Vous êtes sur la page 1sur 8

HUMANIORA

Bani Sudardi
VOLUME 14 No. 1 Februari 2002 Halaman 12 - 19

KONSEP PENGOBATAN TRADISIONAL


MENURUT PRIMBON JAWA
Bani Sudardi*

1. Pengantar manusia. Dewasa ini terjadi kecenderungan


di dalam golongan masyarakat untuk
ebudayaan dapat dibagi menjadi tujuh mengurangi atau menghentikan pemakaian
unsur pokok, yaitu (1) bahasa, (2) bahan-bahan kimia di dalam pengobatan.
sistem pengetahuan, (3) organisasi Sehubungan dengan aspek kesehatan dan
sosial, (4) sistem peralatan hidup dan tekno- obat-obatan, untuk kepentingan merawat
logi, (5) sistem matapencaharian hidup, (6) kesehatan dan kecantikan, pada akhir-akir
sistem religi, dan (7) kesenian (Koentjara-
ini dipergunakan bahan-bahan dari hasil bumi
ningrat,1983:206). Setiap suku bangsa
dan pengolahannya secara tradisional, di
mempunyai sistem kebudayaannya sendiri
antaranya adalah membuat kulit tahan sinar
dan tidak setiap suku bangsa dapat dengan
matahari, otot kuat berjalan jauh, dan mata
mudah menerima unsur-unsur kebudayaan
tetap kuat dan tidak cepat rabun (Soeratno,
dari luar.
1997:28).
Sistem pengobatan dapat dimasukkan
Masyarakat Jawa, sejak ratusan tahun
ke dalam unsur sistem pengetahuan suatu
juga, sudah memiliki sistem pengobatan
bangsa yang dalam realisasinya dapat
tradisional. Sistem pengobatan tersebut
dimasukkan ke dalam unsur teknologi.
sampai dewasa ini masih tumbuh subur,
Kebudayaan Jawa mempunyai sistem
bahkan sebagian sudah menjadi suatu
pengetahuan pengobatan yang sudah
ratusan tahun digunakan oleh masyarakat sistem industri cukup besar yang dikenal
Jawa, yakni sebelum masuknya teknik- dengan nama jamu. Dewasa ini kita menge-
teknik kedokteran modern. Sistem peng- nal berbagai jenis jamu yang dikemas secara
obatan tersebut disebut sebagai sistem modern seperti dari Perusahaan Air Mancur,
pengobatan tradisional. Sido Muncul, Jamu Jago, Deltomed, dan lain-
Sistem pengobatan tradisional dewasa lain; bahkan sebagian diwujudkan dalam
ini banyak mendapat perhatian karena sistem bentuk pil dan kapsul layaknya obat-obat
ini dalam kenyataan di masyarakat pada modern. Jamu Indonesia juga sudah di-
umumnya masih hidup dan berdampingan ekspor ke mancanegara.
dengan sistem pengobatan modern. Salah Menyadari pentingnya obat-obat tradi-
satu bidang ilmu yang mengkaji sistem sional dalam khazanah pengobatan bangsa,
pengobatan tradisional ialah antropologi tulisan ini menguraikan konsep dan obat-obat
kesehatan. Ilmu ini muncul berkaitan dengan tradisional di Indonesia, khususnya yang
pembangunan masyarakat desa, khususnya berkembang di kalangan masyarakat Jawa.
di bidang kesehatan. Namun, diharapkan pula khazanah obat-obat
Sistem pengobatan tradisional men- tradisional dari kalangan masyarakat lain
dapat perhatian para pakar di bidang kese- juga mendapat perhatian. Di samping itu,
hatan karena sistem tersebut dapat menjadi sumber pengobatan tradisional tidak terbatas
alternatif dalam pemulihan kesehatan pada primbon saja, melainkan juga terdapat

* Doctorandus, Magister Humaniora, Staf Pengajar Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

