Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Dosen Pembimbing :
Supriliyah P. , S.Kep,Ns.,M.Kes
Oleh
Kelompok 2 tingkat 2A
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Tugas ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya.
Saya menyadari bahwaTugas ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaanTugas ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunanTugas ini dari awal sampai akhir.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB IV PENUTUP.................................................................................... 17
A. Kesimpulan ................................................................................... 17
B. Saran ............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Edema paru terjadi oleh karena adanya aliran cairan dari darah ke ruang
intersisial paru yang selanjutnya ke alveoli paru, melebihi aliran cairan kembali
kedarah atau melalui saluran limfatik. Edema paru dibedakan oleh karena sebab
Kardiogenik dan Non Kardiogenik. Hal ini penting diketahui oleh karena
pengobatannya sangat berbeda. Edema Paru Kardiogenik disebabkan oleh adanya
Payah Jantung Kiri apapun sebabnya. Edema Paru Kardiogenik yang akut disebabkan
oleh adanya Payah Jantung Kiri Akut.Tetapi dengan adanya faktor presipitasi, dapat
terjadi pula pada penderita Payah Jantung Kiri kronik. Penelitian Framingham
menunjukkan mortalitas 5tahun sebesar 62% pada pria dan 42% wanita. Berdasar
perkiraan tahun 1989, di Amerika terdapat 3 juta penderita edema paru dan setiap
tahunnyabertambah 400.000 orang. Walaupun angka-angka yang pasti belum ada
untuk seluruh Indonesia, dapat diperkirakan jumlah penderita akan bertambah setiap
tahunnya.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi Edema paru
2. Mengetahui etiologi Edema paru
3. Menjelaskan patofisiologi Edema paru
1
4. Mengidentifikasi tanda dan gejala Edema paru
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang Edema paru
6. Mengetahui penatalaksanaan Edema paru
7. Mengetahui komplikasi pada Edema paru
8. Mengindetifikasi proses pengkajian pada Edema paru
9. Mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul pada Edema paru
10. Mengetahui perencanaan keperawatan pada Edema paru
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Edema paru merupakan suatu keadaan terkumpulnya cairan patologi di
ekstravaskuler dalam paru.( Arief Muttaqin, 2008 )
Edema paru adalah timbunan cairan abnormal dalam paru, baik rongga interstitial
maupun dalam alveoli. Edema paru merupakan tanda adanya kongesti paru tindak
lanjut, dimana cairan mengalami kebocoran melalui dinding kapiler, merembes keluar
menimbulkan dispneu sangat berat. (Smeltzer,C.Suzanne.2008.hal 798). Kongesti paru
terjadi bila dasar vaskuler paru penerima darah yang berlebihan dari ventrikel kanan,
yang tidak mampu diakomodasi dan diambil oleh jantung kiri. Sedikit
ketidakseimbangan antara aliran masuk dari sisi kanan dan aliran keluar pada sisi kiri
jantung tersebu mengaibatakan konsekuensi yang berat.
Edema paru adalah akibat dari perubahan fisiologis tekanan dalam paru seperti
ketika aliran darah berlangsung sangat cepat dan tidak normal sehingga terlalu
membebani sistem sirkulasi tubuh yang kemudian menyebabkan terakumulasinya
cairan dalam paru. ( KMB Joko Setyono hal: 55 )
Edema paru adalah terkumpulnya cairan extravaskuler yang patologis di dalam
paru.( Ilmu Penyakit Dalam Jilid II hal : 767 )
Edema paru merupakan kondisi yang disebabkan oleh kelebihan cairan di paru-
paru. cairan ini terkumpul dalam kantung-kantung udara di paru-paru banyak,
sehingga sulit untuk bernapas.
Edema paru adalah penimbunan cairan serosa atau satosanguinaso secara
berlebihan dalam ruang interstitial dan alveolus paru – paru. ( Patofisiologi Sylvia A.
Prirce hal: 722 )m
2.2 Etiologi
Menurut Arif Muttaqin.2008. Edema paru disebapkan karena 4 hal yaitu :
1. Penurunan konsentrasi protein plasma menyebabkan penurunan tekanan osmotic
plasma.penurunan ini menyebabkan filtrasi cairan yang keluar dari pembuluh lebih
tinggi, sementara jumlah cairan yang direabsorpsi kurang dari normal ; dengan
3
demikian terdapat cairan tambahan yang tertinggal diruang –ruang interstisium.
Edema yang disebabkan oleh penurunan konsentrasi protein plasma dapat terjadi
melalui beberapa cara : pengeluaran berlebihan protein plasma di urin akibat
penyakit ginjal ; penurunan sintesis protein plasma akibat penyakit hati ( hati
mensintesis hampir semua protein plasma ); makanan yang kurang mengandung
protein ; atau pengeluaran protein akibat luka bakar yang luas .
