Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH
CHANDRA DEWI
NIM.P07120215050
DISUSUN OLEH
CHANDRA DEWI
NIM. P07120215050
TINGKAT 3B SEMESTER VI
D IV KEPERAWATAN
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. WN
Umur : 53 Tahun
Alamat : Banjar Sembung, Bebalang, Bangli
Pendidikan : Tidak Sekolah
Agama : Hindu
Status : Belum Kawin
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Jenis Kel. : Laki-laki
Tanggal Pengkajian : 19 Februari 2018
B. Pengobatan sebelumnya
( ) Berhasil (√) Tidak Pernah berobat
( ) Tidak berhasil
Penjelasan :
Keluarga mengatakan bahwa pengobatan alternatif yang dilakukan
pada awal gejala gangguan jiwa pada pasien tidak membuahkan hasil
sama sekali.
C. Riwayat Trauma
Aniaya fisik - - -
Aniaya seksual - - -
Penolakan - - -
Kekerasan dalam keluarga - - -
Tindakan kriminal - - -
Penjelasan :
Keluarga mengatakan pasien tidak pernah mengalami kekerasan baik
fisik maupun mental sebelum dan sesudah masuk rumah sakit.
Masalah/Diagnosa Keperawatan : -
B. Ukuran
BB : ±55 Kg (tetap/pasien tidak mengetahui berat badan
sebelumnya)
TB : 160 cm
C. Keluhan Fisik
( ) Ya (√) Tidak
Penjelasan :
Saat pengkajian, pasien mengatakan tidak sedang mengalami
keluhan apapun.
Masalah/diagnosa keperawatan : -
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
A. Genogram
Penjelasan :
Keluarga pasien mengatakan bahwa di keluarganya ada menderita
gangguan jiwa yaitu kakak kandung pasien. Keluarga pasien
mengatakan pasien merupakan orang kedua di keluarga yang
menderita gangguan jiwa. Pasien belum menikah dan pasien tinggal
bersama keluarga yaitu kakak kandungnya.
Masalah/diagnosa keperawatan : -
B. Konsep Diri
1. Citra tubuh
Keluarga Pasien mengatakan bersyukur karena diberikan
anggota tubuh yang lengkap oleh Tuhan dan mampu berfungsi
dengan baik.
Heteroamnanesa : Keluarga pasien mengatakan pasien
mengalami gangguan pada mata kanannya ( katarak).
2. Identitas
Keluarga Pasien mengatakan bahwa pasien merupakan anak
kelima dari 7 bersaudara. Pasien masih bisa menyebutkan dan
mengenali namanya sendiri. Pasien juga masih ingat dengan
saudara-sauradanya.
3. Peran
Keluarga pasien mengatakan pasien di keluarga sebagai anggota
keluarga.
4. Ideal diri
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit, saat pergi merantau
untuk bekerja, pasien bercita-cita dengan pekerjaannya beliau
bisa memperbaiki ekonomi keluarga dan menjadi orang yang
sukses. Namun saat ini, pasien tidak bisa bekerja karena
kondisinya saat ini.
5. Harga diri
Keluarga Pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah
mendapatkan penghinaan dari orang-orang di sekitarnya dan ia
pun tidak pernah menghina orang lain dan pasien cukup bisa
diterima keadaannya oleh masyarakat sekitar maupun dengan
keluarganya sendiri, tetapi pasien agak susah diajak
berkomunikasi saat awal bertemu dengan orang baru pasien
tidak bisa langsung akrab dan pasien baru mau mendekat apabila
diberi imbalan seperti : rokok,jajan,dan kopi.
Masalah/Diagnosa Keperawatan : Harga diri rendah situasional.
C. Hubungan Sosial
1. Orang yang berarti/terdekat :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mengatakan semua
anggota keluarga dekat dengannya
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mengatakan tidak
mengikuti perkumpulan di banjarnya seperti ngayah untuk
odalan, maka dari itu saudara-saudaranya yang menggantikan.
