Vous êtes sur la page 1sur 8

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 2, No. 2, Hal.

26-33, Desember 2010

PEMELIHARAAN GELONDONGAN KERAPU SUNU (Plectropomus leopardus)


DENGAN PERSENTASE PERGANTIAN AIR YANG BERBEDA

DIFFERENT PERCENTAGE OF WATER EXCHANGE ON GROWTH OF


CORAL TROUT GROUPER FINGERLING (Plectropomus leopardus)

Titiek Aslianti
Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Gondol
PO Box 140 Singaraja 81101, Bali
E-mail: tiaspriyono@yahoo.com

ABSTRACT
Coral trout grouper (Plectropomus leopardus) is the prospective aquaculture
commodities with a high demand. Fingerling culture is the one of shortly rearing time
methods for grow out in net-cages in order to produce continuously. Two hundred
fishes with initial total length 16.6±0.5 cm and 72.2±7.6 g of body weight were stocked
in each of three of concrete tanks of 4m3 seawater. Water replace as a treatment was
applied i.e. A (200%/day), B (300%/day) and C (400%/day).respectively. Feeding
frequency of pellet was done twice a day of about 3 - 5% of body weight. Survival and
growth of fishes were monitored during two-month period. The result showed that the
different percentage of water replace had a significant role in increasing the growth
and survival rate of the fishes. Water replaced of 400% daily (treatment C) gave the
best survival rate (97%) and growth performance (TL 21.61±0,54 cm; BW 156.84±1.05
g). In contrast, the treatment B (300%/day) and A (200%/day) resulted in a lower
survival and growth , i.e. (SR 95.5%; TL 19.51±0.52 cm; BW 140.96±0.08 g) and A (SR
93%; TL 19.08±0.30 cm; BW 132.2±2.65 g)., respectively.

Keywords: Coral trout grouper, growth, survival rate, water exchange

ABSTRAK
Ikan kerapu sunu (Plectropomus leopardus) termasuk komoditas budidaya yang
prospektif dengan pangsa pasar cukup tinggi. Upaya penggelondongan merupakan salah
satu cara untuk mempersingkat waktu pemeliharaan di keramba jaring apung (KJA)
agar kontinuitas produksi dapat terpenuhi sesuai permintaan pasar. Penelitian dilakukan
selama 2 bulan dengan menggunakan 3 unit bak fiber (4m3), masing-masing diisi 200
ekor kerapu sunu yang berukuran awal rata-rata panjang total (TL) 16.6±0.5cm dan
berat tubuh (BW) 72.2±7.6g. Pergantian air pemeliharaan merupakan perlakuan yaitu A
(200%/hari), B (300%/hari) dan C (400%/hari). Pakan berupa pellet komersial diberikan
dua kali sehari 3-5% dari bobot biomas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan
persentase pergantian air memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Pergantian air 400%/hari (C) menghasilkan
kelangsungan hidup (97%) dan pertumbuhan (TL 21.61±0,54cm; BW 156.84±1.05g)
paling baik, sedangkan perlakuan B (300%/hari) dan A (200%/hari) menghasilkan
kelangsungan hidup dan pertumbuhan lebih rendah dari pada C yaitu berturut-turut B
(SR 95.5%; TL 19.51 ±0.52cm; BW 140.96±0.08g) dan A (SR 93%; TL
19.08±0.30cm; BW 132.2±2.65g).

Kata Kunci: Ikan kerapu sunu, pertumbuhan, laju kelangsungan hidup, pergantian air

©Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia dan


26 Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB
Aslianti

I. PENDAHULUAN perlu dilakukan agar waktu pemeliharaan


di KJA dapat dipersingkat dan diperoleh
Ikan kerapu sunu (Plectropomus produksi yang tinggi dengan kualitas dan
leopardus) yang dikenal dengan kerapu tampilan yang proporsional. Langkah
bintang termasuk satu diantara komoditas awal yang harus dilakukan dalam
ekspor unggulan Indonesia dari budidaya mempersiapkan yuwana sebagai benih
laut (marine fin-fish culture). Warna untuk pembesaran di KJA antara lain
merah pada kerapu sunu merupakan daya ukuran yang seragam, tidak cacat tubuh
tarik tersendiri bagi beberapa negara dan ikan sudah terbiasa mengkonsumsi
importir seperti Hongkong dan China, pakan buatan (Sutarmat, 2005). Uji coba
yang sebagian besar masyarakatnya pendederan dalam wadah terkontrol
masih meyakini bahwa warna merah dengan berbagai ukuran hingga
identik dengan keberuntungan, sehingga pembesarannya di KJA telah dilakukan
pangsa pasar kerapu sunu di kedua Sutarmat dan Ismi (2007), namun tingkat
negara tersebut sangat tinggi dan kelangsungan hidup yang dihasilkan
merupakan negara tujuan ekspor yang belum stabil (Suwirya et al., 2006), dan
potensial (Sidik, 2002; Nurjana, 2006). masih perlu dilakukan perbaikan yang
Kerapu sunu dalam budidayanya mengarah pada peningkatan produksi
memiliki prospek pengembangan yang Dalam kegiatan budidaya, selain
sangat baik, karena tehnik produksi benih pakan yang memerlukan biaya ±60% dari
secara masal telah dikuasai dan dapat total biaya operasional, faktor lingkungan
diterapkan di hatchery skala rumah juga merupakan sarana yang tidak kalah
tangga (Aslianti et al., 2009a). pentingnya, mengingat air sebagai media
Permintaan pasar terhadap kerapu sunu tempat ikan dipelihara juga merupakan
terutama dalam keadaan hidup sangat media tumbuh bagi berbagai macam
tinggi (Sutarmat et al., 2007) dan terus mikroorganisme baik yang pathogen
meningkat, sementara pemenuhan maupun nonpathogen. Sedangkan di
melalui penangkapan di alam sangat alam, golongan ikan kerapu umumnya
tidak disarankan, karena memiliki banyak hidup di perairan karang, bersifat
resiko yang merugikan diantaranya menyendiri dan lebih menyukai habitat
adalah jumlah tidak kontinyu, ukuran yang bersih dengan kondisi perairan yang
tidak seragam, resiko cacat fisik saat stabil (Aslianti et al., 1998).
penangkapan dan dampak tertinggi Mengantisipasi sifat alami ikan kerapu
adalah berkurangnya populasi di alam. tersebut, pergantian air merupakan faktor
Hal ini memberikan peluang cukup besar penting dalam menjaga kestabilan
bagi kegiatan budidaya sekaligus kualitas air selama pemeliharaan dalam
meningkatkan pasok yuwana yang wadah terkontrol. Oleh karenanya
kontinyu, namun faktor kualitas tetap pengelolaan lingkungan pemeliharaan
menjadi prioritas yang perlu diperhatikan kerapu sunu melalui pergantian air yang
mengingat persaingan pasar yang kontinyu dengan prosentase yang optimal
semakin ketat (Nurjana, 2010). diharapkan dapat mengurangi kendala-
Dalam usaha pembesaran kerapu kendala ekstrim yang terjadi.
sunu di Keramba Jaring Apung (KJA) Dengan melihat permasalahan yang
hingga mencapai ukuran konsumsi (300- cukup konkrit dan tuntutan peluang pasar
400gr) biasanya memerlukan waktu yang memerlukan solusi secara cepat,
pemeliharaan yang cukup lama dan maka perlu dilakukan penelitian
memiliki resiko kematian yang tinggi. penggelondongan kerapu sunu dalam
Oleh karenanya upaya penggelondongan wadah terkontrol melalui perbaikan

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 2, No. 2, Desember 2010 27
Pemeliharaan Gelondongan Kerapu Sunu (Plectropomus Leopardus)…