Secara umum terjadinya edema disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
1. Edema yang Disebabkan oleh Dinamika Kapiler yang Abnormal
4
Bahwa beberapa kelainan dalam dinamika ini dapat meningkatkan tekanan
jaringan dan sebaliknya edema cairan ekstrasel. Berbagai penyebab edema cairan
ekstrasel tersebit adalah :
a. Peningkatan tekanan kapiler, yang menuebabkan filtrasi cairan berlebihan
melalui kapiler-kapiler.
b. Penurunan protein plasma, yang menyebabkann pengurangan tekanan osmotis
koloid plasma sehingga gagal menahan cairan di dalam kapiler-kapiler.
c. Obstruksi limfe, yang menyebabkan protein berkumpul di dalam ruangan
jaringan sehingga menyebabkan cairan berosmosis ke luar dari kapiler-kapiler.
d. Peningkatan permeabilitas kapiler, yang memungkinkan protein dan cairan
secara berlebihan merembes ke ruang-ruang jaringan.
2. Edema Karena Retensi Cairan oleh Ginjal
Bila ginjal gagal mengekskresikan urina dalam jumlah memadai, dan orang
tersebut terus minum air dalam jumlah normal dan menelan elektrolit dalam jumlah
normal, jumlah total cairan ekstrasel dalam tubuh meningkat secara progresif.
Cairan ini diadsorpsi dari usus ke dalam darah dan meningkatkan tekanan kapiler.
Ini sebaliknya menyebabkan sebagian terbesar cairan tersebut masuk ke dalam
ruang cairan interstisial, sehingga juga meningkatkan tekanan interstisial itu. Oleh
karena itu, retensi cairan oleh ginjal saja dapat menyebabkan edema ekstensif.
3. Edema yang Disebabkan oleh Payah Jantung
Payah jantung merupakan salah satu penyebab edema yang paling sering,
karena bila jantung tak lagi memompakan darah keluar dari vena, dengan mudah,
maka darah akan terbendung dalam system vena. Tekanan kapiler meningkat, dan
timbul “edema jantung” yang serius. Tambahan lagi, sering ginjal berfungsi buruk
pada payah jantung, dan ini semakin memperhebat edema.
2.3 Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, edema paru terbagi menjadi 2, kardiogenik dan non-
kardiogenik. Hal ini penting diketahui oleh karena pengobatannya sangat berbeda.
Edema Paru Kardiogenik disebabkan oleh adanya Payah Jantung Kiri apapun
sebabnya. Edema Paru Kardiogenik yang akut disebabkan oleh adanya Payah Jantung
Kiri Akut. Tetapi dengan adanya faktor presipitasi, dapat terjadi pula pada penderita
Payah Jantung Kiri Khronik.
1. Cardiogenic pulmonary edema
5
Edema paru kardiogenik ialah edema yang disebabkan oleh adanya kelainan
pada organ jantung. Misalnya, jantung tidak bekerja semestinya seperti jantung
memompa tidak bagus atau jantung tidak kuat lagi memompa.
Cardiogenic pulmonary edema berakibat dari tekanan yang tinggi dalam
pembuluh-pembuluh darah dari paru yang disebabkan oleh fungsi jantung yang
buruk. Gagal jantung kongestif yang disebabkan oleh fungsi pompa jantung yang
buruk (datang dari beragam sebab-sebab seperti arrhythmias dan penyakit-penyakit
atau kelemahan dari otot jantung), serangan-serangan jantung, atau klep-klep
jantung yang abnormal dapat menjurus pada akumulasi dari lebih dari jumlah darah
yang biasa dalam pembuluh-pembuluh darah dari paru-paru. Ini dapat, pada
gilirannya, menyebabkan cairan dari pembuluh-pembuluh darah didorong keluar ke
alveoli ketika tekanan membesar.
