Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Ni’mah Tozahro
4115110007
Semester V / DIV TPJJ Jalan Tol
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Jalan Prof. Dr. G.A. Siwabessy, Kampus UI, Depok 16425
www.pnj.ac.id
2017
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhana Wata’ala karena atas rahmat
dan kasih-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Tugas Alat
Berat : Alat Asphalt Finisher”. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi syarat tugas besar mata
kuliah Pemindahan Tanah Mekanis dan Alat Berat.
Selesainya pembuatan makalah ini, tak luput dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis bermaksud mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang dimaksud,
yaitu:
1. Kedua Orangtua dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan
2. Bapak Ir. Kusumo Dradjat S, Msi. Selaku dosen pengajar mata kuliah Pemindahan Tanah
Mekanis (PTM) & Alat Berat yang telah memberikan restu serta bimbingannya selama mata
kuliah berlangsung
Demikian makalah ini penulis buat, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan
sebagai evaluasi kedepannya. Akhir kata, penulis berharap tulisan ini bermanfaat dan dapat
menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang ketekniksipilan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
BAB I ....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
BAB II ...................................................................................................................... 3
DASAR TEORI .................................................................................................... 3
iii
2.5.2 Auger ................................................................................................................. 19
2.5.3 Screed ............................................................................................................... 20
BAB III .................................................................................................................................. 21
PEMERIKSAAN KELAYAKAN OPERASI .......................................................................... 21
BAB IV .................................................................................................................................. 29
PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN PERALATAN ..................................................... 29
BAB V.................................................................................................................................... 40
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA........................................................................ 40
BAB VI .................................................................................................................................. 45
SPESIFIKASI ALAT.............................................................................................................. 45
BAB VII .................................................................................................................................. 47
ANALISA PRODUKTIVITAS ALAT DAN BIAYA ................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 50
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia konstruksi di Indonesia bertumbuh pesat dari waktu ke waktu, seiring
dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat. Salah satu ciri dari pembangunan saat ini adalah
kapasitas atau volume pekerjaan yang sangat besar. Sehingga dengan kapasitas pekerjaan yang
besar tersebut dibutuhkan alat bantu agar pelaksanaan pembangunan berjalan efektif dan efisien
terhadap biaya, mutu maupun waktu. Alat bantu yang dimaksud ialah alat berat. Dinamakan alat
berat karena memiliki bobot yang berat dan berukuran besar.
Salah satu proyek konstruksi adalah proyek pembangunan jalan, yang didalamnya terdiri
dari berbagai unsur pekerjaan seperti pekerjaan persiapan, pekerjaan tanah, pekerjaan lapis
pondasi, pekerjaan drainase dan lain- lain. Pada pekerjaan lapis pondasi diperlukan alat berat
untuk membantu menyelesaikan pekerjaan tersebut, pekerjaan yang dikerjakan antara lain untuk
meletakkan batu-batu sebagai pondasi dalam pembangunan jalan tersebut, setelah batu- batu
tersebut selesai dipadatkan maka diatasnya akan di lakukan penghamparan aspal untuk menutupi
permukaan dibagian atas. Alat berat yang membantu dalam proses penghamparan aspal adalah
Asphalt Finisher.
Pemilihan alat Asphalt Finisher dalam membantu proyek konstruksi jalan tentunya dengan
berbagai pertimbangan. Untuk itu pada makalah ini, penulis akan mengulas mengenai alat Asphalt
Finisher agar bersama dipahami apakah penggunaannya sudah tepat dan sesuai kondisi lapangan
dalam pelaksanaan konstruksi jalan. Karena jika tidak, akan berpengaruh berupa kerugian antara
lain rendahnya produksi, tidak tercapainya jadwal atau target yang telah di tentukan, atau kerugian
perbaikan yang tidak semestinya.
1
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini secara umum adalah untuk mengaplikasikan ilmu yang
didapat dari mata kuliah Pemindahan Tanah Mekanis (PTM) serta memenuhi tugas mata kuliah
tersebut. Sedangkan tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah :
1. Mampu memahami spesifikasi dan metode kerja pada Asphalt Finisher,
2. Mampu menganalisa produktifitas serta biaya pada pengadaan Asphalt Finisherr.
3. Mampu menganalisa kebutuhan K3 terhadap pemakaian Alat Asphalt Finisher
Metode yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah dengan metode
kepustakaan, yaitu mengumpulkan data yang berkaitan dengan topik yang dibahas melalui buku-
buku, catatan penulis, artikel dari media cetak maupun elektronik. Serta dengan pengumpulan data
dan informasi yang didapat dari berbagai sumber baik kepustakaan, instansi terkait serta dosen
atau pembimbing mata kuliah yang bersangkutan.
2
BAB II
DASAR TEORI
Asphalt finisher adalah alat untuk menghamparkan aspal yang dihasilkan dari alat
produksi aspal. Terdapat 2 jenis asphalt finisher yaitu jenis crawler, yang menggunakan roda
kelabang dan jenis roda karet. Kelebihan dari asphalt finisher roda kelabang adalah dalam hal
daya ambang (flotation), traksi dan penghamparanya lebih halus serta lebih datar
dibandingkan asphalt finisher yang menggunakan roda karet dengan ukuran yang sama.
