Vous êtes sur la page 1sur 20

1.

KONSEP DASAR PENYAKIT


1.1. DEFINISI
HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan retrovirus bersifat
limfotropik khas yang menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh,
menghancurkan atau merusak sel darah putih spesifik yang disebut limfosit
T-helper atau limfosit pembawa faktor T4 (CD4). Virus ini diklasifikasikan
dalam famili Retroviridae, subfamili Lentiviridae, genus Lentivirus. Selama
infeksi berlangsung, sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan orang
menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Tingkat HIV dalam tubuh dan
timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV
telah berkembang menjadi AIDS (Acquired Imunnodeficiency Syndrome).
AIDS merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh
menurunnya kekebalan tubuh akibat virus HIV. Sebagian besar orang yang
terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan, akan menunjukkan tanda-
tanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun. AIDS diidentifikasi berdasarkan
beberapa infeksi tertentu yang dikelompokkan oleh Organisasi Kesehatan
Dunia (World Health Organization) menjadi 4 tahapan stadium klinis,
dimana pada stadium penyakit HIV yang paling terakhir (stadium IV)
digunakan sebagai indikator AIDS. Sebagian besar keadaan ini merupakan
infeksi oportunistik yang apabila diderita oleh orang yang sehat, infeksi
tersebut dapat diobati.
Definisi AIDS menurut CDC ( centers for disease control and
prevention) lebih melihat pada gejala yang ditimbulkan pada tahapan
perubahan penderita HIV/AIDS, yaitu pada orang dewasa atau remaja pada
umur 13 tahun atau lebih dalah terdapatnya satu dari beberapa keadaan yang
menunjukkan imunosupresi berat yang berhubungan dengan infeksi HIV
seperti pneumocystis carnii pneumonia (PCP), suatu infeksi paru yang
sangat jarang terjadi pada penderita yang tidak terinfeksi HIV mencangkup
infeksi oportunistik yang jarang menimbulkan bahaya pada orang yang
sehat. Selain infeksi dan kanker dalam penetapan CDC 1993, jika termasuk
ensefalopati, syndrome kelelahan yang berkaitan dengan AIDS dan hitungan
CD4 <200/ml
Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan retrovirus yang
menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive
T-sel dan makrofag komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan
menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini
mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus,
yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. Sedangkan Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS) menggambarkan berbagai gejala dan
infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi
HIV telah ditetapkan sebagai penyebab AIDS, tingkat HIV dalam tubuh dan
timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV
telah berkembang menjadi AIDS (Hoyle, 2006).

1.2. ETIOLOGI
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut
HIV dari dari kelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut
Lympadenopathy Associated Virus (LAV) atau Human T-cell Leukimia
Virus (retrovirus). Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya (RNA)
menjadi asam deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu.
Human Immunodeficieny Virus (HIV) menyebabkan malfungsi T-cell
yang melindungi tubuh dari penyerbuan jasad renik. Ketika masuk suatu sel,
HIV mereplikasi, menyebabkan sel semakin mereproduksi sel yang lebih
menginfeksi. Itu juga sering menyebabkan kematian sel. Bagian yang paling
sering terinfeksi adalah limfosit CD4, diikuti limfosit B-cell dan makrofag.
Hasilnya adalah imunodefisiens.
Penularan virus melalui:
a. Hubungan seksual(anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa
kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
b. Jarum suntik/tindik/tatto yang tidak steril dan dipakai bergantian.
c. Mendapatkan transfusi darh yang mengandung virus HIV.
d. Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan,
saat melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI).

