Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Penyebab tumor ini belum diketahui secara jelas. Banyak penulis yang
mengajukan berbagai macam teori, tetapi secara garis besar dibagi menjadi 2
golongan yaitu teori jaringan asal tumbuh dan teori hormonal. Keluhan paling sering
dijumpai adalah hidung tersumbat yang bersifat progresif, epistaksis berulang dan
rinore kronik. Hidung tersumbat bersifat unilateral dikeluhkan lebih dari 80%
pasien. 3
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI FARING
2
2.1.2 OTOT-OTOT FARING
3
- Dinding lateral pada tiap-tiap sisi mempunyai muara tuba auditiva ke
faring. Pinggir posterior tuba membentuk elevasi yang disebut elevasi tuba.
M. salphingoparyngeus yang melekat pada pinggir bawah tuba, membentuk
lipatan vertikal pada membran mucosa yang disebut plica
salphingopharyngeus. Recessus pharyngeus adalah lekukan kecil pada
dinding lateral di belakang elevasi tuba. Kumpulan jaringan limfoid di dalam
submukosa di belakang muara tuba auditiva disebut tonsila tubaria.
b. Orofaring
Orofaring terletak di belakang cavum oris dan berentang dari palatum molle
sampai ke pinggir atas epiglotis. Orofaring mempunyai atap, dasar, dinding
anterior, dinding posterior dan dinding lateral.
- Atap dibentuk oleh permukaan bawah palatum molle dan isthmus
pharyngeus. Kumpulan kcil jaringan limfoid terdapat di dalam submukosa
permukaan bawah palatum molle
- Dasar dibentuk oleh sepertiga posterior lidah (yang hampir vertikal) dan
celah antara lidah permukaan anterior epiglotis. Membrana mucosa yang
meliputi sepertiga posterior lidah berbentuk ireguler, yang disebabkan oleh
adanya jaringan limfoid di bawahnya, disebut tonsila liguae. Membrana
mukosa melipat dari lidah menuju ke epiglotis. Pada garis tengah terdapat
elevasi yang disebut plica glossoepiglotica mediana dan dua plica
glossoepiglotica lateralis. Lekukan kanan dan kiri plica glossoepiglotica
mediana disebut vallecula.
- Dinding anterior terbuka ke dalam rongga mulut melalui isthmus orofaring
(isthmus faucium). Di bawah isthmus ini terdapat parss pharyngeus linguae.\
- Dinding posterior disokong oleh corpus vertebra cerviklais kedua dan
bagian atas corpus vertebra servikais ketiga.
- Dinding lateral. Pada kedua sisi dinding lateral terdapat arcus palatoglossus
dan asrcus palatopharyngeus dengan tonsila palatina diantaranya.
c. Laringofaring
Laringofaring terletak dibelakang aditus larynges dan permukaan posterior
laring, dan terbentang dari pinggir atas epiglotis sampai dengan pinggir bawah
4
cartilago cricoidea. Laringofaring mempunyai dinding anterior, posterior dan
lateral.
- Dinding anterior dibentuk oleh aditus laryngis dan membrana mucosa yang
meliputi permukaan posterior laring
- Dinding posterior disokong oleh corpus vertebra cervikalis ketiga, keempat,
kelima dan keenam
- Dinding lateral disokong oleh cartilago thyroidea dan membrana
thyrohyoidea. Sebuah alur kecil tetapi penting pada membrana, disebut fossa
piriformis, terletak di kanan dan kiri aditus laryngis. Fossa ini berjalan
miring ke bawah dan belakang dari dorsum linguae menuju ke esofagus.
Fossa piriformis dibatasi di medial oleh plica aryepiglottica dan di lateral
oleh lamina cartilagoo thyroidea dan membrana thyrohyoidea. 4
5
menghilangkan dan menghancurkan benda asing yang masuk melalui mulut
dan hidung serta ikut serta dalam pembentukan antibodi.