2. Non-cardiogenic pulmonary edema
Non-cardiogenic pulmonary edema ialah edema yang umumnya disebabkan
oleh hal berikut:
a. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
Pada ARDS, integritas dari alveoli menjadi terkompromi sebagai akibat
dari respon peradangan yang mendasarinya, dan ini menurus pada alveoli yang
bocor yang dapat dipenuhi dengan cairan dari pembuluh-pembuluh darah.
b. Kondisi yang berpotensi serius
Disebabkan oleh infeksi-infeksi yang parah, trauma, luka paru,
penghirupan racun-racun, infeksi-infeksi paru, merokok kokain, atau radiasi
pada paru-paru.
c. Gagal ginjal dan ketidakmampuan untuk mengeluarkan cairan dari tubuh
Menyebabkan penumpukan cairan dalam pembuluh-pembuluh darah,
berakibat pada pulmonary edema. Pada orang-orang dengan gagal ginjal yang
telah lanjut, dialysis mungkin perlu untuk mengeluarkan kelebihan cairan
tubuh.
d. High altitude pulmonary edema,
Yang dapat terjadi disebabkan oleh kenaikan yang cepat ke ketinggian
yang tinggi lebih dari 10,000 feet.
e. Trauma otak,
6
Perdarahan dalam otak (intracranial hemorrhage), seizure-seizure yang
parah, atau operasi otak dapat adakalanya berakibat pada akumulasi cairan di
paru-paru, menyebabkan neurogenic pulmonary edema.
f. Paru yang mengembang secara cepat
Dapat adakalanya menyebabkan re-expansion pulmonary edema. Ini
mungkin terjadi pada kasus-kasus ketika paru mengempis (pneumothorax) atau
jumlah yang besar dari cairan sekeliling paru (pleural effusion) dikeluarkan,
berakibat pada ekspansi yang cepat dari paru. Ini dapat berakibat pada
pulmonary edema hanya pada sisi yang terpengaruh (unilateral pulmonary
edema).
g. Penyebab yang jarang terjadi,
Overdosis pada heroin atau methadone dapat menjurus pada pulmonary
edema. Overdosis aspirin atau penggunaan dosis aspirin tinggi yang kronis
dapat menjurus pada aspirin intoxication, terutama pada kaum tua, yang
mungkin menyebabkan pulmonary edema.
Penyebab-penyebab lain yang lebih jarang dari non-cardiogenic
pulmonary edema mungkin termasuk pulmonary embolism (gumpalan darah
yang telah berjalan ke paru-paru), luka paru akut yang berhubungan dengan
transfusi atau transfusion-related acute lung injury (TRALI), beberapa infeksi-
infeksi virus, atau eclampsia pada wanita-wanita hamil.
2.4 Patofisiologi
Pemahaman mengenai mekanisme ini memerlukan tinjauan mengenai
pembentukkan dan reabsorbsi cairan paru serta struktur ultra paru.Ruang alveolar
dipisahkan dari interstisium paru terutama oleh sel epitel alveoli Tipe I, yang dalam
kondisi normal membentuk suatu barier relatif nonpermiabel terhadap aliran cairan
dari interstitium ke rongga – rongga udara (spaces). Faktor penentu yang paling
penting dalam pembentukkan cairan ekstravaskuler adalah perbedaan tekanan
hidrostatik dan onkotik dalam lumen kapiler dan ruang interstitial, serta permeabilitas
sel endotelium terhadap air, zat terlarut (solut) dan molekul besar seperti protein
plasma. (Aryanto,1994)
Ciri perubahan dini pada edema paru adalah terjadinya peningkatan aliran
limfatik. Perubahan ini terjadi karena saluran limfatik terjalin dalam jaringan ikat
7
longgar yang mengelilingi arteriola paru dan saluran pernafasan yang kecil pembekaan
saluran limfatik ini akan berdampak pada struktur sekitarnya dan mengakibatkan
terjadinya prubahan hubungan tekanan pada struktur tersebut. Salah satu akibatnya
adalah adanya obstruksi pada saluran kecil yang telah dibuktikan sebagai perubahan
fisiologis dini pada klien dengan gagal jantung kiri mengingat lesi ini tidak merata
disaluran paru, maka timbul perubahan dalam distribusi, ventilasi, dan perfusi yang
kemidian menyebabkan terjadinya hipoksemia ringan terkenanya arteriola kecil juga
menyebabkan gambaran radiologis dini pada gagal jantung kiri, yaitu suatu
redistribusi aliran darah dari basis ke apek paru pada klien dengan posisi tegak.
Jika terbentuknya cairan intersisial melebihi kapasitas sistem limfatik, maka
terjadi edema dinding alveolar.Pada fase ini komplan paru berkurang hal ini
menyebabkan terjadinya takipneu yang mungkin tanda klinis awal pada klien dengan
edema paru.Ketidakseimbangan antara ventilasi dan aliran darah menyebabkan
hipoksenia memburuk. Meskipun demikian, ekskresi karbondioksida tidak terganggu
dan klien akan menunjukkan keadaan hiperventilasi dengan alkalosis respiratorik.