1.3. MANIFESTASI KLINIS


a. Anoreksia > akibat dari manifestasi GI, penyakit mulut, dan efek
samping medikasi.
b. Kelelahan > sel sekarat pada tingkat abnormal, peluang infeksi karena
sitem kekebalan tidak berfungsi dengan baik.
c. Keringat dingin > sistem imun memicu respons.
d. Demam > mungkin terkait dengan suatu infeksi yang dihubungkan
denagn sel darah putih rendah.
e. Malnutrisi > karena nafsu makan buruk, gizi buruk, mual dan muntah,
dan paling sering karena infeksi sekunder; sintesis protein berkurang.
Berdasarkan gambaran klinik (WHO 2006)
a. Tanpa gejala : fase klinik 1
b. Ringan : fase klinik 2
c. Lanjut : fase klinik 3
d. Parah : fase klinik 4
Fase klinik HIV
a. Fase klinik 1
Tanpa gejala, limfadenopati (gangguan kelenjar/ pembuluh limfe)
menetap dan menyeluruh.
b. Fase klinik 2
Penurunan BB (<10%) tanpa sebab. Karena saluran pernafasan atas
(sinusitis, tonsilitis, otitis media, pharyngitis) berulang. Herpes zoster,
infeksi sudut bibir, ulkus mulut berulang, kopular prutitic eruptions,
seborrhoic dermatitis, infeksi jamur pada kuku.
c. Fase klinik 3
Penurunan BB (>10%) tanpa sebab. Diare kronik tanpa sebab sampai
>1 bulan. Demam menetap (intermiten atau tetap >1 bulan).
Kandidiasis oral menetap. TB pulmonal (baru), plak putih pada mulut,
infeksi bateri berat misalnya: pneumonia, empyema (nanah dirongga
tubuh terutama pleura, abses pada otot skelet, infeksi sendi atau
tulang), meningitis, bakteremia, gangguan inflamasi berat pada pelvik,
acute necrotizing ulcerative stomatitis, gingivitis atau periodontitis
anemia yang penyebabnya tidak diketahui, neutropenia (< 0,5 X 109/l)
dan atau trombositopenia kronik (<50 X 109)/l).
d. Fase klinik 4
Gejala menjadi kurus (HIV wasting syndrome), pneumocystis
pneumonia (pneumonia karena pneumocystis carinii), pneumonia
bakteri berulang, infeksi herpes simplex kronik ( obrolabil, genital
atau anorektal >1 bulan) Oesophageal candidiasis, BC
ekstrapulmonal, Cytomegalovirus, Toksoplasma di SSP, HIV
encephalopaty, meningitis, infektion progresive multivocal, lympoma,
invasive cervial carsioma, leukoencaphalopathy.

1.4. PATOFISIOLOGI

Dasar utama terinfeksinya HIV adalah berkurangnya jenis Limfosit T


helper yang mengandung marker CD4 (Sel T4). Limfosit T4 adalah pusat
dan sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
menginduksi fungsi imunologik. Menurun atau menghilangnya sistem
imunitas seluler, terjadi karena virus HIV menginfeksi sel yang berperan
membentuk antibodi pada sistem kekebalan tersebut, yaitu sel Limfosit T4.
Setelah virus HIV mengikatkan diri pada molekul CD4, virus masuk ke
dalam target dan melepaskan bungkusnya kemudian dengan enzim reverse
transkriptase virus tersebut merubah bentuk RNA (Ribonucleic Acid) agar
dapat bergabung dengan DNA (Deoxyribonucleic Acid) sel target.
Selanjutnya sel yang berkembang biak akan mengandung bahan genetik
virus. Infeksi HIV dengan demikian menjadi irreversibel dan berlangsung
seumur hidup.
Pada awal infeksi, virus HIV tidak segera menyebabkan kematian dari sel
yang diinfeksinya, tetapi terlebih dahulu mengalami replikasi sehingga ada
kesempatan untuk berkembang dalam tubuh penderita tersebut dan lambat
laun akan merusak limfosit T4 sampai pada jumlah tertentu. Masa ini
disebut dengan masa inkubasi. Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan
sejak seseorang terpapar virus HIV sampai menunjukkan gejala AIDS. Pada
masa inkubasi, virus HIV tidak dapat terdeteksi dengan pemeriksaan
laboratorium kurang lebih 3 bulan sejak tertular virus HIV yang dikenal
dengan masa “window period”. Setelah beberapa bulan sampai beberapa
tahun akan terlihat gejala klinis pada penderita sebagai dampak dari infeksi
HIV tersebut.20 Pada sebagian penderita memperlihatkan gejala tidak khas
pada infeksi HIV akut, 3-6 minggu setelah terinfeksi. Gejala yang terjadi
adalah demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam,
diare, atau batuk. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik
(tanpa gejala). Masa tanpa gejala ini umumnya berlangsung selama 8-10
tahun, tetapi ada sekelompok kecil penderita yang memliki perjalanan
penyakit amat cepat hanya sekitar 2 tahun dan ada juga yang sangat lambat
(non-progressor). Secara bertahap sistem kekebalan tubuh yang terinfeksi
oleh virus HIV akan menyebabkan fungsi kekebalan tubuh rusak.
Kekebalan tubuh yang rusak akan mengakibatkan daya tahan tubuh
berkurang bahkan hilang, sehingga penderita akan menampakkan gejala-
gejala akibat infeksi oportunistik.
1.5. PATHWAY’S