Kelebihan dari asphalt finisher roda karet adalah dalam hal manuver yang lebih
Produksi Asphalt Finisher kurang lebih 50 ton/jam dengan tebal lapisan 5cm,
kecepatan 1 m/menit – 1,5 m/menit, akibat lambatnya kecepatan ini mesinnya cukup
berkekuatan 8 Hp. Produktifitas asphalt finisher sangat penting dan harus diperhatikan,
kemampuan menghampar aspal yang dihasilkan harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
Sama tebal, lebar dan kemiringanya
Harus tetap rata pada waktu digilas, dan dilalui kendaraan
Sama permukaan dan kepadatanya
Mendapatkan precompation
Homogenitas hampar dengan homogenitas yang baik
Tebal, lebar dan kemiringan hamparan menurut spesifikasi
Mempunyai sambungan memanjang dan melintag yang baik
3
b) Pelapisan Ulang Jalan Raya
Pelapisan ulang berarti pemberian lapisan bituminous yang sudah lama dan jalan
dalam keadaan tidak memenuhi syarat konstruksi jalan. Pelapisan ulang selain dilakukan
pada jalan yang rusak, juga dilakukan untuk maksud memperpanjang usia jalan membuat
lapisan anti slip. Karena finisher berjalan di atas permukaan, maka pada pekerjaan pelapisan
ulang harus diperhatikan traksi crawler traktor tersebut.
c) Menyelaraskan Perkerasan :
Pada pekerjaan sambungan lapisan pada lapisan lama, penggunaan sedikit
overlap akan mencegah pengurangan tebal. Saat penyelarasan lapisan dilakukan, tebal
overlapping harus cukup sehingga pemadatan ulang dari roller akan membuat lapisan baru
turun hanya sampai level lapisan lama, karena akan terjadi pertemuan dan sobekan di bawah
screed.
Bagian utama peralatan ini secara garis besarnya terbagi menjadi dua bagian
yaitu bagian penggerak dan bagian penghampar. Dilihat dari jenis atau tipe penggeraknya
peralatan ini ada dua tipe, yaitu tipe penggerak rantai kelabang atau crawler type dan tipe
penggerak roda ban karet atau wheel type. Namun fungsi kedua tipe tersebut sebagai
peralatan penghampar campuran aspal panas adalah sama.
4
Gambar 2. Peralatan penghampar campuran aspal panas (asphalt finisher) tipe roda
ban (wheel type) (dengan screed yang diperpanjang (extended))
Komponen-komponen utama yang penting dari asphalt Finisher adalah sebagai berikut:
Bak Penampung (Hopper)
Komponen-komponen yang penting di bagian ini adalah :
− Bak penampung atau hopper;
− Dinding atau sayap-sayap (hopper wings) yang bisa dilipat;
− Ban berjalan atau feed conveyor atau slat conveyor;
− Pintu masukan atau feeder gate;
− Rol pendorong atau push roller.
5
Bak penampung atau hopper berfungsi untuk menampung campuran aspal
panas yang dicurahkan dari dump truck, yang selanjutnya akan dihamparkan. Pengisian
hopper dari dump truck ini terjadi, peralatan penghamparnya tetap berjalan sambil
menghampar. Proses pengisiannya dapat dijelaskan sebagai berikut :
Dump truck yang bermuatan campuran aspal panas berjalan mundur pelan-pelan
dari arah depan hopper mendekati peralatan penghampar atau finisher, setelah
dekat dump truck berhenti dan transmisi dump truck dinetralkan.
Peralatan penghampar sambil melaksanakan penghamparan akan mendekati dump
truck sampai rol pendorong yang ada di depan hoppernya mengenai roda
belakang dump truck. Dump truck akan bergerak maju akibat dorongan
peralatan penghampar. Sambil bergerak maju dump truck menumpahkan muatan
campuran aspal panasnya ke atas hopper sedikit demi sedikit sampai habis. Dump
truck akan segera maju memisahkan diri dari peralatan penghampar.
Dump truck berikutnya sudah siap menunggu giliran untuk menumpahkan
campuran aspal panas yang berada di atasnya. Menunggu sampai campuran aspal
panas yang berada di dalam hopper sudah berkurang, namun tidak boleh sampai
kosong habis.
Campuran aspal panas yang berada di dalam hopper dibawa atau dialirkan ke
belakang ke arah ulir pembagi atau auger karena feed conveyor atau slat conveyor
yang berada pada alas hopper bergerak berputar ke arah belakang, sehingga
campuran aspal panas yang berada di atasnya akan terbawa ke belakang.
Gambar 3. di bawah ini adalah bagian dari bak penampung atau hopper dengan
dinding atau sayap-sayap (hopper wings) tidak dalam keadaan dilipat, push roller
terlihat di depan di sebelah bawah hopper, gambar 4. memperlihatkan feed conveyor
atau slat conveyor yang terletak pada alas hopper.
Gambar 3. Hopper dengan push roller Gambar 4. Feed conveyor atau slat conveyor
6
Jumlah atau banyaknya campuran aspal panas yang dialirkan menuju auger tidak
boleh terlalu berlebihan sehingga menutupi auger (lihat gambar 9.), namun juga
tidak boleh terlalu sedikit. Hal ini akan menimbulkan segregasi pada campuran
yang akan dihampar.
