Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh dunia. Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma pada mata oleh benda, dapat juga disebabkan oleh masuknya bakteri atau jamur ke dalam kornea sehingga terjadi peradangan. Ulkus kornea yang sembuh dapat menyebabkan kekeruhan kornea dan merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.1,2 Ulkus marginal merupakan peradangan kornea bagian perifer berbentuk khas yang biasanya terdapat pada daerah jernih antara limbus kornea dengan tempat kelainannya. Ulkus marginal merupakan ulkus kornea yang didapatkan pada orang tua, penglihatan pasien dengan ulkus marginal dapat mengalami penurunan disertai dengan rasa sakit, fotofobia, lakrimasi, terdapat pada satu mata blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus yang memanjang, dan dangkal.1,2 Di indonesia insiden ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 juta per 100.000 penduduk Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak diketahui penyebabnya. Pada ulkus kornea marginal, diduga 50% dasar kelainannya ialah suatu reaksi hipersensitivitas terhadap eksotosin stafilokokus. Penyebab lainnya adalah infeksi dan penyakit kolagen vaskular. Pengobatan pada ulkus kornea marginal adalah antibiotik dengan steroid lokal yang dapat diberikan sesudah kemungkinan infeksi virus herpes simpleks di singkirkan. Pemberian steroid sebaiknya dalam waktu yang singkat disertai dengan pemberian vitamin B dan C dosis tinggi.1