Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ILUSTRASI KASUS
1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Usia : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Jurumadi
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Status : Sudah menikah
1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari kamis tanggal 31 agustus
2017
1
Riwayat Penyakit Dahulu :
Sebelumnya pasien pernah mengalami gejala serupa dan telah dirawat di rumah
sakit sebanyak 4 kali. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain seperti
hipertensi, diabetes, asma, jantung dan kolesterol.
Riwayat Kebiasaan :
Pasien merokok sejak usia 30 tahun dan biasanya menghabiskan 1 bungkus rokok
sehari. Pasien tidak mengkonsumsi alkohol.
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernafasan : 18x/menit
Suhu tubuh : 37,5⁰C
2
Pemeriksaan Generalis
Kulit keseluruhan:
- Kulit normal
- Tidak ada jaundice, sianosis, edema.
Kepala dan wajah:
- Bentuk kepala simetris
- Rambut hitam tersebar merata
- Kulit kepala normal
- Tidak ada luka atau scar bekas operasi, massa, deformitas.
Mata:
- Mata normal
- Refleks cahaya +/+
- Konjungtiva tidak anemis.
- Sklera tidak ikterik.
THT:
- Telinga:
o Telinga kanan dan kiri simetris.
o Tidak ada bekas luka, deformitas.
o Tidak nyeri.
o Tidak ada sekret.
- Hidung:
o Bentuk normal dan septum di tengah
o Tidak ada bekas luka, deformitas, massa, darah.
o Tidak ada pernafasan cuping hidung
- Tenggorokan:
o Faring tidak hiperemis.
o Uvula di tengah.
o Tonsil: T1 / T1 tidak hiperemis.
Mulut:
- Tidak sianosis.
- Mukosa mulut normal, tidak ada massa.
3
- Lidah normal, tidak ada deviasi.
- Tidak ada luka di bibir, lidah, dan palatum.
Thorax
Inspeksi:
- Gerakan paru kanan tertinggal saat bernapas
Palpasi:
- Tactile fremitus dada kanan menurun
Perkusi:
- Terdapat dullness pada dada kanan
Auskultasi:
- Suara napas menurun pada dada kanan
Abdomen
Inspeksi: tidak dilakukan
Auskultasi: tidak dilakukan
Perkusi: tidak dilakukan
Palpasi: tidak dilakukan
4
Bronkus utama kiri : Normal
Bronkus lobaris dan segmental : Normal
Paru : Tampak massa hipodens heterogen dengan tepi spiculated
pada segmen 4,5,6 paru kanan ukuran +/- 5,65 x 4,85 x 2,88 cm
dengan fibroinfiltrat disekitarnya dengan pelebaran cabang-cabang
bronkus di sekitarnya
Pleura : tampak efusi pleura kanan
Perikardium : Normal
Jantung : Normal
Mediastinum : Normal
Vena Cava Superior : Normal
Aorta : Normal
Arteri Pulmonalis : Normal
Vena Brachiocephalix : Normal
Arteri Subclavia Kiri : Normal
Arteri Karotis Komunis Kiri : Normal
Arteri Brakhiocephalik Kanan : Normal
Kalenjar getah bening : Tampak pembesaran KGB multiple upper
dan lower paratrakea bilateral, subcarina, peribronchial bilateral
diameter +/- 1,6-2,1 cm
Tulang : Lesi litik destruktif pada manubrium dan body sternum,
corpus vertebra T10 dan T12
Esofagus : Normal
Gastroesofageal Junction : Normal
1.5 Resume
Pasien bernama Tn. R berusia 55 tahun mengeluhkan sesak napas sekitar 2 bulan
yang lalu. Pasien sering terbangun pada malam hari karena sesak nafas. Pasien
juga mengalami batuk dan nyeri dada sejak 2 bulan lalu. Pasien memiliki pola
makan yang normal tetapi pasien mengalami penurunan berat badan sekitar 7kg.
Pasien merokok sejak berusia 30 tahun dan biasanya menghabiskan 1 bungkus
rokok dalam sehari. Pada pemeriksaan fisik thorax ditemukan gerakan paru kanan
5
tertinggal saat bernapas, tactile fremitus dada kanan menurun , dullness dan suara
napas menurun pada dada kanan. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu X-
ray thorax dan CT-scan thorax. Pada x-ray ditemukan infiltrat pada lapangan paru
kanan dan perselubungan pada lapisan bawah paru kanan yang menutupi sinus
kostofrenikus. Pada CT-scan thorax tampak massa hipodens heterogen dengan
tepi spiculated pada segmen 4,5,6 paru kanan ukuran +/- 5,65 x 4,85 x 2,88 cm
dengan fibroinfiltrat disekitarnya dengan pelebaran cabang-cabang bronkus di
sekitarnya, tampak pembesaran KGB multiple upper dan lower paratrakea
bilateral, subcarina, peribronchial bilateral diameter +/- 1,6-2,1 cm , pada pleura
tampak efusi pleura kanan, dan pada tulang tampak lesi litik destruktif pada
manubrium dan body sternum, corpus vertebra T10 dan T12.
