Vous êtes sur la page 1sur 17

BAB I.

ILUSTRASI KASUS
1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Usia : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Jurumadi
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Status : Sudah menikah

1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari kamis tanggal 31 agustus
2017

Keluhan Utama : Sesak napas sejak 2 bulan yang lalu


Keluhan Tambahan : Nyeri dada kanan dan batuk sejak 2 bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan sesak napas sejak 2 bulan yang lalu. Pasien mengatakan
bahwa sering terbangun pada malam hari karena sesak nafas. Pasien mengeluhkan
bahwa sesak dirasakan ketika ia berada dalam posisi tidur dan sesak dirasakan
secara terus-menerus sedangkan saat duduk pasien merasa tidak sesak, tidak ada
bunyi mengi saat bernapas. Pasien juga mengeluhkan bahwa ia mengalami batuk
dan nyeri dada sejak 2 bulan lalu. Batuk dan sesak terjadi bersamaan, batuk
dengan dahak yang sulit untuk dikeluarkan, dan tidak terdapat darah. Pasien
mengatakan bahwa ia mengalami nyeri dada bagian kanan ketika batuk dan ketika
menarik napas dalam. Nyeri dada tidak menjalar. Pasien memiliki pola makan
yang normal tetapi pasien mengalami penurunan berat badan sekitar 7kg. Pasien
mengaku bahwa ia tidak demam dan tidak mengalami keringat malam.

1
Riwayat Penyakit Dahulu :
Sebelumnya pasien pernah mengalami gejala serupa dan telah dirawat di rumah
sakit sebanyak 4 kali. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain seperti
hipertensi, diabetes, asma, jantung dan kolesterol.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Keluarga pasien tidak ada yang mengalami gejala serupa. Keluarga pasien juga
mengatakan bahwa tidak ada yang memiliki penyakit lain seperti hipertensi,
diabetes mellitus, penyakit jantung, stroke, kolesterol dan asma.

Riwayat Kebiasaan :
Pasien merokok sejak usia 30 tahun dan biasanya menghabiskan 1 bungkus rokok
sehari. Pasien tidak mengkonsumsi alkohol.

Riwayat Sosial Ekonomi :


Pasien tinggal bersama keluarganya di lingkungan yang bersih. Di lingkungan
sekitar pasien tidak ada yang memiliki gejala serupa.

1.3 Pemeriksan Fisik


Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
GCS : E4M6V5
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 165 cm

Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernafasan : 18x/menit
Suhu tubuh : 37,5⁰C

2
Pemeriksaan Generalis
 Kulit keseluruhan:
- Kulit normal
- Tidak ada jaundice, sianosis, edema.
 Kepala dan wajah:
- Bentuk kepala simetris
- Rambut hitam tersebar merata
- Kulit kepala normal
- Tidak ada luka atau scar bekas operasi, massa, deformitas.
 Mata:
- Mata normal
- Refleks cahaya +/+
- Konjungtiva tidak anemis.
- Sklera tidak ikterik.
 THT:
- Telinga:
o Telinga kanan dan kiri simetris.
o Tidak ada bekas luka, deformitas.
o Tidak nyeri.
o Tidak ada sekret.
- Hidung:
o Bentuk normal dan septum di tengah
o Tidak ada bekas luka, deformitas, massa, darah.
o Tidak ada pernafasan cuping hidung
- Tenggorokan:
o Faring tidak hiperemis.
o Uvula di tengah.
o Tonsil: T1 / T1 tidak hiperemis.
 Mulut:
- Tidak sianosis.
- Mukosa mulut normal, tidak ada massa.

3
- Lidah normal, tidak ada deviasi.
- Tidak ada luka di bibir, lidah, dan palatum.

Thorax
 Inspeksi:
- Gerakan paru kanan tertinggal saat bernapas
 Palpasi:
- Tactile fremitus dada kanan menurun
 Perkusi:
- Terdapat dullness pada dada kanan
 Auskultasi:
- Suara napas menurun pada dada kanan

Abdomen
 Inspeksi: tidak dilakukan
 Auskultasi: tidak dilakukan
 Perkusi: tidak dilakukan
 Palpasi: tidak dilakukan