12 Humaniora Volume XIV, No. 1/2002


Konsep Pengobatan Tradisional Menurut Primbon Jawa

dalam folklor atau tradisi lisan yang dimiliki resepnya. Dalam tradisi Jawa, primbon
oleh para praktisi pengobatan tradisional biasanya dimiliki oleh tokoh-tokoh masyara-
seperti dukun, pawang, dan penduduk pede- kat yang dianggap sebagai “intelektual” di
saan. zamannya seperti tetua adat, tokoh masyara-
Tulisan ini membatasi pada obat-obat kat, dukun, guru kebatinan, dan sebagainya.
tradisonal yang terdapat dalam primbon Primbon mempunyai sejarah yang
mengingat bahwa primbon sampai dewasa cukup panjang di dalam tradisi Jawa.
ini masih fungsional. Di samping itu, Setidak-tidaknya pada abad ke-8, suku Jawa
beberapa primbon sampai saat ini belum telah mengenal primbon yang terbukti dari
memasyarakat karena ditulis dalam huruf adanya prasasti di Candi Perot (772), Hali-
yang sudah digunakan secara luas (huruf wangbang (779), dan Kudadu (1216)
Jawa) dalam jumlah eksemplar yang terbatas (Subalidinata, 1985:52-53). Namun primbon
dan hanya tersimpan di museum tertentu. terlengkap dalam tradisi Jawa baru ditulis
Di samping itu, bagi kebanyakan bangsa In- pada zaman Kartasura berupa Serat Centhini.
donesia, bahasa primbon sukar dipahami Karena itu, di samping dapat dikatakan
karena menggunakan bahasa daerah. sebagai salah satu perwujudan primbon, serat
Memahami obat-obat tradisional tidak ini juga dapat dikatakan sebagai salah satu
dapat dilepaskan dari pemahaman tentang bentuk ensiklopedi khas Jawa.
konsep pengobatan dari masyarakat pemilik- Berbagai jenis resep obat dan peng-
nya. Tulisan ini berusaha menyajikan suatu obatan juga terdapat dalam Serat Centhini.
deskripsi tentang konsep pengobatan di Hal ini dapat dimengerti karena serat ini
kalangan masyarakat Jawa sebagaimana merupakan serat yang berupa akumulasi
tercermin dalam primbon-primbon. berbagai pengetahuan dari berbagai sumber.
Serat Centhini ditulis atas perintah Kanjeng
Gusti Pangeran Adipati Anom Ameng-
2. Primbon
kunegara III yang memerintah Surakarta
Kata primbon berasal dari kata dasar (1820 - 1823). Dia adalah putra Ingkang
imbu yang berarti “memeram buah agar Sinuhun Paku Buwana IV (1788 - 1820).
matang”, yang kemudian mendapat imbuhan Yang memimpin penyusunan serat ini adalah
“pari” dan akhiran “an” sehingga terbentuk Ki Ngabehi Ranggasutrasna. Yang mendam-
kata primbon. Secara umum, primbon pingi adalah Raden Ngabehi Yasadipura,
diartikan sebagai buku yang menyimpan Raden Ngabehi Sastradipura. Yang mem-
pengetahuan tentang berbagai hal. Wojo- bantu adalah Pangeran Jungut Mandurareja
wasito dan Poerwadarminta (1980:211) dari Klaten, Kiai Kasan Besari dari Panaraga,
memberikan definisi primbon sebagai “buku dan Kiai Mohammad Minhad dari Surakarta
yang memuat astrologi dan mantera”. (Amangkunegara III, 1992: iii - iv).
Isi primbon berupa aneka ragam penge- Dalam Serat Centhini ini, di antaranya
tahuan yang berkaitan dengan kebutuhan juga ditemukan berbagai hal tentang model
sehari-hari untuk tujuan mendapatkan pengobatan yang terjadi di Tengger. Di
keselamatan (Sutrisno, 1961:3). Secara garis Tengger diceritakan tidak ada dukun. Bila ada
besar primbon berisi masalah yang berhu- orang yang sakit atau akan melahirkan,
bungan dengan kelahiran, perkawinan, ke- pangulu yang menolongnya dengan mem-
matian, dan sebagai sesuatu yang berkaitan berinya minum air suci dari Gunung Brama.
dengan hubungan manusia dengan alam Badan yang sakit kemudian diusap dengan
(Sublidinata, 1985:55), termasuk di antaranya air suci tersebut yang menjadikannya
tentang penyakit dan pengobatannya. sembuh berkat kekuasaan Hyang Bathara
Karena itu, di dalam primbon pun ditemukan (Adisasmita, 1979:17, Amangkunegara III,
petunjuk-petunjuk untuk mendapatkan 1992:223). Pada Jilid II pupuh 48, diceritakan
kesehatan dengan pengobatan dan resep- tentang Mas Cebolang yang bertemu dengan