Pengaturan banyaknya campuran aspal panas yang dialirkan ke arah auger
tersebut dilakukan dengan mengatur bukaan aliran yaitu dengan menaikkan
atau menurunkan pintu pengatur atau feeder gate yang berada pada dinding
belakang hopper (lihat gambar.6.)
Campuran aspal panas di dalam hopper tidak boleh kurang sehingga berada di
bawah pintu pengatur atau feeder gate. Apabila hal ini terjadi dan peralatan
penghampar terus menghampar, maka akan terjadi bagian hamparan yang tidak
cukup dipenuhi campuran sehingga akan mempengaruhi ketebalan lapisan
hamparan.
Apabila campuran aspal panas sudah berkurang maka dinding atau sayap-sayap
hopper (hopper wings) dilipat agar campuran aspal panasnya terkumpul ke
bagian tengah, setelah itu hopper harus segera diisi kembali agar tidak terlanjur
habis.
Untuk menjaga mutu hamparan, maka temperatur campuran aspal panas yang dituangkan
ke atas hopper oleh dump truck harus minimum 130°C, maksimum 150°C
(persyaratan mutu sesuai persyaratan dari Dep. Kimpraswil) lihat Lampiran
Persyaratan Mutu Campuran Aspal Panas.
Dilihat dari bentuk ulir pembagi atau auger ini serta system kerjanya maka ulir
pembagi ini selain berfungsi untuk membagi rata campuran aspal panas sepanjang sepatu
atau screed, juga menjaga homogenitas campuran aspal panas yang akan keluar dari
screed. Kadang-kadang segregasi terjadi dalam hopper akibat tumpahan dari dump
truck maupun tumpahan dari sayap-sayap hopper.
Dengan pengaturan bukaan pintu pengatur atau feeder gate (lihat gambar 6.) maka
banyaknya campuran aspal panas pada daerah ulir pembagi dapat diatur sesuai
yang seharusnya (lihat gambar 9.).
8
Gambar. 8. Perpanjangan ulir pembagi atau extension auger
Campuran aspal panas tidak boleh terlalu sedikit atau kurang dan juga tidak
boleh terlalu penuh sehingga ulir pembagi tenggelam di dalamnya, hal tersebut akan
menimbulkan segregasi.
Selama dalam operasinya ulir pembagi ini akan mengalami aus atau rusak/ patah
bidang ulirnya. Apabila hal ini terjadi ulir harus segera diganti, karena akan mengakibatkan
pembagian campuran aspal panas tidak merata dan menimbulkan segregasi.
Gambar.9. Jumlah campuran aspal panas pada ulir pembagi atau auger
10
Gambar.12. Perpanjangan sepatu perata atau screed
Salah satu data kapasitas peralatan penghampar atau aphalt finisher adalah
kemampuan ketebalan hamparan (dalam cm) maksimum dan ketebalan minimum.
Pengaturan ketebalan serta kemiringan permukaan hamparan dapat dilakukan secara
manual atau secara otomatis. Pengatur ini terdapat di sebelah kiri dan kanan sepatu
perata.
Untuk melihat tebal (gembur) hamparan dapat dilakukan dengan alat pencolok
ketebalan. Dari hasil pengukuran dengan pencolok tersebut, ketebalan hamparan dapat
disesuaikan apabila belum benar. Sebaiknya tidak terlalu sering dilakukan penyesuaian,
sebab setiap penyesuaian memerlukan waktu untuk sampai ke kondisi seimbang
(equilibrium) dengan ketebalan yang diinginkan setelah melewati kurang lebih 5 kali
panjang lengan screed.
11
Gambar 14. Pengaturan turun dan naiknya sepatu perata atau screed
Pengaturan ketebalan atau grade control secara otomatis dapat dilakukan dengan
bantuan bentangan kawat baja yang dipasang memanjang di tepi hamparan dengan
ketinggian terhadap permukaan asal atau elevasi sesuai dengan ketebalan
hamparan yang direncanakan, lihat gambar 15. dan 16. Pemasangan kawat baja ini atau
string line harus dilakukan dengan teliti dan akurat agar diperoleh ketinggian yang
benar sesuai rencana. Sistem pengontrol akan secara otomatis mengatur ketinggian
sepatu perata atau pelat screed mengikuti ketinggian dari kawat baja tersebut. Cara
otomatis yang kedua adalah dengan peletakan sepatu sensor di atas permukaan yang
sudah lebih dahulu dihampar dan dipadatkan, lihat gambar 17.
Pada beberapa peralatan penghampar campuran aspal panas atau asphalt
finisher yang dilengkapi dengan alat pengatur ketebalan otomatis biasanya dilengkapi
juga dengan alat pengontrol kemiringan otomatis (automatic slope controller) gambar 18.
Gambar.15. Pengatur ketebalan atau grade controller dengan string line Atau kawat baja
12
Gambar.16. Pengatur ketebalan atau grade controller dengan string line atau kawat baja
Peralatan penghampar campuran aspal panas atau asphalt finisher yang baik akan
dilengkapi alat pemanas sepatu perata atau screed heater, alat pemanas ini pada
umumnya dari jenis pemanas atau burner dengan gas elpiji sebagai bahan bakarnya. Pelat
sepatu perata atau screed plate harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum asphalt
finisher dioperasikan sampai pelat sepatu perata tersebut mencapai temperatur sama
dengan temperatur campuran aspal panas yang akan dihampar, minimum 125°C
Sepatu perata atau screed biasanya dilengkapi alat penggetar atau vibrator dengan
sistem poros eksentris. Dengan screed yang bergetar tersebut, maka screed berfungsi
juga sebagai pemadat awal, sehingga hamparan yang keluar dari screed sudah lebih padat
dibandingkan sebelumnya sewaktu masih pada ulir pembagi atau auger.