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Keluarga pasien mengatakan bahwa kemampuan komunikasi
pasien masih seperti biasanya ditandai dengan pasien tidak mau
berbicara dan mau menjawab pertanyaan orang lain yang belum
dikenal( orang asing selain keluarganya). Namun, ketika kambuh
atau raut wajah pasien sedikit berubah menjadi murung, pasien
akan diam saja dan tidak acuh terhadap lingkungan sekitarnya.
Masalah/Diagnosa Keperawatan : -
D. Spiritual
1. Nilai dan Keyakinan
Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami gangguan jiwa
karena sudah jalan hidupnya, bagi keluarga pasien merupakan
orang yang disayangi dan bearti.
2. Kegiatan Ibadah
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah mau
diajak untuk sembahyang maupun odalan.
Masalah/diagnosa keperawatan : Distress Spiritual.
VI. STATUS MENTAL
A. Penampilan
(√) Tidak Rapi
( ) Penggunaan pakaian tidak sesuai
( ) Cara pakaian tidak seperti biasanya
Penjelasan :
Saat pengkajian, tampak pakaian yang digunakan oleh pasien tidak
rapi sesuai dengan cara berpakaian pada umumnya
Masalah/diagnosa keperawatan : Defisit perawatan diri
B. Pembicaraan
( ) Cepat ( √ ) Apatis
( ) Kasar ( ) Lambat
( ) Gagap ( ) Membisu
( ) Inkoherensi (√) Tidak mampu memulai pembicaraan
( ) Lain-lain
Penjelasan :
Saat pengkajian pasien tidak dapat dan tidak mau menjawab semua
pertanyaan yang diajukan suara pasien terdengar tidak jelas dan
kontak mata datar, pasien tidak mampu memulai pembicaraan.
Masalah/diagnosa keperawatan : ..............
C. Aktivitas motorik/psikomotor
Kelambatan
(-) Hipokinesia, hipoaktifitas
(-) Katalepsi
(-) Sub stupor katatonik
(-) Fleksibilitas serea
Peningkatan:
(-) Hyperkinesia, hiperaktifitas (-) Grimace
(-) Gagap (-) Otomatisma
(-) Stereotipi (-) Negativisme
(-) Gaduh gelisah Katatonik (-) Reaksi konversi
(-) Mannarism (-) Verbigerasi
(-) Katapleksi (-) Berjalan kaku/rigid
(-) TIK (-) Kompulsif
(-) Ekhopraxia
(-) Command automatism
Penjelasan :
Pasien tidak mengalami gangguan aktivitas motorik/psikomotor
Masalah/diagnosa keperawatan : -
D. Alam perasaan
(-) Sedih (-) Putus Asa (-) Gembira berlebihan
(-) Ketakutan (-) Kuatir
Penjelasan :
Keluarga pasien mengatakan perasaannya biasa-biasa saja, tidak
dalam keadaan sedih, ketakutan, putus asa, kuatir, ataupun gembira
yang berlebihan.
Masalah keperawatan : -
E. Afek
( √ ) Datar ( ) Tumpul ( ) Labil ( ) Tidak
sesuai
Penjelasan :
Saat pengkajian , pasien tidak mampu menunjukkan roman muka
yang sesuai dengan perasaannya saat itu. Selain itu pasien juga tidak
mampu bereaksi bila ada stimulus emosi yaitu seperti tersenyum
maupun tertawa.
Masalah Keperawatan : .............................
H. Proses pikir
(-) Sirkumstansial (-) Tangensial
(-) Kehilangan asosiasi (-) Flight of ideas
(-) Blocking
(-)Pengulangan pembicaraan/ preservarasi
Penjelasan :
Saat pengkajian pasien tampak dapat menjawab pertanyaan yang
diberikan tanpa ada masalah dalam pembicaraan seperti mengulang
ngulang pembicaraan, pembicaraan yang loncat-loncat, dan semua
jawaban pasien berhubungan dengan pertanyaan yang diberikan.(
Yang mengajak berbicara keluarga pasien.)
