MOTIVATION AND CONTEXT

San Miguelito anticline, the westward extension of the Ventura Avenue anticline, Ventura, California. This
fold is forming today, and it is producing oil today (note pumpjack). The fold is responding to a relatively
constant rate of tectonic shortening of 9 mm/yr. During the last 100,000 years the core of this anticline
has grown at a rate of 25 mm/yr, even while oil and gas are being removed there from the subsurface.
The San Miguelito anticline epitomizes the diverse ways in which structures are studied (geodesy,
seismology, structural geology, basin analysis, neotectonics) as well as the applications of structural
geology to society (e.g., natural resources, seismic hazards). [Photograph courtesy of Art Sylvester.]

Antiklin San Miguelito, memanjang ke barat Antiklin Ventura Avenue, Ventura, CCalifornia. Lipatan ini
terbentuk hari ini, dan ini menghasilkan minyak hari ini (catatan pumpjack). Lipatan ini mengakibatkan
angk konstan secara keseluruhan dari pemendekan lempeng tektonik sebesar 9mm/thn. Selama 100.000
tahun terakhir inti antiklin tumbuh pada angka 22mm/thn, bahkan saat minyak dan gas terangkat dari
bawah permukaan. Antiklin San Miguelito merupakan contoh perbedaan cara (proses) dalam struktur
yang dipelajari 9geodei, seismologi, geologi sruktur, analisis cekungan, neotektonik) maupun sebagai
aplikasi geologi struktur untuk umum (SDA, bahaya gempa) [Photograph courtesy of Art Sylvester.]

Figure 1.1 Photograph of folding within the Thick White Limestone Beds (Cretaceous/Paleocene) at Mt.
Lykaion in the Peloponessos, Greece. Geologist is Tom Fenn, who is using his hand-held Global Positioning
System (GPS) instrument to ‘catch’ satellite-transmitted radio signals and determine exact location in
terms of latitude and longitude. The limestone was subjected to end-on compression during the formation
of the Pindos fold and thrust belt in the early Tertiary. [Photograph by G. H. Davis.

Our purpose in writing this textbook, now updated to a third-edition view of the world, is to communicate
the physical and geometric elegance of geologic structures within the Earth’s crust, and to describe the
ways in which they reflect the nature and origin of crustal deformation through time (Figure 1.1). Geologic
structures provide part of the basis for recognizing and reconstructing the profound changes that have
marked the physical evolution of the Earth’s outermost layers, as observed from the scale of the plates
down to the microscopic. Understanding the nature and extensiveness of geologic structures of
deformational origin in the Earth’s crust has both scientific and practical benefit. But there is a
philosophical value as well. Our perceptions of who we are and where we are in time and space are shaped
by facts and interpretations regarding the historical development of the crust of the lively, dynamic planet
on which we live.

GAMBAR 1. Foto lipatan dalam ketebalan susunan lapisan batukapur putih (kapur/paleocent) di Lykaion
in the Peloponessos, Greece. Ahli geologi itu adalah Tom Fenn, yang menggunakan alat GPS di
genggamannya untuk menangkap transmisi satelit sinyaL radio dan menentukan lokasi yang tepat dalam
istilah lintang dan bujur. Batu kapur itu dikenai tekanan ke ataS (anticlinal) di sepanjang formasi Pindos
fold and thrust belt pada akhir masa tersier Photograph by G. H. Davis
Tujuan kita dalam menulis teks book ini, sekarang update an ke-3 melihat dunia, adalah untuk
menyampaikan kondisi fisik dan keindahan bentuk (geometri) dari struktur geologi dalam kerak bumi
(lapisan bumi), dan untuk mendeskripsikan proses yang mencerminkan sifat dan asal usul perubahan
bentuk lapisan bumi sepanjang waktu (GAMBAR 1.1). Struktur geologi menyajikan bagian dari dasar untuk
mengenali dan merekrontuksi perubahan di dalam yang telah ditandai dengan evolusi fisik dari lapisan
bumi paling luar, seperti hasil penelitian dari skala lempeng dalam mikroskopik. Memahami alam dan
kepekaan struktur geologi dari asal-usul deformasi di kerak bumi yang memiliki keduanya, yaitu alamiah
dan manfaat praktis. Tapi, ada nilai filosofisnya juga. Pandangan kita tentang siapa kita dan dimana kiita
pada waktu dan bentuk keruangan secara nyata dan interpretasi mengenai perkembangan sejarah kerak
bumi yang hidup, planet yang dinamis dimana kita hidup