Penggetar sepatu perata ini bisa juga dari jenis alat getar elektris. Kekuatan getar atau
vibration force dan frekwensi dapat diatur tergantung jenis campuran aspal panas serta
ketebalan hamparannya.
Untuk lebih meningkatkan homogenitas dan kepadatan serta meningkatkan
kelancaran aliran dari campuran aspal panas yang akan melewati pelat sepatu atau screed
plate, maka pada beberapa asphalt finisher dilengkapi dengan alat pelat penumbuk
bergetar atau vibrating tamper yang ditempatkan dimuka pelat sepatu atau screed plate
14
.
Gambar.20. Sepatu perata dan pelat penumbuk bergetar atau vibrating screed dan vibrating
tamper
Tenaga Penggerak
Sebagai sumber tenaga penggerak utama peralatan penghampar campuran aspal panas
atau asphalt finisher ini pada umumnya adalah motor diesel.
15
2.4 Beberapa Hal Yang Harus Diperhatikan
a) Pengisian Hopper
berkisar antara 130°C sampai 150°C, agar temperatur campuran aspal panas
terhampar masih sekitar 125°C sampai 145°C untuk pemadatan awal atau
breakdown rolling.
b) Kecepatan Menghampar
Kecepatan laju waktu menghampar atau kecepatan menghampar (paving speed) tidak
boleh terlalu pelan, tapi tidak juga terlalu cepat. Rata-rata kecepatan
menghampar dianjurkan antara 2,5 m/min sampai 8 m/min. Kecepatan yang terlalu
rendah dapat mengakibatkan temperatur campuran aspal panas yang terhampar
sudah terlalu rendah (di bawah 1250C) serta total hasil produksi hamparan jadi
rendah.
Sedangkan apabila kecepatan hamparan terlalu tinggi akan mengakibatkan hamparan
tidak rata dan kurang homogen. Pengaturan kecepatan hamparan ini disamping
berpengaruh pada hasil hamparan, juga harus memperhitungkan volume (lebar, tebal
dan panjang) hamparan dan kapasitas bak penampungnya (hopper) serta pasokan
campuran aspal panas. Jangan sampai sering terjadi asphalt finisher berhenti
menunggu dump truck pemasok campuran aspal panasnya. Apabila hal ini terjadi
maka hamparan cepat turun temperaturnya sebelum dipadatkan serta ada alur melintang.
16
d) Ulir Pembagi
Jangan menunggu sampai ulir pembagi rusak atau patah atau aus. Kerusakan ulir
pembagi dapat mengakibatkan segregasi. Apabila terjadi kerusakan ulir pembaginya
maka segera harus diperbaiki atau diganti.
17
Beberapa faktor seperti perubahan kecepatan, perubahan jumlah atau kuantitas campuran
aspal panas yang akan masuk (melewati) sepatu perata atau screed serta perubahan
temperatur dari campuran aspal panas, akan mengakibatkan perubahan keseimbangan.
Sudut serangan atau angle of attack menentukan ketebalan dan tekstur permukaan
hamparan campuran aspal panas.
Apabila terjadi perubahan-perubahan di atas, maka pengaruhnya akan kembali
normal atau dikatakan tercapainya kembali kondisi keseimbangan atau equilibrium
setelah berjalan sejauh lima kali lengan penarik.
f) Perubahan Kecepatan
Sudut serangan atau angle of attack dari pelat sepatu akan mengecil apabila terjadi
pemambahan kecepatan laju penghampar, sebaliknya bila kecepatan turun, angle of
attack akan bertambah sehingga keseimbangan akan berubah, sampai kembali
stabil lagi setelah terjadi keseimbangan (equilibrium). Oleh karena itu kecepatan
menghampar harus dijaga agar selalu konstan.
18
2.5 Persyaratan Teknis Peralatan Penghampar
2.5.1 Hopper
Peralatan penghampar campuran aspal panas atau asphalt finisher harus
memiliki :
Sepasang push roller di depan (bawah) dari hoppernya yang berfungsi pada saat
mendorong dump truck waktu pengisian (penumpahan campuran aspal panas ke
dalam) hopper.
Hopper harus memiliki sayap-sayap hopper atau hopper wings yang bisa
dibuka dan diipat.
Di bagian dinding hopper belakang harus dilengkapi pintu pengatur atau feeder gate
yang bisa dinaik-turunkan untuk mengatur bukaan pengaliran campuran aspal panas
yang dibawa oleh feed conveyor atau slat conveyor dari depan ke belakang ke arah ulir
pembagi atau auger.
Kecepatan feed conveyor harus konstan selama beroperasi.
2.5.2 Auger
Lempeng-lempeng ulir dari auger harus utuh, tidak boleh ada yang patah atau
diameter menjadi kecil serta harus utuh menerus sepanjang porosnya. Apabila sepatu
perata atau screed diperpanjang untuk hamparan yang lebih lebar, maka auger harus
ditambah untuk dapat membagi rata campuran aspal panasnya sampai ke ujung kiri dan
kanan screed.