Humaniora Volume XIV, No. 1/2002 13


Bani Sudardi

seorang ulama dari Jatisari bernama Ki (guna-guna), jin, makhluk halus, kutukan,
Harjana yang memberikan wejangan tentang dan sebagainya; sistem naturalistik adalah
cara-cara merawat dan mengistirahatkan or- penyakit yang disebabkan oleh sebab
ang sakit (tirah) (Adisasmita, 1979:25). alamiah seperti cuaca dan gangguan kese-
Di samping dalam Serat Centhini, masih imbangan tubuh.
ada berbagai resep obat dan pengobatan Pemahaman tentang penyakit tersebut
yang tercantum di dalam primbon-primbon. mempengaruhi pola pengobatan dan pemi-
Primbon-primbon tersebut sebagian sudah lihan alternatif pegobatan. Setidak-tidaknya,
diterbitkan, tetapi sebagian lagi masih ter- konsep pengobatan tradisional Jawa yang
simpan sebagai manuskrip di berbagai memiliki pandangan kosmologis tentang
tempat penyimpanan. penyakit, memandang penyakit tidak saja
Dewasa ini primbon perlu mendapat pada apa yang menyebabkan sakit, melain-
pengkajian serius karena dikhawatirkan akan kan juga bagaimana dan mengapa seseorang
lenyap ataupun tidak dikenal. Hal ini ber- menjadi sakit. Sakit merupakan akibat
dasarkan kenyataan bahwa primbon yang rangkaian hubungan antara individu dengan
asli biasanya ditulis dalam tulisan yang lingkungan, yang individu itu adalah bagian
sudah jarang digunakan secara luas (biasa- yang tak terpisahkan dari suatu tatanan
nya dengan huruf Jawa, kadang-kadang juga kosmis (Yitno, 1985:109). Akibat konsep
dengan huruf pegon). Primbon biasanya juga tersebut, berbagai penyakit yang dipercaya
ditulis dengan menggunakan pengantar sebagai akibat guna-guna, misalnya, tidak
bahasa daerah (Jawa). Beberapa primbon akan diobatkan ke dokter modern.
yang tersimpan di tempat-tempat tertentu Berbagai hal tentang obat-obat tradisio-
kadang-kadang masih bersifat rahasia nal dan konsep pengobatan di Jawa pernah
(misalnya primbon di kraton, dan sebagai- diteliti oleh para pakar seperti Kasniyah
nya) yang menjadikan sulit dijangkau (1987) yang meneliti etiologi penyakit secara
masyarakat luas. tradisional dalam pikiran orang Jawa, Lestya-
wati tentang pengobatan tradisional di
3. Pengobatan Tradisional Balekerto, Sleman (1984), dan Yitno (1985)
tentang kosmologi dan dasar konsep
Sistem-sistem medis tradisional dalam kesehatan pada orang Jawa, tetapi dari
kenyataannya masih tetap hidup, meskipun semua penelitian yang disebutkan di atas,
praktik-praktik biomedik kedokterran makin tidak ada satu pun yang menggarap konsep
berkembang pesat di negara kita dengan pengobatan dan obat tradisional berdasar
munculnya pusat-pusat layanan kesehatan, primbon.
baik yang dikelola oleh pemerintah maupun Djojosugito (1985) pernah memberikan
oleh swasta. Hal tersebut menunjukkan dasar-dasar pemikiran umum tentang
bahwa health care merupakan fenomena pengetahuan obat-obatan Jawa tradisional,
sosial budaya yang kompleks (Kasniyah, tetapi juga belum menyebutkan obat-obatan
1997:71). Karena itu, dewasa ini para ahli di primbon. Namun, setidak-tidaknya tulisan
antropologi kesehatan banyak mencurahkan Djojosugito (1985:115) memberikan kerang-
perhatian pada konsep pengobatan dan obat- ka pemikiran tentang obat-obat tradisional
obat tradisional. Jawa. Menurutnya obat tradisional menyang-
Menurut Foster dan Anderson (1978:51), kut 2 hal: 1) obat atau ramuan obat tradisional
di dalam masyarakat pedesaan konsep dan 2) cara pengobatan tradisional. Definisi
penyakit dikenal dengan istilah sistem obat tradisional adalah obat yang turun-
personalistik dan sistem naturalistik. Sistem temurun digunakan oleh masyarakat untuk
personalistik ialah penyakit yang dipercaya mengobati beberapa penyakit tertentu dan
disebabkan oleh sesuatu hal di luar si sakit dapat diperoleh secara bebas (DitPom,
seperti akibat gangguan gaib seseorang Depkes RI dalam Djojosugito, 1985:118).