Selain hal yang telah disebutkan diatas gangguan difusi juga berperan, dan pada
fase ini mungkin terjadi peningkatan pintas kanan ke kiri melalui alveoli yang tidak
mengalami ventilasi. Pada fase alveolar penuh dengan cairan, semua gambaran
menjadi lebih berat dan komplain akan menurun dengan nyata ( Nowak, 2004).
Alveoli terisi cairan dan pada saat yang sama aliran darah kedaerah tersebut tetap
berlangsung, maka pintas kanan ke kiri aliran darah akan menjadi lebih berat dan
menyebabkan hipoksia yang rentan terhadap peningkatan konsentrasi oksigen yang
diinspirasi. Kecuali pada keadaan yang amat berat, hiperventilasi dan alkalosis
respiratorik akan tetap berlangsung.
Secara radiologis akan tampak gambaran infiltrat alveolar yang tersebar diseluruh
paru, terutama daerah parahilar dan basal. Ketika klien dalam keadaan sadar dia akan
tampak mengalami sesak nafas hebat dan ditandai dengan takipnea, takikardi, serta
sianosis bila pernafasannya tidak dibantu. Keadaan ini disebut sebagai adult
respiratory sindrom (ARDS).
8
2.5 Pathway/WOC
2. Stadium II
10
Pada stadium ini terjadi edema paru intersisial.Batas pembuluh darah paru
menjadi kabur, demikian pula hilus juga menjadi kabur dan septa interlobularis
menebal (garis Kerley B). Adanya penumpukan cairan di jaringan kendor inter-
sisial, akan lebih memperkecil saluran napas kecil, terutama di daerah basal oleh
karena pengaruh gravitasi. Mungkin pula terjadi refleks bronkhokonstriksi.Sering
terdapat takhipnea.Meskipun hal ini merupakan tanda gangguan fungsi ventrikel
kiri, tetapi takhipnea juga membantu memompa aliran limfe sehingga penumpukan
cairan intersisial diperlambat.Pada pemeriksaan spirometri hanya terdapat sedikit
perubahan saja.
3. Stadium III
Pada stadium ini terjadi edema alveolar.Pertukaran gas sangat terganggu,
terjadi hipoksemia dan hipokapnia.Penderita nampak sesak sekali dengan batuk
berbuih kemerahan. Kapasitas vital dan volume paru yang lain turun dengan nyata.
Terjadi right-to-left intrapulmonary shunt.Penderita biasanya menderita hipokapnia,
tetapi pada kasus yang berat dapat terjadi hiperkapnia dan acute respiratory
acidemia.Pada keadaan ini morphin hams digunakan dengan hati-hati (Ingram and
Braunwald, 1988).
Edema Paru yang terjadi setelah Infark Miokard Akut biasanya akibat
hipertensi kapiler paru. Kadang kadang penderita dengan Infark Miokard Akut dan
edema paru, tekanan kapiler pasak parunya normal; hal ini mungkin disebabkan
lambatnya pembersihan cairan edema secara radiografi meskipun tekanan kapiler
paru sudah turun atau kemungkinan lain pada beberapa penderita terjadi
peningkatan permeabilitas alveolar-kapiler paru sekunder oleh karena adanya isi
sekuncup yang rendah seperti pada cardiogenic shock lung.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ditegakkan dengan mengevaluasi manifestai klinis sehubungan
dengan kongesti paru. Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan antara lain berupa :
1. EKG
Untuk melihat apakah terdapat sinus takikardi dengan hipertropi atrium kiri atau
fibrilasi atrium, tergantung penyebap gagal jantung, gambaran infark, hipertrofi
ventrikel kiri atau aritmia
2. Laboratorium
11
a. Analisa Gas Darah : pO2 rendah, pCO2 mula-mula rendah kemudian
hiperkapnea
b. Enzim jantung : meningkat jika penyebap gagal jantung adalah
infark miokard
Darah rutin, ureum, kreatinin, elektrolit, urinalis, Enzim jantung (CK-MB,
Troponin T), angiografi koroner
Foto thorak
Gambaran radiologisnya berupa :
1. Pelebaran atau penebalan hilus (dilatasi vaskuler di hilus)
2. Corakan paru meningkat ( > 1/3 lateral)
3. Kranialisasi vaskuler
4. Hilus suram (batas tidak jelas)
a. Echokardiography : gambaran penyebap gagal jantung : kelainan katup,
hipertopi ventrikel (hipertensi), segemental wall motion abnormally (PJK)
umumnya ditemukan dilatasi ventrikel kiri/atrium kiri
b. Pulmonary Artery Catheter : Pulmonary artery catheter (Swan-Ganz) adalah
tabung yang panjang dan tipis (kateter) yang disisipkan kedalam vena-vena
besar dari dada atau leher dan dimajukan melalui ruang – ruang sisi kanan dari
jantung dan diletakkan kedalam kapiler-kapiler paru atau pulmonary capillaries
(cabang-cabang yang kecil dari pembuluh-pembuluh darah dari paru-paru).
