cara yang lain adalah dengan menggunakan metode Synroc atau Syntethic Rock. Pada
metode ini, limbah nuklir dicampur dengan tiga buah mineral yaitu hollandite
(BaAl2Ti6O16), zirconolite (CaZrTi2O7) dan perovskite (CaTiO3). Selanjutnya dengan
memberikan tekanan pada suhu yang tinggi, campuran tersebut akan membentuk
struktur yang padat dan keras seperti batu cadas. Kemudian Kontainer limbah maupun
synroc selanjutnya akan diletakkan di tempat penyimpanan lestari (final waste
repository). Lokasi ini dipilih di kawasan yang stabil secara geologis dan berada di bawah
tanah, biasanya pada kedalaman lebih dari 500 m di bawah permukaan. Tujuan
utamanya adalah untuk mengisolasi limbah nuklir (yang sudah diolah tentu saja) dari
jangkauan khalayak ramai.

Vous aimerez peut-être aussi