Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BETTYMAHARANI
makalah asfiksia
Diposkan pada 28 Mei 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gagal bernapas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen
dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya. umumnya akan mengalami asfiksia
pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,
kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan.
Pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut yaitu perdarahan,
infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia, hipotermi, perlukaan kelahiran dan
lain-lain. Bahwa 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama
kehidupan, kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan
kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian. Dua hal yang
banyak menentukan penurunan kematian perinatal ialah tingkat kesehatan serta gizi wanita dan
mutu pelayanan kebidanan yang tinggi di seluruh negeri.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui materi tentang asfiksia pada bayi baru lahir agar kita seorang bidan bisa
menangani bayi yang asfiksia agar kita tau tindakan-tindakan yang benar.
BAB II
PEMBAHASAN
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina
tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan
berat badan antara 2500 gram sampai 4000 gram nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan
(Rukiyah, 2010; hal. 2)
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan
baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari
kehidupan intrauteri kehidupan ekstrauteri.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37- 42 minggu dan berat
badannya 2500-4000 gram.
1. Pada laki- laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada sokrotum dan penis yang
berlubang
2. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang , serta adanya
labia minora dan mayora.
3. ahapan Bayi Baru Lahir :
4. Tahap I : Terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama kelahiran.Pada tahap ini di
gunakan system scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu
5. Tahap II :Disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian selama 24
jam pertama terhadap ada nya perubahan perilaku.
6. Tahap III :Disebut tahap periodik, pengkajian di lakukan 24 jam pertama yang meliputi
pemeriksaan seluruh tubuh.
7. Penanganan Bayi Baru Lahir Normal
8. Menilai bayi dengan cepat( dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu dengan
posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan
bayi ditempat yang memungkinkan ).
9. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kotak kulit ibu- bayi
lakukan penyuntikan oksitosin im.
10. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira- kira 3 cm dari pusat bayi, melakukan urutan pada
tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang klem 2 cm dari klem pertama (kearah ibu).
11. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat
diantara dua klem tersebut.
12. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau
selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.
13. Memberikan bayi kepada ibunya dan mengajurkan ibu utuk memeluk bayinya dan memulai
pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
14. Asfiksia Neonatorum
15. Definisi
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan
oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya.
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur,
sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk
dalam kehidupan lebih lanjut.
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia setelah
persalinan. Masalah ini mungkin saling berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah
pada bayi selama atau sesudah persalinan.
1. Faktor Ibu
Preeklamsiadan eklamsia.
Perdarahan abnormal (plasenta prervia atauplasenta).
Partus lama atau partus macet.
Demam selama persalinan.
Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV).
Kehamilan post matur.
Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
1. Faktor Bayi
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang,
sehingga aliran oksigen kejanin berkurang, akibatnya terjadi gawat janin.
1. Diagnosis
Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin, karena terjadi rangsangan
nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat dan sfingter ani terbuka.
Pernapasan
Awalnya hanya sedikit nafas. Sedikit napas ini dimaksudkan untuk mengembangkan paru, tetapi
bila paru mengembang saat kepala masih dijalan lahir, atau bila paru tidak mengembang karena
suatu hal, aktivitas singkat ini akan diikuti oleh henti napas komplet. Kejadian ini disebut apnue
primer ( drew.2009;h.9)
Usia Ibu
Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu sehingga kualitas sumber
daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan generasi penerus dapat
terjamin. Kehamilan di usia muda/remaja (dibawah usia 20 tahun) akan mengakibatkan rasa
takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut ibu mungkin
belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi ibu belum siap untuk hamil. Begitu
juga kehamilan di usia tua (diatas 35 tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan
dan persalinannya serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil.
Umur muda (< 20 tahun) beresiko karena ibu belum siap secara medis (organ reproduksi)
maupun secara mental. Hasil penelitian menunjukan bahwa primiparity merupakan faktor resiko
yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan umur tua (> 35
tahun), secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan. Keadaan tersebut
memberikan predisposisi untuk terjadi perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio
plasenta yang dapat berakhir dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir.
Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang telah dilakukan ibu. Paritas 2-3 merupakan paritas paling
aman di tinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas lebih dari 4 mempunyai angka
kematian maternal yang disebabkan perdarahan pasca persalinan lebih tinggi. Paritas yang
rendah (paritas satu), ketidak siapan ibu dalam menghadapi persalinan yang pertama merupakan
faktor penyebab ketidak mampuan ibu hamil dalam menangani komplikasi yang terjadi dalam
kehamilan, persalinan dan nifas.
Paritas 1 beresiko karena ibu belum siap secara medis (organ reproduksi) maupun secara mental.
Hasil penelitian menunjukan bahwa primiparity merupakan faktor resiko yang mempunyai
hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan paritas di atas 4, secara fisik ibu
mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan. Keadaan tersebut memberikan predisposisi
untuk terjadi perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio plasenta yang dapat berakhir
dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir.
Lama persalinan
Menurut tinjauan teori beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui
plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang yang dapat menyebabkan terjadi
asfiksia pada bayi baru lahir yaitu partus lama atau partus macet dan persalinan sulit, seperti
letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vacuum dan vorcep .
Pada multigravida tahapannya sama namun waktunya lebih cepat untuk setiap fasenya. Kala 1
selesai apabila pembukaan servik telah lengkap, pada multigravida berlangsung kira-kira 13 jam,
sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam. (sulistyawati, esti,2010; h.65)
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis,sehingga memerlukan perbaikan dan
resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang yang muncul pada asfiksiam berat adalah
sebagai berikut:
Pada asfiksia sedang, tanda gejala yang muncul adalah sebagai berikut:
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah sebagai berikut:
Penilaian awal dilakukan pada setiap BBL untuk menentukan apakah tindakan
resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir, dilakukan penilaian pada semua bayi dengan
cara petugas bertanya pada dirinya sendiri dan harus menjawab segera dalam waktu singkat.
Bila semua jawaban “Ya”, berarti bayi baik dan tidak memerlukan tindakan resusitasi. Pada bayi
ini segera dilakukan asuhan pada bayi normal. Bila salah satu atau lebih jawaban “Tidak”, bayi
memerlukan tindakan resusitasi. Segera dimulai dengan langkah awal resusitasi.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda yang penting, yaitu:
a. Pernafasan
b. Denyut jantung
c. Warna
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan kita memulai resusitasi atau untuk membuat
keputusan mengenai jalannya resusitasi.
Aspek yang sangat penting dari resusitasi BBL adalah menilai bayi, menentukan tindakan yang
akan dilakukan dan ahirnya melaksanakan tindakan tersebut. Penilaian selanjutnya adalah dasar
untuk menentukan kesimpulan dan tindakan berikutnya.
Upaya resusitasi yang efektif dan efisien berlangsung melalui rangkaian tindakan, yaitu
penilaian, pengambilan keputusan dan selanjutnya tindakan lanjut. Rangkaian tindakan ini
merupakan suatu siklus. Misalnya pada saat-saat anda melakukan rangsangan taktil anda
sekaligus menilai pernafasan bayi. Atas dasar penilaian ini anda akan melakukan langkah
berikutnya. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa
pernafasan tidak adekuat, anda sudah menentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan
berikutnya, yaitu memberikan ventilasi dengan tekanan positif (VTP). Sebaliknya apabila
pernafasannya normal, maka tindakan selanjutnya adalah menilai denyut jantung bayi. Segera
setelah memulai suatu tindakan anda harus menilai dampaknya pada bayi dan membuat
kesimpulan untuk tahap berikutnya.
Nilai APGAR pada umumnya dilaksanakan pada 1 menit dan 5 menit setelah bayi lahir, akan
tetapi penilaian bayi harus dimulai segera setelah bayi lahir. Apabila bayi memerlukan intervensi
berdasarkan pernafasan, denyut jantung, atau warna bayi, maka penilaian ini harus dilakukan
segera. Intervensi yang harus dilakukan jangan sampai terlambat karena menunggu penilaian
APGAR 1 menit. Keterlambatan tindakan sangat membahayakan, terutama pada bayi yang
mengalami depresi berat. Walaupun nilai APGAR tidak penting dalam pengambilan keputusan
pada awal resusitasi, tetapi dapat menolong dalam upaya penilaian keadaan bayi dan penilaian
efektivitas upaya resusitasi. Jadi nilai APGAR perlu dinilai dalam 1 menit dan 5 menit. Apabila
nilai apgar <7 penilaian tambahan masih diperlukan, yaitu tiap 5 menit sampai 20 menit atau
sampai 2 kali penilaian menunjukkan nilai 8 atau lebih. Penilaian pada bayi yang terkait dengan
penatalaksanaan resusitasi, dibuat berdasarkan keadaan klinis. Penilaian awal harus dilakukan
pada semua BBL. Penatalaksanaan selanjutnya dilakukan menurut hasil penilaian tersebut.