lingkungan sampai mencapai ukuran siap lemak 10%, abu 13%, dan kadar air 10%
tebar (± 150gr) sehingga masa (Aslianti et al., 2009b). Pakan diberikan
pemeliharaan di KJA dapat dipersingkat. dua kali sehari sebanyak 3-5% dari bobot
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan biomasa (±500 gr) dengan cara menebar
informasi pemeliharaan gelondongan hingga ikan tidak merespon (ad-libitum).
kerapu sunu dalam wadah terkontrol, Sisa pakan ditimbang untuk mengetahui
serta kendala yang dihadapi selama jumlah pakan yang terkonsumsi setiap
pemeliharaan sehingga resiko yang hari serta dilakukan penghitugan pada
mungkin terjadi pada budidaya akhir penelitian untuk mengetahui nilai
pembesaran di KJA dapat diperkecil. rasio konversi pakannya. Penelitian
dilakukan selama 2 bulan dengan
II. BAHAN DAN METODE menggunakan sistim air mengalir dan
persentase pergantian air merupakan
2.1. Persiapan wadah
Kegiatan penelitian diawali dengan perlakuan yaitu A (200%/hari); B
pencucian wadah penelitian berupa tiga (300%/hari) dan C(400%/hari).
(3) unit bak fiber kapasitas 4 m3 Penyiponan dasar bak dilakukan setiap 2
hari untuk membersihkan sisa
berbentuk segi empat berukuran 2x2x1m,
metabolisme berupa faeses ataupun sisa
dengan cara menyikat dan menyemprot
pakan yang tidak terkonsumsi oleh ikan.
dengan air tawar, kemudian dikeringkan
selama satu hari. Hal ini untuk
menghindari kemungkinan kontaminasi 2.3. Parameter yang diamati
Pengamatan pertumbuhan dilaku-
parasit. Selanjutnya wadah diisi air laut
kan setiap bulan melalui pengukuran
bersalinitas 30-33 ppt sampai ketinggian
panjang total dan berat tubuh terhadap 20
air 75 cm. Pengaturan pipa dan batu
ekor sampel (10% dari jumlah biomas)
aerasi disesuaikan dengan kebutuhan dan
yang diambil secara acak dari masing-
diatur sedemikian rupa sehingga pasok
masing perlakuan. Untuk mengetahui
oksigen yang mengalir dalam bak
efektifitas pakan terhadap pertumbuhan
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
dilakukan dengan cara menghitung rasio
ikan. Demikian juga pengaturan debit air
konversi pakan (FCR), sedangkan
masuk (inlet) dan keluar (outlet)
kualitas air diamati secara kontinyu
disesuaikan dengan perlakuan dengan
setiap minggu sebagai data pendukung
cara terlebih dahulu memposisikan stop
meliputi oksigen terlarut (DO), ammonia
kran yang disesuaikan dengan jumlah air
(NH3-N), nitrit (NO2-N) dan pH.
masuk per menit, sehingga dalam waktu
24 jam (sehari semalam) diharapkan air
dapat terganti sesuai perlakuan. 2.4. Analisa data
Semua data yang diperoleh
dihimpun secara tabulasi dan dianalisis
2.2. Hewan uji.
secara diskriptif serta diolah dengan
Hewan uji (kerapu sunu) yang telah
menggunakan program microsoft Excel.
melalui seleksi (keseragaman ukuran dan
kondisi fisik) dimasukkan kedalam
masing-masing bak dengan kepadatan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
200 ekor. Rata-rata panjang total (TL) Hasil pengamatan terhadap per-
dan berat tubuh (BW) awal adalah tumbuhan panjang dan berat mutlak,
16.6±0.5cm dan 72.2±7.6g. Selama kelangsungan hidup dan rasio konversi
pemeliharaan, ikan diberi pakan pakan gelondongan kerapu sunu dari
komersial berbentuk pellet berdiameter masing-masing perlakuan tertera pada
±5 mm dengan kandungan protein 42%, Tabel 1.

28 http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt22
Aslianti

Dari Tabel 1. diketahui bahwa penelitian ini mempunyai dampak yang


persentase kenaikan pertumbuhan positip terhadap kestabilan kualitas air
perlakuan C baik terhadap panjang total pemeliharaan. Kondisi air yang kotor
(30.18%) maupun berat tubuh (117.23%) akibat terakumulasinya sisa metabolisme
terlihat lebih tinggi dari pada perlakuan ataupun kotoran lain yang terdapat dalam
A (14.94% dan 83.10%) maupun B bak, akan terganti secara cepat jika
(17.53% dan 95.24%). Demikian juga persentase pergantian air cukup tinggi,
tingkat kelangsungan hidup yang dicapai sehingga diprediksi dapat menghambat
perlakuan C lebih tinggi (97%) dari pada tumbuhnya parasit (jamur ataupun
perlakuan A (93%) ataupun B (95,5%). bakteri). Kondisi ini didukung dari hasil
Hal ini menunjukkan bahwa pergantian pengamatan kualitas air yang dilakukan
air sebesar 400% setiap hari terbukti setiap tiga hari yang menunjukkan bahwa
sangat mendukung pertumbuhan maupun kandungan nitrit dan ammonia cenderung
kelangsungan hidup kerapu sunu. Makin menurun dengan meningkatnya
tinggi persentase pergantian air dalam persentase pergantian air (Tabel 2).