14 Humaniora Volume XIV, No. 1/2002


Konsep Pengobatan Tradisional Menurut Primbon Jawa

Yang perlu dilakukan saat ini terhadap obat- Buku yang ketiga berupa atlas yang
obat tradisional, yang kadang-kadang berisi lukisan berbagai tumbuh-tumbuhan
tampak tidak rasional, ialah observasi. Kalau yang berkhasiat obat (Mardisiwojo dan
observasi ini menghasilkan keyakinan Harsono, 1975:5).
adanya fenomena yang berulang-ulang,
dengan deduksi kita berusaha menerangkan
4. Sistem Pengobatan Tradisional
fenomena tersebut atau secara induktif kita
Jawa
coba membuat hipotesis atau spekulasi
yang harus dibuktikan. Dalam hal ini, kita Berdasarkan kajian terhadap primbon-
berada pada ujung tombak pengetahuan primbon Jawa ditemukan beberapa hal yang
(frontier of knowledge) (Djojosugito, berkaitan dengan sistem pengobatan
1985:120). tradisional Jawa.
Suatu usaha dokumentasi obat-obat Dalam tradisi Jawa, sistem pengobatan
tradisional dilakukan oleh Mardisiwojo dan tradisionalnya mempunyai beberapa karakter
Harsono melalui buku seri yang berjudul yang khas. Dalam menentukan penyakit,
Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang. Buku primbon menggunakan perhitungan yang
ini terdiri dari 3 jilid. Buku Cabe Puyang berdasarkan perhitungan waktu. Perhitungan
Warisan Nenek Moyang I menyajikan nama, yang banyak digunakan ialah perhitungan
tempat tumbuh, dan jenis keadaan, keguna- yang menggunakan dasar perhitungan hari
an dari bermacam-macam tumbuh- dan pasaran.
tumbuhan yang biasa dipergunakan dalam Primbon menggunakan bermacam-
ramuan obat-obatan di Indonesia. Dalam hal macam dasar perhitungan (yang sering
ini disajikan nama tumbuhan secara umum, disebut neptu ). Dalam hal ini nama-nama
nama dalam berbagai bahasa daerah, nama perhitungan waktu (pasaran, hari, bulan, dan
Latin, ciri-ciri tumbuhan, dan kegunaannya. tahun) kadang-kadang juga abjad Jawa yang
Selanjutnya juga diuraikan nama berbagai dikenal dengan carakan (ha na ca ra ka)
jenis penyakit dan nama-nama tumbuhan diberi nilai tertentu yang selanjutnya
yang dapat digunakan untuk mengobatinya. digunakan untuk memperhitungkan baik
Buku ini tidak menyajikan asal dari khasiat buruknya sesuatu dan ramalan-ramalan
bahan-bahan obat tradisional tersebut lainnya.
(Mardisiwojo dan Harsono, 1975). Nilai (neptu) yang banyak digunakan
Buku Cabe Puyang Warisan Nenek adalah nilai hari dan pasaran. Menurut
Moyang II menyajikan deskripsi berbagai primbon, nilai hari dan pasaran tersebut
macam penyakit secara alpabetis. Dalam hal masing-masing dapat dilihat dalam tabel
ini diberikan penjelasan tentang sebab- berikut.
musabab timbulnya suatu penyakit, gejala
dan tanda-tandanya, perawatan dan pengo- Hari Neptu Pasaran Neptu
batannya, dan pengobatan yang dapat
dilakukan dengan ramuan-ramuan dari tum- Senin 4 Pon 7
buhan. Sebagai pelengkap, buku ini Selasa 3 Wage 4
menyajikan daftar nama-nama Latin bahan- Rabu 7 Kliwon 8
bahan tumbuhan yang dijadikan obat Kamis 8 Legi 5
(Mardisiwojo dan Harsono, 1987). Buku ini Jumat 6 Pahing 9
tidak menyajikan asal resep-resep yang Sabtu 9
disusun. Tampaknya buku ini berusaha Minggu 5
memadukan pengetahuan kedokteran mo-
dern dengan obat-obat tradisional sebagai
salah satu terapi terhadap munculnya suatu Dalam primbon, perhitungan diperoleh
penyakit. dari jumlah nilai hari dan pasaran ( neptu dina

