Vous êtes sur la page 1sur 32

Skip to content

BETTYMAHARANI
makalah asfiksia
Diposkan pada 28 Mei 2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gagal bernapas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen
dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya. umumnya akan mengalami asfiksia
pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,
kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan.

Pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut yaitu perdarahan,
infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia, hipotermi, perlukaan kelahiran dan
lain-lain. Bahwa 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama
kehidupan, kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan
kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian. Dua hal yang
banyak menentukan penurunan kematian perinatal ialah tingkat kesehatan serta gizi wanita dan
mutu pelayanan kebidanan yang tinggi di seluruh negeri.

B. Rumusan Masalah

1. Untuk mengetahui tentang teori bayi baru lahir


2. Untuk mengeteahui asfiksia pada bayi baru lahir

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui materi tentang asfiksia pada bayi baru lahir agar kita seorang bidan bisa
menangani bayi yang asfiksia agar kita tau tindakan-tindakan yang benar.

BAB II

PEMBAHASAN

Teori Bayi Baru Lahir Normal

1. Pengertian bayi baru lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina
tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan
berat badan antara 2500 gram sampai 4000 gram nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan
(Rukiyah, 2010; hal. 2)

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan
baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari
kehidupan intrauteri kehidupan ekstrauteri.

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37- 42 minggu dan berat
badannya 2500-4000 gram.

2. Ciri- ciri bayi baru lahir normal

 Lahir aterm antara 37-42 minggu


 Berat bdan 2500- 4000 gram
 Panjang badan 48- 52 cm
 Ligkar dada 30- 38 cm
 Lingkar kepala 33-35 cm
 Lingkar lengan 11- 12 cm
 Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit
 Pernafasan 40-60 x /menit
 Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
 Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna
 Kuku agak panjang dan lemas
 Nilai APGAR>7
 Gerak aktif
 Bayi lahir langsung menangis kuat
 Reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut)
sudah terbentuk dengan baik.
 Reflek sucking(isap dan menelan ) sudah terbentuk dengan baik
 Reflek moro ( gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik
 Reflek grasping ( menggenggam) sudah baik
 Genitalia

1. Pada laki- laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada sokrotum dan penis yang
berlubang
2. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang , serta adanya
labia minora dan mayora.
3. ahapan Bayi Baru Lahir :
4. Tahap I : Terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama kelahiran.Pada tahap ini di
gunakan system scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu
5. Tahap II :Disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian selama 24
jam pertama terhadap ada nya perubahan perilaku.
6. Tahap III :Disebut tahap periodik, pengkajian di lakukan 24 jam pertama yang meliputi
pemeriksaan seluruh tubuh.
7. Penanganan Bayi Baru Lahir Normal
8. Menilai bayi dengan cepat( dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu dengan
posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan
bayi ditempat yang memungkinkan ).
9. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kotak kulit ibu- bayi
lakukan penyuntikan oksitosin im.
10. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira- kira 3 cm dari pusat bayi, melakukan urutan pada
tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang klem 2 cm dari klem pertama (kearah ibu).
11. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat
diantara dua klem tersebut.
12. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau
selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.
13. Memberikan bayi kepada ibunya dan mengajurkan ibu utuk memeluk bayinya dan memulai
pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
14. Asfiksia Neonatorum
15. Definisi

Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukkan
oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya.

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur,
sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk
dalam kehidupan lebih lanjut.

Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia setelah
persalinan. Masalah ini mungkin saling berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah
pada bayi selama atau sesudah persalinan.

2. Etiologi dan Faktor Predisposisi

Penyebab terjadinya Asfiksia menurut

1. Faktor Ibu

 Preeklamsiadan eklamsia.
 Perdarahan abnormal (plasenta prervia atauplasenta).
 Partus lama atau partus macet.
 Demam selama persalinan.
 Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV).
 Kehamilan post matur.
 Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

1. Faktor Bayi

 Bayi Prematur(Sebelum 37 minggu kehamilan).


 Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ektraksi vakum, forsef).
 Kelainan kongenital.
 Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).

1. Faktor Tali Pusat


 Lilitan tali pusat.
 Tali pusat pendek.
 Simpul tali pusat.
 Prolapsus tali pusat.

1. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia)

Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang,
sehingga aliran oksigen kejanin berkurang, akibatnya terjadi gawat janin.

 Gangguan Sirkulasi Menuju Janin


 Gangguan aliran pada tali pusat (lilitan tali pusat, simpul tali pusat, tekanan pada tali pusat,
ketuban telah pecah, kehamilan lewat waktu)
 Pengaruh obat, karena narkosa saat persalinan.

1. Diagnosis

Untuk dapat mendiagnosa gawat janin dapat ditetapkan dengan

melakukan pemeriksaan sebagai berikut:

 Denyut jantung janin


 DJJ meningkat 160 kali permenit tingkat permulaan
 Mungkin jumlah sama dengan normal, tetapi tidak teratur
 Frekuensi denyut menurun <100 kali permenit, apalagi disertai irama yang tidak teratur.
 Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin, karena terjadi rangsangan
nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat dan sfingter ani terbuka.
 Mekonium dalam air ketuban

Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukkan gawat janin, karena terjadi rangsangan
nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat dan sfingter ani terbuka.