Alat ini mempunyai kemampuan secara langsung mengukur tekanan dalam
pembuluh-pembuluh paru, disebut pulmonary artery wedge pressure. Wedge
pressure dari 18 mmHg atau lebih tinggi adalah konsisten dengan cardiogenic
pulmonary edema, sementara wedge pressure yang kurang dari 18 mmHg
biasanya menyokong non-cardiogenic cause of pulmonary edema. Penempatan
kateter Swan-Ganz dan interpretasi data dilakukan hanya pada intensive care
unit (ICU).
12
Oksigenasi. Oksigen diberikan dengan konsetrasi yang adekuat untuk mengurangi
hipoksia dan dispnea. Bila tanda-tanda hipoksia menetap, oksigen harus diberikan
dengan tekanan positif intermiten atau kontinu. Bila terjadi gagal napas, meskipun
penatalaksanaan telah optimal, perlu diberikan intubasi endotrakea dan ventilasi
mekanis. Penggunaan tekanan positif akhir ekspirasi sangat efektif mengurangi aliran
balik vena, menurunkan tekanan kapiler paru, dan memeperbaiki oksigenasi.
Oksigenasi dipantau melalui pulse oksimetri dan pengukuran AGD.
Farmakologi. Dilakukan pemberian Morfin secara intravena dalam dosis kecil
untuk mengurangi kecemasan dan dispnea serta menurunkan tekanan perifer sehingga
darah dapat didistribusikan dari paru ke bagaian tubuh lain. Hal tersebut akan
menurunkan tekanan dalam kapiler paru dan mengurangi perembesan cairan ke
jaringan paru. Morfin juga bermanfaan dalam menurunkan kecepatan napas.
Morfin tidak boleh diberikan bila edema paru disebapkan oleh cedera vaskuer
otak, penyakit paru kronis, atau syok kardiogenik. Pasien harus diawasi bila terjadi
depresi pernapasan berat.
Diuretik. Furosemide diberikan secara intravena untuk memberi efek diuretik
yang cepat. Furosemide juga mengakibatkan vasodilatasi dan penimbunan darah di
pembuluh darah perifer yang pada gilirannya mengurangi jumlah darah yang kembali
ke jantung, bahkan sebelum terjadi efek diuretik.
Digitalis. Diberikan untuk meningkatkan kontrakitilitas jantung dan curah
ventrikel kiri. Perbaikan kotrakitilitas jantung akan meningkatakan curah jantung,
memeperbaiki diuresis dan menurunkan tekanan diastole. Jadi tekanan kapiler paru
dan trasnudasi atau perembesan cairan ke alveoli akan berkuarang.
Aminofilin. Bila pasien mengalami wheezing dan terjadi bronkospasme yang
berarti, maka perlu diberikan aminofilin untuk merelaksasi bronkospasme. Aminofilin
diberikan melalui intravena secara terus menerus dengan dosis sesuai berat badan.
2.9 Komplikasi
Pada pasien dengan Edema paru kemungkina untuk terjadi Gagal napas sangat
tinggi jika tidak dilakukan penatalaksanaan dengan tepat. Hal ini dikarenakan
terjadinya akumulasi cairan pada alveoli yang menyebapkan ketidakmampuan paru
untuk melakukan pertukaran gas O2 dan CO2 secara adekuat, sehingga
mengakibatkan pasokan Oksigen ke jaringan paru menjadi sedikit.
13
BAB III
ASKEP TEORI
3.1 Pengkajian
IDENTITAS KLIEN
Agama : …………………………….
Pekerjaan : …………………………….
Pendidikan : …………………………….
Alamat : …………………………….
Jika pengkajian dilakukan setelah beberapa hari pasien MRS maka keluhan utama
diisi dengan keluhan yang dirasakan saat pengkajian. Misalnya: keluhan utama
pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan: sesak nafas, batuk.
Obat-obat yang biasa dikonsumsi : obat dengan resep atau dengan bebas atau
herbal ( sebutkan jenis dan kegunaannya)
Genogram :
15
Genogram dituliskan dalam 3 generasi keatas.
Ket : ………………………….