HIV
(LAV) CD4 Sel limfosit T4 menurun

AIDS Sistem kekebelan tubuh menurun

ANOREKSIA MALNUTRISI KELELAHAN KERINGAT DINGIN DEMAM

Hipertermi

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

keletihan
1.7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Mendeteksi antigen virus dengan PCR (Polimerase Chain Reaction)


b. Tes ELISA memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi
c. Hasil positif dikonfirmasi dengan pemeriksaan western blot
d. Serologis: skrining HIV dengan ELISA, tes western blot, limfosit T
e. Pemeriksaan darah rutin
f. Pemeriksaan neurologist
g. Tes fungsi paru, broskoscopi

1.8. PENATALAKSANAAN

Prinsip pengobatan
a. Pengobatan suportif
Pengobatan ini bertujuan untuk meningkatkan keadaan umum pasien, dengan cara
pemberian gizi yang sesuai, obat sistemik, vitamin, dukungan psikososial.
b. Kebutuhan gizi pada pasien HIV-AIDS : Energi 45-50 kkal/kg BB
c. Pemberian anti retroviral (ARV) telah menyebabkan kondisi kesehatan para penderita
menjadi jauh lebih baik. Penekanan terhadap replikasi virus menyebabkan penurunan
produksi sitokin dan protein virus yang dapat menstimulasi pertumbuhan.
Obat ARV : beberapa golongan seperti nucleoside reverse transkriptase inhibitor, non
nucleotide reverse transcriptase inhibitor dan inhibitor protease. Obat-obat ini hanya
berperan dalam menghambat replikasi virus tetapi tidak bisa menghilangkan virus
yang telah berkembang.
d. Vaksin terhadap HIV dapat diberikan pada individu yang tidak terinfeksi untuk
mencegah baik infeksi maupun penyakit. Dipertimbangkan pula kemungkinan
pemberian vaksin HIV terapeutik, dimana seseorang yang terinfeksi HIV akan diberi
pengobatan untuk mendorong respon imun anti HIV, menurunkan jumlah sel-sel yang
terinfeksi virus, atau menunda onset AIDS. Namun perkembangan vaksin sulit karena
HIV cepat bermutasi, tidak diekspresi pada semua sel yang terinfeksi dan tidak
tersingkirkan secara sempurna oleh respon imun inang setelah infeksi primer. (Brooks,
2005)
DAFTAR PUSTAKA
DiGiulio, Mery dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta: penerbit ANDI
Mansjoer, Arif . 2001. Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius
Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis Proses
– Proses Penyakit . Jakarta : EGC
2.KONSEP DASAR KEPERAWATAN

TINJAUAN KASUS

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.2 IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. A
Umur : 36 th
Jenis kelamis : laki-laki
Alamat : jl. Mawar no. 4 Denpasar
Pendidikan : SMA
Agama : Hindu
Pekerjaan : wiraswasta

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Ny. K
Umur : 34 th
Jenis kelamin : perempuan
Pekerjaan : wiraswasta dan ibu rumah tangga
Hub. Dg klien : istri klien

1.3 KELUHAN UTAMA


Klien datang dengan keluhan badan lemas

1.4 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Klien datang ke IGD RS W. pada tanggal 5 September 2017 dan masuk
ke ruang B. pada tangga 6 September pukul 7.46 WITA dengan keluhan
diare, mual muntah, demam dan badan lemas kurang lebih 1 bulan.
Memburuk selama 5 hari terakhir, klien merasa pusing, nyeri telan,
sariawan, nafsu makan menurun, sesak, berjalan seperti orang mabuk.

1.5 RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


Klien MRS pertama kali, sebelumnya klien tidak pernah menderita
hipertensi, TBC, DM, atau penyakit yang mengharuskan dirawat di RS,
penyakit yang pernah diderita pasien hanya demam dan batuk, selain itu
pasien tidak memiliki riwayat alergi baik dengan obat maupun lainnya.
1.6 RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit seperti klien dan tidak
ada keluarga yang menderita penyakit menular.