Humaniora Volume XIV, No. 1/2002 15


Bani Sudardi

lan pasaran) . Misalnya, jumlah nilai hari dan Sebagai contoh, etiologi penyakit dapat
pasaran dari Minggu Pon adalah 5 + 7 = 12. ditentukan berdasarkan lenggahipun dinten
Jumlah neptu dina lan pasaran saat (tempat duduk hari). Tempat duduk hari
datangnya penyakit dapat digunakan untuk tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
menentukan (1) asal penyakit, (2) tingkat
penyakit, dan (3) bagian yang sakit. Sebagai Nama Hari Tempat duduk penyakit
contoh, asal penyakit ditentukan dengan
mengurangi jumlah hari dan pasaran tersebut Senin Telinga
dengan angka-angka kelipatan tiga sampai Selasa Hidung
sisa terakhir. Sisa tersebut sebagai penentu Rabu Perut
Kamis Tulang
asal penyakit yang dapat diuraikan berikut.
Jumat Mata
(1) Sisa satu, jatuh hitungan tikus, penyakit Sabtu Tungkai
datang dari dalam rumah. Maka, harus
ditebus dengan memuliakan dhanyang Berdasarkan hari dimulainya sakit,
smarabumi (makhluk halus yang men- maka dapat ditentukan anggota badan yang
jaga wilayah) berupa nasi golong (nasi memulai sakit atau sebab penyakitnya.
dibulatkan), pecel ayam, dan sayur Misalnya, kalau sakit dimulai hari Minggu,
menir. asal penyakit dari tungkai. Penyebabnya
(2) Sisa dua, jatuh hitungan kadal, penyakit dapat karena berjalan, tersandung, kelelah-
berasal dari luar rumah (halaman). an, dan sebagainya. Bila sakit dimulai hari
Tebusannya ialah tukon pasar (makanan Senin, asal penyakit dari telinga. Penyebab-
kecil/ jajanan dari pasar). nya bisa karena mendengar berita buruk,
(3) Sisa tiga, jatuh hitungan ular, penyakit menahan marah, dan sebagainya yang ber-
datang dari air. Tebusannya adalah sumber dari telinga (Tjakraningrat, 1983:23).
jenang baning. Berdasarkan hari dimulainya sakit juga
dapat ditentukan tentang jenis-jenis penyakit
Mengenai etiologi atau asal usul satu sebagaimana diuraikan dalam Kitab Primbon
penyakit ini ditemukan beberapa pendapat. Betaljemur Adammakna (Tjakraningrat,
Sebagian besar pendapat-pendapat tersebut 1991:228) yang dibuat sebagai tabel berikut.
juga mendasarkan perhitungannya dengan
dasar hari dan pasaran saat datangnya
Nama Hari Sebab Penyakit
penyakit. Etiologi penyakit kadang juga
ditentukan berdasarkan saat kelahiran si Senin mempunyai nadzar yang
sakit dan atau perbuatan-perbuatan yang belum dilaksanakan
melanggar pantangan.
Selasa diguna-gunai oleh orang
Antara primbon yang satu dengan yang
lain
lain kadang-kadang berbeda. Namun, dari
perhitungan-perhitungan itu, dapat ditarik Rabu diganggu oleh makhluk
berbagai jenis penyakit yaitu, (1) dari Allah, halus/setan
(2) karena perkataannya sendiri yang tidak Kamis terkena tulah dari orang
dipenuhi (ujar), (3) dari jin/ setan, dan (4) dari tua
perbuatan jahat orang lain (teluh tarangnyana) Jumat diganggu makhluk halus
(Sutrisno, 1961:36-37). yang ada di kolong rumah
Etiologi penyakit menurut primbon ini Sabtu diganggu oleh setan yang
dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk berasal dari hutan
“diagnose penyakit” yang disesuaikan Minggu diganggu oleh makhluk
dengan pandangan dan kondisi zaman halus/setan
primbon tersebut pertama kali ditulis.

