Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
B. Etiologi
1. Infeksi bisa menyebabkan polineuropati, kadang karena racun yang
dihasilkan oleh beberapa bakteri (misalnya pada difteri) atau karena reaksi
autoimun (pada sindroma Guillain-Barr).
2. Bahan racun bisa melukai saraf perifer dan menyebabkan polineuropati
atau mononeuropati (lebih jarang).
3. Kanker bisa menyebabkan polineuropati dengan menyusup langsung ke
dalam saraf atau menekan saraf atau melepaskan bahan racun
4. Kekurangan gizi dan kelainan metabolikjuga bisa menyebabkan
polineuropati. Kekurangan vitamin B bisa mengenai saraaf perifer
diseluruh tubuh.
5. Penyakit yang bisa menyebabkan polineuropati kronik (menahun) adalah
diabetes, gagal ginjal dan kekurangan gizi (malnutrisi) yang berat.
Polineuropati kronik cenderung berkembang secara lambat (sampai
beberapa bulan atau tahun) dan biasanya dimulai di kaki (kadang di
tangan).
C. Patofisiologi
Berbagai macam pencetus dan kondisi dapat mengakibatkan
polineuropati dengan caranya masing-masing. Kerusakan pada neuronal
nuclei seperti pada diabetes melitus, mengakibatkan kedegenerasi tipe axonal
retrogade sekunder distal. Di lain pihak kerusakan langsung pada
segmenaxon mengakibatkan degenerasi tipe Wallerian pada segmen axon
bagian distal. Berbeda pula padapolineuropati karena zat toksik, sel schwann
menjadi target serangan, sehingga menyebabkan demyelinisasi
D. Manifestasi Klinis
1. Kesemutan, mati rasa, nyeri terbakar dan ketidakmampuan untuk
merasakan getaran atau posisi lengan, tungkai dan sendi merupakan gejala
utama dari polineuropati kronik.
2. Nyeri seringkali bertambah buruk di malam hari dan bisa timbul jika
menyentuh daerah yang peka atau karena perubahan suhu.
3. Penderita tidak bisa merasakan suhu dan nyeri, sehingga mereka sering
melukai dirinya sendiridan terjadilah luka terbuka (ulkus di kulit) akibat
penekanan terus menerus atau cedera lainnya.
4. Karena tidak dapat merasakan nyeri, maka sendi sering mengalami cedera
(persendian Charcot ).
5. Ketidakmampuan untuk merasakan posisi sendi menyebabkan
ketidakstabilan ketika berdiri dan berjalan.
6. Pada akhirnya akan terjadi kelemahan otot dan atrofi (penyusutan otot).
Banyak penderita yang juga memiliki kelainan pada sistem saraf
otonom yang mengendalikanfungsi otomatis di dalam tubuh, seperti denyut
jantung, fungsi pencernaan, kandung kemih dan tekanan darah.
Jika neuropati perifer mengenai saraf otonom, maka bisa terjadi :
1. Diare atau sembelit
2. Ketidakmampuan untuk mengendalikan saluran pencernaan atau kandung
kemih
3. Impotensi
4. Tekanan darah tinggi atau rendah
5. Tekanan darah rendah ketika dalam posisi berdiri
6. Kulit tampak lebih pucat dan lebih kering- keringat berlebihan
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Darah lengkap, elektrolit, gula darah, elektroforesis, tes toleransi gula,
HBA 1c, faal ginjal dan hepar, serum vitamin B12 dan asam folat,
parameter vaskulitis, TSH, dan mungkin pula dilakukan tes endokrin lebih
jauh dan marker tumor
2. Elektroneurografi dapat menunjukan tingkat gangguan dari konduksi
impuls, bergantung dari etiologi penyebabnya.
3. Elektromyografi (EMG) memiliki cara kerja dengan menggunakan jarum
ditusukkan kepada otottertentu dan aktifitas dari otot tersebut ditampilkan
pada oscilloscope . EMG biasanya digunakan untuk mengevaluasi
penyakit otot tapi secara tidak langsung juga bisa digunakan untuk
mengetahui prosesneuropatik
4. Biopsi saraf sangat berguna pada mononeuropathy multiplexatau
kecurigaan neuropati vaskulitis.
