Vous êtes sur la page 1sur 18

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN


PROGRAM PASCA SARJANA (S2)
TEKNIK GEOLOGI

TUGAS GEOLOGI KUARTER LANJUTAN


Geologi Sejarah Era Kenozoikum: Kala Pleistosen dan Holosen

OLEH :

BASO REZKI MAULANA P3000216002

HIKMAWATI ODE MANE P3000216011

MAKASSAR
2016
I. Pendahuluan

Gambar 1 Peta evolusi Isostatic Rebound di Skandinavia (garis merah


menunjukkan tingkat pengangkatan dalam cm/100 tahun)

Gambar 2 Morfologi gletser Oberaar di Swiss


Zaman es telah ada sejak sekitar 1500 dan berlangsung hingga tahun 1800-
an. Pada zaman ini, gletser di Eropa dan tempat lain meluas lebih jauh ke bawah.
Slah satu contoh gletser terluas di eropa yaitu Gletser Oberaar di Swiss.
Glasiasi dimulai sejak 1,8 juta tahun dalam waktu geologi yang terdiri dari
Kala Pleistosen, atau lebih dikenal sebagai Zaman Es, hingga Kala Holosen atau
Masa sekarang. Dulu, Ahli geologi membagi Era Kenozoikum menjadi Periode
Tersier dan Periode Kuarter, namun periode yang sebenarnya dari Era ini yaitu,
zaman Paleogen dan Neogen.
Pada Skala Waktu Geologi untuk Era Kenozoikum, Kala Pleistosen dimulai
dari 1,8 juta hingga 10.000 tahun yang lalu dan memiliki durasi waktu yang cukup
panjang hingga memasuki Zaman Kuarter.
Jika analogi untuk semua waktu geologi diwakili/menggunakan sistem 24
jam, maka dalam konteks ini, rentang waktu Kala Pleistosen hanya sekitar 38 detik,
namun kala ini merupakan detik yang penting, karena selama kala inilah spesies
kita (Homo sapiens) berkembang. Sehingga, Pleistosen layak mendapat perhatian
khusus, karena pada kala inilah yang merupakan salah satu dari beberapa
peristiwa penting dalam sejarah bumi yakni berupa kemunculan gletser yang
sangat besar (Gambar 4).
Gambar 3 Skala waktu geologi pada Era Kenozoikum
Gambar 4 Kala Pleistosen dalam analogi sistem 24 jam.

II. Glasiasi pada Kala Pleistoen

Gletser merupakan badan es pada darat yang bergerak akibat dari aliran
plastik ataupun oleh akibat pengaruh basal slip, gletser benua mencakup hampir
±50.000 km2 dan dibatasi oleh topografi, seperti tutupan es, namun berukuran
lebih kecil, sementara gletser lembah merupakan lidah panjang es yang dibatasi
oleh lembah gunung.
Dua gletser kontinental yang dikenal dengan sebutan lembar Timur dan
Barat Antartika, hampir secara terus menerus menyatu dan membentuk lapisan
es dengan ketebalan rata-rata mencapai 2.160 m.
Gambar 5 Peta seberan gletser di Antartika

Gambar 6 Tutupan Es Penny di Pulau Baffin, Canada, mencakup hampir sekitar


6000 km2
Gambar 7 Lembah gletser di Alaska berbentuk seperti lidah panjang dan sempit
bergerak terbatas pada lembah gunung.

Jika ditinjau kembali, sulit dipercaya bahwa banyak peneliti kebumian dari
165 tahun yang lalu menolak untuk menerima bukti yang menunjukkan bahwa
perluasan periode dingin telah terjadi selama pada masa lalu. Pada Alkitab juga
banyak disebutkan tentang bencana banjir besar dan menjelaskan tentang
keberadaan sebaran batu-batu besar di seluruh Eropa yang berasal jauh dari
sumbernya; sementara yang lain beranggapan bahwa batu-batu tersebut telah
terbawa oleh es ketika banjir besar terjadi. Namun pada tahun 1837, Louis Agassiz
seorang naturalis asal Swiss beranggapan bahwa perpindahan batu-batu besar
serta batuan dasar yang memiliki permukaan yang halus dan lurik serta lembah
berbentuk U yang ditemukan di seluruh Eropa dan tempat lain merupakan hasil
dari massa besar es yang bergerak di atas permukaan tanah.

Gambar 8 Polish glasial, kilap, striasi dan goresan/gesekan di daerah yang


dulunya pernah tertutup oleh gletser.