19
Gambar 24 Auger tambahan
2.5.3 Screed
Screed harus rata, tidak ada bagian-bagian yang aus dan harus dilengkapi alat
pemanas screed.
Screed harus bisa dinaikkan dan diturunkan secara manual atau secara
otomatis untuk mengatur ketebalan hamparan, baik bagian kiri maupun kanan
secara sendiri-sendiri.
20
BAB III
Pemeriksaan tahap I
Pada pemeriksaan tahap I ini, pemeriksaan dilaksanakan terhadap kondisi teknis
semua bagian atau komponen peralatan penghampar campuran aspal panas atau Asphalt
Finisher, dimana peralatannya dalam keadaan tidak dihidupkan. Kondisi teknis dimaksud
antara lain misalnya dinding keropos, sobek atau berlubang, aus, patah, pecah, ada bagian
yang tidak lengkap atau sama sekali tidak ada, serta kerusakan-kerusakan lain sejenisnya.
Apabila pada pemeriksaan tahap I masih terdapat kerusakan pada bagian atau
komponennya, maka kerusakan tersebut harus segera diatasi sampai baik agar
pemeriksaan bisa dilanjutkan ke pemeriksaan tahap II.
Pemeriksaan tahap II
Pemeriksaan tahap II dilaksanakan dalam keadaan peralatan dihidupkan, artinya
semua bagian atau komponen yang bergerak atau bisa digerakkan apabila mesin penggerak
dihidupkan dapat diperiksa atau diuji pergerakannya termasuk mesin penggeraknya sendiri.
Komponen-komponen yang bergerak atau hidup tersebut diperiksa apakah pergerakannya
baik dan lancar (normal), atau tidak lancar (tidak normal), atau mungkin sama sekali
tidak bisa dihidupkan atau tidak bisa digerakkan.
Pemeriksaan tahap II ini dilaksanakan apabila pada pemeriksaan tahap I peralatan
penghampar campuran aspal panas tersebut telah dinyatakan kondisinya baik dan boleh
dilanjutkan untuk pemeriksaan tahap II.
Apabila pada pemeriksaan tahap II terdapat bagian atau komponen yang tidak
bisa dihidupkan atau digerakkan, atau hidupnya atau gerakkannya tidak lancar
21
karena ada sesuatu yang tidak baik atau rusak, maka bagian atau komponen yang
bersangkutan harus segera diperbaiki sampai bagian atau komponen yang bersangkutan
bisa dihidupkan / digerakkan dan difungsikan sebagaimana mestinya. Contohnya auger yang
tidak dapat berputar, atau sayap hopper (hopper wings) yang tidak dapat dilipat, dan
kerusakan lain sejenisnya.
Pemeriksaan tahap III
Pemeriksaan tahap III dilaksanakan setelah pada pemeriksaan tahap II peralatan
penghampar campuran aspal tersebut dinyatakan kondisinya baik dan dapat dilanjutkan
untuk pemeriksaan tahap III, yaitu kalibrasi dan pemeriksaan kelaikan operasi untuk
dapat menghasilkan produk sesuai fungsi peralatan penghampar campuran aspal panas
tersebut yang memenuhi mutu / spesifikasi yang disyaratkan.
Pada pemeriksaan tahap III ini peralatan penghampar campuran aspal panas
dihidupkan / dioperasikan sesuai dengan fungsinya yaitu menghampar campuran aspal
panas.
Jadi peralatan penghampar campuran aspal panas tersebut diberi beban muatan
material campuran aspal panas, kemudian dilaksanakan penghamparan pada kecepatan laju
tertentu sesuai yang diinginkan.
Pemeriksaan dan pengujian dilaksanakan pada peralatan penghampar campuran
aspal panas ini meliputi antara lain temperatur campuran aspal panas yang
terhampar apakah memenuhi persyaratan, ketebalan hamparan apakah sudah
sesuai yang direncanakan, kemiringan (slope), kelandaian (grade) serta kerataan
permukaan hamparan dan lebar hamparan. Selain itu juga secara visual dilihat apakah
campuran aspal panas di daerah auger (di depan pelat sepatu perata atau screed) terbagi
merata selebar screed serta tidak menutupi auger.
Apabila hasil pemeriksaan, pengukuran serta pengujian pada pemeriksaan tahap III ini baik,
artinya memenuhi ketentuan-ketentuan persyaratan mutu / spesifikasi yang diizinkan, maka
peralatan penghampar campuran aspal panas tersebut dapat dinyatakan laik operasi.
Sedangkan apabila masih ada yang belum memenuhi persyaratan maka harus segera
diatasi dengan mencari kemungkinan- kemungkinan penyebabnya, mungkin juga perlu
ada perbaikan komponen yang rusak, misalnya pelat sepatu perata (screed plate)
bengkok karena dipanaskan terlalu lama dalam temperatur yang tinggi.
22
3.2 Bagan Alir Pemeriksaan
3.4.8 Hopper
Yang harus dilakukan dalam pemeriksaan adalah :
1. Memeriksa / Mengukur dimensi atau kapasitas hopper yang harus lebih besar dari
kapasitas truk agar aspal yang ditumpahkan dapat tertampung.