1.4 Pemeriksaan Penunjang


1. Thorax PA
 Jantung CTR < 50%
 Aorta tidak elongasi, mediastinum superior tidak melebar
 Trakea di tengah
 Infiltrat pada lapangan paru kanan yang tervisualisasi
 Perselubungan pada lapisan bawah paru kanan yang menutupi
sinus kostofrenikus
 Tulang dinding dada intak
2. CT Scan Thorax with Contrast
 Trakea : Normal
 Karina : Normal
 Bronkus utama kanan : Normal

4
 Bronkus utama kiri : Normal
 Bronkus lobaris dan segmental : Normal
 Paru : Tampak massa hipodens heterogen dengan tepi spiculated
pada segmen 4,5,6 paru kanan ukuran +/- 5,65 x 4,85 x 2,88 cm
dengan fibroinfiltrat disekitarnya dengan pelebaran cabang-cabang
bronkus di sekitarnya
 Pleura : tampak efusi pleura kanan
 Perikardium : Normal
 Jantung : Normal
 Mediastinum : Normal
 Vena Cava Superior : Normal
 Aorta : Normal
 Arteri Pulmonalis : Normal
 Vena Brachiocephalix : Normal
 Arteri Subclavia Kiri : Normal
 Arteri Karotis Komunis Kiri : Normal
 Arteri Brakhiocephalik Kanan : Normal
 Kalenjar getah bening : Tampak pembesaran KGB multiple upper
dan lower paratrakea bilateral, subcarina, peribronchial bilateral
diameter +/- 1,6-2,1 cm
 Tulang : Lesi litik destruktif pada manubrium dan body sternum,
corpus vertebra T10 dan T12
 Esofagus : Normal
 Gastroesofageal Junction : Normal

1.5 Resume
Pasien bernama Tn. R berusia 55 tahun mengeluhkan sesak napas sekitar 2 bulan
yang lalu. Pasien sering terbangun pada malam hari karena sesak nafas. Pasien
juga mengalami batuk dan nyeri dada sejak 2 bulan lalu. Pasien memiliki pola
makan yang normal tetapi pasien mengalami penurunan berat badan sekitar 7kg.
Pasien merokok sejak berusia 30 tahun dan biasanya menghabiskan 1 bungkus
rokok dalam sehari. Pada pemeriksaan fisik thorax ditemukan gerakan paru kanan

5
tertinggal saat bernapas, tactile fremitus dada kanan menurun , dullness dan suara
napas menurun pada dada kanan. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu X-
ray thorax dan CT-scan thorax. Pada x-ray ditemukan infiltrat pada lapangan paru
kanan dan perselubungan pada lapisan bawah paru kanan yang menutupi sinus
kostofrenikus. Pada CT-scan thorax tampak massa hipodens heterogen dengan
tepi spiculated pada segmen 4,5,6 paru kanan ukuran +/- 5,65 x 4,85 x 2,88 cm
dengan fibroinfiltrat disekitarnya dengan pelebaran cabang-cabang bronkus di
sekitarnya, tampak pembesaran KGB multiple upper dan lower paratrakea
bilateral, subcarina, peribronchial bilateral diameter +/- 1,6-2,1 cm , pada pleura
tampak efusi pleura kanan, dan pada tulang tampak lesi litik destruktif pada
manubrium dan body sternum, corpus vertebra T10 dan T12.

1.6 Diagnosis
Diagnosis Kerja : Efusi Pleura et causa Kanker Paru
Diagnosis Banding : Efusi Pleura et causa Tuberculosis, Efusi Pleura et causa
Pneumonia

1.7 Tatalaksana
Tatalaksana pengobatan yang telah dijalani oleh pasien yaitu pungsi pleura
sebanyak 4x dengan jumlah cairan yang disedot sekitar 500-700cc dan telah
dilakukan pemasangan water sealed drainage.

1.8 Prognosis
- Ad vitam : malam
- Ad functionam : malam
- Ad sanactionam : malam

6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Efusi Pleura
Efusi pleura adalah penumpukan cairan yang berlebihan antara kedua lapisan
pleura. Pleura adalah membran tipis yang melapisi permukaan paru-paru yang
berfungsi untuk melubrikasi dan memfasilitasi pernapasan. Dalam keadaan
normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10ml dan berfungsi untuk
melicinkan permukaan pleura

2.2 Etiologi Efusi Pleura


Penyebab efusi pleura diklasifikasi yaitu transudat dan eksudat. Efusi pleura
transudat disebabkan oleh kenaikan tekanan hidrostatik dan penurunan tekanan
onkotik plasma sedangkan efusi pleura eksudat disebabkan oleh proses inflamasi
pada pleura atau karena adanya penurunan drainase limfatik. Contoh penyebab
efusi pleura transudat yaitu gagal jantung, cirrhosis, hypoalbuminemia, nephrotic
syndrome, hydronephrosis dan peritoneal dialisis. Contoh penyebab efusi pleura
eksudat yaitu pneumonia, kanker, pulmonary embolism, infeksi virus, tuberculosis
dan uremia.

