Vous êtes sur la page 1sur 13

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Coal Handling Management


Coal handling management adalah teknik operasional dan kegiatan yang
dilakukan untuk memenuhi persyaratan kualitas. Dengan kata lain pengendalian
mutu batubara adalah suatu tahapan dalam prosedur yang dilakukan untuk
mengevaluasi suatu aspek teknis pengujian.
Untuk meyakinkan bahwa batubara yang akan dijual tersebut memenuhi
persyaratan kontrak jual beli atau spesifikasi yang tertuang dalam kontrak, maka
penjual atau pemasok harus melakukan pengendalian mutu. Hal ini dilakukan
dengan cara memanajemen atau melakukan control pada setiap tahapan mulai dari
eksplorasi, penambangan, pengolahan batubara, dan pengangkutan ke pelabuhan.

2.2 Tahapan Eksplorasi dan Penambangan


2.2.1 Tahapan Eksplorasi
Eksplorasi adalah bagian yang pertama-tama memberikan data mengenai
jumlah cadangan, dan kualitas batubara yang berpotensi untuk diexploitasi.
Eksplorasi Juga bertugas secara terus menerus mencari sumber cadangan batubara
dengan melakukan kegiatan explorasi. Data yang diberikan oleh tim eksplorasi
merupakan titik acuan awal mengenai jumlah cadangan batubara dan kualitas
batubara.
Pada saat eksplorasi tahap regional sudah mulai dikumpulkan sampel
batubara dari singkapan (outcrop) dan pengeboran, kualitas batubara sudah mulai
ditentukan sehingga sampai pada kesimpulan prospek atau tidaknya daerah yang
diselidiki tersebut.
Eksplorasi dikerjakan untuk mengembangkan ke arah mana penambangan
akan diteruskan atau kea rah mana tambang akan diperluas. Data kualitas serta
ketebalan batubara merupakan factor-faktor penentu terhadap hal tersebut.
Disamping itu spesifikasi dari pengguna batubara juga sangat berpengaruh.

3
4

Misalnya walaupun kandungan ash di daerah yang akan di tambang itu nilainya
cukup tinggi (katakanlah 20% denga nilai kalori 5.800 kcal/kg) tetapi pengguna
batubara memerlukan nilai-nilai sekitar itu, maka daerah tersebut diteruskan untuk
ditambang.

2.2.2 Tahapan Penambangan


Mine Planning bertugas meneruskan pengolahan data dari geology, dengan
membuat rencana tambang yang didalamnya dilengkapi dengan data mineable
reserve, mine design, perhitungan alat, scheduling, dan lain-lain. Mine Planning
juga bertugas melakukan kajian dan evaluasai setiap perkembangan kualitas dari
mulai data geology, data reserve, data produksi, sampai data dari pengapalan.
Tim mining bertugas melakukan penambangan yang sudah didesain oleh
mine planning. Tim mining harus menjaga agar dalam eksekusi penambangan
betul-betul mengikuti mine plan yang sudah ditetapkan, baik mengenai batasan-
batasan penambangan maupun dalam scheduling penambangan.
2.2.2.1 Peralatan (Equipment)

Gambar 2.1 Peralatan tambang batubara


Equipment ini meliputi alat muat, alat pendukung dan alat angkut.
Semuanya harus :
 layak dan lulus uji komisioning
 telah dilakukan pre start chek atau P2H sebelum dioperasikan
 bersih
5

 khusus digunakan untuk aktivitas batubara


2.2.2.2 Lokasi Pemuatan (Front Loading)
Lokasi pemuatan (front loading) harus terbebas dari genangan air, lumpur,
material ob, material topsoil / subsoil, material scoria, flying rock atau batuan
terbang akibat peledakan(blasting), dan lain-lain. Pada malam hari harus ada
lampu penerangan (tower lamp) dengan standar pencahayaan 5 Lux untuk
menjaga keselamatan kerja dan kualitas batubara.