Penilaian berkala setelah setiap langkah resusitasi harus dilakukan setiap 30 detik.
Penatalaksanaan dilakukan terus menerus berkesinambungan menurut siklus menilai,
menentukan tindakan, melakukan tindakan, kemudian menilai kembali.
1). Pernapasan
Observasi pergerakan dada dan masukan udara dengan cermat. Lakukan auskultasi jika perlu.
Kali adanya pola pernapasan abnormal, seperti pergerakan dada asimetris, napas tersenggal, atau
mendengur.
Tentukan apakah pernapsannya adekuat (frekuensi baik dan teratur), tidak adekuat (lambat dan
tidak teratur), atau tidak ada sama sekali.
Kaji frekuensi jantung dengan mengauskultasikan denyut aspeks atau merasakan denyutan
umbilicus.
Klasifikasikan menjadi >100 atau <100 kali permenit. Angka ini merupakan titik batas yang
mengindikasikan ada atau tidaknya hipoksia yang signifikan. Catatan : bayi dengan frekuensi
jantung <60, khususnya bayi tanpa frekuensi jantung, membutuhkan pendekatan yang lebih
darurat. Awalnya, curah jantung mungkin tidak mampu mencukupi perfusi arteri koroner, sampai
pada akhirnya tidak mampu sama sekali, walaupun dilakukan ventilasi.
3). Warna
Kaji bibir dan lidah bayi yang dapat berwarna biru atau merah muda. Sianosis perifer
(akrosianosis) merupakan hal yang normal pada beberapa jam pertama bahkan hari. Bayi yang
pucat mungkin mengalami syok atau anemia berat. Tentukan apakah bayi bewarna merah
mudah, biru atau pucat.
Ketiga observasi ini dikenal sebagai komponen skor APGAR. Dua komponen lainnya adalah
tonus dan respons terhadap rangsangan.
1. Pemantauan Janin
Sesaat setelah bayi lahir bidan melakukan penilaia sekilas untuk kesejahteraan bayi secara
umum. Aspek yang dinilai adalah warna kulit dan tangis bayi, jika warna kulit adalah kemerahan
dan bayi dapat menangis spontan, maka ini sudah cukup untuk dijadikan data awal bahwa dalam
kondisi baik.
1. Nilai bayi sesaat setelah lahir (menit pertama) dengan kriteria penilaian seperti pada tabel.
2. Jumlahkan score yang didapat.
3. Kesimpulan dari total SIGTUNA score
1 : Asfiksia berat.
Menit ke 5 sampai 10
Segera setelah bayi lahir, bidan mengobservasi keadaan bayi dengan berpatokan pada APGAR
score dari 5 menit hingga 10 menit.
Skor
Aspek pengamatan
bayi baru lahir
0 1 2
Pulse
Denyut jantung tidak Denyut jantung <100 Denyut jantung >100 kali
ada kali permenit permenit
(Nadi)
Grimace (Respon Tidak ada respon Wajah meringis saat Meringis, menarik, batuk
refleks) terhadap stimulasi distimulasi atau bersin saat stimulasi
1. Penatalaksanaan Asfiksia
Keterangan:
Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat persalinan juga disiapkan alat-alat
resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
Keterangan:
1. Kain yang digunakan sebaiknya bersih, kering, hangat dan dapat menyerap cairan misalnya
handuk, kain flannel, dll. Kalau tidak ada gunakan kain panjang atau sarung.
2. Kain ke-3 untuk ganjal bahu. Ganjal bahu bisa dibuat dari kain (kaos, selendang, handuk kecil),
digulung setinggi 3 cm dan bisa disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi agar sedikit
tengadah.