2.3 Tanda dan Gejala Efusi Pleura


Tanda dan gejala efusi pleura yaitu sesak napas, nyeri dada pleuritik, batuk, dan
demam. Sesak napas terjadi karena adanya cairan pada pleura menyebabkan paru-
paru sulit untuk mengembang sehingga membuat sulit untuk bernapas. Sakit dada
terjadi karena lapisan pleura paru-paru ter-iritasi. Rasa sakit biasanya pleuritik
yaitu sakit yang tajam dan memburuk saat bernapas dalam dan batuk.

2.4 Patofisiologi Efusi Pleura


Cairan pleura akan berakumulasi ketika pembentukan cairan pleura lebih besar
daripada absorbsi cairan pleura. Peningkatan pembentukan cairan pleura dapat
berasal dari kenaikan tekanan hidrostatik, penurunan tekanan osmotik koloid,
kenaikan permeabilitas kapiler atau reduksi tekanan ruang pleura. Penurunan
absorbsi cairan pleura berasal dari obstruksi limfatik atau kenaikan tekanan
sistemik vena sehingga menyebabkan kerusakan drainase limfatik. Efusi pleura

7
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu transudat dan eksudat. Efusi pleura transudat
terjadi ketika adanya perubahan pada faktor sistemik yang mempengaruhi
pergerakan cairan pleural sehingga menghasilkan efusi pleura. Sedangkan efusi
pleura eksudat terjadi ketika adanya proses inflamasi pada pleura.

2.5 Diagnosis Efusi Pleura


Diagnosis efusi pleura dapat ditegakkan dengan x-ray dada, USG, torakosintesis
dan CT-scan. X-ray dilakukan untuk mengkonfirmasi adanya cairan pada pleura,
USG dilakukan untuk mengkonfirmasi cairan dan lokasinya pada pleura,
torakosintesis dilakukan untuk menentukan penyebab efusi pleura, CT-scan
dilakukan untuk melihat gambar paru-paru yang lebih jelas dan cairan serta dapat
menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor. Analisa cairan pleura
dapat dilakukan untuk membedakan antara eksudat dan transudat berdasarkan
kriteria Light. Kriteria ini untuk penyebab efusi pleura eksudat yaitu :
- Rasio cairan pleura terhadap protein serum lebih besar dari 0,5
- Rasio cairan pleura terhadap serum LDH lebih besar dari 0,6
- Cairan pleura LDH lebih besar dari dua pertiga batas atas nilai serum
normal

2.6 Penanganan Efusi Pleura


Efusi pleura ditangani dengan mengobati gangguan medis yang mendasarinya.
Efusi pleura yang menyebabkan adanya gangguan pernapasan ditangani dengan
pleural tap (torakosintesis) dimana menghilangkan sejumlah besar cairan pleura.
Penghilangan 400-500mL cairan pleura cukup untuk mengurangi sesak napas,
batas yang direkomendasikan adalah 1000-1500 mL dalam prosedur
torakosintesis. Efusi yang kronis, berulang, dan menimbulkan gejala dapat diobati
dengan pleurodesis. Pleurodesis (juga dikenal sebagai sklerosis pleura) melibatkan
sclerosing agent yang diinjeksi ke ruang pleura untuk membentuk inflamasi ke
dalam ruang pleura. Sclerosing agent membuat kedua lapisan pleura menyatu
sehingga cairan tidak dapat berakumulasi. Pleurodesis paling sering digunakan
untuk efusi ganas berulang, seperti pada pasien kanker paru-paru atau kanker
payudara atau ovarium metastatik. Selain itu juga dapat dilakukan water sealed

8
drainage yaitu suatu sistem drainase yang menggunakan water seal untuk
mengalirkan cairan atau udara keluar dari rongga pleura agar dapat
mempertahankan tekanan negatif pada rongga pleura sehingga dada dapat
mengembang.

2.7 Definisi Kanker Paru


Kanker paru adalah pertumbuhan sel yang tidak terkontrol pada paru-paru. Orang
yang merokok memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker paru.

2.8 Penyebab Kanker Paru


Penyebab utama kanker paru adalah rokok baik pada orang yang merokok atau
orang yang sering terpapar asap rokok. Rokok mengandung karsinogen, ketika
terhirup maka membuat jaringan paru rusak. Awalnya tubuh dapat memperbaiki
kerusakan ini namun dengan paparan berulang maka terjadi peningkatan pada sel
paru yang normal sehingga menyebabkan sel-sel paru menjadi abnormal dan
berkembang menjadi kanker. Penyebab lain kanker paru adalah terpapar pada
radon, asbestos dan karsinogen lain seperti arsenic, chromium dan nickel. Riwayat
kanker paru pada keluarga juga dapat meningkatkan resiko seseorang untuk
terkena kanker paru.
Ada 2 tipe kanker paru yaitu :
 Small cell lung cancer
 Non-small cell lung cancer : squamous cell carcinoma, adenocarcinoma
dan large cell carcinoma

2.9 Tanda dan Gejala Kanker Paru


Tanda dan gejala kanker paru adalah batuk, sesak napas, sakit dada, mengi, serak,
kehilangan berat badan, dan pembesaran kalenjar getah bening.

9
2.10 Patofisiologi Kanker Paru
Merokok merupakan faktor resiko utama terjadinya kanker paru. Sekitar 85%
kasus kanker paru berasal dari kebiasaan merokok, dan berhubungan dengan 70-
90% kematian pada kanker paru. Kanker paru dimulai dari inisiasi karsinogen
yang diikuti oleh promosi dan progresi yang panjang dalam proses multistep.
Asap rokok menginisiasi dan mempromosi karsinogen. Merokok menyebabkan
terjadinya perubahan pada sel normal di paru. Merokok dalam jangka waktu yang
panjang membuat terjadinya mutasi karena adanya iritasi kronik dan promotor
dalam asap rokok (ex : nicotin, phenol, formaldehyde). Selain itu, faktor genetik
juga berperan penting dalam terjadinya kanker paru.

2.11 Komplikasi Kanker Paru


Kanker paru dapat menyebabkan cairan berakumulasi pada ruang pleura sehingga
menyebabkan terjadinya sesak napas. Kanker paru juga dapat metastasis ke organ
tubuh yang lain seperti otak dan tulang.

2.12 Diagnosis Kanker Paru


Diagnosis kanker paru dapat ditegakkan dengan imaging test, sitologi sputum, dan
biopsi. Imaging test menggunakan X-ray untuk melihat massa yang abnormal
pada paru, CT-scan juga dapat digunakan untuk melihat adanya lesi yang lebih
kecil yang tidak terdeteksi pada X-ray. Sitologi sputum dilakukan untuk melihat
sel-sel abnormal pada paru melalui mikroskop. Biopsi dilakukan dengan cara
mengambil sampel dari abnormal sel untuk melihat kelainan yang terjadi pada
paru. Selain itu bisa juga dilakukan CT-abdomen dan PET scan jika suspek
metastasis kanker paru.

10
2.13 Staging Kanker Paru
Non-Small Cell Lung Cancer berdasarkan TNM Staging

Stage Description
IA T1a,b, N0, M0
IB T2a, N0, M0
IIA T1a, b, N1, M0 ; T2a, N1, M0 ; T2b,
N0, M0
IIB T2b, N1, M0 ; T3, N0, M0
IIIA T3, N1, M0 ; T(1-3), N2, M0 ; T4 N (0-
1), M0
IIIB T4, N(2-3), M0 ; T(1-4), N3, M0
IV Any T, Any N, M1a,b

11
Small Cell Lung Cancer
- Tahap terbatas: Pada tahap ini, kanker ditemukan di satu sisi dada,
hanya melibatkan satu bagian paru-paru dan kelenjar getah bening di
dekatnya.
- Tahap ekstensif: Pada tahap ini, kanker telah menyebar ke daerah lain
di dada atau bagian tubuh lainnya.

2.14 Penanganan Kanker Paru


Non-Small Cell Lung Cancer
- Stages IA, IB, IIA dan IIB
 Operasi merupakan standar utama penanganan
 Radioterapi dilakukan setelah operasi atau jika tidak
memungkinkan untuk di operasi
 Adjuvant chemotherapy
- Stages IIIA
 Kombinasi radiasi, kemoterapi dan operasi
 Penanganan dimulai dari kemoterapi yang dikombinasikan
dengan radiasi. Operasi merupakan pilihan jika sisa kanker bisa
dihilangkan
- Stages IIIB
 Kemoterapi dikombinasikan dengan radioterapi
- Stages IV
 Kemoterapi, target terapi, imunoterapi dan Palliative Care.

Small Cell Lung Cancer


- Tahap terbatas
 Kemoterapi dilanjutkan radioterapi
 Kemoterapi yang digunakan adalah etoposide + cisplatin
- Tahap extensive
 Kemoterapi etoposide + cisplatin. Regimen lain yang dapat
digunakan yaitu carboplatin + irinotecan

12
 Radioterapi di otak dapat dilakukan sebelum atau setelah
kemoterapi untuk pasien yang telah menyebar ke otak.
Prosedur radioterapi yaitu prophylactic cranial irradiation.

13
BAB III. PEMBAHASAN KASUS
Diagnosis utama kasus ini adalah efusi pleura et causa kanker paru. Hasil
anamnesis yang mendukung diagnosis ini adalah sesak napas yang dirasakan
ketika berada dalam posisi tidur sedangkan jika dalam posisi duduk pasien merasa
tidak sesak. Pasien juga sering terbangun malam hari karena sesak. Keluhan sesak
timbul akibat terjadinya akumulasi cairan dalam rongga pleura yang akan
memberikan kompresi pada paru sehingga paru tidak dapat mengembang dengan
baik. Keluhan lain yaitu batuk yang muncul bersamaan ketika pasien merasa
sesak. Pasien mengatakan bahwa dahak sulit dikeluarkan ketika dia batuk. Batuk
yang dirasakan pasien mungkin karena adanya rangsangan pada pleura sebagai
akibat dari akumulasi cairan pleura, proses inflamasi ataupun karena ada massa
pada paru-paru. Pasien juga merasakan nyeri dada bagian kanan ketika ia batuk
dan nyeri dada tidak menjalar. Nyeri dada ini disebabkan karena adanya
peradangan pada pleura. Pasien juga mengalami penurunan berat badan sekitar
7kg.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan gerakan paru kanan tertinggal saat
bernapas, tactile fremitus dada kanan menurun , dullness dan suara napas menurun
pada dada kanan. Semua kelainan pada pemeriksaan fisik disebabkan karena
adanya akumulasi cairan pada rongga pleura.
Pada Pemeriksaan penunjang foto thorax PA ditemukan infiltrat pada
lapangan paru kanan dan perselubungan pada lapisan bawah paru kanan yang
menutupi sinus kostofrenikus. Perselubungan yang menutupi paru adalah suatu
tanda dari efusi pleura. Pada pemeriksaan CT-scan tampak massa hipodens
heterogen dengan tepi spiculated pada segmen 4,5,6 paru kanan ukuran +/- 5,65 x
4,85 x 2,88 cm dengan fibroinfiltrat disekitarnya dengan pelebaran cabang-cabang
bronkus di sekitarnya, tampak pembesaran KGB multiple upper dan lower
paratrakea bilateral, subcarina, peribronchial bilateral diameter +/- 1,6-2,1 cm dan
pada pleura tampak efusi pleura kanan yang menunjukkan kemungkinan adanya
tumor paru. Pada tulang tampak lesi litik destruktif pada manubrium dan body
sternum, corpus vertebra T10 dan T12 yang menunjukkan kemungkinan adanya
metastasis.

14
Diagnosis banding pada kasus ini adalah efusi pleura et causa tuberkulosis
paru. Pada anamnesis ditemukan gejala batuk kronik dan adanya penurunan berat
badan, namun pada kasus ini tidak ditemukan adanya batuk berdarah, demam, dan
keringat malam. Di lingkungan sekitar pasien juga tidak ada yang mengalami
gejala serupa. Pada pemeriksaan penunjang foto Thorax PA ditemukan adanya
infiltrat pada lapang paru kanan namun tidak ditemukan adanya kavitas pada apex
paru. Gambaran radiologis ini belum dapat membuat diagnosis TB dan masih
memerlukan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan sputum BTA agar diagnosis
TB dapat ditegakkan.
Diagnosis banding lainnya pada kasus ini adalah efusi pleura et causa pneumonia.
Pada anamnesis ditemukan batuk, sesak napas dan sakit dada, namun pada kasus
ini tidak ditemukan adanya dahak dan demam yang menunjukkan adanya infeksi.
Pada pemeriksaan penunjang thorax PA, bagian paru yang terkena pneumonia
menunjukkan adanya konsolidasi sedangkan pada pasien ini gambaran paru pada
thorax PA tidak terlihat adanya konsolidasi. Oleh sebab itu diagnosis pneumonia
dapat disingkirkan.
Pemeriksaan penunjang yang tepat untuk mendiagnosis efusi pleura adalah
pemeriksaan foto thorax PA. Pada kasus ini pasien telah menjalani pemeriksaan
foto thorax PA dan terlihat bahwa ada perselubungan pada lapisan bawah paru
kanan yang menutupi sinus kostofrenikus, hal ini menunjukkan adanya akumulasi
cairan pada pleura. Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan adalah CT-
scan thorax untuk melihat adanya keganasan pada thorax. Pada pasien ini telah
dilakukan CT-scan dan hasilnya menunjukkan kemungkinan tumor paru serta
terdapat metastasis pada tulang. Etiologi dan jenis efusi pleura dapat diketahui
dengan melakukan pemeriksaan cairan pleura yang diperoleh melalui
torakosintesis. Pada kasus ini belum dilakukan pemeriksaan cairan pleura oleh
sebab itu disarankan untuk melakukan pemeriksaan cairan pleura agar diketahui
apakah pasien menderita efusi pleura transudat atau eksudat. Dapat juga dilakukan
biopsi dimana diambil sebagian jaringan pleura untuk diperiksa. Biopsi digunakan
untuk diagnosis kasus tumor pada paru.
Penanganan pada efusi pleura yang disebabkan oleh kanker paru yaitu
dlakukan torakosintesis berulang atau pemasangan water sealed drainage (WSD).

15
Torakosintesis berulang dapat menyebabkan menyebabkan pneumothorax, oleh
sebab itu penanganan lain yaitu dengan water sealed drainage dimana cairan di
drainase dari ruang pleura agar paru-paru dapat mengembang. Selain itu dilakukan
pleurodesis untuk mencegah terjadinya akumulasi cairan sehingga tidak terjadi
efusi pleura berulang. Kondisi dimana cairan terus diproduksi maka dilakukan
usaha untuk mengurangi produksi cairan dengan menggunakan kemoterapi
intrapleural dengan prinsip pleurodesis untuk mentargetkan sel tumor yang ada
pada rongga pleura. Jenis kemoterapi yang digunakan yaitu bleomisin dengan
dosis 40-60 mg atau adriamisin 45 mg/kali. Jika semua usaha yang dilakukan
gagal maka diperlukan tindakan pleurektomi yaitu tindakan untuk membuang
bagian dari pleura.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Kanker paru ( kanker paru karsino


bukan sel kecil). Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.; 2001.
2. Jablons D. Management of the pleural effusions. In: Perry MC editor.
American society of
clinical oncology educational book. Alexandria : ASCO; 2004
3. Hanley, Michael E., Carolyn H. Welsh. Current Diagnosis & Treatment in
Pulmonary Medicine. 1st edition. McGraw-Hill Companies.USA:2003
4. McGrath E. Diagnosis of Pleural Effusion: A Systematic Approach.
American Journal of Critical Care 2011
5. Diaz-Guzman E, Dweik RA. Diagnosis and management of pleural
effusions: a practical approach. Compr Ther. 2007 Winter.
6. Musani AI. Treatment options for malignant pleural effusion. Curr Opin
Pulm Med. 2009 \
7. Iribarren C, Tekawa IS, Sidney S, Friedman GD. Effect of cigar smoking
on the risk of cardiovascular disease, chronic obstructive pulmonary
disease, and cancer in men. N Engl J Med 1999
8. American Joint Committee on Cancer. Implementation of AJCC 8th
Edition Cancer Staging System. 2017
9. Wynder EL, Graham EA. Tobacco smoking as a possible etiologic factor
in bronchiogenic carcinoma; a study of 684 proved cases. JAMA 1950
10. Wahidi MM, Govert JA, Goudar RK, Gould MK, McCrory DC; American
College of Chest Physicians. Evidence for the treatment of patients with
pulmonary nodules: when is it lung cancer?: ACCP evidence-based
clinical practice guidelines (2nd edition). Chest 2007

17

Vous aimerez peut-être aussi