Masalah Keperawatan : -
I. Isi pikir
(-) Obsesi (-) Hipokondria (-) Ide yang terkait
(-) Phobia (-) Depersonalisasi (-) Pikiran magis
Waham
(-) Agama (-) Somatik (-) Kebesaran (-) Curiga
(-) Nihilistik (-) Sisip pikir (-) Siar pikir (-) Kontrol piker
Penjelasan :
Pasien tidak mengalami gangguan isi pikir dan pasien juga tidak
mengalami waham
Masalah Keperawatan : -
J. Tingkat kesadaran
(-) Bingung (-) Sedasi (-) Stupor
Disorientasi:
(-) Waktu (-) Tempat (-) Orang
Penjelasan :
Pasien terlihat sadar dan tidak tampak bingung atau kacau. Pasien
masih mampu sedikit demi sedikit mengorientasi waktu, tempat, dan
orang..
Masalah keperawatan : -
K. Memori
(-) Gangguan daya ingat jangka panjang
(-) Gangguan daya ingat jangka pendek
(-) Gangguan daya ingat saat ini
(-) Konfabulasi
Penjelasan :
Pasien dengan dibantu oleh keluarga mampu menceritakan dan
mengingat kejadian masa lalu yang ia alami namun tidak
sepenuhnya.
Masalah Keperawatan : -
L. Tingkat konsentrasi dan berhitung
(√) Mudah beralih (-) Tidak mampu berkonsentrasi
(-) Tidak mampu berhitung sederhana
Penjelasan:
Pasien mudah beralih. Pasien mampu melakukan hitungan yang
sederhana. Dibuktikan dengan ia mampu mengulang
pembicaraannya.
Masalah Keperawatan : -
M. Kemampuan penilaian
(-) Gangguan ringan (-) Gangguan bermakna
Penjelasan :
Dengan kondisi pasien yang masih dikatagorikan pasien dengan
dengan kondisi jiwa terganggu, pasien tidak mampu mengambil
keputusan sederhana. Segala macam bentuk diputuskan oleh
keponakan menantunya dan saudaranya yang masih normal.
Masalah keperawatan : -
Adaptif Maladaptif
( √ ) Bicara dengan orang lain ( ) Minum alcohol
( ) Mampu menyelesaikan masalah ( ) Reaksi lambat
( ) Teknik relokasi ( √ ) Bekerja berlebihan
( ) Aktivitas konstruktif ( √ ) Menghindar
( ) Olahraga ( ) Mencederai diri
( ) Lainnya ( ) Reaksi berlebih
( ) Lainnya (Mengamuk dan membanting barang)
Penjelasan : Pasien memiliki mekanisme koping yang maladaptif.
Mekanisme koping maladaptifnya adalah pasien sering melakukan
pekerjaan berlebihan sampai tidak dapat waktu untuk bersama keluarga
dan istirahat disiang hari,pasien juga menghindar apabila ada orang asing
selain keluarga yang berkunjung kerumahnya.
Masalah Keperawatan : ...................................................................
A. MASALAH UTAMA
Gangguan persepsi sensori peraba: halusinasi
2. Jenis Halusinasi
Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain :
a. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan
atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu
bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
d. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
f. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
g. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
3. Fase Halusinasi
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2007): comforting,
condemning, controlling, consquering.
a. Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang,
kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada
pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas. Klien mungkin
melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk
menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk
sementara. Klien masih mampu mengotrol kesadarnnya dan mengenal
pikirannya, namun intensitas persepsi meningkat.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan bibir tanpa bersuara, pergerakan mata cepat, respon
verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya dan suka
menyendiri.
b. Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan
menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk
mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini
terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas
seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan
tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan
kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
Core
Problem
7. Penyebab
9. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat di lakukan pada klien dengan halusinasi
adalah :
1) Pemeriksaan Jantung
Pada pemeriksaan ini di dapatkan abnormalitas seperti : pembesaran
ventrikel, penurunan darah kortikal, terutama di kortek prefrontal,
penurunan aktivitas metabolik di bagian-bagian otak tertentu dan atropi
serabri
2) Teskromosom
Pemeriksaan ini di lakukan jika salah satu anggota keluarga ada yang
mempunyai riwayat dengan gangguan jiwa. Pada tes ini di fokuskan
pada kromosom 6, 13, 18,dan 24. Di sebutkan oleh ( Ann Isaacs ) jika
ada yang punya riwayat gangguan jiwa kemungkinan keturunannya
mengalamigangguan jiwa adalah : suatu orang yang kena : resiko 12-
15 %, kedua orangtuanya yang terkena : resiko 35-39%, saudara
sekandung terkena : resiko 8-10%, kembar dizigotik yang terkena :
resiko 50 %.