1.7 KEBUTUHAN MANUSIA MENURUT VIRGINIA HENDERSON


a. Pola bernafas
Sebelum sakit : pasien bernafas 20x/menit dengan irama teratur tidak
ada tekanan pada saluran pernafasan dan tidak menggunakan alat
bantu pernafasan.
Selama sakit : pasien bernafas 24x/menit dan tidak teratur
b. Kebutuhan makan dan minum
Sebelum sakit : pasien makan 3x/hari dengan komposisi nasi, lauk,
sayur. Dan pasien minum 7-8 gelas/hari kurang lebih 2000 cc/hari.
Selama sakit : pasien makan 2x/hari dengan komposisi diet rumah
sakit dan habis ¼ porsi karena pasien mengalami penurunan nafsu
makan, nyeri telan dan sariawan, pasien minum 6 gelas/hari kurang
lebih 1500 cc/hari.
c. Kebutuhan eliminasi
Sebelum sakit : pasien BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek bau
khas dan pasien BAK 4x/hari dengan konsistensi jernih.
Selama sakit : pasien BAB 4x/ hari terkadang lebih dengan
konsistensi cair, dan pasien BAK 5x/hari dengan konsistensi
kekuningan.
d. Mobilisasi
Sebelum sakit : pasien mampu melakukan aktivitas tanpa keluhan dan
dilakukan secara mandiri.
Selama sakit : pasien tidak mampu melakukan aktivitas secara
mandiri karena kondisi pasien yang lemah dan aktivitas pasien
dibantu oleh keluarga dan perawat.
e. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : pasien tidur kurang lebih 8 jam per hari dari jam
20.00-05.00 dan ditambah 1 jam tidur siang, tidak ada keluhan selama
tidur.
Selama sakit : pasien tidur kurang lebih 8 jam tetapi sering terbangun
karena lingkungan yang ramai
f. Suhu tubuh
Sebelum sakit : suhu tubuh pasien normal dan apabila merasa panas
pasien menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat.
Selama sakit : suhu tubuh pasien 38OC dan pasien menurunkan panas
dengan kompres.
g. Pola personal hygiene
Sebelum sakit : pasien mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas
2x/minggu, tanpa bantuan dan dilakukan sendiri.
Selama sakit
Selama sakit : pasien hanya dilap 2x/hari, gosok gigi 2x/hari dan
selama di rumah sakit belum keramas dan dibantu oleh keluarga dan
perawat.
h. Kebutuhan berpakaian
Pasien selalu berpenampilan rapi baik sebelum maupun selama sakit,
biasa berganti pakaian 1x sehari dan dibantu oleh keluarga atau
perawat.
i. Rasa aman dan nyaman
Pasien merasa aman dan nyaman saat berada disisi keluarga terutama
istri dan anak-anaknya.
j. Pola komunikasi
Komunikasi pasien dengan keluarga, tetangga, saudara, dokter dan
tenaga medis lainnya sangat baik menggunakan komunikasi verbal
terbukti pasien sangat kooperatif, ada keluarga yang menunggui dan
saudara yang menjenguk.
k. Kebutuhan belajar
Pasien menyatakan kesehatan merupakan hal yang sangat penting.
Pasien lulusan SLTA.
l. Kebutuhan spiritual
Pasien beragama Hindu, sebelum sakit pasien rajin sembahyang
namun selama sakit pasien tidak bias melakukan persembahyangan.
m. Kebutuhan bekerja
Klien merupakan seorang wiraswasta dan selama sakit pasien tidak
bisa melakukan pekerjaannya
n. Kebutuhan rekreasi
Biasanya untuk mengatasi kejenuhan pasien menonton tv atau
membaca Koran.
1.8 PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : lemah, komposmetis
b. Tanda-tanda vital
Suhu Badan : 38°C
Nadi : 100x/ menit
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Respirasi : 24x/ menit
Tinggi Badan : 167cm
Berat Badan : 54 kg
c. Pemeriksaan kepala dan leher
- Kepala danrambut
a. Bentuk kepala : Simetris
Ubun-ubun : Normal, tidak ada benjolan ataupun lesi
Kulit kepala : Bersih
b. Rambut : Bersih
Penyebaran dan keadaan rambut : Penyebaran merata
Bau : Tidak berbau
Warna : Hitam
c. Wajah : simetris
Warna kulit : sawo matang
Struktur Wajah : normal
d. Mata
Kelengksapan dan kesimetrisan: gerakan mata simetris
Kelopak mata (palpebra) : normal, tidak ada benjolan
Konjungtiva dan sclera : konjunctiva anemis, sclera tidak icterus
Pupi : Isokor
Kornea dan iris : RCL/RCTL + (miosis)
Ketajaman penglihatan/Visus : tidak dikaji
Tekanan bola mata : tidak dikaji
e. Hidung
Tulang hidung dan posisi septum nasi: septum tepat di tengah
Lubang hidung : simetris, tidak ada ciaran atau serumen yang keluar
Cuping hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung
f. Telinga
Bentuk Telinga : normal
Ukuran Telinga : normal
Ketegangan telinga : normal
LubangTelinga : tidak ada serumen -/-, tidak ada cairan yang keluar
dari lubang telinga
Ketajaman pendengaran : menurun
g. Mulut dan Faring
Keadaan Bibir : bibir pecah-pecah
Keadaan Gusi dan Gigi : gusi dan gigi kotor berwarna kuning
Keadaan Lidah : terdapat candidiasi
h. Leher
Posisi Trakhea : normal
Tiroid : dalam batas normal
Suara : jelas namun lirih
Kelenjar Lymphe : terdapat limfedenopati
Vena Jugularis : tidak terdapat pembesaran vena jugularis
Denyut Nadi Carotis : normal, teraba
i. Pemeriksaan Integumen( Kulit)
Kebersihan : bersih
Kehangatan : teraba dingin
Warna : sawo matang
Turgor : baik
Tekstur : lentur, kenyal, padat
Kelembapan : normal
Kelainan pada kulit : tidak ada
j. Pemeriksaan Thorax/Dada
Bentuk Thorak : simetris
Frekuensi : 24×/menit
Irama : reguler
k. Pemeriksaan Paru
Perkusi : sonor
Auskultasi
-Suara nafas : bronchial
-Suara ucapan : normal, jelas
-Suara tambahan : ronchi (+)
l. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
- Bentuk Abdomen : normal, datar
- Benjolan/massa : tidak ada
Auskultasi
- Peristaltik Usus : 8×/menit
Palpasi
- Tanda nyeri tekan : tidak ada
- Benjolan/massa : tidak ada
- Tanda-tanda Ascites : tidak ada
Perkusi
- Suara Abdomen : dullnes
m. Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya
Genetalia
-Rambut pubis : bersih
-Meatus Urethra : terpasang kateter
-Kelainan-kelainan pada Genetalia Eksterna dan Daerah Inguinal: tidak ada
n. Anus dan Perineum
Lubang Anus : normal, tidak ada hemoroid
Kelainan-kelainanpada anus : tidak ada
o. Pemeriksaan Muskuloskeletal (Ekstremitas)
Kesimetrisan otot : simetris
Pemeriksaan Oedema : tidak ada
Kekuatan otot : 4 pada seluruh ekstremitas
Kelainan-kelainan pada ekstremitas dan kaku : tidak ada