1.6 Diagnosis
Diagnosis Kerja : Efusi Pleura et causa Kanker Paru
Diagnosis Banding : Efusi Pleura et causa Tuberculosis, Efusi Pleura et causa
Pneumonia
1.7 Tatalaksana
Tatalaksana pengobatan yang telah dijalani oleh pasien yaitu pungsi pleura
sebanyak 4x dengan jumlah cairan yang disedot sekitar 500-700cc dan telah
dilakukan pemasangan water sealed drainage.
1.8 Prognosis
- Ad vitam : malam
- Ad functionam : malam
- Ad sanactionam : malam
6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Efusi Pleura
Efusi pleura adalah penumpukan cairan yang berlebihan antara kedua lapisan
pleura. Pleura adalah membran tipis yang melapisi permukaan paru-paru yang
berfungsi untuk melubrikasi dan memfasilitasi pernapasan. Dalam keadaan
normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10ml dan berfungsi untuk
melicinkan permukaan pleura
7
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu transudat dan eksudat. Efusi pleura transudat
terjadi ketika adanya perubahan pada faktor sistemik yang mempengaruhi
pergerakan cairan pleural sehingga menghasilkan efusi pleura. Sedangkan efusi
pleura eksudat terjadi ketika adanya proses inflamasi pada pleura.
8
drainage yaitu suatu sistem drainase yang menggunakan water seal untuk
mengalirkan cairan atau udara keluar dari rongga pleura agar dapat
mempertahankan tekanan negatif pada rongga pleura sehingga dada dapat
mengembang.
9
2.10 Patofisiologi Kanker Paru
Merokok merupakan faktor resiko utama terjadinya kanker paru. Sekitar 85%
kasus kanker paru berasal dari kebiasaan merokok, dan berhubungan dengan 70-
90% kematian pada kanker paru. Kanker paru dimulai dari inisiasi karsinogen
yang diikuti oleh promosi dan progresi yang panjang dalam proses multistep.
Asap rokok menginisiasi dan mempromosi karsinogen. Merokok menyebabkan
terjadinya perubahan pada sel normal di paru. Merokok dalam jangka waktu yang
panjang membuat terjadinya mutasi karena adanya iritasi kronik dan promotor
dalam asap rokok (ex : nicotin, phenol, formaldehyde). Selain itu, faktor genetik
juga berperan penting dalam terjadinya kanker paru.
10
2.13 Staging Kanker Paru
Non-Small Cell Lung Cancer berdasarkan TNM Staging
Stage Description
IA T1a,b, N0, M0
IB T2a, N0, M0
IIA T1a, b, N1, M0 ; T2a, N1, M0 ; T2b,
N0, M0
IIB T2b, N1, M0 ; T3, N0, M0
IIIA T3, N1, M0 ; T(1-3), N2, M0 ; T4 N (0-
1), M0
IIIB T4, N(2-3), M0 ; T(1-4), N3, M0
IV Any T, Any N, M1a,b
11
Small Cell Lung Cancer
- Tahap terbatas: Pada tahap ini, kanker ditemukan di satu sisi dada,
hanya melibatkan satu bagian paru-paru dan kelenjar getah bening di
dekatnya.
- Tahap ekstensif: Pada tahap ini, kanker telah menyebar ke daerah lain
di dada atau bagian tubuh lainnya.
12
Radioterapi di otak dapat dilakukan sebelum atau setelah
kemoterapi untuk pasien yang telah menyebar ke otak.
Prosedur radioterapi yaitu prophylactic cranial irradiation.
13
BAB III. PEMBAHASAN KASUS
Diagnosis utama kasus ini adalah efusi pleura et causa kanker paru. Hasil
anamnesis yang mendukung diagnosis ini adalah sesak napas yang dirasakan
ketika berada dalam posisi tidur sedangkan jika dalam posisi duduk pasien merasa
tidak sesak. Pasien juga sering terbangun malam hari karena sesak. Keluhan sesak
timbul akibat terjadinya akumulasi cairan dalam rongga pleura yang akan
memberikan kompresi pada paru sehingga paru tidak dapat mengembang dengan
baik. Keluhan lain yaitu batuk yang muncul bersamaan ketika pasien merasa
sesak. Pasien mengatakan bahwa dahak sulit dikeluarkan ketika dia batuk. Batuk
yang dirasakan pasien mungkin karena adanya rangsangan pada pleura sebagai
akibat dari akumulasi cairan pleura, proses inflamasi ataupun karena ada massa
pada paru-paru. Pasien juga merasakan nyeri dada bagian kanan ketika ia batuk
dan nyeri dada tidak menjalar. Nyeri dada ini disebabkan karena adanya
peradangan pada pleura. Pasien juga mengalami penurunan berat badan sekitar
7kg.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan gerakan paru kanan tertinggal saat
bernapas, tactile fremitus dada kanan menurun , dullness dan suara napas menurun
pada dada kanan. Semua kelainan pada pemeriksaan fisik disebabkan karena
adanya akumulasi cairan pada rongga pleura.