Gambar 2.2 front loading batubara dekat dengan sump


2.2.2.3 Penambangan batubara (coal mining)
Batubara expose diproses menjadi clean coal (batubara bersih) sebagai
berikut:
1. Batubara expose harus terbebas dari kontaminasi dan dilusi serta freeface
batubara atau coal line harus terbuka semua.
2. Atap batubara dibersihkan (cleaning roof atau top coal) menggunakan
excavator yang berpelindung gigi bucket (cutting edge).Material hasil
cleaning roof jika secara visual prospek diusahakan maka bisa dijadikan
batubara kotor (dirty coal) yang nantinya diproses menjadi clean coal melalui
proses pencucian (washing) pada washing plant.Perlu diingat jika ada
kegiatan peledakan (blasting) yang lokasinya berdekatan dengan lokasi
batubara expose tersebut proses cleaning roof jangan terlalu luas / dihentikan
sementara karena akan terkena flying rock (batuan terbang akibat peledakan),
6

dan proses cleaning roof dapat dilanjutkan kembali setelah kegiatan


peledakan (blasting) selesai.
3. Jika kodisi batubara terdapat coal banded (lapisan batubara dengan banyak
sisipan parting tidak beraturan) yang sekiranya memepengaruhi kualitas maka
coal banded tersebut dapat dibuang / dikeruk dengan excavator.
4. Jika ada lapisan parting > 7 cm pada batubara tersebut maka parting tersebut
harus dibuang dan batubara di bawah parting > 7 cm tersebut harus dilakukan
cleaning roof kembali.
5. Jika ada lapisan parting ≤ 7cm pada batubara tersebut maka parting dapat
digabung dengan batubara dengan catatan kualitas lapisan batubara di atas
maupun di bawah parting tersebut sama.Hal ini disebut komposit (composite).
6. Jika ada lapisan parting ≤ 7cm pada batubara tersebut maka parting harus
dibuang dan batubara di bawah parting ≤ 7 cm tersebut harus dilakukan
cleaning roof lagi, dengan catatan kualitas lapisan batubara di atas dan di
bawah parting tersebut berbeda.Hal ini disebut play.Komposit tidak dilakukan
karena kualitas total akan drop.
7. Jika kondisi batubara keras (hardness) dalam proses pembongkaran
memerlukan excavator gigi bucket (teeth bucket) atau ripping oleh dozer
jangan sampai membongkar parting > 7 cm pada batubara tersebut.
8. Jika loading batubara menggunakan excavator gigi bucket (teeth bucket)
jangan sampai membongkar floor (lapisan di bawah lantai batubara).Tentunya
akan meninggalkan batubara sisa loading, hal ini nanti dilanjutkan loading
dengan excavator yang berpelindung gigi bucket (cutting edge) untuk
menghindari kontaminasi terhadap floor. Batubara sebelum floor disisakan 20
cm yang nantinya dloading dijadikan dirty coal.
9. Alat muat (loader), alat pendukung (support / auxiliary) dan alat angkut
(hauler) harus bagus (layak) dan bersih sebagaimana yang telah disebutkan di
atas tadi.
10. Batubara yang akan dimuat tidak boleh berupa bongkah besar (big coal) harus
dikecilkan terlebih dahulu dengan excavator.
7

11. Pemberian label atau almamater nama seam batubara pada alat angkut
(hauler).
12. Pemberian label training pada alat muat (loader), alat pendukung (support /
auxiliary) dan alat angkut (hauler) jika operatornya masih dalam tahap
pelatihan.
13. Jika kondisi gelap utamanya malam hari di front loading batubara harus ada
lampu penerangan (tower lamp).
14. House keeping yaitu tidak membuang sampah sembarangan di area tambang
terutama front loading batubara.

Gambar 2.3 Kontaminasi batuan pada batubara

Proses Operasional penambangan yang dapat mempengaruhi Kualitas


batubara :
a. Pada saat penambangan, sering terjadi bahwa kondisi di lapangan berbeda
dengan kondisi seperti yang digariskan dalam mine plan. Misalnya adanya
sisipan atau cleat pada seam batubara yang sedang di tambang. Pengotor ini
sulit dipisahkan dengan selective mining. Akibatnya kandungan abu batubara
tersebut akan lebih tinggi dari data mine plan atau data geology.
Penanganan: batubara akan dilanjutkan pada saat coal processing untuk
ditingkatkan kualitasnya dengan cara blending
8

b. Pada penambangan dip seam atau seam yang miring, sering terjadi kontaminasi
seam batubara yang sedang ditambang oleh bagian floor yang longsor atau
jatuh ke atas seam batubara tersebut.
Penanganan : tetap dilakukan penambangan tetapi akan menghambat waktu
produksi karena harus menangani material longsoran