17
g. Uji nervus VII facialis : Pasien dapat menggembungkan pipi, dan menaikkan
dan menurunkan alis mata
h. Nervus VIII auditorius/AKUSTIKUS : Pasien dapat mendengar kata kata
dengan baik
i. Nervus IX glosoparingeal : Terdapat reflek muntah
j. Nervus X vagus : Dapat menggerakan lidah
k. Nervus XI aksesorius : Dapat menggeleng dan menoleh kekiri kanan, dan
mengangkat bahu
l. Nervus XII hypoglosal/ hipoglosum : Dapat menjulurkan lidah.
m. Tingkat kesadaran pasien : GCS menurun
4. Perkemihan eliminasi uri
Anamnesa : Pasien tidak mengeluh susah BAK.
BAK: jumlah yang keluar1000 cc/8jam, warna kuning, frekuensi 3x sehari.
5. Sistem pencernaan
Anamnese: pasien mengeluh nafsu makan menurun,mual dan muntah
a. Mulut
Inspeksi : Mulut simetris, mukosa bibir kering, ada alat bantu nafas
b. Lidah
Inspeksi : Lidah tidak tremor, tidak ada lesi, warna putih.
c. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada pembesaran abdomen
Perkusi : Timpani
Palpasi : kuadran I hepar tidak teraba, kuadran II nyeri tek
an, kuadran III tidak ada skibala, kuadran IV tidak ada nyeri tekan pada titik mc
burneyBAB : tidak ada masalah, sudah BAB 1x sehari, warna kuning, padat.
a. Warna kulit
Inspeksi : Kulit kering, turgor menurun
Palpasi : Kulit terasa panas, ada kelemahan otot, akral dingin
18
b. Ekstremitas atas
Inspeksi : Ada edema, ada kelemahan otot, tangan kanan dipasang infus.
Palpasi : Ada edema,ada nyeri tekan, suhu akral dingin, CRT <2dtk dan
turgor menurun
c. Ekstremitas bawah
Inspeksi : Ada edema, ada kelemahan otot, tidak ada clubbing finger.
Palpasi : Ada edema, suhu akral dingin, CRT <2dtk dan turgor menurun
d. Kekuatan Otot
Kekuatan otot : 3 3
3 3
Keterangan:
19
Inspeksi: Rambut lurus
b. Leher
Inspeksi: Tidak terlihat pembesaran kelenjar (tyroid, paratyroid)
Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar (tyroid, paratyroid) tidak ada nyeri
telan.
9. Sistem reproduksi (tidak terkaji)
ANALISA DATA
Lingkungan
Perokok
RELATED
FACTORS: Perokok pasif
Terpajan asap
Obstruksi jalan napas
20
Adanya jalan napas buatan
Benda asing dalam jalan napas
Eksudat dalam alveoli
Hiperplasia pada dinding bronkus
Mukus berlebihan
Penyakit paru obstrukti kronis
Ssekresi yang tertahan
Spasme jalan napas
Fisiologis
Asmaa
Disfungsi neuromuskular
Infeksi
Jalan nafas alergik
SESSMENT
“Tidak dapat tidur 5 TB: 168cm, BB: 65kg
AS
21
3.5 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan kemungkinan yang ada pada data
subyektif, data obyektif dan gejala yang terjadi pada pasien yang terkait masalah
sistem pernafasan.
22
- Ajarkan pada pasien
tentang pentingnya
perubahan pada
sputum
Action :
- Monitor tekanan
darah, frekuensi
pernafasan dan
denyut nadi
- Perhatikan batuk yang
berlebihan,
meningkatnya
dispnea, adanya secret
dan adanya ronchi
Kolaborasi :
- Berikan oksigen
lembab sesuai
program
- Berikan terapi sesuai
program
24
BAB IV
ASKEP KASUS
4.1 KASUS
Pasien Tn. D, 60 tahun, datang kerumah sakit dengan keluhan sesak nafas 2 hari smrs.
Sesak dirasakan semakin memberat sehingga pasien tidak dapat tidur terlentang dan
terbangun malam hari karena sesak. Saat datang pasien terlihat pucat, nafas cepat
disertai batuk terus menerus dengan sputum (dahak) encer warna merah muda. Pada
pengkajian riwayat, pasien sebelumnya pernah dirawat dengan NSTEMI. Pasien juga
ada riwayat hipertensi, dyslipidemia (kelainan metabolisme) dan merokok 1 bungkus
perhari. Hasil pemeriksaan auskultasi, didapatkan ronchi (+) pada ½ basal paru.
Pemeriksaan tekanan darah :140/90 mmHg, nadi 90X/menit, RR : 28X/menit, saturasi
oksigen 92%. Hasil rontgen thorax menunjukan gambaran oedema paru.
