Vous êtes sur la page 1sur 4

TUGAS HUKUM KONTRAK

Analisa Putusan tentang Franchise (Waralaba)

Putusan Nomor 685K/Pdt.Sus/2008

Anggota Kelompok :

Rendy Bambang Dwi P (031211132100)


Bella Oktaviani (031211133078)
Ajeng Kartika Anjani (031311133045)
Lintang Yudhantaka (031311133091)
Ronaldo Kumarurung (031311133123)
Nike Destia Nuralim (031311133139)
Iqbal Ahmad Dhuha (031311133141)
Miya Faizah Yekti Mochtari (031311133225)
Dika Federica Shodikin (031311133245)
Yogi Hidayat (031311133247)
Daniel Atmario Butarbutar (031311133253)

Kelas A1

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA


SURABAYA

2015
KASUS POSISI

Putusan No. 685K/Pdt.Sus/2008

 Catatan:

 Penggugat I : PT. ACCOR

 Penggugat II : AAPC LIMITED

 Tergugat I : PT. TRIA SUMATERA CORPORATION

 Tergugat II : PT. NOVOTEL SOECHI INDONESIA

Penggugat I adalah pemakai dan pendaftar pertama atas merek “NOVOTEL”. Merek
tersebut telah didaftarkan oleh Penggugat I kepada Direktorat Merek, Direktorat Jenderal
HKI, dan Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia. Pada tanggal 23 Agustus 1993
Penggugat I membuat Master Franchise Agreement dengan Penggugat II yang isinya
memberikan izin kepada Penggugat II untuk menggunakan sendiri dan/atau memberikan izin
kepada pihak lain untuk menggunakan merek “NOVOTEL” dan/atau “NOVOTEL+Logo”.
Tergugat I berkeinginan untuk menggunakan salah satu nama hotel yang dimiliki oleh
Penggugat I dan Penggugat II yakni “NOVOTEL” yang berkaitan dengan usaha perhotelan.
Sehubungan dengan keinginan tersebut dibuatlah nota kesepakatan (MOU) antara Penggugat
II dengan Tergugat I yang isinya menyatakan bahwa Penggugat II memberikan bantuan
teknik dan jasa atas managemen hotel (Perjanjian Pemberian Bantuan Teknis), seperti
perekrutan personil managemen hotel dan memberikan izin kepada Tergugat I untuk
menggunakan salah satu nama hotel terkenal milik Penggugat II yakni “NOVOTEL”
(Perjanjian Lisensi), dan Perjanjian Jasa Managemen. Perlu diketahui bahwa dalam
Perjanjian Pemberian Bantuan Teknis, pada Pasal 14 dinyatakan “Setiap kemelut yang timbul
dalam hubungannya dengan perjanjian ini yang tidak dapat diselesaikan dalam tempo 30 hari
akan diserahkan kepada seorang arbitrator tunggal yang ditunjuk oleh Kepala Kamar Dagang
Sydney, Australia”.

Setelah penandatanganan MOU tersebut, Penggugat II dengan itikad baik


mengirimkan General Manager untuk membantu pengoperasian hotel Tergugat. Seiring
berjalannya waktu, Penggugat II dan Tergugat I telah berusaha untuk membuat ketentuan-
ketentuan dan syarat-syarat terkait dengan pembentukan Management Services Agreement
(Perjanjian Jasa Managemen), Licensing Agreement (Perjanjian Lisensi), dan Technical
Assistance Agreement (Perjanjian Bantuan Teknikal), akan tetapi hingga saat ini Penggugat II
dan Tergugat I tidak pernah mencapai kata sepakat untuk membuat dan menandatangani
perjanjian-perjanjian tersebut atas merek “NOVOTEL” sebagaimana diatur dalam nota
kesepakatan yang telah disepakati oleh Penggugat II dan Tergugat I sebelumnya. Tapi
ternyata dalam prakteknya Tergugat I masih tetap menggunakan dan memanfaatkan merek
“NOVOTEL” dan/atau “NOVOTEL+Logo” sebagai nama hotel Tergugat I. Hal ini
mengakibatkan para Penggugat mengambil keputusan untuk menarik kembali General
Managernya pada bulan Juli 2002. Akan tetapi menurut versi Tergugat, General Manager
tersebut bukan ditarik oleh Penggugat lantaran tidak dipenuhinya kesepakatan dalam
pembuatan perjanjian, melainkan karena General Manager tersebut kerap bersikap arogan
dan tidak profesional dalam menjalankan tugasnya sehingga General Manager tersebut
dikembalikan kepada pihak Penggugat. Dan dari pihak Tergugat meminta adanya
penggantian General Manager yang baru, namun tidak diindahkan oleh pihak Penggugat.

Pada tanggal 11 September 2002 para Penggugat mengeluarkan surat yang


menyatakan keberatan dan tidak mengizinkan kepada Tergugat I untuk menggunakan merek
dan nama dagang “NOVOTEL” dan/atau “NOVOTEL+Logo”. Namun walaupun tanpa
adanya izin dan/atau pemberian lisensi dari para Penggugat, para Tergugat tetap
menggunakan nama “NOVOTEL” dan/atau “NOVOTEL+Logo”. Setelah beberapa waktu
kemudian, nama hotel Tergugat I berubah menjadi “Soechi International+Logo” dan
ditambahkan dengan kata-kata “Managed by Novotel Soechi Indonesia”. Para Penggugat
merasa keberatan dengan hal tersebut karena dapat mengecoh konsumen, sehingga mereka
beranggapan bahwa seolah-olah hotel Tergugat I ada di bawah kepemimpinannya. Dan logo
hotel Tergugat menyerupai merek “NOVOTEL+Logo” milik Penggugat I. Selain itu para
Penggugat menganggap bahwa para Tergugat telah melanggar hak eksklusif atas merek
terdaftar “NOVOTEL” dan/atau “NOVOTEL+Logo” milik Penggugat I. Sehingga mereka
mengajukan gugatan ganti rugi dan penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan
penggunaan merek tersebut.
ANALISA
1. Perjanjian (MOU) para pihak sah atau tidak?

2. Jika dikaitkan dengan teori waralaba, apakah hubungan dari para pihak termasuk
perjanjian waralaba?

3. Jika klausula mediasi dihapus, sebagai hakim, apakah yang akan saudara putuskan?

Pengadilan Niaga:

............

Mahkamah Agung:

............

Vous aimerez peut-être aussi