16 Humaniora Volume XIV, No. 1/2002


Konsep Pengobatan Tradisional Menurut Primbon Jawa

Secara teknis, pengobatan dalam tradisi bumbu (campuran) yang terdiri dari adas
Jawa yang terdapat dalam primbon mengenal pulasari, temu, dan bawang merah.
beberapa teknis pengobatan, teknis peng- Di samping itu, bagian yang sakit perlu
obatan itu disebut berdasarkan tempat yang ditebus dengan cara sedekah sesuai dengan
diberi ramuan dan cara memberikannya. tempat yang sakit. Penebusan tersebut
Teknis pengobatan tersebut, antara lain, dilakukan dalam kenduri. Sedekah tersebut
adalah jamu dan cekok (diminum), bobok, bila hanya satu bagian saja yang sakit
parem, boreh, pilis, pupuk, sembur, tapel (misalnya tangan kanan), maka tebusannya
(obat luar), isyarat, tebusan, tetulak, man- hanya satu. Namun kalau dua anggota badan
tra, suwuk, kidung, dan rajah (ritual). yang sakit, tebusannya juga harus dua.
Aspek ritual magis mewarnai teknis Tebusan tersebut adalah sebagai berikut.
pengobatan tradisional tersebut. Sebagai
ilustrasi ialah pengobatan dengan boreh.
Anggota badan Wujud
Boreh (obat gosok luar) ditentukan ber- yang sakit tebusan
dasarkan tempat dimulainya penyakit.
Tampaknya bahan boreh ini ditentukan ber- kepala kelapa utuh
dasarkan nama anggota badan yang sakit beserta tabon/
dengan dasar bahasa Jawa. Kemiripan kulitnya
bahan boreh dengan anggota badan yang dada buah nangka utuh
diberi boreh sangat jelas terasa. Boreh untuk tangan pisang satu lirang
bagian yang sakit tersebut dapat dilihat dari
kaki pohon tebu sebatang
tabel berikut.
kemaluan pria : kue klepon
Bagian yang sakit Bahasa Jawa Boreh wanita : kue srabi
sepasang
kepala sirah janur
dada dhadha daun
Peracikan obat dikenal dua jenis, yaitu
dhadhap peracikan obat berdasarkan perhitungan
srep waktu dan peracikan obat berdasarkan
tradisi. Peracikan obat berdasarkan perhi-
tangan tangan daun
tanganan tungan waktu ditentukan saat datangnya
penyakit atau hari lahir si sakit. Obat jenis
kaki sikil daun
sikilan
ini bersifat ritual. Peracikan obat berdasarkan
tradisi ditentukan berdasarkan gejala
kemaluan kewirangan pudhak
penyakit yang tampak.
Peracikan obat berdasarkan tradisi
dapat dibagi menjadi 4 golongan, (1) jalu
Janur adalah daun kelapa muda yang usada, (2) wanita usada, (3) rarya usada, dan
letaknya di atas. Hal ini sesuai dengan letak (4) triguna usada. Jalu usada dapat diartikan
kepala yang berada di atas. Kata dada ada sebagai obat untuk laki-laki. Kelompok obat
kemiripan dengan kata dhadhap, kata tangan ini disebut demikian karena di dalamnya
sesuai dengan kata daun tanganan, berisi obat-obat yang berhubungan dengan
sedangkan kaki dalam bahasa Jawa disebut masalah seks laki-laki. Obat ini meliputi
sikil. Sementara itu, bentuk pudhak mirip pengobatan dan pencegahan impotensi,
dengan bentuk kemaluan laki-laki. menguatkan zakar, menguatkan kemampuan
Bila yang sakit lebih dari satu anggota hubungan seks, supaya mempunyai anak,
badan, beberapa bahan boreh tersebut mengobati penyakit kelamin laki-laki seperti
dicampur menjadi satu. Boreh itu diberi rajasinga, dan memuaskan pasangan.