3) Test psikologi atau psikotes
Pada tes ini di temukan adanya kurang identitas diri, salah interprestasi
terhadap realita dan menarik diri.
10. Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan Medis
a. Psikoparmakologi
1) Risperidone
a) Indikasi
Hendaya berat dalam fingsi-fungsi mental, bermanifestasi
dalam gejala POSITIF : Gangguan asosiasi pikiran, waham,
halusinasi, perilaku yang tidak terkendali, dan gejala
NEGATIF : Gangguan perasaan, gangguan berhubungn
sosial, gangguan proses piker, tidak ada inisiatif, peri
terbatas dan cenderung menyendiri
b) Kontra indikasi
Penyakit hati,epilepsy, kelainan jantung, ketergantungan
alkohol, Parkinson dan gangguan kesadaran.
c) Efek samping
Kemampuan koknitif menurun, hipotensi, mulut kering,
kesulitan miksi & defekasi, hidung tersumbat, mata kabur,
ganguan irama jantung, Parkinson.
2) Clorpromazine
a) Indikasi
Skizoprenia dan kondisi yang berhubungan dengan
psikosis.
b) Kontra indikasi
Hipersensitivitas, depresi berat, kegagalan hati atau ginjal
berat.
c) Efek samping
Efek anti koligernik (mulut kering, pandangan kabur,
konstipasi, gangguan gastrointestinal, ruam kulit, efek
hormonal, penurunan libido, amenore, penambahan berat
badan, reduksi ambang kejang, agronulositosis, sindrom
neuroleptik malignant ( SNM ).
3) Trihexypenidil
a) Indikasi
Parkinson, gangguan ekstrapiramidal yang di sebabkan oleh
susunan saraf pusat (SSP)
b) Kontra indikasi
Hipersensitivitas terhadap trihexypenidil, glaukoma angle
closure, ileus paralitik, hipertropi prostat.
c) Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, mual, pusing, konstipasi,
retensi urin, takikardi, tekanan darah meningkat.
b) Penatalaksanaan Keperawatan
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan
pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di
lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi knntak mata,
kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi
baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar
atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila
akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di
beritahu tindakan yang akan di lakukan.
Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat
merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan
dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding,
majalah dan permainan
b. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan
dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan
sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati
agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang
di berikan.
c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah
yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat
dapat menggali masalah pasien yang merupakan penyebab
timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.
Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga
pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
d. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan
fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan.
Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan
nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak
menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu
tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan
dalam proses keperawatan, misalny dari percakapan dengan pasien
di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang
mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak
terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan
menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas
yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga
pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan
saran yang di berikan tidak bertentangan.
11. Komplikasi
a. Muncul perilaku untuk mencederai diri sendiri dan lingkungan, yang di
akibatkan dari persapsi sensori palsu tanpa adanya stimulis eksternal.
b. Klien dengan halusinasi mengisolasi dirinya dengan orang lain karena
tidak peka terhadap sesuatu yang nyata dan tidak nyata.
d. Pemeriksaan fisik
Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan
tekanan darah), berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang
dirasakan klien.
1. Status mental
a. Penampilan : tidak rapi, tidak serasi
b. Pembicaraan : terorganisir/berbelit-belit
c. Aktivitas motorik : meningkat/menurun
d. Afek : sesuai/maladaprif
e. Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus
yang ada sesuai dengan nformasi
f. Proses pikir : proses informasi yang diterima tidak berfungsi
dengan baik dan dapat mempengaruhi proses pikir
g. Isi pikir : berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistis
h. Tingkat kesadaran
i. Kemampuan konsentrasi dan berhitung
2. Mekanisme koping
a. Regresi : malas beraktifitas sehari-hari
b. Proyeksi : perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggungjawab kepada oranglain.
c. Menarik diri : mempeecayai oranglain dan asyik dengan
stimulus internal
3. Masalah psikososial dan lingkungan: masalah berkenaan dengan
ekonomi, pekerjaan, pendidikan dan perumahan atau
pemukiman.