Plate tectonics provides a backdrop for understanding the origin and significance of geologic
structures, especially regional structures. Plate tectonic analysis is the essential basis for
interpreting the dynamic circumstances that give rise to deformational movements. We have come
to understand that our earthly foundations are not fixed. Instead, we live on tectonic plates that are
in a continual state of slow motion. According to plate tectonic theory, the Earth
can be subdivided into discrete fundamental “rigid ” plates that move in relation to one another
(Figure 1.2). The interaction of these plates has played a dominant role in both the formation and
deformation of rock bodies in the Earth’s crust. The boundaries and margins of plates typically are
sites of tectonic deformation. Notably, mountains ‘build ’ at plate boundaries and plate margins.
Knowledge of present-day plate tectonic processes aids us in interpreting past structural
movements.

Lempeng tektonik menyajikan suatu latar belakang untuk memahami asal-usul dan pentingny
struktur geologi, khususnya struktur wilayah. Analisis lempeng tektonik adalah dasar yang pentin
untuk menginterpretsikan keadaan yang dinamis yang memberikan muncul untuk perubahan
deformasi. Kita harus dating untuk memahami bahwa dasar kehidupan bumi tidak tentu. Bahkan,
kita hidup di atas lempeng tektonik yang dalam keadaan berkelan jutan secara pelan-pelan.
Berdasarkan teori lempeng tektonik, bumi dapat terbagi lagi ke dalam berbagai dasar lempeng
kaku yang bergerak dalam hubungan ke lempeng lainnya (GAMBAR 2). Interksi lempeng ini
berperan penting dalam formasi dan deformasi tubuh batuan di kerak bumi. Batas dan tepi
lempeng secara khusus merupakan tempat terjadinya deformasi. Terutama pembentukan gunung
pada batas lempeng dan tepi lempeng. Pengetahuan proses tektonik masa ini dapat membantu kita
untuk mempresentasikan perubahan struktur pada masa lalu.

Figure 1.3 Schematic rendition of tectonic convergence between two plates. (A) Oceanic
lithosphere is being subducted from right to left beneath volcanic arc of basalt and andesite. (B)
Continental margin makes contact with the volcanic arc. Profound deformation takes place at
location of collision. [Adapted from Dewey and Bird, Mountain belts and the new global tectonics,
Journal of Geophysical Research, v. 75, p. 2625 2647, copyright ª
1970 by American Geophysical Union.]
GAMBAR 1.3 skema terjadi nya konvergen tektonik antara 2 lempeng (A) lempeng samudera
tersubduksi dari kanan ke kiri bawah membentuk busur pegunungan basalt dan andesit (B) tepi
benua membuat kontak dengan busur pegunungan. Deformasi terjadi di zona subduksi. [Adapted
from Dewey and Bird, Mountain belts and the new global tectonics, Journal of Geophysical
Research, v. 75, p. 2625 2647, copyright ª 1970 by American
Geophysical Union.]

Structural geology is an essential tool in unraveling the geologic history of any given area or region
within the Earth, especially in mountain belts wheredeformational movements profoundly modify
original arrangements of rocks and geologic contacts (Figure 1.3). Nicolaus Steno, a 17th-century
anatomist, was the first practitioner of structural geology. On his travels through the Alps and Alps
he “had the chance to see with his own eyes layers of rock [it reminded him of layers of skin] . . .,
[and] strata raised and contorted into mountains.” . . . “A mountain cannot be opened up with a
scalpel; the earth’s strata cannot be cut away to see what lies below the surface. But in Florence,
Steno would learn to do that figuratively, if not literally. He would become an anatomist of the
world ” (Cutler, 2003, p. 44).