2.3 Coal Processing


2.3.1 ROM Stockpile
ROM (Run Of Mine) Management adalah adalah manajemen penempatan
dan distribusi batubara hasil penambangan batubara untuk digunakan dalam
proses pencampuran (blending) dalam kegiatan crushing. Distribusinya yaitu
batubara hasil penambangan distok di ROM (Pit to ROM) atau batubara hasil
penambangan langsung masuk penggilingan (Pit to Crusher) maupun batubara
stok dari ROM masuk ke penggilingan (ROM to Crusher). Hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah:
2.3.1.1 Desain Stockpile
Desain dari suatu stockpile ditentukan oleh beberapa hal berikut ini :
1. Kapasitas penyimpanan batubara
Kapasitas penyimpanan batubara di stockpile menentukan desain suatu
stockpile. Stockpile yang berkapasitas kecil dengan batubara dengan kapasitas
besar mungkin berbeda khususnya dalam penyiapan lahan dan preparasi lahan
tersebut.
Pada stockpile dengan kapasitas yang besar, dasar stockpile harus benar-
benar kuat dan kokoh menahan beban yang besar. Kalau tidak, base stockpile
tersebut akan turun di bagian tengah, dan juga akan ikut menurunkan batubara
yang ada di atasnya. Dalam kondisi seperti itu akan terjadi kehilangan batubara di
stockpile.
Proses penyimpanan dapat dilakukan di dekat tambang, di dekat pelabuhan
dan di tempat pengguna batubara. Untuk proses penyimpanan diharapkan jangka
waktunya tidak terlalu lama, karena akan berakibat pada penurunan kualitas
batubara, proses penurunan kualitas tersebut biasanya lebih dipengarugi oleh
9

oksidasi dan alam. Barikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
management stockpile:
a. Monitoring quantity (inventory) dan movement batu bara di stockpile,
meliputi recording batubara yang masuk (coal in) dan recording batu bara
yang keluar (coal out) di stockpile, termasuk recording batu bara yang
tersisa ( remnant of coal ).
b. Menghindari batubara terlalu lama di stockpile, dapat dilakukan dengan
penerapan aturan FIFO (first in fist out), dimana batu bara yang terdahulu
masuk harus dikeluarkan (loading) terlebih dahulu. Hal ini dengan maksud
mengurangi resiko degradation dan pemanasan batu bara.
c. Mengusahakan pergerakan batu bara sekecil mungkin di stockpile,
termasuk diantaranya mengatur posisi stock dekat dengan reclaime,
monitoring effectivitas dozing di stockpile dengan maksud mengurangi
degradasi batu bara.
d. Monitoring quality batu bara yang masuk dan yang keluar dari stockpile,
termasuk diantara control temperatur untuk mengantisipasi self heating
dan spontaneous combustion.
e. Pengawasan yang ketat terhadap kontaminasi, meliputi :
- Pelaksanaan housekeeping, tidak diperkenankan membuang sampah
sembarangan di area stockpile.
- Inspeksi langsung adanya kotoran yang terdapat di stockpile.
Menentukan sumber kontaminasi dan kemudian melaporkan kepada
pihak yang berkompeten untuk tindakan preventive.
f. Perhatian terhadap faktor lingkungan yang bisa ditimbulkan, dalam ini
mencakup usaha :
- Control dust, penerapan dan pengawasan penggunaan spraying & dust
supressant.
- Adanya tempat penampungan khusus (fine coal trap) untuk buangan /
limbah air dari drainage stockpile.
- Penanganan Waste Coal ( remnant & spillage coal )
10

g. Tidak dianjurkan menggunakan area stockpile untuk parkir dozer, baik


untuk keperluan maintenance dozer atau overshift operator. Kecuali dalam
keadaan emergency dan setelah itu harus diadakan housekeeping secara
teliti.
h. Menanggulangi batubara terbakar distockpile. Dalam hal ini penanganan
yang diajurkan adalah sebagai berikut :
- Melakukan spreading / penyebaran untuk mendinginkan batu bara.
- Bila kondisi cukup parah, maka bagian batu bara yang terbakar dapat
dibuang.
- Memadatkan (kompaksi) batu bara yang mengalami self heating atau
spontaneous combustion.
- Tidak diperbolehkan menggunakan air dalam memadamkan batubara
yang mengalami spontaneous combustion.
- Batu bara yang mengalami spontaneous combustion tidak diperboleh
langsung diangkut ke tongkang sebelum dilakukan pendinginan
terlebih dahulu.
- Untuk penyetokan yang relatif lama bagian atas stockpile harus
dipadatkan (kompaksi), guna mengurai resapan udara dan air ke dalam
stockpile.
i. Sebaiknya tidak membentuk stockpile dengan bagian atas yang cekung,
hal ini untuk menghindari swamp di atas stockpile.
j. Mengusahakan kontur permukaan basement berbetuk cembung atau
minimal datar, hal ini berkaitan dengan kelancaran system drainage.
Manajemen yang efisien dari lapangan penumpukan, (Coal Trans
Internatonal,1995 ) lapangan penumpukan seharusnya:
 Menyediakan akses yang mudah untuk penyimpanan material,
 Memaksimalkan faktor jarak muatan yang efisien.
 Mencapai tumpukan yang diinginkan dengan sedikit pergerakan
penumpukan.
 Kemiringan penumpukan yang dapat dijangkau peralatan.
 Memperoleh keseragaman dan campuran yang diinginkan.
11