Mekanisme menelan terdiri dari tiga fase yang penting. Fase pertama atau
fase di bawah kehendak, terjadi jika bolus makanan atau minuman didalam
mulut, setelah di kunyah, didorong oleh lidah dan kontraksi pilar tonsil
melalui arkus faring. Pada saat ini, terjadi kontraksi palatum mole dan
menutup nasofaring, fase kedua terjadi di luar kehendak dan meliputi jalan
makanan dari faring sampai ke introitus esofagus. Fase terakhir, juga di luar
kehendak, timbul jika makanan berjalan sepanjang esofagus. Kontaksi
m.konstriktor faringeus menekan makanan ke bawah masuk introitus
esofagus yang akan membuka untuk menerima makanan. Selama fase kedua,
epiglotis terangkat dan sfingter laring bagian superior tertutup. Perjalanan
makanan turun sepanjang esofagus dibantu oleh tekanan positif, gelombang
peristaltik dinding esofagus dan tekanan negatif di dalam lumen esofagus. 5
2.2.2 ETIOLOGI
Etiologi tumor ini masih belum jelas, berbagai macam teori banyak di
ajukan. Salah satu diantaranya adalah teori jaringan asal, yaitu pendapat bahwa
tempat perlekatan spesifik angiofibroma adalah di dinding posterolateral atap
rongga hidung. Faktor ketidakseimbangan hormonal juga banyak dikemukakan
sebagai penyebab adanya kekurangan androgen atau kelebihan esterogen.
Anggapan ini didasarkan juga atas adanya hubungan erat antra tumor dengan
6
jebis kelamin dan umur. Banyak ditemukan pada anak atau remaja laki-laki.
Itulah sebabnya tumor ini disebut juga angiofibroma nasofaring belia (Juvenille
nasopharyngeal angiofibroma).6
2.2.3 EPIDEMIOLOGI
2.2.4 PATOGENESIS
2.2.5 DIAGNOSIS
7
diikuti oleh gangguan penciuman. Tuba Eustachius akan menimbulkan ketulian
atau otalgia. Sefalgia hebat biasanya menunjukkan bahawa tumor sudah meluas
ke intrakranial. 6,7
8
trombosis intravaskular, sehingga vaskularisasi berkurang danakan
mempermudah pengangkatan tumor. Pemeriksaan kadar hormonal dan
pemeriksaan immunohistokimia terhadap reseptor estrogen, pogesteron dan
androgen sebaiknya dilakukan untuk melihat adanya gangguan hormonal.
Pemeriksaan patologi anatomik tidak dapat dilakukan, karena biopsi merupakan
kontraindikasi, sebab akan mengakibatkan perdarahan yang masif. 6
2.2.6 STADIUM
KLASIFIKASI
MENURUT SESSION
Stadium IA Tumor terbatas di nares posterior dan atau nasofaringeal voult
Stadium IB Tumor meliputi nares posterior dan atau nasofaringeal voult
dengan meluas sedikitnya 1 sinus paranasal
Stadium IIA Tumor meluas sedikit ke fossa pterigomaksila
Stadium IIB Tumor memenuhi fossa pterigomaksila tanpa mengerosi tulang
orbita
Stadium IIIA Tumor telah mengerosi dasar tengkorak dan meluas sedikit ke
intarakranial
Stadium IIIB Tumor telah meluas ke intra kranial dengan atau tanpa meluas
ke sinus kavernosa
9
KLASIFIKASI
MENURUT FISCH
Stadium I Tumor terbatas di rongga hidung, nasofaring tanpa
mendestruksi tulang
Stadium II Tumor menginvasi fossa pterigomaksila, sinus paranasal
dengan destruksi tulang
Stadium III Tumor menginvasi fossa infratemporal, orbita dengan atau
regio paraselar
Stadium IV Tumor menginvasi sinus kafernosus, regio chiasma optik dan
atau fossa pituitary
2.2.7 PENGOBATAN
10
hormonal dengan preparat testosteron reseptor bloker (flutamid) 6 minggu
sebelum operasi, meskipun hasilnya tidak sebaik radioterapi.6
11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tumor jinak yang sangat langka ini teradapat hampir ekslusif pada pria
remaja. Tumor ini biasanya terbentuk di area choana posterior dan nasofaring.
Meskipun fibroma nasofaring merupakan neoplasma jinak, tumor ini tumbuh
dengan menimbulkan kerusakan dan infiltrasi setempat, tetapi tidak bermetastase. 3
12
DAFTAR PUSTAKA
13