1.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Diagnosa Medis : HIV/AIDS stadium 4
Pemeriksaan Diagnostik/ PenunjangMedis:
1. Laboratorium :
Jenis pemeriksaan Hasil Jenis pemeriksaan Hasil
Darah Urin Jernih
Hemoglobin 8,30 g/dl Warna Kuning
Eritrosit (RBC) 3,34 106/ μL pH 5,5
Leukosit (WBC) 6,53 10 / μL
3
Berat jenis 1,020
Hematokrit (Ht) 25% Glukosa -
Trombosit (PLT) 229 10 / μL
3
Protein 2+
MCV 74,90 Fl Keton -
MCH 24,90 pg Bilirubin -
MCHC 33,20 g/dL Nitrit -
SGOT 117/ μL Urobilin -
SGPT 51/ μL Lekosis -
Analisa gas darah Ureum 91,60 mg/dl
pH 7,30 Kreatinin 3,76 mg/dl
PCO2 24,0 mmHg Darah 2+
PO2 46,1 Albumin 2,42 g/dl
HCO3 11,8 mmol/L Tinja
Saturasi O2 77,1% Warna Coklat
Suhu 37 Bentuk Cair
Imunoserologi Epitel +
Determine HIV Reaktif Lekosit +
Bioline HIV Reaktif Parasit -
Oncoprobe HIV Reaktif Telur cacing -
CD 4 5 mm3 darah Larva -
Trophozoit -
Kiste -
Serat otot -
Serat makanan -

