Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Rendra
W.S. Rendra yang memiliki nama asli Willibrordus Surendra Broto Rendra (lahir
Ogos 2009 pada umur 73 tahun) adalah sasterawan Indonesia. Sejak muda, beliau
menulis puisi, senario drama, cerpen, dan esei sastera di pelbagai media
massa. Pernah menerima pendidikan di Universitas Gajah Mada, dan dari institusi
tinggi itu pulalah dia menerima gelar Doktor Honoris Causa. Penyair yang kerap
digelar sebagai “Burung Merak, ini, tahun 1967 mendirikan Bengkel Teater
di Yogyakarta. Melalui Bengkel Teater itu, Rendra melahirkan banyak seniman antara
lain Sitok Srengenge, Radhar Panca Dahana, Adi Kurdi, dan lain-lain. Ketika
B. Analisis Puisi
Puisi ini merupakan salah satu puisi terbaik W S. Rendra yang bertemakan sosial,
puisi ini menyuarkan satu sindiran keras, dengan menghadirkan pertentangan antara
orang yang berkuasa dan masyarakat lemah. Karya W.S. Rendra ini pertama kali
terbit pada tahun 1965, diterbitkan dalam kumpulan “Nyanyian Orang Urakan” oleh
Mangap Studio dan pernah dibawakan di depan pimpinan DPR tahun 1998.
Dalam puisi ini W. S. Rendra menyusun 12 Cause untuk menciptakan 6 Effect yang
lebih kuat. W. S. Rendra dalam puisi ini juga menggunakan kata “kami” vs “kamu”
mengandung kontras jumlah. Dimana kata “kami” lebih banyak daripada kata “kamu”,
sehingga pembaca atau pendengar merasa terwakili dan berusaha berada dijumlah
yang banyak. Dalam puisi ini juga menggunakan majas tautologi, yaitu gaya bahasa
Puisi yang berjudul “Sajak Orang Kepanasan” di analisis oleh penulis dengan kajian
Marxis dan berfokus pada: 1) kelas-kelas sosial, 2) kondisi kehidupan dalam kelas-
kelas sosial dan 3) kondisi ketertindasan kelas bawah terhadap kelas atas.
C. Kelas-Kelas Sosial
Dalam puisi ini, tokoh “kami” adalah tokoh yang dalam keadaan miskin, kekurangan,
Nah, dari penggalan puisi di atas, juga memperlihatkan bahwa tokoh “kami” ini
hidupnya serba enak dan berada dalam keadaan kaya. Terlihat dari:
Tokoh “kamu” disini juga digambar tidak peduli, menindas, dan yang paling berkuasa
tokoh “kamu” yang kaya raya dengan tokoh “kami” yang miskin. Penolakan tokoh
“kami” pada tokoh “kamu” yang selalu saja semena-mena terlihat jelas dan tegas pada
penggalan puisi:
Puisi/sajak Orang Kepanasan ini sangat berkaitan dengan kehidupan saat ini yang
mungkin “kami” vs “kamu” juga bermakna “rakyat” dan “negara”, karena tidak jarang
para pejabat lebih mementingkan urusan pribadinya ketimbang rakyatnya. Sajak ini
juga menggambarkan dengan kelas bahwa perbedaan strata sosial itu begitu
dipermasalahkan. Tapi sebagai rakyat Indonesia, kita tetap dan harus senantiasa
percaya diri, bahwa didalam lorong jalan bangsa yang paling gelap gulitapun
senantiasa pasti ada secercah cahaya yang memandu dan memberi harapan untuk
menyongsong sebuah era baru, paradigma baru, dan peradaban baru bagi masa