 Pernapasan

Awalnya hanya sedikit nafas. Sedikit napas ini dimaksudkan untuk mengembangkan paru, tetapi
bila paru mengembang saat kepala masih dijalan lahir, atau bila paru tidak mengembang karena
suatu hal, aktivitas singkat ini akan diikuti oleh henti napas komplet. Kejadian ini disebut apnue
primer ( drew.2009;h.9)

 Usia Ibu

Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu sehingga kualitas sumber
daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan generasi penerus dapat
terjamin. Kehamilan di usia muda/remaja (dibawah usia 20 tahun) akan mengakibatkan rasa
takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut ibu mungkin
belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi ibu belum siap untuk hamil. Begitu
juga kehamilan di usia tua (diatas 35 tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan
dan persalinannya serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil.

Umur muda (< 20 tahun) beresiko karena ibu belum siap secara medis (organ reproduksi)
maupun secara mental. Hasil penelitian menunjukan bahwa primiparity merupakan faktor resiko
yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan umur tua (> 35
tahun), secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan. Keadaan tersebut
memberikan predisposisi untuk terjadi perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio
plasenta yang dapat berakhir dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir.

 Paritas

Paritas adalah jumlah persalinan yang telah dilakukan ibu. Paritas 2-3 merupakan paritas paling
aman di tinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas lebih dari 4 mempunyai angka
kematian maternal yang disebabkan perdarahan pasca persalinan lebih tinggi. Paritas yang
rendah (paritas satu), ketidak siapan ibu dalam menghadapi persalinan yang pertama merupakan
faktor penyebab ketidak mampuan ibu hamil dalam menangani komplikasi yang terjadi dalam
kehamilan, persalinan dan nifas.

Paritas 1 beresiko karena ibu belum siap secara medis (organ reproduksi) maupun secara mental.
Hasil penelitian menunjukan bahwa primiparity merupakan faktor resiko yang mempunyai
hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia, sedangkan paritas di atas 4, secara fisik ibu
mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan. Keadaan tersebut memberikan predisposisi
untuk terjadi perdarahan, plasenta previa, rupture uteri, solutio plasenta yang dapat berakhir
dengan terjadinya asfiksia bayi baru lahir.
 Lama persalinan

Menurut tinjauan teori beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui
plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen kejanin berkurang yang dapat menyebabkan terjadi
asfiksia pada bayi baru lahir yaitu partus lama atau partus macet dan persalinan sulit, seperti
letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vacuum dan vorcep .

Pada multigravida tahapannya sama namun waktunya lebih cepat untuk setiap fasenya. Kala 1
selesai apabila pembukaan servik telah lengkap, pada multigravida berlangsung kira-kira 13 jam,
sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam. (sulistyawati, esti,2010; h.65)

1. Tanda dan gejala

 Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)

Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis,sehingga memerlukan perbaikan dan
resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang yang muncul pada asfiksiam berat adalah
sebagai berikut:

 Frekuensi jantung kecil, yaitu <40 per menit.


 Tidak ada usaha napas
 Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada
 Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
 Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)

Pada asfiksia sedang, tanda gejala yang muncul adalah sebagai berikut:

 Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit


 Usaha nafas lambat
 Tonus otot biasanya dalam keadaan baik
 Bayi masih bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan
 Bayi tampak siannosis
 Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-10)

Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah sebagai berikut:

 Bayi tampak sianosis


 Adanya retraksi sela iga
 Bayi merintih
 Adanya pernafasan cuping hidung
 Bayi kurang aktifitas

1. Penilaian Asfikaia Pada Bayi Baru Lahir


2. Penilaian Awal

Penilaian awal dilakukan pada setiap BBL untuk menentukan apakah tindakan
resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir, dilakukan penilaian pada semua bayi dengan
cara petugas bertanya pada dirinya sendiri dan harus menjawab segera dalam waktu singkat.

 Apakah bayi lahir cukup bulan ?


 Apakah air ketuban jernih dan tidak bercampur mekonium ?
 Apakah bayi bernafas adekuat atau menangis ?
 Apakah tonus otot baik ?

Bila semua jawaban “Ya”, berarti bayi baik dan tidak memerlukan tindakan resusitasi. Pada bayi
ini segera dilakukan asuhan pada bayi normal. Bila salah satu atau lebih jawaban “Tidak”, bayi
memerlukan tindakan resusitasi. Segera dimulai dengan langkah awal resusitasi.

2. Keputusan Resusitasi Bayi Baru Lahir

Sebelum bayi lahir :

· Apakah kehamilan cukup bulan ?

Sebelum bayi lahir :

· Apakah airketuban jernih, tidak bercampur mekonium (warna


PENILAIAN
kehijauan) ?

Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan) :

· Menilai apakah bayi menangis atau bernapas/megap-megap ?

· Menilai apakah tonus aot baik ?


Memutuskan bayi perlu resusitasi jika :

· Bayi tidak cukup bulan atau bayi megap-megap/tidak bernapas


KEPUTUSAN dan atau tonus otot bayi tidak baik

· Air ketuban bercampur mekonium.

Mulai lakukan resusitasi segera jika :

· Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap/tidak


bernapas dan tonus otot bayi tidak baik :

TINDAKAN Lakukan tindakan resusitasi BBL

· Air ketuban bercampur mekonium :

Lakukan resusitasi sesuai dengan indikasinya

Tabel 1. Penilaian asfiksia pada bayi baru lahir

Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda yang penting, yaitu:

a. Pernafasan

b. Denyut jantung

c. Warna

Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan kita memulai resusitasi atau untuk membuat
keputusan mengenai jalannya resusitasi.