2. Rontgen :-
3. ECG :-
4. USG :-
5. Lain-lain :-

ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn. A
Umur : 36 TH
DATA PENUNJANG MASALAH ETIOLOGI
DS: Ketidakefektifan Virus HIV
§ Klien mengeluh sesak nafas bersan jalan napas
DO: Menyerang limfosit
TTV:
§ RR: 24×/menit Immunocompromise
§ TD: 110/70mmHg
§ N: 100×/menit
§ Suhu: 38°C Invasi kuman pathogen
§ Terdapat suara napas
tambahan : ronchi(+), batuk (-
) Organ target (respiratori)
§ Hasil pemeriksaan lab:
Analisa gas darah: Infeksi
pH: 7,30; Po2: 46,1;
HCO3: 11,8 mmol/l
Saaturasi O2: 77,1% Mucus berlebih
KU: lemah

Ketidakefektifan bersihan
jalan napas

DS: Ketidakseimbangan Virus HIV


§ Kakak klien mengatakan nutrisi kurang dari
bahwa klien tidak mau kebutuhan
makankarena mulutnya sakit, Menyerang limfosit
ada sariawan , sakit jika
menelan, BB turun ± 20 kg Immunocompromise
DO:
§ Klien tidak mau makan
§ Klien memuntahkan makanan Invasi kuman pathogen
yang diberikan
§ Di lidah klien terdapat
kandidiasis Organ target
§ Terdapat limfadenopati (gastrointestinal/oral)
§ Klien diare, tinja cair

Diare/lesi mulut

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh

DS: hipertermia Peningkatan metabolisma


§ Kakak klien mengatakan penyakit
bahwa badan adiknya teraba
panas
DO:
§ Suhu: 38,5°C
§ Taikardia
§ Takipnea
§ RR meningkat 30×/menit
§ Klien berkeringat banyak
DS: - Deficit perawatan diri kelemahan
DO:
§ KU: lemah
§ Klien tidak mampu mengakses
kamar mandi
§ Ketidakmampuan
membersihkan tubuh
§ Ketidakmampuan menyuap
makanan dari piring ke mulut
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. A
Umur : 36 th
No TGL DAFTAR MASALAH TERATASI TT
TGL
1 06-09-2017 Ketidakefektifan bersihan jalan napas 08-09-2017
Berhubungan dengan produksi mukus
berlebih
2 06-09-2017 Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan 08-09-2017
dengan diare dan lesi mulut
3 06-09-2017 Hipertermia berhubungan peningkatan 08-09-2017
metabolisme penyakit
4 06-09-2017 Defisit perawatan diri berhubungan 08-09-2017
dengan kelemahan

INTERVENSI
Nama Pasien : Tn. A
Umur : 36 th
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TT
KEP.
1 Ketidakefektifan Setelah 1. Monitor tanda- 1.1.Mengetahui jika
bersan jalan napas dilakukan tanda vital ada perburukan
berhubungan dengan tindakan
produksi mukus keperawatan 2. Atur posisi klien1.2.Untuk
berlebih selama 1×24 jam semi fawler pengembangan
diharapkan maksimal
status 3. Berikan rongga dada
pernapasan: O2 sesuai order
kepatenan jalan 1.3.Membantu
napas dengan 4. Berikan memenuhi
kriteria hasil: informasi pada suplai O2
1. Frekuensi klien dan
napas dalam keluarga tentang1.4.Agar tidak
batas normal larangan memperburuk
2. Mempunyai merokok di pernapasan
suara napas ruang perawatan klien
yang jernih
3. Kemudahan
dalam
bernapas
2. Ketidakseimbangan Setelah 1. Monitor 1. 1. Intake
nutrisi kurang dari dilakukan kemampuan menurun
kebutuhan tubuh tindakan mengunyah 2. dihubungkan
berhubungan dengan keperawatan dan menelan dengan nyeri
diare dan lesi mulut selama 1×24 jam tenggorokan dan
diharapkan status 2. Berikan mulut
gizi: asupan antiemetic 3. Meningkatkan
makanan adekuat sesuai terapi intake makanan
dengan criteria 4.
hasil: 3. Kolaborasi 5. 2. Mengurangi
1.1.Tidak terjadi dengan ahli muntah
mual muntah gizi untuk 6.
dan diare menentukan 7. 3. Memastikan
1.2.Nafsu makan jumlah kalori kebutuhan
meningkat dan nutrisi nutrisi harian
1.3.BB dalam batas harian klien klien
normal