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu didapatkan adalah sebagai
berikut.
a) Jenis dan isi halusinasi
Data objektif dapat diperoleh melalui observasi perilaku pasien,
sedangkan data subjektif dapat dikaji melalui proses wawancara
dengan pasien
b) Waktu, frekuensi, dan situasi yang menyebabkan munculnya
halusinasi.
Waktu: pagi, siang, sore, malam
Frekuensi: terus-menerus, sekali-kali
Situasi: sendiri, atau saat terjadi kejadian tertentu
c) Respons terhadap halusinasi. Untuk mengetahui apa yang dilakukan
saat halusinasinya muncul
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi……..(sesuai jenis halusinasi yang
dialami pasien)
3. Intervensi
A. Tujuan umum
Klien mampu mengontrol halusinasi
B. Tujuan khusus
a. TUK I : Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
1) Kriteria evaluasi:
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada
kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama,
mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
2) Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan :
1. Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non
verbal.
2. Perkenalkan diri dengan sopan.
3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan
yang disukai klien.
4. Jelaskan tujuan pertemuan.
5. Jujur dan menepati janji.
6. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
7. Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan
dasar klien
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk
memperlancar hubungan interaksi selanjutnya.
b. TUK II : Pasien dapat mengenal halusinasi
1) Kriteria evaluasi :
a) Pasien dapat menyebutkan waktu, isi dan frekuensi
timbulnya halusinasi.
b) Pasien dapat mengungkapkan perasaan terhadap
halusinasinya.
2) Intervensi
a) Melakukan kontak sering dan singkat secara bertahap.
Rasional :
Kontak sering dan singkat selain upaya membina hubungan
saling percaya juga dapat memutuskan halusinasinya.
b) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya.
Bicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang ke kiri dan ke
kanan seolah-olah ada teman bicara.
Rasional:
Mengenal perilaku pada saat halusinasi timbul
memudahkan perawat dalam melakukan intervensi.
c) Bantu klien mengenal halusinasinya dengan cara :
1. Jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan
apakah ada suara yang di dengar.
2. Jika klien menjawab ada lanjutkan apa yang dikatakan.
3. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara
itu, namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan
nada sahabat tanpa menuduh/menghakimi).
4. Katakan pada klien bahwa ada juga klien lain yang sama
seperti dia.
5. Katakan bahwa perawat akan membantu klien.
Rasional :
Mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk
menghindari faktor timbulnya halusinasi.
d) Diskusikan dengan klien tentang :
1. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi.
2. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang,
sore dan malam atau jika sendiri, jengkel, sedih)
Rasional :
Dengan mengetahui waktu, isi dan frekuensi munculnya
halusinasi mempermudah tindakan keperawatan yang
akan dilakukan perawat.
e) Diskusikan dengan klien apa
yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut, sedih,
tenang) beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
Rasional :
Untuk mengidentifikasi pengaruh halusinasi pada klien.
c. TUK III : Klien dapat mengontrol halusinasinya.
1) Kriteria evaluasi :
a) Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dil
akukan untuk mengendalikan halusinasinya.
b) Klien dapat menyebutkan cara baru.
c) Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti ya
ngtelah didiskusikan dengan klien.
d) Klien dapat melakukan cara yang telah dipilih untuk
mengendalikan halusinasi.
e) Klien dapat mengetahui aktivitas kelompok.
2) Intervensi
a) Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan jika
terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri sendiri dan
lain-lain)
Rasional :
Upaya untuk memutus siklus halusinasi sehingga halusinasi
tidak berlanjut.
b) Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika
bermanfaat beri pujian.
Rasional :
Reinforcement dapat mneingkatkan harga diri klien.
c) Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya
halusinasi :
1. Katakan : “Saya tidak mau dengar kau” pada saat
halusinasi muncul.
2. Menemui orang lain atau perawat, teman atau anggota
keluarga yang lain untuk bercakap-cakap atau mengatakan
halusinasi yang didengar.
3. Membuat jadwal sehari-hari agar halusinasi tidak sempat
muncul.
4. Meminta keluarga/teman/perawat, jika tampak bicara
sendiri.