Tabel 1. Pertumbuhan panjang dan berat mutlak, kelangsungan hidup dan rasio konfersi
pakan kerapu sunu dari masing-masing perlakuan

A B C
Parameter
(200%/day) (300%/day) (400%/day)
Panjang total awal/Initial length (cm) 16.60 16.60 16.60
Panjang total akhir/Final length (cm 19.08 19.51 21.61
Pertambahan panjang/TL gain (%) 14.94 17.53 30.18
Berat tubuh awal/Initial weight (g) 72.20 72.20 72.20
Berat tubuh akhir/Final weight (g) 132.20 140.96 156.84
Pertambahan berat/BW gain (%) 83.10 95.24 117.23
Kelangsungan hidup/SR (%) 93 95.5 97
Rasio konfersi pakan/FCR 1.05 1.21 1.34

Tabel 2. Hasil rata-rata pengamatan kualitas air yang dilakukan setiap tiga hari dari
masing-masing perlakuan

A B C
Parameter
(200%/day) (300%/day) (400%/day)
Suhu maximum/Temp. max (oC) 28.50 ± 0.16 28.28 ± 0.19 27.96 ± 0.23
Suhu minimum/Temp. min (oC) 26.64 ± 0.21 26.98 ± 0.45 27.30 ± 0.42
Salinitas/Salinity (ppt) 32.4 ± 1.61 32.4 ± 1.61 32.40 ± 1.61
pH 7.78 ± 0.30 7.51 ± 0.23 7.05 ± 0.10
DO/Disolve Oksigen (mg/L) 6.39 ± 0.13 6.72 ±0.31 7.10 ± 0.29
NO2/Nitrite (mg/L) 1.50 ± 0.25 1.26 ± 0.04 0.69 ± 0.13
NH3/Amonium (mg/L) 1.83 ± 0.06 1.57 ± 0.08 0.98 ± 0.05

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 2, No. 2, Desember 2010 29
Pemeliharaan Gelondongan Kerapu Sunu (Plectropomus Leopardus)…

Tingginya kandungan nitrit dan mendukung kehidupan ikan. Kualitas air


ammonia pada perlakuan A dan B diduga yang baik dan stabil sangat berpengaruh
sebagai akibat adanya proses terhadap kesehatan ikan yang pada
pembusukkan serta penguraian sisa gilirannya dapat meningkatkan kelang-
metabolisme yang mengendap di dasar sungan hidupnya.
bak. Pengendapan terjadi akibat jumlah Ditinjau dari hubungan partum-
pergantian air yang kurang mencukupi buhan panjang dan berat tubuh secara
sehingga badan air tidak cukup mampu linier (Gambar 1) pada perlakuan C
mendorong sisa metabolisme ke-arah (pergantian air 400%/hari) diperoleh
saluran pembuangan. Kondisi ini akan persamaan regresi Y=1.6972X+120.24
semakin buruk apabila air laut yang dengan R2 = 0.9354. Hal ini
mengalir saat itu dalam keadaan keruh menunjukkan bahwa antara pertumbuhan
yang biasa terjadi akibat adanya hujan. panjang dan berat tubuh kerapu sunu
Mekanisme toksisitas dari nitrit dapat pada perlakuan C terdapat korelasi yang
berpengaruh terhadap transportasi positif, yang berarti bahwa pergantian air
oksigen dalam darah dan kerusakan sebesar 400%/hari tidak saja berpengaruh
jaringan tubuh ikan. Sesuai pendapat terhadap pertumbuhan panjang tetapi
Boyd (1990) yang menyatakan bahwa juga berpengaruh terhadap pertumbuhan
kandungan ammonia dalam media berat dengan tingkat korelasi sebesar
pemeliharaan merupakan hasil meta- 93.54%.
bolisme ikan, pembusukan senyawa Dari hasil pengamatan selama
organik dan bakteri. Amonia adalah hasil pemeliharaan gelondongan kerapu sunu
utama penguraian protein dan merupakan dalam wadah terkontrol terdapat
racun bagi ikan, karenanya kandungan beberapa ekor ikan yang mengalami
ammonia dianjurkan tidak lebih dari 1 kematian. Hingga akhir penelitian
mg/L (Pescod, 1973 dalam Aslianti , et kematian paling banyak terjadi pada
al. 1998). Tingginya kandungan nitrit dan perlakuan A (14 ekor), sedangkan B (9
ammonia pada perlakuan A dan B diduga ekor) dan C (6 ekor). Dari hasil deteksi
berpengaruh terhadap kelangsungan laboratorium diketahui bahwa kematian
hidup ikan sehingga lebih rendah dari umumnya disebabkan oleh penyakit
pada C. Namun demikian kondisi suhu, infeksi bakteri gram negatif yang
salinitas, pH dan DO nampak masih merupakan penyakit utama kerapu sunu.
berada dalam batas normal dan masih