3. Hal penting dalam penilaian asfiksia

Aspek yang sangat penting dari resusitasi BBL adalah menilai bayi, menentukan tindakan yang
akan dilakukan dan ahirnya melaksanakan tindakan tersebut. Penilaian selanjutnya adalah dasar
untuk menentukan kesimpulan dan tindakan berikutnya.
Upaya resusitasi yang efektif dan efisien berlangsung melalui rangkaian tindakan, yaitu
penilaian, pengambilan keputusan dan selanjutnya tindakan lanjut. Rangkaian tindakan ini
merupakan suatu siklus. Misalnya pada saat-saat anda melakukan rangsangan taktil anda
sekaligus menilai pernafasan bayi. Atas dasar penilaian ini anda akan melakukan langkah
berikutnya. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa
pernafasan tidak adekuat, anda sudah menentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan
berikutnya, yaitu memberikan ventilasi dengan tekanan positif (VTP). Sebaliknya apabila
pernafasannya normal, maka tindakan selanjutnya adalah menilai denyut jantung bayi. Segera
setelah memulai suatu tindakan anda harus menilai dampaknya pada bayi dan membuat
kesimpulan untuk tahap berikutnya.

Nilai APGAR pada umumnya dilaksanakan pada 1 menit dan 5 menit setelah bayi lahir, akan
tetapi penilaian bayi harus dimulai segera setelah bayi lahir. Apabila bayi memerlukan intervensi
berdasarkan pernafasan, denyut jantung, atau warna bayi, maka penilaian ini harus dilakukan
segera. Intervensi yang harus dilakukan jangan sampai terlambat karena menunggu penilaian
APGAR 1 menit. Keterlambatan tindakan sangat membahayakan, terutama pada bayi yang
mengalami depresi berat. Walaupun nilai APGAR tidak penting dalam pengambilan keputusan
pada awal resusitasi, tetapi dapat menolong dalam upaya penilaian keadaan bayi dan penilaian
efektivitas upaya resusitasi. Jadi nilai APGAR perlu dinilai dalam 1 menit dan 5 menit. Apabila
nilai apgar <7 penilaian tambahan masih diperlukan, yaitu tiap 5 menit sampai 20 menit atau
sampai 2 kali penilaian menunjukkan nilai 8 atau lebih. Penilaian pada bayi yang terkait dengan
penatalaksanaan resusitasi, dibuat berdasarkan keadaan klinis. Penilaian awal harus dilakukan
pada semua BBL. Penatalaksanaan selanjutnya dilakukan menurut hasil penilaian tersebut.
Penilaian berkala setelah setiap langkah resusitasi harus dilakukan setiap 30 detik.
Penatalaksanaan dilakukan terus menerus berkesinambungan menurut siklus menilai,
menentukan tindakan, melakukan tindakan, kemudian menilai kembali.

Tiga point pengkajian klinis

1). Pernapasan

Observasi pergerakan dada dan masukan udara dengan cermat. Lakukan auskultasi jika perlu.
Kali adanya pola pernapasan abnormal, seperti pergerakan dada asimetris, napas tersenggal, atau
mendengur.
Tentukan apakah pernapsannya adekuat (frekuensi baik dan teratur), tidak adekuat (lambat dan
tidak teratur), atau tidak ada sama sekali.

2). Denyut jantung

Kaji frekuensi jantung dengan mengauskultasikan denyut aspeks atau merasakan denyutan
umbilicus.

Klasifikasikan menjadi >100 atau <100 kali permenit. Angka ini merupakan titik batas yang
mengindikasikan ada atau tidaknya hipoksia yang signifikan. Catatan : bayi dengan frekuensi
jantung <60, khususnya bayi tanpa frekuensi jantung, membutuhkan pendekatan yang lebih
darurat. Awalnya, curah jantung mungkin tidak mampu mencukupi perfusi arteri koroner, sampai
pada akhirnya tidak mampu sama sekali, walaupun dilakukan ventilasi.

3). Warna

Kaji bibir dan lidah bayi yang dapat berwarna biru atau merah muda. Sianosis perifer
(akrosianosis) merupakan hal yang normal pada beberapa jam pertama bahkan hari. Bayi yang
pucat mungkin mengalami syok atau anemia berat. Tentukan apakah bayi bewarna merah
mudah, biru atau pucat.

Ketiga observasi ini dikenal sebagai komponen skor APGAR. Dua komponen lainnya adalah
tonus dan respons terhadap rangsangan.

1. Pemantauan Janin

 Saat Bayi Sudah Lahir

Penilaian sekilas sesaat setelah bayi lahir

Sesaat setelah bayi lahir bidan melakukan penilaia sekilas untuk kesejahteraan bayi secara
umum. Aspek yang dinilai adalah warna kulit dan tangis bayi, jika warna kulit adalah kemerahan
dan bayi dapat menangis spontan, maka ini sudah cukup untuk dijadikan data awal bahwa dalam
kondisi baik.

Menit pertama kelahiran


Pertemuan sarec di swedia tahun 1985 menganjurkan penggunaan parameter penilaian bayi baru
lahir adalah dengan cara sederhana yang disebut dengan SIGTUNA (SIGTUNA score), sesuai
dengan nama terjadinya konsensus. Penilaian cara ini digunakan terutama untuk tingkat
pelayanan kesehatan dasar karena hanya menilai dua parameter yang penting, namun cukup
mewakili indikator kesejahteraan bayi baru lahir. Sesaat setelah bayi lahir bidan memantau 2
tanda vital bayi sesuai dengan SIGTUNA score, yaitu upaya bayi untuk bernafas dan frekuensi
jantung (dihitung selama 6 detik, hasil dikalikan 10 sama dengan frekuensi jantung satu menit).