Pada Pemeriksaan penunjang foto thorax PA ditemukan infiltrat pada
lapangan paru kanan dan perselubungan pada lapisan bawah paru kanan yang
menutupi sinus kostofrenikus. Perselubungan yang menutupi paru adalah suatu
tanda dari efusi pleura. Pada pemeriksaan CT-scan tampak massa hipodens
heterogen dengan tepi spiculated pada segmen 4,5,6 paru kanan ukuran +/- 5,65 x
4,85 x 2,88 cm dengan fibroinfiltrat disekitarnya dengan pelebaran cabang-cabang
bronkus di sekitarnya, tampak pembesaran KGB multiple upper dan lower
paratrakea bilateral, subcarina, peribronchial bilateral diameter +/- 1,6-2,1 cm dan
pada pleura tampak efusi pleura kanan yang menunjukkan kemungkinan adanya
tumor paru. Pada tulang tampak lesi litik destruktif pada manubrium dan body
sternum, corpus vertebra T10 dan T12 yang menunjukkan kemungkinan adanya
metastasis.
14
Diagnosis banding pada kasus ini adalah efusi pleura et causa tuberkulosis
paru. Pada anamnesis ditemukan gejala batuk kronik dan adanya penurunan berat
badan, namun pada kasus ini tidak ditemukan adanya batuk berdarah, demam, dan
keringat malam. Di lingkungan sekitar pasien juga tidak ada yang mengalami
gejala serupa. Pada pemeriksaan penunjang foto Thorax PA ditemukan adanya
infiltrat pada lapang paru kanan namun tidak ditemukan adanya kavitas pada apex
paru. Gambaran radiologis ini belum dapat membuat diagnosis TB dan masih
memerlukan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan sputum BTA agar diagnosis
TB dapat ditegakkan.
Diagnosis banding lainnya pada kasus ini adalah efusi pleura et causa pneumonia.
Pada anamnesis ditemukan batuk, sesak napas dan sakit dada, namun pada kasus
ini tidak ditemukan adanya dahak dan demam yang menunjukkan adanya infeksi.
Pada pemeriksaan penunjang thorax PA, bagian paru yang terkena pneumonia
menunjukkan adanya konsolidasi sedangkan pada pasien ini gambaran paru pada
thorax PA tidak terlihat adanya konsolidasi. Oleh sebab itu diagnosis pneumonia
dapat disingkirkan.
Pemeriksaan penunjang yang tepat untuk mendiagnosis efusi pleura adalah
pemeriksaan foto thorax PA. Pada kasus ini pasien telah menjalani pemeriksaan
foto thorax PA dan terlihat bahwa ada perselubungan pada lapisan bawah paru
kanan yang menutupi sinus kostofrenikus, hal ini menunjukkan adanya akumulasi
cairan pada pleura. Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan adalah CT-
scan thorax untuk melihat adanya keganasan pada thorax. Pada pasien ini telah
dilakukan CT-scan dan hasilnya menunjukkan kemungkinan tumor paru serta
terdapat metastasis pada tulang. Etiologi dan jenis efusi pleura dapat diketahui
dengan melakukan pemeriksaan cairan pleura yang diperoleh melalui
torakosintesis. Pada kasus ini belum dilakukan pemeriksaan cairan pleura oleh
sebab itu disarankan untuk melakukan pemeriksaan cairan pleura agar diketahui
apakah pasien menderita efusi pleura transudat atau eksudat. Dapat juga dilakukan
biopsi dimana diambil sebagian jaringan pleura untuk diperiksa. Biopsi digunakan
untuk diagnosis kasus tumor pada paru.
Penanganan pada efusi pleura yang disebabkan oleh kanker paru yaitu
dlakukan torakosintesis berulang atau pemasangan water sealed drainage (WSD).
15
Torakosintesis berulang dapat menyebabkan menyebabkan pneumothorax, oleh
sebab itu penanganan lain yaitu dengan water sealed drainage dimana cairan di
drainase dari ruang pleura agar paru-paru dapat mengembang. Selain itu dilakukan
pleurodesis untuk mencegah terjadinya akumulasi cairan sehingga tidak terjadi
efusi pleura berulang. Kondisi dimana cairan terus diproduksi maka dilakukan
usaha untuk mengurangi produksi cairan dengan menggunakan kemoterapi
intrapleural dengan prinsip pleurodesis untuk mentargetkan sel tumor yang ada
pada rongga pleura. Jenis kemoterapi yang digunakan yaitu bleomisin dengan
dosis 40-60 mg atau adriamisin 45 mg/kali. Jika semua usaha yang dilakukan
gagal maka diperlukan tindakan pleurektomi yaitu tindakan untuk membuang
bagian dari pleura.
16
DAFTAR PUSTAKA
17