Agama : Islam
Pendidikan : SMU
1
4.3 RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
1. Keluhan utama : Sesak napas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien Tn. D, 60 tahun, datang kerumah sakit dengan keluhan sesak nafas 2 hari
smrs. Sesak dirasakan semakin memberat sehingga pasien tidak dapat tidur
terlentang dan terbangun malam hari karena sesak. Saat datang pasien terlihat
pucat, nafas cepat disertai batuk terus menerus dengan sputum (dahak) encer warna
merah muda. Pada pengkajian riwayat, pasien sebelumnya pernah dirawat dengan
NSTEMI. Pasien juga ada riwayat hipertensi, dyslipidemia (kelainan metabolisme)
dan merokok 1 bungkus perhari. Hasil pemeriksaan auskultasi, didapatkan ronchi
(+) pada ½ basal paru. Pemeriksaan tekanan darah :140/90 mmHg, nadi 90X/menit,
RR : 28X/menit, saturasi oksigen 92%. Hasil rontgen thorax menunjukan gambaran
oedema paru.
2
Genogram
Keterangan :
:laki-laki :meninggal
:perempuan :sakit
N : 90x/menit
TD rendah : 140/90mmHg
RR : 28x/menit
3
TB : 168 cm
BB : 65 kg
4
d. Ekstrimitas Atas
Pergerakan terkoordinir, edema (-), sianosis (+), lesi (-), ikterik (-)
e. Ekstrimitas Bawah
Pergerakan terkoordinir, edema (-), sianosis (+), lesi (-), ikterik (-)
3. Persyarafan
Anamnesa : pasien mengeluh nyeri pada area dada
5
Motorik (M) :
4= bereaksi fleksi siku pada rangsangan nyeri/menghindar
-Verbal/bicara (V) :
5 = orientasi baik : orang, tempat, waktu
4. Perkemihan-Eliminasi Uri
Anamnesa: Pasien bisa merasakan miksi dengan tidak memakai kateter. Dan dapat
BAK dengan normal. Urine yang dikeluarkan pasien sehari 4 kali antara 1500-
1600cc
a. Kandung kemih
Inspeksi : Tidak ada benjolan, jaringan parut (-), kandung kemih tidak tegang
Palpasi : nyeri tekan(-), tidak teraba massa
b. Ginjal
Inspeksi : tidak terjadi pembesaran ginjal
Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran ginjal
Perkusi : nyeri ketok (-)
5. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi
Anamnesa
Tidak nafsu makan, nyeri tenggorokan , dehidrasi
a. Mulut:
Inspeksi : mukosa bibir kering, pada gigi terdapat gigi yang tanggal (-) karies
(-), terdapat plak pada sela gigi. Stomatitis (-), pembesaran kelenjar parotis (-)
Palpasi : nyeri tekan pada rongga mulut (-), massa(-)
b. Lidah
Inspeksi : letak simetris, warna merah muda pucat, tidak ada gerakan tremor.
Palpasi : Nodul(-), oedema(-), nyeri tekan(-)
c. Faring - Esofagus :
Inspeksi : warna palatum merah muda
Palpasi : pembesaran kelenjar(-)
d. Abdomen (dibagi menjadi 4 kuadran)
Inspeksi : tidak ada pembesaran abdomen yang abnormal, tidak tampak vena
porta hepatika
Auskultasi : bising usus normal
Perkusi : timpani
6
Kuadran I :Hepar hepatomegali (-), nyeri tekan (-)
Kuadran II :Gaster nyeri tekan abdomen (-), distensi abdomen(-)
Lien splenomegali (-)
Kuadran III : Massa (skibala, tumor) (-), nyeri tekan (-)
Kuadran IV: Nyeri tekan pada titik Mc Burney (-)
6. Sistem Muskuloskeletal & Integumen
Anamnesa : Bentuk tulang belakang normal, terjadi kelemahan ekstremitas
a. Warna kulit
Kulit tidak bersisik, Hiperpigmentasi(-), hipopigmentasi(-),
b. Kekuatan otot :
3 3
3 3
Keterangan:
7
c. Genetalia
Inspeksi : Rambut pubis (ketebalan merata, kerontokan tidak ada), bersih,
pengeluaran (darah, cairan, lender tidak ada).
Palpasi : tidak ada benjolan
d. Ekstremitas bawah
Palpasi : edema non pitting
8. Persepsi sensori :
Anamnesa : Nyeri mata(-),penurunan tajam penglihatan(+),mata berkunang
kunang(-), penglihatan ganda( -),mata berair(-), gatal(-), kering(-), benda asing
dalam mata(-), penurunan pendengaran(-), nyeri(-).
a. Mata
Inspeksi : Mata simetris, bentuk normal, Bulu mata (menyebar), produksi
air mata(normal).
Kornea : Normal berkilau, transparan
Iris dan pupil : warna iris dan ukuran(normal),reflek cahaya pada pupil(normal).