3. Bagian-bagian balon dan sungkup:
Keterangan:
1. Alat pengisap lendir Dee Lee adalah alat untuk menghisap lender khusus untuk BBL.
2. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup merupakan alat yang sangat penting dalam
tindakan ventilasi pada resusitasi, siapkan sungkup dalam keadaan terpasang dan steril.
3. Tabung atau balon serta sungkup dan alat penghisap lender De Lee dalam keadaan steril,
disiapkan dalam kotak alat resusitasi.
2) Cara menyiapkan:
1. Kain ke-1:
Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan BBL yang basah oleh air ketuban segera setelah
lahir. Bagi bidan yang sudah biasa dan terlatih meletakkan bayi baru lahir diatas perut ibu,
sebelum persalinan akan menyediakan sehelai kain diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
Hal ini dapat juga digunakan pada bayi asfiksia. Bila tali pusat sangat pendek, bayi dapat
diletakkan didekat perineum ibu sampai tali pusat telah diklem dan dipotong, kemudian jika
perlu lakukan tindakan resusitasi.
1. Kain ke-2:
Fungsi kain ke-2 adalah untuk menyelimuti BBL agar tetap kering dan hangat. Singkirkan kain
ke-1 yang basah sesudah dipakai mengeringkan bayi. Kain ke-2 ini diletakkan diatas tempat
resusitasi, digelar menutupi tempat yang rata.
1. Kain ke-3:
Fungsi kain ke-3 adalah untuk ganjal bahu bayi agar memudahkan dalam pengaturan posisi
kepala bayi. Kain digulung setebal kira-kira 3 cm diletakkan di bawah kain ke-2 yang menutupi
tempat resusitasi untuk mengganjal bahu.
1. Alat resusitasi:
Kotak alat resusitasi yang berisi alat pengisap lender Dee Lee dan alat resusitasi tabung atau
balon dan sungkup diletakkan dekat tempat resusitasi, maksudnya agar memudahkan diambil
sewaktu-waktu dibutuhkan untuk melakukan tindakan resusitasi BBL.
1. Sarung tangan.
2. Jam atau pencatat waktu
3. Persiapan Diri
Lindungi dari kemungkinan infeksi dengan cara:
1. Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek, masker, penutup kepala, kaca mata dan
sepatu tertutup)
2. Lepaskan perhiasan, cincin dan jam tangan sebelum mencuci tangan.
3. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran alkohol dan gliseril.
4. Keringkan dengan kain atau tisu bersih.
5. Selanjutnya gunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan.
Tahap awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Langkah awal tersebut meliputi:
1. Isap lendir
Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, tidak bernafas atau megap-megap. Bila bayi
bernafas normal, lakukan asuhan pasca resusitasi. Tapi bila bayi tidak bernafas normal atau
megap-megap, mulai lakukan ventilasi bayi.
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara ke
dalam paru-paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru bayi agar bisa bernafas
spontan dan teratur.
1. a) Pasang sungkup
1. b) Ventilasi 2 kali
Tiupan awal tabung-sungkup / pompaan awal balon-sungkup sangat penting untuk membuka
alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan menguji apakah jalan nafas bayi terbuka.
Saat melakukan tiupan atau pompaan perhatikan apakah dada bayi mengembang.
Bila tidak mengembang:
1. Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor.
2. Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.
3. Periksa cairan atau lendir dimulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan penghisapan.
4. Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air (ulangan), bila dada mengembang, lakukan
tahap berikutnya.
5. c) Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan dengan balon dan sungkup
sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air sampai bayi mulai menangis dan
bernafas spontan
Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau pemompaan, setelah 30 detik lakukan
penilaian ualng nafas.
Jika bayi mulai bernafas spontan atau menangis, hentikan ventilasi bertahap:
Jika bernafas >40 per menit dan tidak ada retraksi berat:
Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca resusitasi yang merupakan perawatan
instensif selama 2 jam pertam. Penting sekali pada tahap ini dilakukan BBL dan pemantauan sera
intensif serta pencatatan.
1. c) Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya
1. d) Pencegahan hipotermi
Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca lahir lebih lanjut.
Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara kunjungan rumah(kunjungan
BBL/ neonatus). Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah untuk mengetahui kondisi lebih
lanjut dalam 24 jam pertama kesehatan bayi setelah mengalami tindakan resusitasi.