 Mengatur keseragaman, integritas dan kualitas batubara yang disimpan.


 Meminimalisasi kebutuhan tenaga manusia.
 Memaksimumkan perlatan dan ketersediaan peralatan.
 Menyediakan sistem yang aman.
 Dapat mengatasi potensi timbulnya api pada batubara.
 Mengurangi biaya penyediaan batubara per-ton nya.
 Mengoptimumkan penggunaan lahan dengan efisiensi perbandingan ton
per hektar yang tinggi dengan penyimpanan dan permintaan lingkungan.

Gambar 2.4 Stockpile ROM

2. Banyaknya jenis product yang akan Dipisahkan di stockpile


a. Banyaknya jumlah product yang akan dipisahkan menentukan luasan
stockpile yang diperlukan.
b. Semakin banyak jumlah product yang dipisahkan semakin besar areal yang
diperlukan.
3. Fasilitas dan sistem penumpukan dan Pemuatan
a. Alat yang digunakan dalam sistem penumpukan dan pemuatan batubara di
stockpile juga mempengaruhi desain atau areal stockpile yang digunakan.
b. Penggunaan stacker-reclaimer dalam sistem penumpukan dan pemuatan,
membuat desain dan sistem penumpukan memanjang.
c. Stacker-reclaimer juga mempermudah dalam pemisahan batubara yang
memiliki kualitas yang berbeda dan sekaligus juga mempermudah dalam
blending batubar-batubara tersebut.
12

Beberapa hal yang penting dalam pembangunan Desain Stockpile


- Di sekeliling stockpile dipasang instalasi spraying.
- Di sekeliling stockpile dibuatkan windshield atau penangkal angin.
- Stockpile dibuat memanjang searah dengan arah angin dominan (Prevailing
Wind).

2.3.1.2 Sistem Penumpukan


Dalam penumpukan Batubara harus memenuhi Syarat sebagai berikut :
a. Sekeliling tumpukan batubara harus dapat diakses oleh unit maintenance
seperti Wheel Loader atau Excavator.
b. Penumpukan harus memanjang searah dengan prevailing wind (arah angin
dominan)
c. Setiap penumpukan harus dipastikan ditrimming agar tidak terdapat puncak-
puncak kecil diatas tumpukan batubara
d. Slope permukaan stockpile yang menghadap ke arah angin harus dilandaikan
sudutnya, bila perlu dipadatkan.

2.3.2 Size Reduction


Tahapan proses pengolahan batubara ini mulai dari batubara dari ROM
(berbentuk tidak beraturan) hingga menjadi batubara yang siap jual (berbentuk
butiran yang seragam) dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Penimbunan batubara dari ROM secara terpisah dan berdasarkan seamnya.
2. Pembentukan ukuran batubara tertentu melalui proses crushing untuk
setiap jenis seam batubara atau penyatuan beberapa seam batubara yang
mempunyai spesifikasi hampir sama.
3. Penimbunan kembali batubara masak hasil proses crushing secara terpisah
dan berdasarkan spesifikasinya.
Stock batubara dari hasil pengolahan berupa beberapa stock penimbunan
batubara yang dibedakan berdasarkan bentuk/ukuran dan spesifikasi kualitasnya.
Sehingga saat ada permintaan pasar terhadap pengiriman batubara dengan
13

kualifikasi tertentu, maka akan dapat dipenuhi dengan melakukan proses


pencampuran (blending) antar beberapa stock batubara yang telah ada.
Proses pencampuran batubara yang akan dikirim ke pasar dilakukan
berdasarkan perbandingan tertentu, yaitu disesuaikan dengan kualifikasi untuk
setiap permintaan yang ada. Sehingga produk akhir berupa stock batubara
berkalori tinggi dengan spesifikasi detail yang berbeda-beda.
Sebagai umpan (feed) awal proses pengolahan adalah batubara dari
tambang atau ROM atau raw coal yang ditumpuk di stockpile di lokasi
pengolahan. Ukuran maksimum umpan awal akan dilakukan pengecilan secara
manual menggunakan hammer breaker. Baik umpan batubara dari tambang
maupun hasil pengecilan ulang semuanya dimasukkan ke hopper menggunakan
wheel loader untuk dilanjutkan ke proses reduksi dan pengayakan sampai
diperoleh produkta akhir yang siap jual.