2. Periksa kemampuan naik dan turunnya dinding hopper. Apakah terjadi kemacetan dan
kemungkinan rusak / aus. Perbaiki jika perlu.
3. Periksa fungsi hidrolis untuk yang menggerakkan hopper. Jika terjadi kerusakan /
kebocoran pada seal-sealnya dan fungsi kerjanya, perbaiki dan ganti jika perlu.
4. Laksanakan pemeriksaan kelengkapan pada hopper.
5. Laksanakan prosedur pemeriksaan dan perbaikan yang dianjurkan oleh pabrik
pembuatnya.
3.4.9 Feeder
Hal-hal yang harus diperiksa adalah sebagai berikut :
26
1. Periksa kelancaran jalannya feeder untuk mendistribusikan aspal. Cek jika terjadi rusak,
berlobang, dan kemungkinan aus.
2. Periksa kondisi rantai penggerak, tegangan serta sambungan rantai penggerak.
3. Laksanakan pemeriksaan kelengkapan feeder.
4. Laksanakan prosedur pemeriksaan dan perbaikan yang dianjurkan oleh pabrik
pembuatnya.
3.4.12 Screed
Pada bagian ini hal-hal yang harus diperiksa adalah sebagai berikut :
1. Lakukan pemeriksaan terhadap kemampuan screed untuk dapat naik dan turun secara
serentak antara bagian kin dan bagian kanan.
27
2. Penksa kerataan permukaan screed dari kemungkinan korosi atau keausan, cacat,
bolong, atau bergelombang.
3. Lakukan pemeriksaan fungsi pemanasan dan heater dan penggetar (vibrator) pada
screed. Apakah masih berfungsi (secara manual dapat dilakukan dengan menaruh
telapak tangan).
4. Lakukan pemeriksaan kemampuan untuk membentuk sudut, kemiringan yang sama
antara bagian kiri dan kanan.
5. Lakukan pemeriksaan fungsi hidrolis untuk memanjangkan screed (extendable). Cek
kemungkinan terjadi kebocoran seal dan kerusakan pada pipa hidrolis.
6. Laksanakan pemeriksaan kelengkapan screed.
7. Laksanakan prosedur pemeriksaan dan perbaikan yang dianjurkan oleh pabrik
pembuatnya.
28
BAB IV
4.1 Pengoperasian
29
Tekanan oli hidrolik harus dilepaskan sebelum ada pekerjaan yang dilakukan
pada sistem hidrolik.
Jika Asphalt Finisher mempunyai kabin biarkan sebuah jendela terbuka pada saat
bekerja.
Periksa bahwa sistem keluaran kendaraan bekerja baik.
Putuskan hubungan battery sebelum melakukan pekerjaan pada sistem
elektrik.
Setelah pekerjaan perbaikan dilakukan, pastikan semua peralatan
pengaman/safety telah ditempatkan kembali. Kendaraaan kemudian dites jalan.
Sebelum memulai kerja pastikan tidak ada orang disekitarnya; sebelum
memulai periksa daerah kerja.
2. Kunci penyalaan dan stop mesin (ignition key and stop engine)
Tuas pada posisi 0 : penyalaan off dan mesin berhenti.
Tuas pada posisi 1 : penyalaan on
Putar kunci penyalaan (ignition key) ke posisi 1; maka alternator warning light
dan oil pressure warning light, safety switch, dan brake negative warning light akan
menyala. Untuk menghentikan mesin, pindahkan tuas kecepatan ke posisi 0, dan
putar kunci ignition ke posisi 0.
Peringatan : jangan segera matikan mesin setelah berjalan cukup lama dengan muatan
berat; biarkan mesin tetap menyala untuk sementara agar mesin menjadi dingin
secara perlahan-lahan sebelum dimatikan.
Jangan menjalankan mesin di ruang tertutup, karena gas buangan beracun.
30
Pencacah jam (hour counter) mulai berfungsi sekali mesin dinyalakan.
7. Hour counter
Ini akan berfungsi setelah mesin berjalan.
8. RPM. counter
Menunjukkan RPM motor diesel.
Perhatian : jaga agar motor berjalan di atas 2000 RPM selama bekerja.
31
4.2 Perawatan
4.2.1 Umum
Periode berjalan minimum untuk Asphalt Finisher adalah 60 jam.
Selama itu aturan- aturan berikut harus diikuti :
Setelah dinyalakan, biarkan mesin untuk sementara waktu.
Sebelum mulai bekerja, yakinkan bahwa oli hidrolik sudah mencapai
temperatur kerja yang diperlukan.
Jangan biarkan mesin dengan muatan maksimum dalam waktu yang lama.
Lakukan pengecekan semua level sesering mungkin.
Tindakan tersebut harus diulang setelah 200 jam pertama, dan juga
dilakukan setelah overhaul asphalt finisher.
32
Periksa level oli hidrolik
Periksa bahwa level oli hidrolik mencapai tengah level indikator yang ada di
kanan atas mesin. Tambahkan jika perlu melalui filler cap.
Periksa level fuel oil
Bersihkan permukaan roller yang berjalan dari kotoran. Jika perlu gunakan
pembersih diesel oil spray jet.
Periksa adanya kebocoran oli, fuel oil, udara, atau gas buangan.