Fitur-fitur ini merupakan bukti yang meyakinkan, bahwa gletser


bergerak/berpindah pada batuan di Postpile Monumen Nasional Devil, California.
Kita sekarang tahu bahwa Zaman Es merupakan interval waktu saat saat ekspansi
glasial yang dipisahkan oleh periode interglasial hangat. Selain itu, selama ekspansi
glasial, curah hujan yang tinggi berada di daerah-daerah yang sekarang berupa
daerah gersang seperti Gurun Sahara di Afrika Utara dan Death Valley di California
yang dulu didukung oleh vegetasi yang lebat, sungai dan danau.

III. Fluktuasi Iklim

Fluktuasi iklim telah terjadi sejak Pleistosen, yang signifikan hingga seperti
sekarang dan zaman es menjadi sedikit kecil pada sekitar tahun 1500 sampai
beberapa waktu di tahun 1800-an. Zaman Es singkat adalah waktu ekspansi glasial
di daerah lembah gunung, pendinginan, dan musim panas basah dengan musim
tumbuh yang lebih singkat.
Di Eropa dan Islandia, gletser mencapai batas sejarah terluas pada 1800-an
dan gletser di Amerika Serikat bagian barat, Alaska, dan Kanada juga mengalami
perluasan.

Gambar 9 Ilustrasi gletser pada Kala Pleistosen di Amerika Serikat bagian barat.

Selama Zaman Es yang singkat, gletser di Eropa banyak yang meluas dan
lebih jauh turun ke lembah dibandingkan dengan apa yang terjadi sekarang. Kala
Pleistosen terkenal karena periodenya yang dingin, namun pada waktu itu
aktivitas tektonik maupun vulkanisme juga terjadi. Misalnya, berlangsungnya
proses orogenesa Himalaya di Asia dan Pegunungan Andes di Amerika Selatan.
Deformasi pada batas lempeng konvergen tetap berlanjut di daerah Pulau
Aleutian, Jepang, Filipina, dan di tempat lain. Interaksi antara Amerika Utara dan
lempeng Pasifik di sepanjang Sesar San Andreas mengubah batas lempeng baik
dalam bentuk lipatan, patahan dan sejumlah cekungan maupun berupa
pengangkatan teras laut yang ditutupi oleh sedimen Pleistosen, membuktikan
terjadinya periode pengangkatan di California Selatan
Gambar 10 Teras laut di sisi barat dari Pulau San Clemente, California.

Setiap teras merupakan gambaran dari periode ketika daerah ini berada di
permukaan laut. Teras tertinggi pada masa sekarang memilih ketinggian sekitar
400 meter di atas permukaan laut.
Subduksi yang sedang berlangsung berasal dari sisa-sisa dari Lempeng
Farallon di bawah Amerika Tengah dan Barat Laut Pasifik menyumbang
vulkanisme di kedua daerah. The Cascade Range memanjang dari
California, Oregon, Washington, dan British Columbia memiliki sejarah
dating hingga ke Oligosen, namun gunung berapi besar yang muncul saat
ini terbentuk selama 1,8 juta tahun belakangan. Gunung Bachelor berumur
pada kisaran antara 11.000 hingga 15.000 tahun yang lalu merupakan salah
satu gunung api termuda.
Gambar 11 Gunung api Bachelor (bagian tengah).

Gambar 12 Morfologi daerah vulkanik Cima di Mojave National Preserve,


California Teras laut di sisi barat dari Pulau San Clemente, California.

Daerah vulkanik Cima di Mojave National Preserve California, merupakan


daerah vulkanik yang aktif antara 7,6 juta dan 10.000 tahun yang lalu. Aliran lava
basal dan sekitar 40 kerucut sinder hadir di daerah ini. Vulkanisme juga terjadi di
beberapa daerah lain di Amerika Serikat bagian barat termasuk di Idaho, Arizona,
dan California. Berikut adalah letusan kolosal kaldera besar yang dibentuk di
daerah Yellowstone National Park. Di tempat lain, gunung berapi meletus di
Amerika Selatan, Jepang, Filipina, dan Hindia Timur, serta di Islandia, Spitzbergen,
dan Azores. Dinding Grand Canyon pada Sungai Yellowstone yang terdiri dari
Yellowstone Tuff hasil dari alterasi hidrotermal, dan sebagian mengisi kaldera
Yellowstone

Gambar 13 Dinding Grand Canyon pada Sungai Yellowstone.