5. Biopsi kulit mengalami peningkatan untuk penggunaannya
untukmengevaluasi pasien dengan polineuropati
F. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi spesifik dilakukan bergantung kepada etiologi penyebab dari pasien
tersebut, terapi simptomatis, dan meningkatkan kemampuan pasien self-
care.
2. Terapi simptomatis dari polineuropati terdiri dari mengurangi atau
menghilangkan dari nyeri yang diderita dan fisioterapi.
3. Intubasi trakhea dan suport pernafasan mungkin dibutuhkan untuk pasien
SGB.
4. Proteksi kornea diberikan apabila terdapat kelemahan untuk menutup
mata.
5. Kasur tidur tempat pasien selalu dibersihkan dan penutupnya dibuat halus
untukmencegah cedera kulit pada kasus anesthetic skin.
6. Fisioterapi termasuk pijat untuk otot yang lemahdan melakukan
pergerakan pasif terhadap semua sendi.
G. Pengkajian
1. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Adanya kelemahan dan paralisis secara simetris yang biasanya
dimulai dari ekstremitas bagian bawah dan selanjutnya
berkembang dengan cepat kearah atas.
Tanda : - Kelemahan otot, paralisis flaksaid (simetris)
- Cara berjalan tidak mantap
2. Sirkulasi
Tanda : - Perubahan tekanan darah (hipertensi atau hipotensi)
- Disritmia, takikardia/ bradikardia
- Wajah kemerahan, diaforesis
3. Integritas Ego
Gejala : Perasaan cemas dan terlalu berkonsentrasi pada masalah yang
dihadapi.
Tanda : Tampak takut dan bingung
4. Eliminasi
Gejala : Adanya perubahan pola eliminasi
Tanda : - Kelemahan pada otot-otot abdomen
- Hilangnya sensasi anal (anus) atau berkemih dan refleks sfingter
5. Makanan/ Cairan
Gejala : Kesulitan dalam mengunyah dan menelan
Tanda : Gangguan pada refleks menelan atau refleks gag
6. Neurosensori
Gejala : - Kebas, kesemutan yang dimulai dari kaki atau jari-jari kaki dan
selanjutnya terus naik (distribusi stoking atau sarung tangan)
- Perubahan rasa terhadap posisi tubuh, vibrasi, sensasi nyeri,
sensasi suhu
- Perubahan dalam ketajaman penglihatan
Tanda : - Hilangnya/ menurunya refleks tendon dalam
- Hilangnya tonus otot, adanya masalah dengan keseimbangan
- Adanya kelemahan pada otot-otot wajah, terjadi ptosis kelopak
mata (keterlibatan saraf kranial)
- Kehilangan kemampuan untuk bicara
7. Nyeri/ Kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan otot; seperti terbakar, mengganggu, sakit, nyeri
(terutama pada bahu, pelvis, pinggang, punggung, dan bokong).
Hipersensitif terhadap sentuhan.
8. Pernapasan
Gejala : Kesulitan dalam bernapas, napas pendek.
Tanda : - Pernapasan perut, menggunakan otot bantu napas, apnea.
- Penurunan/ hilangnya bunyi napas
- Menurunnya kapasitas vital paru
- Pucat/ sianosis
- Gangguan refleks gag/ menelan/ batuk
9. Keamanan
Gejala : - Infeksi virus nonspesifik (seperti, infeksi saluran pernapasan
atas) kira-kira 2 minggu sebelum munculnya tanda serangan.
- Adanya riwayat terkena herpes zoster, sitomegalovirus
Tanda : - Suhu tubuh yang berfluktuasi (sangat tergantung pada suhu
lingkungan
- Penurunan kekuatan/ tonus otot, paralisis atau parestesia
10. Inteaksi Sosial
Tanda : Kehilangan kemampuan untuk berbicara/ berkomunikasi
11. Penyuluhan/ Pembelajaran
Gejala : Penyakit sebelumnya (infeksi saluran napas atas,
gastroenteritis); vaksinasi (campak, influensa, polio);
keadaan kronis (lupus eritematosus, penyakit
Hodgkin/ proses keganasan): pembedahan/ anestesia
umum, trauma.