164.0
y = 1.6972x + 120.24
R2 = 0.9354
BERAT TUBUH (GR)

160.0

156.0

152.0

148.0
19.0 21.0 23.0 25.0

PANJANG TOTAL (CM)

Gambar 1. Hubungan pertumbuhan panjang dan berat tubuh kerapu sunu


dengan pergantian air 400%/hari (linier) pada akhir penelitian

30 http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt22
Aslianti

Gejala kematian ditandai dengan makanannya, sehingga ikan akan


ikan tidak nafsu makan dan berenang mengalami keterlambatan pertumbuhan
lemah, cenderung sering berada di (kerdil), memiliki daya tahan tubuh yang
permukaan air, menyendiri, dan terdapat rendah dan akan sangat mudah diserang
luka pada permukaan kulit (Gambar 2a). penyakit.
Infeksi bakteri diduga berasal dari Terjadinya performansi yang
lingkungan pemeliharaan (air) yang juga abnormal belum diketahui penyebabnya
merupakan media hidup bagi semua secara pasti, namun diduga adanya faktor
mikroorganisme baik yang patogen genetis dari induk sebagai penghasil
maupun nonpatogen. Semakin tinggi telur. Oleh karenanya dalam proses
persentase pergantian air terlihat semakin pembenihan, tahap seleksi telur sangat
sedikit jumlah ikan yang mati karena penting sebelum dilakukan penebaran
dengan semakin cepat air media terganti dalam wadah pemeliharaan larva.
maka kemungkinan ikan terinfeksi Tingkat pembuahan telur yang optimal
parasit yang ada dalam air media dengan daya tetas mencapai 90%
semakin kecil. Penanggulangan pertama umumnya menghasilkan benih yang
yang dilakukan adalah dengan merendam normal. Namun demikian deformity pada
ikan yang sakit dengan 100 ppm formalin mulut biasanya ditemukan justru setelah
selama 1 jam atau dalam larutan ikan bertumbuh menjadi gelondongan.
streptomysin 1 gram dalam 100 liter air Diduga selain faktor genetis, juga faktor
laut selama 1 jam serta memisahkan ikan nutrisi pakan selama pemeliharaan
yang sakit dari yang lainnya (Sutarmat et kurang mendukung (malnutrition),
al., 2007). sehingga dapat memicu terjadinya
Selain itu pada akhir penelitian ketidaknormalan pada mulut. Dengan
juga ditemukan beberapa ekor ikan demikian pemeliharaan gelondongan
dengan performansi mulut yang kerapu sunu dalam wadah terkontrol
abnormal (deformity) yaitu antara mulut hingga mencapai ukuran ± 150 gram
bagian atas dan bawah tidak simetris memberikan dampak positif terhadap
(Gambar 2b). Kondisi ini dapat tingkat selektifitas performansi ikan
menyebabkan ikan tidak bisa merespon sebelum ditebar di KJA. Selain waktu
pakan dengan sempurna yang pada pemeliharaan di KJA hingga mencapai
gilirannya dapat mengakibatkan kema- ukuran konsumsi dapat dipersingkat, juga
tian. Sesuai pendapat Kordi (2004), yang performansi yang dihasilkan sesuai
menyatakan bahwa ikan yang cacat akan dengan selera pasar.
mengalami kesulitan dalam mendapatkan

a b

Gambar 2. Penyakit bakteri gram negatif yang menimbulkan luka pada permukaan
tubuh kerapu sunu (a), dan kerapu sunu yang mengalami deformity pada
mulut unsimetris (b)

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 2, No. 2, Desember 2010 31
Pemeliharaan Gelondongan Kerapu Sunu (Plectropomus Leopardus)…