Cara menentukan SIGTUNA score:

1. Nilai bayi sesaat setelah lahir (menit pertama) dengan kriteria penilaian seperti pada tabel.
2. Jumlahkan score yang didapat.
3. Kesimpulan dari total SIGTUNA score

4 : Asfiksia riangan atau tidak asfiksia.

2-3 : Asfiksia sedang.

1 : Asfiksia berat.

0 : Bayi lahir mati/fresh stillbirth.

Menit ke 5 sampai 10

Segera setelah bayi lahir, bidan mengobservasi keadaan bayi dengan berpatokan pada APGAR
score dari 5 menit hingga 10 menit.

Tabel 2. Skala pengamatan APGAR score

Skor
Aspek pengamatan
bayi baru lahir
0 1 2

Seluruh tubuh bayi Warna kulit tubuh


Appeareance Warna kulit seluruh tubuh
berwarna kebiruan normal, tetapi tangan
(Warna kulit) .atau pucat dan kaki berwarna normal
kebiruan

Pulse
Denyut jantung tidak Denyut jantung <100 Denyut jantung >100 kali
ada kali permenit permenit
(Nadi)

Grimace (Respon Tidak ada respon Wajah meringis saat Meringis, menarik, batuk
refleks) terhadap stimulasi distimulasi atau bersin saat stimulasi

Activity Lengan dan kaki


Lemah, tidak ada dalam posisi fleksi Bergerak aktif dan
gerakan dengan sedikit spontan
(Tonus otot) gerakan

Tidak bernafas, Menangis lemah, Menangis kuat,


Respiratory
pernafasan lambat terdengar seperti pernafasan baik dan
(Pernafasan)
dan tidak teratur merintih teratur

1. Penatalaksanaan Asfiksia

 Persiapan resusitasi BBL


 Persiapan tempat resusitasi

Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi :

 Gunakan ruang yang hangat dan terang


 Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat misalnya meja, dipan
atau diatas lantai beralas tikar. Sebaiknya dekat pemancar panas dan tidak berangin (jendela atau
pintu yang terbuka)

Keterangan:

1. Ruang yang hangat akan mencegah bayi hipotermi.


2. Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan pengaturan posisi kepala bayi.
3. Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 watt atau lampu petromak. Nyalakan lampu
menjelang persalinan.
4. Persiapan alat resusitasi

Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat persalinan juga disiapkan alat-alat
resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :

1. Kain ke-1 untuk mengeringkan bayi.


2. Kain ke-2 untuk menyelimuti bayi.
3. Kain ke-3 untuk ganjal bahu bayi.
4. Alat penghisap lender De Lee atau Bola karet.
5. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup.
6. Kotak alat resusitasi.
7. Sarung tangan.
8. Jam atau pencatat waktu.

Keterangan:

1. Kain yang digunakan sebaiknya bersih, kering, hangat dan dapat menyerap cairan misalnya
handuk, kain flannel, dll. Kalau tidak ada gunakan kain panjang atau sarung.
2. Kain ke-3 untuk ganjal bahu. Ganjal bahu bisa dibuat dari kain (kaos, selendang, handuk kecil),
digulung setinggi 3 cm dan bisa disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi agar sedikit
tengadah.
3. Bagian-bagian balon dan sungkup:

 Pintu masuk udara dan tempat memasang reservoir O2


 Pintu masuk O2
 Pintu keluar O2
 Susunan katup
 Reservoir O2
 Katup pelepas tekanan (pop-of valve)
 Tempat memasang manometer (bagian ini mungkin tidak ada)

Keterangan:

1. Alat pengisap lendir Dee Lee adalah alat untuk menghisap lender khusus untuk BBL.
2. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup merupakan alat yang sangat penting dalam
tindakan ventilasi pada resusitasi, siapkan sungkup dalam keadaan terpasang dan steril.
3. Tabung atau balon serta sungkup dan alat penghisap lender De Lee dalam keadaan steril,
disiapkan dalam kotak alat resusitasi.

2) Cara menyiapkan:

1. Kain ke-1:

Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan BBL yang basah oleh air ketuban segera setelah
lahir. Bagi bidan yang sudah biasa dan terlatih meletakkan bayi baru lahir diatas perut ibu,
sebelum persalinan akan menyediakan sehelai kain diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
Hal ini dapat juga digunakan pada bayi asfiksia. Bila tali pusat sangat pendek, bayi dapat
diletakkan didekat perineum ibu sampai tali pusat telah diklem dan dipotong, kemudian jika
perlu lakukan tindakan resusitasi.

1. Kain ke-2:

Fungsi kain ke-2 adalah untuk menyelimuti BBL agar tetap kering dan hangat. Singkirkan kain
ke-1 yang basah sesudah dipakai mengeringkan bayi. Kain ke-2 ini diletakkan diatas tempat
resusitasi, digelar menutupi tempat yang rata.

1. Kain ke-3:

Fungsi kain ke-3 adalah untuk ganjal bahu bayi agar memudahkan dalam pengaturan posisi
kepala bayi. Kain digulung setebal kira-kira 3 cm diletakkan di bawah kain ke-2 yang menutupi
tempat resusitasi untuk mengganjal bahu.

1. Alat resusitasi:

Kotak alat resusitasi yang berisi alat pengisap lender Dee Lee dan alat resusitasi tabung atau
balon dan sungkup diletakkan dekat tempat resusitasi, maksudnya agar memudahkan diambil
sewaktu-waktu dibutuhkan untuk melakukan tindakan resusitasi BBL.

1. Sarung tangan.
2. Jam atau pencatat waktu
3. Persiapan Diri
Lindungi dari kemungkinan infeksi dengan cara:

1. Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek, masker, penutup kepala, kaca mata dan
sepatu tertutup)
2. Lepaskan perhiasan, cincin dan jam tangan sebelum mencuci tangan.
3. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran alkohol dan gliseril.
4. Keringkan dengan kain atau tisu bersih.
5. Selanjutnya gunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan.

3) Tahap I: Langkah Awal

Tahap awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Langkah awal tersebut meliputi:

1. Jaga bayi tetap hangat

 Letakkan bayi diatas kain yang ada diatas perut ibu


 Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka, potong tali pusat
 Pindahkan bayi keatas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat.
 Jaga bayi tetap diselimuti dan dibawah pemancar panas.

1. Atur posisi bayi

 Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong


 Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan pengganjal bahu, sehingga kepala sedikit
ekstensi.

1. Isap lendir

Gunakan alat pengisap DeLee dengan cara sebagai berikut:

 Isap lendir mulai dari mulut dulu, kemudian hidung


 Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, TIDAK pada waktu memasukan.
 Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 5 cm kedalam mulut atau lebih dari 3
cm dalam hidung), hal itu dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau tiba-tiba
berhenti bernafas.

1. Keringkan dan rangsang bayi


 Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan
 Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk atau menyentil telapak kaki bayi atau dengan
menggosok punggung, dada, perut dan tungkai bayi dengan telapak tangan.

1. e) Atur kembali posisi bayi

 Ganti kain yang telah basah dengan kain kering dibawahnya


 Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada, agar bisa memantau
pernafasan bayi.
 Atur kembali posisi bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.

1. f) Lakukan penilaian bayi

Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, tidak bernafas atau megap-megap. Bila bayi
bernafas normal, lakukan asuhan pasca resusitasi. Tapi bila bayi tidak bernafas normal atau
megap-megap, mulai lakukan ventilasi bayi.

3) Tahap II: Ventilasi

Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara ke
dalam paru-paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru bayi agar bisa bernafas
spontan dan teratur.

1. a) Pasang sungkup

Pasang sungkup dengan menutupi dagu, mulut dan hidung.

1. b) Ventilasi 2 kali

 Lakukan peniupan / pompa dengan tekanan 30 cm air.

Tiupan awal tabung-sungkup / pompaan awal balon-sungkup sangat penting untuk membuka
alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan menguji apakah jalan nafas bayi terbuka.

 Lihat apakah dada bayi mengembang.

Saat melakukan tiupan atau pompaan perhatikan apakah dada bayi mengembang.
Bila tidak mengembang:

1. Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor.
2. Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.
3. Periksa cairan atau lendir dimulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan penghisapan.
4. Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air (ulangan), bila dada mengembang, lakukan
tahap berikutnya.
5. c) Ventilasi 20 kali dalam 30 detik

 Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan dengan balon dan sungkup
sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air sampai bayi mulai menangis dan
bernafas spontan
 Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau pemompaan, setelah 30 detik lakukan
penilaian ualng nafas.

Jika bayi mulai bernafas spontan atau menangis, hentikan ventilasi bertahap:

1. Lihat dada apakah ada retraksi dinding dada bawah


2. Hitung frekuensi nafas permenit

Jika bernafas >40 per menit dan tidak ada retraksi berat:

1. Jangan ventilasi lagi


2. Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit pada dada ibu dan lanjutkan asuhan bayi baru lahir.
3. Pantau setiap 15 menit untuk pernafasan dan kehangatan
4. Katakana pada ibu bahwa bayinya kemungkinan besar akan membaik.

 Lanjutkan asuhan pasca resusitasi.


 Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, lanjutkan ventilasi.

1. d) Ventilasi setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang nafas.


2. Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air)
3. Hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian bayi apakah bernafas, tidak bernafas atau
megap-megap:
4. Jika bayi sudah mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan asuhan pasca
resusitasi
5. Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian
lakukan penilaian ulang nafas tiap 30 detik.
6. e) Siapkan rujukan jika bayi belum bernafas spontan sesudah 2 menit resusitasi
7. f) Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi

4) Tahap III: Asuhan Pasca Resusitasi

Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca resusitasi yang merupakan perawatan
instensif selama 2 jam pertam. Penting sekali pada tahap ini dilakukan BBL dan pemantauan sera
intensif serta pencatatan.

1. Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi

 Tidak dapat menyusu


 Kejang
 Mengantuk atau tidak sadar
 Nafas cepat (>60 kali permenit)
 Merintih
 Retraksi dinding dada bawah
 Sianosis sentral

1. Pemantauan dan perawatan tali pusat

 Memantau perdarahan tali pusat


 Menjelaskan perawatan tali pusat

1. c) Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya

 Meletakkan bayi di dada ibu (kulit ke kulit), menyelimuti keduanya


 Membantu ibu untuk menyusui bayi dalam 1 jam pertama
 Menganjurkan ibu untuk mengusap bayinya dengan kasih sayang

1. d) Pencegahan hipotermi

 Membaringkan bayi dalam ruangan >250 C bersama ibunya


 Mendekap bayi dengan lekatan kulit ke kulit sesering mungkin
 Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam
 Menimbang berat badan terselimuti, kurangi berat selimut
 Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan, buka selimut bayi sebagian-sebagian.

Asuhan pasca lahir (usia 2-24 jam setelah lahir)

Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca lahir lebih lanjut.
Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara kunjungan rumah(kunjungan
BBL/ neonatus). Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah untuk mengetahui kondisi lebih
lanjut dalam 24 jam pertama kesehatan bayi setelah mengalami tindakan resusitasi.

1. e) Pemberian vit-K

Memberikan suntikan vit-K di paha kiri anterolateral 1 mg intramuscular.

1. f) Pencegahan infeksi

 Memberikan salep mata antibiotika


 Memberikan imunisasi Hepatitis-B dipaha kanan 0,5 mL intramuscular, 1 jam setelah pemberian
vit K
 Memberitahu ibu dan keluarga cara pencegahan infeksi bayi.

1. g) Pemeriksaan fisik

 Mengukur panjang badan dan lingkar kepala bayi


 Melihat dan meraba kepala bayi
 Melihat mata bayi
 Melihat mulut dan bibir bayi
 Melihat dan meraba lengan dan tungkai, gerakan dan menghitung jumlah jari
 Melihat alat kelamin dan menentukan jenis kelamin, adakah kelainan
 Memastikan adakah lubang anus dan uretra, adakah kelainan
 Memastikan adakah buang air besar dan buang air kecil
 Melihat dan meraba tulang punggung bayi.

1. h) Rencana asuhan 24 jam

 Pemberian ASI
 Menilai BAB bayi
 Menilai BAK
 Kebutuhan istirahat/tidur
 Menjaga kebersihan kulit bayi
 Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi (rukiyah dan yulianti.2010;h.66)

1. i) Pencatatan dan pelaporan


2. j) Asuhan pasca lahir

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TINDAKAN RESUSITASI BAYI BARU


LAHIR ASFIKSIA

PROSEDUR RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

LANGKAH KEGIATAN

Prosedur resusitasi bayi baru lahir merupakan bagian dari asuhan kala II untuk penolong
tungggal persalinan dan menjadi pelengkap untuk bayi dengan resiko tinggi asfiksia

Persiapan

Perlengakapan resusitasi harus selalu tersedia dan siap digunakan pada


setiap persalinan. Penolong telah mencuci tangan dan mengenakan
sarung tangan DTT/ steril. Persiapan lainya adalah sebagi berikut :

1. Antisipasi bayi baru lahir dengan asfiksia (lihat kondisi ibu dengan
resiko tinggi asfiksia pada bayi)

a. Tempat resusitasi datar, rata, bersih, kering dan hangat

b. Handuk atau kain bersih dan kering (20 untuk mengeringkan dan
menutup tubuh dan kepala bayi dan handuk atau kain kecil (10 untul
ganjal bahu
c. Alat pengisapan lendir

o Bila karet besih dan kering

o Pengisap Delee DTT/sreril

d. Alat penghantar udara/oksigen

o Tabung-sungkup untuk bayi cukup bulan atau prematur. Sungkup


dengan bantalan karet atau udara

o Balon –sungkup dengan katup pengatur tekanan

e. Lampu 60 watt dengan jarak dari lampu ke bayi sekitar 60 cm

Penilaian bayi baru lahir

1. Lakukan penilaian (selintas)

§ apakah bayi cukup bulan?

§ Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?

§ Apakah bayi menangis kuat dan/atau benapas tanpa kesulitan?

§ Apakah bayi bergerak dengan aktif

Bila salah satu jawaban adalah”TIDAK” lanjut ke langkah resusitasi


pada asfiksia bayi baru lahir

2. Bila air ketuban bercampur mekonium :

§ Lakukan penilaian apakah bayi menangis/benapas normal/megap-


megap/tidak bernapas

Jika menangis atau benapas normal, potong tali pusat dengan cepat,
tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun,di lanjutkan dengan langkah
awal.

Jika megap-megap atau tidak bernapas, buka mulut lebar,usap


mulut dan isap lendir, potong tali dengan cepat, tidak diikat dan tidak
dibubuhi apapun, dilanjutkan dengan langkah awal

LANGKAH AWAL

3. selimuti bayi dengan handuk/kain dan di letakan di atas peru ibu,


bagian muka dan dada bayi tetap terbuka.

4. letakan bayi di tempat resusitasi

5. posisiskan kepala bayi pada dengan posisi kepala ekstensi dengan


mengatur tebal handuk/kain ganjal bahu yang telah di siapkan

6. bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada mulut


sedalam <5cm dan kemudian hidung bayi sedalam <3cm.

7. keringkan bayi (dengan sedikit tekanan)dan gosok-gosok


dada/perut/punggung bayi sebagai rangsangan taktil untuk merangsang
pernapasan. Ganti kain yang basah dengan kain yang bersih dan kering.
Selimuti bayi dengan kain kering. Biarkan muka dan dada terbuka.

8. mereposisikan kepala bayi dan nilai kembali usaha napas

a. Bila menangis kuat atau bernaps spontan, lakukan asauhan bayi


baru lahir

b. Bila tetap tidak bernapas atau megap-megap maka lakukan


ventilasi

Perhatikan :langkah 2-8 dilakukan dalam waktu 30 detik

VENTILASI

9. Mulai ventilasi

§ Beritahu ibu dan keluarga bahwa bayi mengalami masalah (seperti


telah diprediksi sebelumnya) sehingga perlu di lakukann tindakkan
resusitasi

§ Minta ibu dan keluarga untuk memahami upaya ini dan mimta
mereka untuk membantu (pengawasan ibu dan pertolongan bagi bayi
baru lahir dengan asfiksia)

10. Ventiloasi dapat dilakukan dengan tabung dan sungkup ataupun


dengan balon dan sungkup. Langkah-langkahnya adalah sama.
Perbedaannya hanya pada beberapa hal berikut ini. Dengan tabung dan
sungkup:

§ Udara sekitar harus dihirup kedalam mulut dan hidung penolong


kemudian dihembuskan lagi kejalan napas bayi melalui mulut- tabung-
sungkup

§ Untuk memasukkan udara baru, penolong harus melepaskan mulut


dari pangkal tabung untuk menghirup udara baru dan baru
memasukkannya kembali kejalan napas bayi ( bila penolong tidak
melepas mulutnya dari pangkal tabung, mengambil napa dari hidung
dan langsung meniupkan udara maka yang masuk adalah udara
ekspirasi dari paru penolong.

§ Pemenuhan frekuensi 20x dalam 30 detik menjadi sulit karena


penghisapan udara

11. Sisihkan kain yang menutup bagian dada agar penolong dapat
menilai pengembangan dada bayi waktu dilakukan peniupan udara

12. Uji fungsi tabung dan sungkup atau balon dan sungkup dengan
jalan meniup pangkal tabung atau menekan balon sambil menahan
corong sungkup.

13. Pasang sungkup menutupi hidung, mulut dan dagu (perhatikan


perlekatan sungkup dan daerah mulut bayi)

VENTILASI PERCOBAAN

14. Tiup pangkal tabung atau tekan balon untuk mengalirkan


udara(20cm air) kejalan napas bayi.

Perhatikan gerakan dinding dada

· Naiknya dinding dada mencerminkan mengembangnya paru dan


udara masuk dengan baik

§ Bila dinding dada tidak naik/mengembang periksa kembali :

o Kemungkinan kebocoran perlekatan sungkup dan hidung

o Posisi kepala dan jalan napas


o Sumbatan jalan napas oleh lendir pada mulut atau hidung

Lakukan koreksi dan ulangi ventilasi percobaan

VENTILASI DEFINITIF

15. Setealah ventilasi percobaan berhasil maka lakukan ventilasi


defenitif dengan jalan meniupkan udara dengan frekuensi 20 kali dalam
waktu 30 detik

§ Nilai hasil ventilasi (pernapasan setiap 30 detik)

16. Lakukan penilaian ventilasidan lanjutkan tindakan :

a. Jika setelah 30 detik pertama bayi menangis kuat dan bergerak


aktif maka selimuti bayi dan serahkan pada ibunya untuk menjaga
kehangatan tubuh dan inisiasi menyusui dini

b. Jika setelah 30 detik pertama bayi belum bernapas spontan atau


megap-megap maka lanjutkan tindakan ventilasi

c. Jika bayi mulai bernapas tetapi disertai dengan tarikan atau


retraksi dinding dada bawah maka segera rujuk sambil tetap diberikan
ventilasi

17. Jika bayi belum bernapas spontan atau megap-megap, lanjutkan


ventilasi 20 kali dalam 30 detik selanjutnya an lakukan penilain ulang:
16 a-c

a. Bayi tidak bernapas dan telah di ventilasi lebih dari 2 menit


siapkan rujukan

b. Hentikan resusitasi sesudah 10 menit bayi tidak bernapas ada


denyut jantung

TINDAKAN PASCA RESUSITASI

18. Bila resusitasi berhasil ;

Melanjutkan penatalkasanaan aktif persalinan kala tiga sesuai


penuntun persalinan normal

19. Bila perlu rujukan

§ Melakukan konseling untuk merujuk bayi beserta ibu dan keluarga

§ Melanjutkan resusitasi

§ Memantau tanda bahaya

§ Mencegah hipotermi

§ Memberikan vitamin K

§ Mencegah infeksi

§ Membuat surat rujukan

§ Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus

20. Bila resusitasi tidak berhasil

§ Melakukan konseling pada ibu dan keluarga

§ Memberikan petunjuk perawatan payudara

§ Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus

21. Lakukan dekontaminasi seluruh peralatan yang telah digunakan

§ Pengisap lendir di rendan setelah di bilas dengan larutan klorin 0,5%


dengan semprit

§ Seka sungkup dengan larutan klorin 0,5%

§ Rendam kain ganjal dan pengering tubuh

22. DOKUMENTASIKAN TINDAKAN


DAFTAR TILIK

RESUSITASI PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA

PENILAIAN :

0 : Langkah tidak dilakukan

1 : Langakah dikerjakan tetapi masih perlu perbaikan

2 : Langkah dikerjakan cengan benar, tepat dan berurutan

Beri tanda ceklist (√ ) pada kolom penialain

No LANGKAH NILAI

INFORMED CONCENT 0 1 2

a. Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga


mengenai persiapan persalinan dan kemungkinan-kemungkinan
yang akan terjadi pada ibu dan bayi serta tindakan resusitasi

1. b. Ketika bayi baru lahir, jika BBL tidak bernapas atau megap-
megap, maka lakukan pemotongan tali pusat dengan (tidak dibubuhi
apapun) dan menjelaskan kepada keluarga tentnag kondisi bayi serta
tindakan yang aakn dilakukan sambil mulai melakukan langkah
awal.

PERSIAPAN PENOLONG

Mengenakan alat pelindung diri : hans scoon, masker, schort, dan


2.
sepatu terturup menjelang kelahiran

PROSEDUR

a. Jika BBL tidak bernapas megap-megap, maka lakukan


3.
pemotongan tali pusat dengan cepat ( tidak diikat dulu atau dibubuhi
apapun).

b. Menjelaskan kepada keluarga tentang kondisi bayi dan


tindakan yang akan dilakukan sambil memulai melakukam langkah
awal : menjaga kehangatan bayi (bayi diselimuti), mengatur posisi
kepala bayi sedikit ekstensi, melakukan penghisapan lendir (5 cm d
mulut dan 3 cm di hidung dengan cara memasukan terlebih dahulu
lalu dihisap sambil diatrik), mengeringkan dan melakukan
rangsanagn taktil, mengatur kembali posisi kepala bayi dan
diselimuti tubuh bayi dan melakukan penialain kondisi bayi.

Pemasangan sungkup

4. Memasang dan memegang sungkup pada muka bayi hingga


menutupi hidung, mulut dan dagu bayi

a. Ventilasi percobaan 2 kali yaitu melakukan pemompaan ambu


bag menggunakan tekanan 3 jari sebanyak 2 kali untuk membuka
alveoli
5.
b. Dan menilai apakah dada bayi mengembang atau tidak. Jika
dada bayi mengemabang, lakukan tahap berikutnya.

Melakukan pemompaan tabung dan sungkup sebanyak 20 kali


dengan tekanan 2 jari (kekuatan 20 cm air) selama 30 detik dengan
memastikan dada mengemabang saat dilakukan pemompaan, lalu
setelah 30 detik lakukan penialaian ulang pernapasan.
6.
Selain itu, melakukan pemantauan pernapasan dan kehangatan bayi
setiap 15 menit dan di lanjutkan

Jika bayi belum dapat bernapas atau bernapas megap-megap, maka


ulangi ventilasi dengan tekana 2 jari sebanyak 20 kali selama 30
7. detik. Setiap 30 detik hentikan ventilasi dan lakukan penilaian ulang
pernapsan, apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau
bernapas megap-megap.

Jika bayi tidak bernapas spontan setelah 2-3 menit dialakukan


tindakan resusitasi (resusitasi kurang normal), maka lakukan segera
8.
rujukan. Bila bayi tidak bisa dirujuk dan tidak bisa bernapas
hentikan ventialsi setealh 20 menit
Jika bayi meninggal konseling dukungan emosional dan pencatatab
9.
bayi meninggal.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut yaitu perdarahan,
infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia, hipotermi, perlukaan kelahiran dan
lain-lain. Bahwa 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama
kehidupan, kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan
kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian.

Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu sehingga kualitas sumber
daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan generasi penerus dapat
terjamin. Kehamilan di usia muda/remaja (dibawah usia 20 tahun) akan mengakibatkan rasa
takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut ibu mungkin
belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi ibu belum siap untuk hamil. Begitu
juga kehamilan di usia tua (diatas 35 tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan
dan persalinannya serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil.

1. Saran

Semoga dengan adanya makalah ini kita semua dapat lebih memahami masalah asfiksia pada
bayi baru lahir, dan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua

DAFTAR PUSTAKA

Departement Kesehatan RI : Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan.(2007). Jakarta

Sarwono prawirohardjo.2002.Buku Acuan Nasiona Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wiknjosastro, 1999.Asfiksia pada bayi baru lahir.


Iklan
Bagikan ini:
 Twitter
 Facebook
 Google

Sukai ini:
Suka Memuat...
Tinggalkan komentar
Navigasi pos
makalah KAA (kompresi aorta abdominal)
MAKALAH RUPTUR SINUS
Tinggalkan Balasan
ffe1b0727c /2015/05/28/mak guest

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:
(wajib)(Alamat takkan pernah

dipublikasikan)(wajib)WordPress.com( Logout / Ubah )( Logout / Ubah )( Logout / Ubah )( Logout / U


1519795030
bah )
1519795041676

Cari
Cari untuk:
TULISAN TERAKHIR

 MAKALAH RUPTUR SINUS


 makalah asfiksia
 makalah KAA (kompresi aorta abdominal)
 makalah robekan jalan lahir
 Halo dunia!
KOMENTAR TERBARU

ARSIP

 Mei 2015

KATEGORI

 Tak Berkategori

META

 Daftar
 Masuk
 RSS Entri
 RSS Komentar
 WordPress.com

Iklan

Cari
Cari untuk:
TULISAN TERAKHIR

 MAKALAH RUPTUR SINUS


 makalah asfiksia
 makalah KAA (kompresi aorta abdominal)
 makalah robekan jalan lahir
 Halo dunia!

KOMENTAR TERBARU

ARSIP

 Mei 2015

KATEGORI
 Tak Berkategori

META

 Daftar
 Masuk
 RSS Entri
 RSS Komentar
 WordPress.com

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.


 Ikuti

 bettymaharani

 Sesuaikan
 Ikuti
 Mendaftar
 Masuk
 Salin shortlink
 Laporkan isi ini
 Kelola langganan
 Ciutkan bilah ini
%d blogger menyukai ini:
<img src="https://pixel.wp.com/b.gif?v=noscript"
style="height:0px;width:0px;overflow:hidden" alt="" />

Vous aimerez peut-être aussi