Pertimbangan : DRG menunjukan rerata lama perawatan: 6 hari
Rencana Pemulangan : Mungkin pasien memerlukan bantuan mengenai
transfortasi, penyiapan makanan, perawatan diri,
dan kewajiban pekerjaan rumah. Mungkin perlu
perubahan pada tata ruang.
H. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d kelemahan/ paralisis otot pernafasan.
2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler (parestesia,
disestesia).
3. Perubahan persepsi sensori b.d ketidakmampuan berkomunikasi, bicara
atau berespon.
4. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b.d disfungsi sistem saraf
autonomik
5. Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler
6. Konstipasi b.d imobilitas, perubahan pada masukan diet/ cairan
I. Rencana Asuhan Keperawatan
4. Pola napas tidak efektif b.d kelemahan/ paralisis otot pernafasan.
Tujuan : Pola napas kembali efektif
Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan ventilasi adekuat dengan tidak ada tanda distres
pernapasan, bunyi napas bersih , dan GDA dalam batas normal.
Intervensi :
g. Pantau frekuensi, kedalaman dan kesimetrisan pernafasan.
h. Kaji adanya perubahan sensasi terutama adanya penurunan respons
pada T8 atau daerah lengan atas/ bahu.
i. Catat adanya kelelahan pernafasan selama berbicara (kalau pasien
masih dapat berbicara)
j. Auskultasi bunyi nafas, catat tidak adnya bunyi atau suara napas
tambahan seperti ronki, mengi.
k. Tinggikan kepala tempat tidur atau letakkan pasien pada posisi duduk
bersandar.
l. Kolaborasi: Berikan terapi suplementasi oksigen (yang telah
dilembabkan sesuai indikasi), dengan menggunakan cara pemberian
yang sesuai, seperti kanula, masker oksigen, atau ventilator mekanik.
Rasional
f. Peningkatan distres pernafasan menandakan adanya kelelahan pada otot
pernapasan dan/atau paralisis yang mungkin memerlukan sokongan dari
ventilasi mekanik.
g. Penurunan sensasi seringkali mengarah pada kelemahan motorik.
h. Merupakan indikator yang baik terhadap gangguan fungsi pernafasan/
menurunya kapasitas vital paru
i. Peningkatan resistensi jalan napas dan/ atau akumulasi sekret akan
menganngu proses difusi gas dan akan mengarah pada komplikasi
pernafasan (seperti pneumonia)
j. Meningkatkan ekspansi paru dan usaha batuk, menurunkan kerja
pernafasan dan membatasi terjadinya risiko aspirasi sekret.
5. Nyeri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler (parestesia,
disestesia).
Tujuan : Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol
Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi sesuai indikasi
untuk situasi individu, melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
Intervensi :
a. Evaluasi derajat nyeri/rasa tidak nyaman dengan menggunakan skala 0-
10. Observasi adanya tanda-tanda nonverbal dari nyeri tersebut.
b. Berikan kompres hangat atau dingin, mandi dengan air hangat, berikan
massase atau sentuhan sesuai toleransi pasien secara individual.
c. Berikan latihan rentang gerak secara pasif
d. Instruksikan /anjurkan untuk menggunakan teknik relaksasi, seperti
visualisasi, bimbingan imajinasi.
e. Kolaborasi penggunaan obat analgetik sesuai kebutuhan.
Rasional
a. Menganjurkan pasien untuk “melokalisasi/ mengetahui kuantitas” nyeri
yang menunjukan adanya perubahan, perbaikan.
b. Membantu pasien mendapatkan kontrol perasaan tidak nyaman secara
konstan yang disebabkan oleh parestesia dan menurunkan kekakuan/
nyeri pada otot.
c. Menurunkan kekakuan pada sendi
d. Memfokuskan kembali secara langsung dari perhatian/ persepsi dan
meningkatkan koping yang dapat membantu menghilangkn rasa nyeri.
e. Berguna untuk menghilangkan rasa nyeri ketika metode lain yang telah
dicoba tidak memberikan hasil yang memuaskan.
DISUSUN OLEH: