Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
3
4
Misalnya walaupun kandungan ash di daerah yang akan di tambang itu nilainya
cukup tinggi (katakanlah 20% denga nilai kalori 5.800 kcal/kg) tetapi pengguna
batubara memerlukan nilai-nilai sekitar itu, maka daerah tersebut diteruskan untuk
ditambang.
11. Pemberian label atau almamater nama seam batubara pada alat angkut
(hauler).
12. Pemberian label training pada alat muat (loader), alat pendukung (support /
auxiliary) dan alat angkut (hauler) jika operatornya masih dalam tahap
pelatihan.
13. Jika kondisi gelap utamanya malam hari di front loading batubara harus ada
lampu penerangan (tower lamp).
14. House keeping yaitu tidak membuang sampah sembarangan di area tambang
terutama front loading batubara.
b. Pada penambangan dip seam atau seam yang miring, sering terjadi kontaminasi
seam batubara yang sedang ditambang oleh bagian floor yang longsor atau
jatuh ke atas seam batubara tersebut.
Penanganan : tetap dilakukan penambangan tetapi akan menghambat waktu
produksi karena harus menangani material longsoran
oksidasi dan alam. Barikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
management stockpile:
a. Monitoring quantity (inventory) dan movement batu bara di stockpile,
meliputi recording batubara yang masuk (coal in) dan recording batu bara
yang keluar (coal out) di stockpile, termasuk recording batu bara yang
tersisa ( remnant of coal ).
b. Menghindari batubara terlalu lama di stockpile, dapat dilakukan dengan
penerapan aturan FIFO (first in fist out), dimana batu bara yang terdahulu
masuk harus dikeluarkan (loading) terlebih dahulu. Hal ini dengan maksud
mengurangi resiko degradation dan pemanasan batu bara.
c. Mengusahakan pergerakan batu bara sekecil mungkin di stockpile,
termasuk diantaranya mengatur posisi stock dekat dengan reclaime,
monitoring effectivitas dozing di stockpile dengan maksud mengurangi
degradasi batu bara.
d. Monitoring quality batu bara yang masuk dan yang keluar dari stockpile,
termasuk diantara control temperatur untuk mengantisipasi self heating
dan spontaneous combustion.
e. Pengawasan yang ketat terhadap kontaminasi, meliputi :
- Pelaksanaan housekeeping, tidak diperkenankan membuang sampah
sembarangan di area stockpile.
- Inspeksi langsung adanya kotoran yang terdapat di stockpile.
Menentukan sumber kontaminasi dan kemudian melaporkan kepada
pihak yang berkompeten untuk tindakan preventive.
f. Perhatian terhadap faktor lingkungan yang bisa ditimbulkan, dalam ini
mencakup usaha :
- Control dust, penerapan dan pengawasan penggunaan spraying & dust
supressant.
- Adanya tempat penampungan khusus (fine coal trap) untuk buangan /
limbah air dari drainage stockpile.
- Penanganan Waste Coal ( remnant & spillage coal )
10
2.3.3 Classification
Melakukan pemisahan (clasification) melalui pengayakan (screening).
Proses pengayakan adalah salah satu proses yang bertujuan untuk
mengelompokan ukuran fraksi batubara, sehingga disebut juga dengan proses
classification. Alat yang dipakai untuk pengayakan biasanya ayakan getar
(vibrating screen).. Produk dari proses pengayakan harus selalu dijaga konsistensi
laju kapasitasnya untuk itu perlu dilakukan penaksiran dimensi (panjang dan
lebar) dari ayakan (screen) yang harus dipasang.
2.3.4 Blending
Dalam suatu blending management, hal yang paling diutamakan adalah:
a. Pencampuran kualitas sehingga menghasilkan kualitas batubara hasil
campuran sesuai dengan yang ditargetkan.
Sebelum Blending dilakukan, yang perlu diperhatikan adalah target
kualitas yang harus dicapai dari blending tersebut. Hanya satu target
parameter yang dapat dicapai dengan tepat dalam suatu blending.
Parameter lainnya mengikuti sesuai dengan proporsi blendingnya.
Diantara parameter kualitas batubara, ada yang bersifat addictive
14
(dapat dikalkulasi secara kuantitatif pada saat blending). Dan ada pula
paramter yang bersifat tidak addictive atau tidak dapat dihitung secara
kuantitatif berdasarkan proporsi blendingnya.
b. Cara Blending atau pencampuran itu sendiri yang harus baik.
Dalam suatu blending sistem pencampuran atau blending merupakan
yang terpenting. Blending harus dilakukan dengan proporsi unit
pencampuran yang terkecil untuk mendapatkan batubara hasil blending
yang homogen. Berikut ini adalah beberapa sistem pencampuran
dengan tingkat homogenitas yang meningkat. (Semakin homogen)
- Blending Barge By Barge
- Blending DT By DT
- Blending Bucket Loader By Bucket loader
- Blending conveyor.
Hasil suatu blending yang homogen sangat diperlukan terutama bagi
end user. Ketidak homogenan dalam suatu blending akibatnya akan
terasa langsung oleh end user pada saat batubara tersebut digunakan.
Kesempurnaan dari suatu blending adalah ketepatan dalam pencapaian
target kualitas hasil blending dan homogenitas hasil pencampuran.
2.3.5 Stockpile Base On Size
adalah manajemen pengangkutan batubara hasil crushing. Hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah:
a. FIFO (First In First Out) FIFO adalah memprioritaskan mengangkut
batubara hasil crushing yang lebih dulu daripada hasil crushing
setelahnya, dalam hal ini kualitas batubara hasil crushing sama dan
sesuai permintaan atau pesanan pembeli (buyer).Hal ini untuk
menghindari batubara hasil crushing terbakar secara spontan
(spontaneous combustion).
b. Perawatan Basement Dalam kegiatan hauling di stockpile alat muat
tidak boleh menyodok terlalu dalam terhadap basement untuk
menghindari kontaminasi terhadap batubara hasil crushing. Alat muat
di stockpile yaitu excavator, wheel loader.
15
2.4 Shipping
Kegiatan pengapalan batubara masak dilakukan dengan menggunakan
system conveyor, yaitu stock batubara masak diambil (sesuai spesifikasi
permintaan pasar) dan diangkut oleh unit dump truck dan didump ke hopper
conveyor, untuk selanjutnya belt conveyor mengangkut batubara hingga ke ujung
jetty dan menuangkan batubara ke tongkang yang telah tersandar secara aman.