Struktur geologi adalah pedoman pentin dalam menguraikn histori geologi yang apapun yang
terdapat di suatu area atau wilayah di bumi, khususnya di busur pengunungan yang mengalami
deformasi yang merubah susunan asli batuan dan kontak geologi (GAMBAR 3). Nicolaus Steno,
ahli anatomi pada abad 17-an merupkan tokoh struktur geologi pertama. Pada perjalanan nya
sepanjang pegunungan alpen ke alpen lagi dia mengatakan bahwa “ada perubahan untuk dilihat
dengan mata sendiri, yaitu lpisan baatuan (ini mengingatkan dia pada lapisan kulit dan lapisan
menonjol dan melengkung menjadi pegunungan. Sebuah gunung tidak dapat dibuka dengan alat
bedah; lapisan bumi tidak dapat dipotong untuk melihat Apa yang terletak di bawah permukaan.
Tapi, di Florence, Steno akan beljar unuk mengibaratkannya, jika tidak secara harfiah. Dia akan
menjadi ahli anatomi dunia”

When viewed at geological scales of time and spatial dimension, rocks must be regarded as
materials almost without strength, capable of being deformed continuously even under the slightest
of pressures. The geologic mapping of mountain belts has shown this to be true time and time
again (Figure 1.4). The understanding of this paradox, which we try to capture in the expression
“soft as a rock,” yields a transformed view of the strength and behavior of rocks and regions.
Surprisingly, structural geologists have a lot in common with ocean scientists and atmospheric
scientists: we all deal with deformable “fluids.”

Ketika melihat skala waktu dan dimensi spasial geologi, batuan harus dianggap sebagai hampir
tanpa kekuatan, mampu mengalami deformasi secara terus menerus meskpun dalam tekanan
kecilpun. Pemetaan geologi dari busur pegunungan telah menunjukkan waktu ke waktu
(GAMBAR 4) untuk memahami paradox ini, kita mencoba untuk menangkap kenampakan
“lembut seperti batu” menghasilkan perubahan pandangan kekuatan biasanya dari batu dan
wilayah. Cukup mengejutkan, struktur geologi memiliki banyak kesamaan dengan ilmu kelautan
dan ilmu atmosfer, kia semua setuju dengan perubahan bentuk ‘CAIRAN “

Figure 1.4 Photograph of folding of marble layers (white) and impure marble and quartzite (dark)
along the Snake Range de ´collement in the Snake Range, western Utah. The variations in layer
thickness indicate that the rocks flowed during deformation. Height of cliff face is 40 m.
[Photograph by G. H. Davis.]

GAMBAR 1.4. Foto lipatan lapisan marmer (putih) dan marmer tak murni dan kuarsit (gelap)
sepanjang lekukan dari beberapa lekukan tersebut, UTAH barat. Variasi dalam lapisan tipis ini
mengindikasikan bahwa batuan mengalir selama deformasi. Ketinggian muka tebing adalaha 40m.
[Photograph by G. H. Davis.]

PRACTICAL APPLICATIONS

Practical applications of structural geology are broad ranging and powerful. The value of structural
geology in petroleum exploration, ore deposits geology, and hydrogeology relates to an
understanding of fracturing and faulting in the subsurface, and how fracture permeability created
by networks and systems of such brittle structures influences fluid transport. The common
occurrence of calcite veins in limestone or marble is an example of this. The ancient marble
columns pictured in Figure 1.5 are deeply weathered and as a consequence calcite veining stands
out in stark relief. The myriad calcite veinlets disclose the remarkable degree of fracturing that the
marble once experienced. CaCo3-bearing solutions clearly permeated the rock at one time.

Aplikasi praktis (penerapan) struktur geologi sangat luas dan kuat. Manfaat dari geologi struktur
dalam eksplorasi minyak, bijih endapan geologi, dan hubungan hidrogeologi untuk memahami
patahan dan lipatan di bawah permukaan, dan bagaaimana patahan terbentuk dari jaringan dan
sistem seperti struktur rapuh menyebabkan transport fluida. Contohnya, yang biasanya terjadi
pada urat kalsit di batu kapur dan marmer. Tiang marmer tua digambarkan dlam GAMBAR
1.5 cuaca ekstrem dan akibat dari timbulnya urat kalsit yang