IV. KESIMPULAN Boyd, C.E. 1990. Water Quality in Ponds


for Aquaculture. Alabama : Auburn
Pergantian air dalam pemeliharaan University. 482p.
gelondongan kerapu sunu secara Kordi, M.G.H. 2004. Penanggulangan
terkontrol merupakan faktor penting yang Hama dan Penyakit Ikan. Jakarta.
mendukung kelangsungan hidup maupun PT Rineka Cipta dan PT Bina
pertumbuhannya. Adikarsa. Hal 68.
Kelangsungan hidup dan Nurjana, M.L. 2006. Indonesian
pertumbuhan ikan yang dipelihara Aquaculture Development. Inno-
dengan pergantian air 400%/hari lebih vative and Eco-friendly Techno-
tinggi (SR 97%; TL 21.61±0,54 cm, BW logies for the Production of Safe
156.84±1.05g) dari pada pergantian air Aquaculture Food. Food &
300% (SR 95.5%; TL 19.51±0.52 cm; Fertilizer Technology Center For
BW 140.96±0.08 g) ataupun 200% (SR The Asian and Pacific Region
93%; TL 19.08±0.30 cm; BW (FFTC-ASPAC)/RCA.
132.2±2.65 g). International Workshop. Den-pasar
Pergantian air hingga 400%/hari Bali, Indonesia. December 4-8,
dapat menghindarkan ikan dari serangan 2006. pp 81-100.
parasit sehingga ikan bertumbuh normal Nurjana, M. L. 2010. Proyeksi produksi
dan memperkecil jumlah ikan yang cacat perikanan budidaya menurut
tubuh (deformity). komoditas utama 2009 s/d 2014.
Materi presentasi pada acara
Forum Inovasi dan Teknologi
DAFTAR PUSTAKA
Akuakultur. Puriskan Budidaya.
Bandar Lampung, 20-24 April
Aslianti, T., K.M. Setiawati dan
2010.
Wardoyo. 1998. Pengaruh
Sidik. 2002. Alternatif Kebijakan
Peningkatan Pergantian Air terhdap
Budidaya Ikan Kerapu Masya-rakat
Pertumbuhan dan Sintasan Larva
Nelayan dalam Pengem-bangan
Kerapu Bebek, Cromileptes
Industri Perikanan Kerapu.
altivelis. Prosiding Seminar
Majalah Ilmiah Analisis Sistem,
Teknologi Perikanan Pantai.
4(IX):104-109
Denpasar-Bali, 6-7 Agustus 1998.
Sutarmat, T. 2005. Analisis Finansial
hal 173-177.
Produksi Yuwana Kerapu Macan
Aslianti, T., P.T. Imanto, dan M.
(Epinephelus fuscoguttatus) dengan
Suastika. 2009a. Dampak Minyak
Pakan Pelet Komersial dan Ikan
Buah Merah, Pandanus conoideus
Rucah dalam Keramba Jaring
Lam pada Performansi Yuwana
Apung. Jurnal Perikanan,
Kerapu Sunu, Plectropomus
VII(2):144-150.
leopardus. Jurnal Perikanan,
Sutarmat, T. dan S. Ismi. 2007. Variasi
XI(1):1-8.
ukuran tubuh benih pada
Aslianti T, Afifah dan M. Suastika.
pendederan ikan kerapu sunu
2009b. Pemanfaatan Minyak Buah
(Plectropomus leopardus). Buku
Merah, Pandanus conoideus Lam
Pengembangan Teknologi Budi-
dan Carophyll Pink dalam Ransum
daya Perikanan. Balai Besar Riset
Pakan Yuwana Ikan Kakap Merah,
Perikanan Budidaya Laut. Badan
Lutjanus sebae. Jurnal Riset
Riset Kelautan dan Perikanan. hal
Akuakultur, 4(2):191-200.
59-63.

32 http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt22
Aslianti

Sutarmat, T., K. Suwirya, dan N. A. Giri. Suwirya, K., A. Priyono, A. Hanafi, R.


2007. Penelitian pendahuluan Andamari, R. Melianawati, M.
pembesaran kerapu sunu Marzuqi, K. Sugama dan N.A. Giri.
(Plectropomus leopardus) dalam 2006. Pedoman Teknis Pembenihan
Keramba Jaring Apung. Buku Ikan Kerapu Sunu (Plectropomus
Pengembangan Teknologi leopardus). Pusat Riset Perikanan
Budidaya Perikanan. Balai Besar Budidaya. Badan Riset Kelautan
Riset Perikanan Budidaya Laut. dan Perikanan. 18 hal.
BRKP. Hal 438-445.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 2, No. 2, Desember 2010 33

Vous aimerez peut-être aussi