Humaniora Volume XIV, No. 1/2002 17


Bani Sudardi

Wanita usada adalah pengobatan untuk banyak dilupakan orang. Ketika terjadi krisis
masalah-masalah yang ada hubungannya moneter pada saat harga obat-obatan mo-
dengan masalah reproduksi kaum wanita. dern sangat tinggi, obat-obat tradisional
Obat kelompok ini meliputi perawatan ke- dapat menjadi salah satu alternatif bagi pem-
cantikan, pengobatan masalah kewanitaan bangunan di bidang kesehatan.
(keputihan dan sebagainya), perawatan se- Obat-obat tradisional dapat dikembang-
belum, pada saat, dan sesudah melahirkan, kan untuk tujuan industri komersial yang saat
dan pengobatan yang ada hubungannya ini sudah dirintis oleh beberapa produsen
dengan perawatan balita. obat-obat tradisional seperti Jamu Air
Rarya usada adalah obat untuk penyakit Mancur, Jamu Jago, Jamu Sido Muncul, dan
anak-anak. Obat ini meliputi pengobatan sebagainya.
untuk anak-anak balita sejak dilahirkan Dalam kaitan dengan pariwisata, peng-
(misalnya memotong usus pusat) sampai gunaan obat-obat tradisional dapat dikem-
dengan penyakit anak-anak umum seperti bangkan sebagai objek wisata yang menarik.
muntaber, cacingan, batuk, dan sebagainya. Obat-obat tradisional merupakan aset
Kadang-kadang, obat-obat untuk anak-anak budaya bangsa yang dapat dikembangkan
ini ditentukan juga umurnya. sebagai salah satu kebanggaan nasional. Hal
Triguna usada adalah obat untuk segala ini telah ditempuh oleh Cina dan India yang
penyakit, baik untuk lelaki, wanita, maupun mengembangkan pengobatan tradisional
anak-anak. Obat jenis ini meliputi peng- sebagai bentuk kebanggaan nasional
obatan untuk penyakit umum seperti kurang mereka.
darah, flu, batuk, tujuan kecantikan, dan
PPPK. DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Ki Sumidi. 1979. Pustaka


6. Relevansi Pengobatan Tradisional
Centhini. Yogya: U.P. Indonesia.
dalam Kaitannya dengan Pem-
bangunan Bidang Kesehatan Amengkunagara III, Kanjeng Gusti Pangeran
Adipati Anom (Ingkang Sinuhun Paku
Obat-obat tradisional merupakan salah Buwana V ing Surakarta. 1992. Serat
satu senjata masyarakat Indonesia dalam Centhini: Suluk Tambangraras. Jilid I.
menghadapi masalah kesehatan. Sampai Dilatinkan oleh Kamajaya. Yogyakarta:
dewasa ini, obat-obat tersebut masih fungsio- Yayasan Centhini.
nal, khususnya dalam memberikan perto-
longan pertama dan menangani masalah Atmasupana II, Raden Ngabehi. 1994. Serat
Primbon. Reproduksi Naskah Asli dari
kesehatan yang ringan. Sehubungan dengan
Paheman Radyapustaka. Surakarta:
hal tersebut, disarankan untuk dilakukan hal-
Sebelas Maret University Press.
hal sebagai berikut.
Perlunya digalakkan penelitian tentang Djojosugito, Ahmad Muhammad. 1985. “Pe-
keamanan beberapa resep obat-obat tradi- ngetahuan Obat-obatan Jawa Tradisio-
sional yang sudah ada. Dengan demikian, nal” dalam Soedarsono dkk. (Editor).
akan timbul suatu jenis pengobatan baru Celaka, Sakit, Obat, dan Sehat Menurut
secara ilmiah yang disebut sebagai peng- Konsepsi Orang Jawa. Yogyakarta:
obatan tradisional. Proyek Penelitian dan Pengkajian
Memperkenalkan kembali kepada Kebudayaan Nusantara (Javanologi),
masyarakat Indonesia mengenai kekayaan Departeman Pendidikan dan Kebu-
kebudayaan mereka dalam pengobatan. Hal dayaan.
ini perlu dilakukan karena sejak derasnya Foster, George M dan Anderson. 1978. Medi-
obat-obatan modern dengan harga yang relatif cal Anthropology. New York: John Wiley
murah, kekayaan obat-obat tradisional & Sons.