35
Pembersihan filter pompa mesin diesel feed
Pindahkan filter dari pompa dan bersihkan dengan merata dengan bahan bakar
diesel. Periksa seal dari filter gasket ketika menempatkan kembali filter. Filter juga
harus dibersihkan ketika ada kehilangan tenaga mesin.
Pembersihan bleed valve dari tangki oli hidrolik
Periksa dan bersihkan dengan merata.
36
4.2.6 Perawatan setiap 600 jam
Penggantian fuel oil filter cartridge (setelah 100 jam pertama)
Lepaskan cartridge dengan hati-hati karena bahan bakar akan keluar,
bersihkan permukaannya. Oleskan oli pada seal washer yang baru dan secara
manual skrupkan filter sampai terhubung. Kemudian kencangkan filter
setengah putaran tanpa menggunakan alat.
Jika filter perlu diganti sebelum waktunya (biasanya ditunjukkan dengan
hilangnya power mesin), hal ini menunjukkan secara pasti bahwa bahan bakar kotor.
Periksa fuel tank dan fuel filler seal. Ganti filter ini setelah 100 jam pertama.
Penggantian oli speed change/differential box (setelah 100 jam pertama) Ulir
sumbat pengalir di belakang mesin ke kanan srew feed transmision box
dan biarkan oli lama mengalir keluar semuanya. Pasang kembali sumbat dan
ring. Isi dengan oli baru melalui lubang pengisi sampai oli mencapai batas atas
dipstick. Pasang kembali sumbat dan ring kemudian bersihkan dari tumpahan oli.
Bersihkan bleed valve.
Lakukan penggantian oli pertama setelah 100 jam pertama.
Penggantian oli peralatan reduksi akhir roda belakang (rear wheel final
reduction gear) dan pembersihan bleed valve (setelah 100 jam pertama).
Lepas sumbat bawah dan biarkan oli lama keluar semuanya. Pasang kembali
sumbat dan ring. Bersihkan filler plug/bleed valve dan pindahkan. Isi dengan oli yang
baru sampai levelnya di tengah indikator transparan. Pasang kembali filler
plug/bleed valve dan ring kemudian bersihkan dari tumpahan oli.
37
pindahkan tutup pemeriksa tangki dan pindahkan semua yang ada di dalam tangki.
Pasang kembali sumbat aliran magnetik. Isi tangki dengan oli sampai batas
atas. Pasang kembali tutup pemeriksa tangki. Nyalakan mesin untuk sementara
waktu dan kemudian periksa lagi level oli. Oli jangan melebihi batas atas indikator.
Tambahkan jika perlu dan bersihkan dari tumpahan oli.
Pembersihan tangki bahan bakar dan penggantian filter mesin diesel
Lepas sumbat aliran magnetik dan biarkan oli mengalir keluar seluruhnya; pindah
penutup pemeriksa tangki. Bersihkan semuanya dari dalam tangki. Ganti filter
fuel oil. Bersihkan sumbat aliran magnetik dan ringnya kemudian pasang kembali.
Pasang kembali tutup pemeriksa setelah yakin tidak ada kerusakan pada tali
isolasinya. Isi kembali tangki dengan bahan bakar yang bersih dan disaring. Pasang
kembali tutupnya dan kencangkan.
Pemeriksaan bearing pada steering wheel
Angkat steering wheel. Periksa permainan bearing. Pindah tutup pelindung,
pindah pin pemisah pada sekerup kemudian setel sekerup. Periksa banyaknya
grease.
38
Beri tutup kendaraan, jika tidak memungkinkan ambil battery dan lindungi
dari keadaan dingin.
Kendaraan harus dihidupkan dan dijalankan dalam jarak dekat
sedikitnya sekali dalam sebulan sehingga ada oli yang dipertahankan dalam
berbagai komponen hidrolik dan mekanik, hal ini untuk meyakinkan adanya
perlindungan yang cukup dari bagian-bagian transmisi.
Ikuti perintah yang terdapat pada manual mesin.
Setelah kosong untuk waktu yang lama, perlu untuk mengganti semua filter
sebelum memulai bekerja dengan mesin lagi.
39
BAB V
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Dalam bidang konstruksi, ada beberapa peralatan yang digunakan untuk melindungi
seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya yang kemungkinan bisa terjadi dalam proses
konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan oleh seseorang yang bekerja dalan suatu lingkungan
konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan oleh seseorang yang bekerja dalam suatu lingkungan
konstruksi. Namun tidak banyak yang menyadari betapa pentingnya peralatan-peralatan ini untuk
digunakan.
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah dua hal yang sangat penting. Oleh karenanya,
semua perusahaan konstraktor berkewajiban menyediakan semua keperluan peralatan/
perlengkapan perlindungan diri atau personal protective Equipment (PPE) untuk semua
karyawan yang bekerja, yaitu :
1. Pakaian Kerja
Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap pengaruh-
pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan. Megingat karakter lokasi proyek
konstruksi yang pada umumnya mencerminkan kondisi yang keras maka selayakya pakaian
kerja yang digunakan juga tidak sama dengan pakaian yang dikenakan oleh karyawan yang
bekerja di kantor. Perusahaan yang mengerti betul masalah ini umumnya menyediakan
sebanyak 3 pasang dalam setiap tahunnya.