2.3.3 Classification
Melakukan pemisahan (clasification) melalui pengayakan (screening).
Proses pengayakan adalah salah satu proses yang bertujuan untuk
mengelompokan ukuran fraksi batubara, sehingga disebut juga dengan proses
classification. Alat yang dipakai untuk pengayakan biasanya ayakan getar
(vibrating screen).. Produk dari proses pengayakan harus selalu dijaga konsistensi
laju kapasitasnya untuk itu perlu dilakukan penaksiran dimensi (panjang dan
lebar) dari ayakan (screen) yang harus dipasang.

2.3.4 Blending
Dalam suatu blending management, hal yang paling diutamakan adalah:
a. Pencampuran kualitas sehingga menghasilkan kualitas batubara hasil
campuran sesuai dengan yang ditargetkan.
Sebelum Blending dilakukan, yang perlu diperhatikan adalah target
kualitas yang harus dicapai dari blending tersebut. Hanya satu target
parameter yang dapat dicapai dengan tepat dalam suatu blending.
Parameter lainnya mengikuti sesuai dengan proporsi blendingnya.
Diantara parameter kualitas batubara, ada yang bersifat addictive
14

(dapat dikalkulasi secara kuantitatif pada saat blending). Dan ada pula
paramter yang bersifat tidak addictive atau tidak dapat dihitung secara
kuantitatif berdasarkan proporsi blendingnya.
b. Cara Blending atau pencampuran itu sendiri yang harus baik.
Dalam suatu blending sistem pencampuran atau blending merupakan
yang terpenting. Blending harus dilakukan dengan proporsi unit
pencampuran yang terkecil untuk mendapatkan batubara hasil blending
yang homogen. Berikut ini adalah beberapa sistem pencampuran
dengan tingkat homogenitas yang meningkat. (Semakin homogen)
- Blending Barge By Barge
- Blending DT By DT
- Blending Bucket Loader By Bucket loader
- Blending conveyor.
Hasil suatu blending yang homogen sangat diperlukan terutama bagi
end user. Ketidak homogenan dalam suatu blending akibatnya akan
terasa langsung oleh end user pada saat batubara tersebut digunakan.
Kesempurnaan dari suatu blending adalah ketepatan dalam pencapaian
target kualitas hasil blending dan homogenitas hasil pencampuran.
2.3.5 Stockpile Base On Size
adalah manajemen pengangkutan batubara hasil crushing. Hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah:
a. FIFO (First In First Out) FIFO adalah memprioritaskan mengangkut
batubara hasil crushing yang lebih dulu daripada hasil crushing
setelahnya, dalam hal ini kualitas batubara hasil crushing sama dan
sesuai permintaan atau pesanan pembeli (buyer).Hal ini untuk
menghindari batubara hasil crushing terbakar secara spontan
(spontaneous combustion).
b. Perawatan Basement Dalam kegiatan hauling di stockpile alat muat
tidak boleh menyodok terlalu dalam terhadap basement untuk
menghindari kontaminasi terhadap batubara hasil crushing. Alat muat
di stockpile yaitu excavator, wheel loader.
15

c. Kontaminan Tidak ada material penyebab kontaminasi seperti: logam,


lumpur, batu, sampah, bahan bakar minyak (fuel), oli, kayu, plastik,
sampah, dan lain-lain yang mengganngu proses hauling.Terutama alat
muat dan alat angkut.

2.4 Shipping
Kegiatan pengapalan batubara masak dilakukan dengan menggunakan
system conveyor, yaitu stock batubara masak diambil (sesuai spesifikasi
permintaan pasar) dan diangkut oleh unit dump truck dan didump ke hopper
conveyor, untuk selanjutnya belt conveyor mengangkut batubara hingga ke ujung
jetty dan menuangkan batubara ke tongkang yang telah tersandar secara aman.

Vous aimerez peut-être aussi