3. Hipotermia Setelah 1. Monitor TTV 1. Mengetahui


berhubungan dengan dilakukan adanya
peningkatan tindakan 2. Kenakan perburukan
metabolisme dan keperawatan pakaian yang
penyakit selama 1×24 jam tipis pada klien 2. Kehilangan
diharapkan suhu panas tubuh
tubuh dapat 3. Berikan cairan lewat
diperthankan IV sesuai order konveksi dan
dalam batas evaporasi
normal dengan 4. Berikan
criteria hasil: antipiretik 3. Menggantikan
1. Suhu tubuh sesuai order cairan yang
antara 36- hilang lewat
37°C keringat
2. RR dan nadi
dalam batas 4. Menurunkan
normal suhu tubuh
3. Bebas dari
keringat
berlebih
4. Defisit perawatan Setelah 1. Bantu klien 1. Membantu
diri berhubungan dilakukan untuk makan klien
dengan kelemahan tindakan dengan memenuhi
keperawatan menyuapinya nutrisinya
selama 1×24 jam
diharapkan klien 2. Ganti pakaian 2. Menghindark
dan keluarga dan pampers 3. an klien dari
mampu merawat klien yang sudah kontaminasi
diri dengan kotor kuman
criteria hasil:
1. Klien nampak 3. Melibatkan 4. Keluarga
bersih dan keluarga dalam mampu
segar pemberian merawat klien
2. Klien mampu asuhan secara
melakukan keperawatan mandiri
perawatan diri
sendiri atau
dengan
bantuan
3. Menerima
bantuan atau
perawatan
dari pemberi
asuhan

IMPLEMENTASI
Nama Pasien : Tn. A
Umur : 36 th
No. TANGGAL/JAM TINDAKAN EVALUASI
Dx KEPERAWATAN TINDAKAN
1. 07-09-2017 Memonitor tanda-tanda vital DO: pasien
11.00 mengatakan bahwa
Mengatur posisi klien semi dirinya agak susah.
fawler
08.00 DS: pasien tampak
Memberikan oksigen sesuai pucat
08.15 terapi menggunakan simple TD:120/70 mmHg
masker RR: 24×/menit
12.00 N:100×/menit
Memberi informasi pada klien S: 38°C
dan keluarga tentang larangan
merokok di ruang perawatan
2. 07-09-2017 Memonitor kemampuan DO: pasien
08.00 mengunyah dan menelan klien mengatakan bahwa
nafsu makan
08.45 Memberikan injeksi obat sesuai berkurang dan dirinya
terapi: metoclopramid 10 mg, mengalami mual
omeprazzole 40 mg, tetapi untuk muntah
memberikan cotrimoxazole hanya terkadang.
960 mg lewat oral
10.00 DS: makanan pasien
Berkolaborasi dengan ahli gizi tampak habis ¼ porsi.
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan klien: Memberikan
klien diit cair
3. 07-09-2017 Memonitor TTV DO: pasien
11.00 mengatakan bahwa
Memberikan klien pakaian dirinya merasa
yang tipis kedinginan

Memberikan paracetamol 500 DS: pasien tampak


mg sesuai terapi menggigil dan pucat
TD:120/70 mmHg
RR: 26×/menit
N:100×/menit
S: 39,7°C

4. 07-09-2017/07.00 Membantu memberi makan DO:


08.00 klien DS: tampak makanan
pasien habis ½ pors,
Mengganti pakaian dan pasien tampak lebih
pampers klien yang sudah nyaman, dan keluarga
kotor tampak mulai mampu
membantu pasien
Melibatkan keluarga dalam dalam beraktivitas.
pemberian asuhan keperawatan
EVALUASI
Nama Pasien : Tn. A
Umur : 36 th
No TANGGAL EVALUASI TT
dx
1 08-09-2017 S : pasien mengatakan sesaknya sudah
sedikit berkurang
O : respirasi pasien 21x/menit
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
2 08-09-2017 S : pasien mengatakan tidak mual lagi
O : makanan pasien habis 1 porsi
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
3 08-09-2017 S : pasien mengatakan panas badannya
sudah menurun
O : suhu pasien 37,2◦C
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
4 08-09-2017 S : pasien mengatakan badannya sudah
lebih kuat
O : pasien mampu melakukan perawatan
diri sendiri meskipun masih sedikit dibantu
oleh keluarga
A : masalah Teratasi
P : lanjutkan intervensi

Vous aimerez peut-être aussi