40
2. Sepatu Kerja
Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap pekerja
konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan dimana-
mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah.
Bagian muka sepatu harus cukup keras supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari atas.
3. Kacamata Kerja
Kacamata Kerja Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu,
batu, atau serpih besi yang beterbangan di tiup angin. Mengingat partikel-partikel debu berukuran
sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata. Oleh karenanya mata perlu diberikan
perlindungan.
4. Sarung Tangan
Tujuan utama penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda- benda
keras dan tajam selama menjalankan kegiatannya.
Helm (helmet) sangat pentig digunakan sebagai pelindug kepala, dan sudah
merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk mengunakannya dengar benar
sesuai peraturan. Helm ini diguakan untuk melindungi kepala dari bahaya yang berasal dari
atas, misalnya saja ada barang, baik peralatan atau material konstruksi yang jatuh dari
atas.
6. P3K
P3K Apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersifat ringan ataupun berat pada pekerja
konstruksi, sudah seharusnya dilakukan pertolongan pertama di proyek. Untuk itu, pelaksana
konstruksi wajib menyediakan obat-obatan yang digunakan untuk pertolongan pertama.
42
7. Keselamatan Pengoperasian
Dengan semakin meningkatnya penggunaan alat berat di bidang industri dan jasa, dimana
pesawat angkat & angkut / ALAT BERAT dapat juga menyebabkan kecelakaan yang dapat
menimbulkan kerugian baik terhadap harta maupun jiwa manusia, maka perlu diusahakan
pencegahan.
Agar pengoperasian Asphalt Finisher dapat dilaksanakan dengan aman makan perlu
diperhatikan beberapa hal berikut:
1. Operator
Hanya operator yang telah ditunjuk yang berhak mengoperasikan asphalt Finisher.
Operator yang ditunjuk haruslah sesuai dengan kualifikasi dan syarat-syarat sebagai
berikut:
Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. PER.05/ MEN/ 1985 tentang pesawat angkat
dan angkut;
Peraturan Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi R.I. No. PER. 09/ MEN/ VII/
2010 tentang operator dan petugas pesawat angkat dan angkut;
Undang-Undang No.1 Thn 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. APAR (Alat Pemadam Kebakaran)
Alat beras harus dilengkapi dengan Alat Pemadam Kebakaran (APAR).
3. Alat Lengkap dan Berfungsi dengan Baik
Alat indikator pada mesin harus lengkap dan berfungsi.
4. Memperhatikan Petunjuk Penggunaan
Lihatlah label peringatan dan stiker yang ada di sekitar mesin untuk peringatan
spesifik lainnya atau instruksi pada mesin tertentu.
43
Gambar 7.7. Label Petunjuk Penggunaan dan Peringatan
5. Pada saat berhenti bekerja / istirahat alat berat harus diparkir di tempat yang rata.
6. Pada saat pengisian bahan bakar mesin harus dimatikan.
7. Pengecekan sebelum operasi : pelumas, air, radiator, air accu, attachment,
lampu spion, dan APAR dll.
44
BAB VI
SPESIFIKASI ALAT
Finisher Aspal Track AP255E
45
Dimensi
Panjang Kontak Track 1,38 m
Tinggi keseluruhan 2,5 mm
Radius Belok Sisi Dalam 700 mm
Panjang dengan Push Roller dan Screed Terbesar 4,2 m
Tinggi Maksimum 2,5 m
Lebar Pengoperasian Traktor 3 m
Tinggi Transpor 1,74 m
Lebar Transport, Hopper Dinaikkan, Gerbang Screed 1,6 m
Terpasang
Kapasitas Isi Ulang Servis
Kapasitas Tangki Bahan Bakar 65 liter
Tangki Oli Hidrolik 73 liter
Sistem Pendinginan 17 liter
Sistem Penggerak
Kecepatan Pengaspalan Maksiumum 33 m/menit
Kapasitas Hopper 3,1 m3
46
BAB VII
ANALISA PRODUKTIVITAS ALAT DAN BIAYA
Analisa :
Produksi Alat dalam waktu 1 jam (Q)
Hitung waktu pelaksanaan
Biaya aktual apabila profit 10% HSP pekerjaan
Biaya penawaran dengan pajak 15%
Q = Q’ X E (m2/jam)
Q’ = 60 x v x W Q = Q’ X E
= 60 x 33 menit/m x 3 m = 5940 x 0,83
= 5940 m2/jam = 4930,2 m2/jam
E = faktor efisiensi
= Good (0,83)
47
2. Hitung waktu pelaksanaan
Durasi = Luas
--------------------
Produksi /hari
Durasi = 98000 m2
Luas = Panjang perkerasan x Lebar perkerasan -----------------------
= 7000 m x 14 m 34511,4 m2/hari
= 98000 m2
= 2,84 hari
= 3 hari
Q = 4930,2 m2/jam
Efektif kerja dalam 1 hari adalah 7 jam,
maka produktivitas dalam 1 hari adalah..
Q = 4930,2 m2/jam x 7jam
= 34511,4 m2/hari
48
4. HSP Pekerjaan
= Rp. 335/m2
5. Harga Penawaran
49
DAFTAR PUSTAKA
http://www.nspm-bintek.net/dpdf/?file=6c%20Pemeriksaan%20Peralatan%
20Penghampar%20buku%203.pdf
50