18 Humaniora Volume XIV, No. 1/2002


Konsep Pengobatan Tradisional Menurut Primbon Jawa

Indrajati, tanpa tahun. Primbon Sabda Sas- Tanaya, R. Tanpa Tahun. Primbon Jawa
maya. Cetakan VI. Solo: Sadu-Budi. Bekti Jamal. Cetakan IV. Solo: Sadu-
Budi.
Indrajati, Sang . 1979. Kitab Wedha Mantra.
Solo: Sadu-Budi. Tanoyo, R. Tanpa Tahun. Primbon Sabda
Amerta. Solo: Sadu-Budi.
Kasniyah, Naniek. 1997. “Etiologi Penyakit
Secara Tradisional dalam Alam Pikiran Tanpa Pengarang. Tanpa Tahun. Primbon
Orang Jawa” makalah dalam Sarasehan Jawa: Kang Ngemot Sawarnaning
Rutin Proyek Penelitian dan Pengkajian Primbon Karahayon. Cetakan V. Solo:
Kebudayaan Nusantara (Javanologi), Sadu-Budi.
Departeman Pendidikan dan Kebuda-
Tjakraningrat, Kanjeng Pangeran Harya.
yaan.
1983. Kitab Primbon Bektijamal-
Koentjaraningrat.1983. Pengantar Ilmu Adammakna Ayah-Betaljemur (Cetakan
Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. 2). Yogyakarta: Penerbit Soemadidjojo
Maha Dewa.
Lestyawati, Endang. 1984. “Pengobatan
Tradisional di Balekerto”. Skripsi S1 ———————. 1991. Kitab Primbon
Fak. Sastra UGM. Betaljemur Adammakna (Cetakan 51).
Yogyakarta: Penerbit Soemadidjojo
Mardisiwoyo, Sudarman dan Harsono Rajak-
Mahadewa.
manngunsudarso. 1975. Cabe Puyang
Warisan Nenek Moyang I. Jakarta: P.T. ———————. 1994. Kitab Primbon
Karya Wreda. Atassadhur Adammakna (Cetakan 5).
Yogyakarta: Penerbit Soemadidjojo
——————. 1987. Cabe Puyang Warisan
Maha Dewa
Nenek Moyang II. Jakarta: Balai
Pustaka. ———————. 1994. Kitab Primbon
Lukmanakim Adammakna (Cetakan 6).
Pakubuwono I. Serat Racikan Boreh saha
Yogyakarta: Penerbit Soemadidjojo
Parem. Naskah dari Sanapustaka,
Maha Dewa.
Kasunanan Surakarta.
Trunarimong, Ki dan Sang Indrajati. Tanpa
Soeratno, Siti Chamamah. 1997. “Naskah
Tahun. Kitab Mantra Yogya. Solo: Sadu
Lama dan Relevansinya dengan Masa
Budi.
Kini”. dalam Tradisi Tulis Nusantara.
Jakarta: Masyarakat Pernaskahan Wiryapanitra. Tanpa tahun. Wejangan
Nusantara. Walisanga: Isi Wejangan Wali Sanga
dalah Laku-lakune. Solo: Sadu-Budi.
Subalidinata, R.S., 1985. “Primbon Dalam
Kehidupan Masyarakat Jawa”. dalam Wojowasito dan Poerwadarminta, WJS.
Soedarsono dkk. (Editor). Aksara dan 1980. Kamus Lengkap. Bandung:
Ramalan Nasib dalam Kebudayaan Penerbit Hasta.
Jawa. Yogyakarta: Proyek Penelitian
Yitno, Amin. 1985. “Kosmologi dan Konsep
dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara
Kesehatan pada Orang Jawa” dalam
(Javanologi), Departeman Pendidikan
Soedarsono dkk. (Editor). Celaka,
dan Kebudayaan.
Sakit, Obat, dan Sehat Menurut
Sura, Ki. Tanpa Tahun. Buku Primbon Jawi Konsepsi Orang Jawa. Yogyakarta:
Jangkep. Solo: Mayasari. Proyek Penelitian dan Pengkajian
Kebudayaan Nusantara (Javanologi),
Sutrisno, Eddy T. 1961. Primbon Djawi Adji
Departeman Pendidikan dan Kebu-
Wara. Surakarta: Mas.
dayaan.

Humaniora Volume XIV, No. 1/2002 19

Vous aimerez peut-être aussi