1. e) Pemberian vit-K
1. f) Pencegahan infeksi
1. g) Pemeriksaan fisik
Pemberian ASI
Menilai BAB bayi
Menilai BAK
Kebutuhan istirahat/tidur
Menjaga kebersihan kulit bayi
Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi (rukiyah dan yulianti.2010;h.66)
LANGKAH KEGIATAN
Prosedur resusitasi bayi baru lahir merupakan bagian dari asuhan kala II untuk penolong
tungggal persalinan dan menjadi pelengkap untuk bayi dengan resiko tinggi asfiksia
Persiapan
1. Antisipasi bayi baru lahir dengan asfiksia (lihat kondisi ibu dengan
resiko tinggi asfiksia pada bayi)
b. Handuk atau kain bersih dan kering (20 untuk mengeringkan dan
menutup tubuh dan kepala bayi dan handuk atau kain kecil (10 untul
ganjal bahu
c. Alat pengisapan lendir
Jika menangis atau benapas normal, potong tali pusat dengan cepat,
tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun,di lanjutkan dengan langkah
awal.
LANGKAH AWAL
VENTILASI
9. Mulai ventilasi
§ Minta ibu dan keluarga untuk memahami upaya ini dan mimta
mereka untuk membantu (pengawasan ibu dan pertolongan bagi bayi
baru lahir dengan asfiksia)
11. Sisihkan kain yang menutup bagian dada agar penolong dapat
menilai pengembangan dada bayi waktu dilakukan peniupan udara
12. Uji fungsi tabung dan sungkup atau balon dan sungkup dengan
jalan meniup pangkal tabung atau menekan balon sambil menahan
corong sungkup.
VENTILASI PERCOBAAN
VENTILASI DEFINITIF
§ Melanjutkan resusitasi
§ Mencegah hipotermi
§ Memberikan vitamin K
§ Mencegah infeksi
PENILAIAN :
No LANGKAH NILAI
INFORMED CONCENT 0 1 2
1. b. Ketika bayi baru lahir, jika BBL tidak bernapas atau megap-
megap, maka lakukan pemotongan tali pusat dengan (tidak dibubuhi
apapun) dan menjelaskan kepada keluarga tentnag kondisi bayi serta
tindakan yang aakn dilakukan sambil mulai melakukan langkah
awal.
PERSIAPAN PENOLONG
PROSEDUR
Pemasangan sungkup
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut yaitu perdarahan,
infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia, hipotermi, perlukaan kelahiran dan
lain-lain. Bahwa 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama
kehidupan, kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan
kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian.
Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu sehingga kualitas sumber
daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan generasi penerus dapat
terjamin. Kehamilan di usia muda/remaja (dibawah usia 20 tahun) akan mengakibatkan rasa
takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut ibu mungkin
belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi ibu belum siap untuk hamil. Begitu
juga kehamilan di usia tua (diatas 35 tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan
dan persalinannya serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil.
1. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini kita semua dapat lebih memahami masalah asfiksia pada
bayi baru lahir, dan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua
DAFTAR PUSTAKA
Departement Kesehatan RI : Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan.(2007). Jakarta
Sukai ini:
Suka Memuat...
Tinggalkan komentar
Navigasi pos
makalah KAA (kompresi aorta abdominal)
MAKALAH RUPTUR SINUS
Tinggalkan Balasan
ffe1b0727c /2015/05/28/mak guest
Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:
(wajib)(Alamat takkan pernah
Cari
Cari untuk:
TULISAN TERAKHIR
ARSIP
Mei 2015
KATEGORI
Tak Berkategori
META
Daftar
Masuk
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com
Iklan
Cari
Cari untuk:
TULISAN TERAKHIR
KOMENTAR TERBARU
ARSIP
Mei 2015
KATEGORI
Tak Berkategori
META
Daftar
Masuk
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com
bettymaharani
Sesuaikan
Ikuti
Mendaftar
Masuk
Salin shortlink
Laporkan isi ini
Kelola langganan
Ciutkan bilah ini
%d blogger menyukai ini:
<img src="https://pixel.wp.com/b.gif?v=noscript"
style="height:0px;width:0px;overflow:hidden" alt="" />