Ahli geologi masih memperdebatkan tentang penentuan batuan stratotipe


pada Kala Pleistosen, mengingat bahwa stratotipe adalah satu bagian dari batuan
yang penamaan Unit stratigrafi seperti sistem atau serinya telah didefinisikan.
Meski demikia, mereka setuju bahwa Kala Pleistosen dimulai pada 1,8 juta tahun
yang lalu. Batas Pleistosen-Holosen yaitu pada 10.000 tahun yang lalu, hal ini
didasarkan pada perubahan iklim dari dingin ke kondisi yang lebih hangat
bersamaan dengan pencairan dari lapisan es yang terbaru. Perubahan kondisi
vegetasi serta rasio isotop oksigen yang ditentukan dari cangkang organisme laut
telah memberikan bukti yang cukup untuk menunjukkan perubahan iklim
tersebut.
Setelah Louis Agassiz mengusulkan teorinya mengenai glasiasi,
penelitiannya mulai difokuskan untuk memecahkan sejarah kondisi Zaman Es.
Karya ini meliputi pengakuan dan pemetaan fitur glasial terestrial dan
menempatkan mereka pada urutan stratigrafi Berdasarkan fitur glasial seperti
distribusi morain, batu-batu yang tidak menentu, dan striasi glasial, ahli geologi
semaksimal mungkin telah menentukan bahwa Kala Pleistosen gletser memiliki
ketebalan sebanyak 3 km dan mencakup sekitar sepertiga dari permukaan bumi
seperti yang terjadi sekarang

Gambar 14 Pusat akumulasi es dan batas maksimum gletser Kala Pleistosen di


Amerika Utara.
Gambar 15 Pusat akumulasi es dan arah penyebaran maksimal gerakan es
gletser selama kala Pleistosen di Eropa.

Pemetaan rinci tentang fitur glasial mengungkapkan mengenai beberapa


perkembangan proses glasial dan perulangan yang terjadi. Pemetaan dilakukan
dengan memetakan distribusi endapan glasial. Ahli geologi telah menentukan
bahwa untuk Amerika Utara saja telah memiliki setidaknya empat episode utama.
Setiap perkembangan glasial akan diikuti oleh kemunduran gletser dan
iklim yang hangat. Empat tahapan pada masa glasial meliputi;
1. Wisconsinan
2. Illinoian
3. Kansan
4. Nebraskan
Pemberian nama sesuai dengan daerah yang mewakili perkembangan di daerah
selatan di mana lokasi-lokasi tersebut merupakan tempat tersingkapnya endapan
dengan baik. Tiga tahap interglasial meliputi;
1. Sangamon
2. Yarmouth
3. Aftonian
Pemberian nama sesuai dengan daerah sumur yang merupakan lokasi-lokasi
tersingkapnya endapan tanah interglasial maupun deposit lainnya dengan baik.
Studi detail terbaru dari endapan glasial menunjukkan, bahwa bagaimanapun jg
ada beberapa jumlah yang belum ditentukan terutama yang berkaitan dengan
peristiwa glasial pra-Illinoian. Sejarah perkembangan glasial dan kemundurannya
di Amerika Utara lebih kompleks daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Gambar 16 Susunan ideal dari endapan soil yang berkembang selama tahap
glasial dan interglasial.

Enam atau tujuh perkembangn pesat dan kemunduran Glasial yang terjadi
di Eropa. Di Eropa setidaknya ada 20 siklus pemanasan-pendinginan terbesar yang
diakui dan dapat dideteksi dalam core laut dalam. Alasan mengapa korelasi tidak
ada yang bagus, karena daerah yang berbeda dan glasiasi berupa peristiwa yang
sangat luas. Sebagian dari permasalahan tersebut adalah bahwa endapan glasial
adalah campuran yang biasanya kacau dan berupa bahan kasar yang sulit untuk
mengkorelasikan.
Perkembangan glasial dan retret biasanya menghancurkan sedimen yang
diendapkan oleh perkembangan sebelumnya, mengaburkan bukti lebih tua.
Bahkan dalam kemajuan glasial tunggal utama, beberapa kemajuan kecil dan
retret mungkin terjadi misalnya, studi detail endapan dari tahap glasial
Wisconsinan mengungkapkan setidaknya empat fluktuasi yang berbeda dari
margin es selama 70.000 tahun terakhir di Wisconsin dan Illinois. Sampai saat ini,
pandangan tradisional dari kronologi Pleistosen didasarkan pada urutan sedimen
glasial di darat. Selama awal 1960-an, bukti baru dari sampel laut sedimen
menunjukkan bahwa banyak fluktuasi iklim yang terjadi selama Pleistosen
Bukti untuk fluktuasi iklim berasal dari perubahan suhu permukaan laut
yang tercatat dalam cangkang foraminifera planktonik, yang terendapkan ke dasar
laut setelah mereka mati dan menumpuk sebagai material sedimen. Salah satu
cara untuk menentukan perubahan terakhir dalam suhu permukaan laut adalah
untuk menentukan apakah foraminifera planktonik berupa spesies perairan
hangat atau perairan dingin. Kebanyakan foraminifera planktonik sensitif
terhadap variasi suhu dan bermigrasi ke berbagai lintang ketika permukaan
mengalami perubahan suhu air. Misalnya, spesies tropis Globorotalia menardii
hadir atau tidak berada dlam bentuk sampel sedimen Pleistosen, tapi tergantung
pada suhu air permukaan pada saat itu. Selama periode iklim yang lebih dingin,
fosil hanya ditemukan di dekat khatulistiwa, sedangkan selama masa pemanasan
sebarannya meluas ke lintang yang lebih tinggi.
Beberapa spesies foraminifera planktonik mengubah arah koil mereka
selama pertumbuhan dalam menanggapi fluktuasi suhu. Spesies Globorotalia
truncatulinoides pada Kala Pleistosen di lingkungan suhu air di atas 10°C, spesies
memiliki kumparan dominan ke kanan tapi kumparan sebagian besar di sebelah
kiri dalam air di bawah 8° - 10°C. Atas dasar perubahan rasio melingkar, ahli
geologi telah membuat kurva iklim rinci untuk Pleistosen dan zaman sebelumnya.
Perubahan rasio O18 hingga O16 yang terdapat dalam cangkang foraminifera
planktonik juga menyediakan data tentang peristiwa iklim. Kelimpahan dua isotop
oksigen ini berasal dari kandungan kapur cangkang mereka (CaCO3) kerang adalah
fungsi dari rasio isotop oksigen dalam molekul air dan suhu air ketika dalam bentuk
shell. Rasio dari dua isotop tersebut mencerminkan jumlah air laut yang tersimpan
dalam periode glasial.
Air laut memiliki rasio O18 hingga O16 yang lebih tinggi dari es glasial karena
air mengandung O16 lebih ringan dan lebih mudah menguap dari air yang
mengandung isotop O18. Oleh karena itu, Pleistosen glasial es diperkaya di O16
relatif terhadap O18, sedangkan berat O18 memiliki isotop terkonsentrasi di air laut.
Persentase penurunan O16 dan kenaikan akibat dari O18 dalam air laut selama
masa glasiasi yang diawetkan dalam cangkang foraminifera planktonik. Akibatnya,
fluktuasi isotop oksigen menunjukkan perubahan suhu air permukaan dan
perubahan iklim.
Perubahan dari hangat untuk kondisi dingin terjadi 35 juta tahun yang lalu.
Sayangnya, ahli geologi belum mampu mengkorelasikan perubahan iklim secara
rinci dengan perubahan yang sesuai dicatat dalam catatan sedimen di darat. Jeda
waktu antara timbulnya pendinginan dan yang dihasilkan muka glasial
menghasilkan perbedaan catatan antara laut dan darat. Semua fluktuasi utama
iklim yang tercatat di sedimen laut dalam akan pernah berkorelasi dengan
endapan benua.
Timbulnya kondisi glasial, sebenarnya dimulai sekitar 40 juta tahun yang
lalu ketika permukaan air laut di lintang selatan yang tinggi dengan cepat
mengalami pendinginan, dan air di dalam-laut menjadi jauh lebih dingin daripada
sebelumnya. Penutupan bertahap Laut Tethys selama Oligosen membatasi aliran
air hangat ke lintang yang lebih tinggi.
Pada saat Miosen Tengah, lapisan es Antartika telah terbentuk,
mempercepat pembentukan perairan laut yang sangat dingin. Setelah tren Pliosen
pemanasan singkat, gletser kontinental mulai terbentuk di belahan bumi utara
sekitar 1,6 juta tahun yang lalu dan Zaman Es berlangsung pada Pleistosen. Kondisi
iklim yang mengarah ke Pleistosen glasiasi di seluruh dunia. Berlawanan dengan
kepercayaan populer dan penggambaran dalam kartun dan film, bumi itu tidak
dingin seperti yang biasa digambarkan. Bahkan, berbagai jenis bukti menunjukkan
bahwa iklim dunia secara bertahap didinginkan dari Eosen pada waktu Pleistosen.

Gambar 17 Fluktuasi O18 hingga O16 jatah isotop dari inti sedimen di Samudera
Pasifik Barat mengungkapkan perubahan suhu permukaan laut
selama 58 juta tahun terakhir.

Vous aimerez peut-être aussi