Lensa : Normal jernih dan transparan.
Sclera : warna ( putih normal)
Palpasi : teraba lunak, nyeri dan pembengkakan kelopak mata(-), palpasi
kantong lakrimal(normal).
b. Penciuman (Hidung) :
Palpasi : Sinus (tidak ada nyeri tekan), Palpasi fossa kanina (tidak
nyeri),Pembengkakan(-), Deformitas(-).
Perkusi : regio frontalis sinus frontalis dan fossa kanina kita lakukan apabila
palpasi pada keduanya menimbulkan reaksi hebat(-).
8
4.7 ANALISA DATA
Lingkungan
Perokok
Perokok pasif
Terpajan asap
Obstruksi jalan napas
RELATED
FACTORS: Adanya jalan napas buatan
Benda asing dalam jalan napas
Eksudat dalam alveoli
Hiperplasia pada dinding bronkus
Mukus berlebihan
Penyakit paru obstrukti kronis
9
Ssekresi yang tertahan
Spasme jalan napas
Fisiologis
Asmaa
Disfungsi neuromuskular
Infeksi
Jalan nafas alergik
SESSMENT
“Tidak dapat tidur 14 TB: 168cm, BB: 65kg
AS
10
4.8 Intervensi Keperawatan
NIC NOC
- Monitor tekanan
darah, frekuensi
pernafasan dan
denyut nadi
- Perhatikan batuk yang
berlebihan,
11
meningkatnya
dispnea, adanya secret
dan adanya ronchi
Kolaborasi :
- Berikan oksigen
lembab sesuai
program
- Berikan terapi sesuai
program
4.9 IMPLEMENTASI
No. Tanggal/jam Tindakan Paraf
Diagnosa
12
2. paru
- Menginstruksikan pasien
30 Oktober
terhadap pentingnya
2016 / 10.00
melaporkan
WIB
ketidaknyamanan dada
secara langsung
Respon :
Pasien mau melakukannya
Melakukan kolaborasi
dengan dokter untuk terapi
oksigen
Hasil : Memberikan O2
tambahan 3 liter/menit
4.10 Evaluasi
Masalah TANGGAL/JAM Catatan Paraf
keperawatan/kolaboratif Perkembangan
13
08.00 nafas berkurang
Pasien mengatakan
sudah dapat tidur
dimalam hari dan
tidak terbangun
O : TTV,BB,TB
pasien :
S : 37’c
N:65x /menit
TD : 135/70 mmhg
RR : 18X/menit
TB : 168 Cm
BB : 68 kg
A : masalah teratasi
P : intervensi
dihentikan
I : ajarkan batuk
efektif, pantau TTV
R : tujuan tercapai
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Edema paru merupakan suatu keadaan diman terdapat akumulasi cairan pada
ekstravaskuler paru yang disebapkan suatu keadaan patologis. Penyebapnya sendiri
secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu penyebap yang berasal dari jantung atau
sistem kardiovaskuler (kardiogenik) dan penyebap diluar sistem kardiovaskuler (non
kardiogenik) yang dapat berasal dari bagaian paru itu sendiri maupun dari bagain
tubuh lain. Gejala awitan dari seseorang yang mengalami Edema paru adalah kesulitan
bernapas dan perasaan tercekik. Selain itu, karena terjadi kesulitan bernapas akibat
akumulasi cairan tersebut mengakibatkan pertukaran oksigen di paru-paru mengalami
penurunan dan berefek pada suplai oksigen di seluruh tubuh. Hal ini dapat
mengakibatkan sianosis, pucat, dan tubuh menjadi dingin dan basah.
Untuk penatalaksanaan Edema paru sendiri harus dilakukan segera untuk
menghindari terjadinya gagal napas sampai henti napas. Hal ini dilakukan denga
memberikan oksigen secar kontinue maupun diberikan intubasi endotrakea. Selain itu
dapat pula diberikan obat berupa morfin dalam dosis kecil, obat diuretik dan digitalis.
5.2 Saran
Edema merupakan suatu kasus yang jarang terjadi, namun akan sangat fatal
akibatnya jika tidak diberikan tindakan segera dan tepat, karena komplikasi yang
terjadi berupa gagal napas hingga henti napas. Sehingga sebagai perawat, maupun
calon perawat diharapkan mengetahui tindakan yang sesuai dan tepat dalam
melakukan perawatan agar tidak terjadi komplikasi tersebut.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://manafners.wordpress.com/2011/05/15/asuhan-keperawatan-edema-
paru/ (diunduh pada tanggal tanggal 22 September 2014 pukul15.44 wita)
16