Rasional:
Memberikan alternatif pilihan untuk mengontrol halusinasi.
d) Bantu klien memilih cara dan melatih cara untuk me
mutus halusinasi secara bertahap, misalnya dengan :
1. Membersihkan rumah dan alat-alat rumah tangga.
2. Mengikuti keanggotaan sosial di masyarakat (pengajian,
gotong royong).
3. Mengikuti kegiatan olah raga di kampung (jika masih
muda).
4. Mencari teman untuk ngobrol.
Rasional :
Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk
mencoba memilih salah satu cara untuk mengendalikan
halusinasi dan dapat meningkatkan harga diri klien.
e) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih.
Evaluasi : hasilnya dan beri pujian jika berhasil.
Rasional :
Memberi kesempatan kepada klien untuk mencoba cara
yang telah dipilih.
f) Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok,
orientasi realita dan stimulasi persepsi.
Rasional :
Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan
interprestasi realitas akibat halusinasi.
d. TUK IV : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinasinya.
1) Kriteria evaluasi
a) Keluarga dapat saling percaya dengan perawat.
b) Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan
untuk mengendalikan halusinasi.
2) Intervensi
a) Membina hubungan saling percaya dengan menyebutkan
nama, tujuan pertemuan dengan sopan dan ramah.
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk
memperlancar hubungan interaksi selanjutnya.
b) Anjurkan klien menceritakan halusinasinya kepada keluarga.
Untuk mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol
halusinasinya.
c) Diskusikan halusinasinya pada saat berkunjung tenang :
1. Pengertian halusinasi
2. Gejala halusinasi yang dialami klien.
3. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk
memutus halusinasi.
4. Cara merawat anggota keluarga yang berhalusinasi di
rumah, misalnya : beri kegiatan, jangan biarkan sendiri,
makan bersama, bepergian bersama.
5. Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat
bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Rasional :
Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang
halusinasi dan menambah pengetahuan keluarga cara
merawat anggota keluarga yang mempunyai masalah
halusinasi.
e. TUK V : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
1) Kriteria evaluasi
a) Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis da
n efek samping obat.
b) Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan
benar.
c) Klien mendapat informasi tentang efek dan efek samping obat.
d) Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa
konsutasi.
e) Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.
2) Intervensi
a) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis dan
frekuensi serta manfaat minum obat.
Rasional :
Dengan menyebutkan dosis, frekuensi dan manfaat obat
diharapkan klien melaksanakan program pengobatan.
b) Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan mer
asakan manfaatnya.
Rasional :
Menilai kemampuan klien dalam pengobatannya sendiri.
c) Anjurkan klien untuk bicara dengan dokter tentang mafaat dan
efek samping obat yang dirasakan.
Rasional :
Dengan mengetahui efek samping klien akan tahu apa yang
harus dilakukan setelah minum obat.
d) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi
dengan dokter.
Rasional :
Program pengobatan dapat berjalan dengan lancar.
e) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar
dosis, benar obat, benar waktunya, benar caranya, benar
pasiennya).
Rasional :
Dengan mengetahui prinsip penggunaan obat, maka
kemandirian klien untuk pengobatan dapat ditingkatkan
secara bertahap.
DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba
Medika
Maramis, W.f. 2007. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga
University Press.
Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
available: https://www.scribd.com/document/251659359/Laporan-Pendahuluan-
Orientasi:
”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan dari Poltekkes Denpasar yang akan
merawat bapak nama saya Chandra Dewi, biasa dipanggil Chandra. Nama bapak
siapa?Bapak Senang dipanggil siapa?”
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak dengar
tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana
kalau 30 menit”
Kerja:
”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering bapak
dengar suara? Berapa kali sehari bapak mendengar suara-suara tersebut? Pada keadaan apa
suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri atau saat bersama dengan orang lain?”
” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu
hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?
” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik atau membentak suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat
dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik membentak”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi saya
tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai
suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya
bagus bapak sudah bisa”
Terminasi:
”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu muncul
lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa
saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan
mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa pak?Bagaimana kalau dua
jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.”
SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: bercakap-cakap
dengan orang lain
Hari : Selasa,20 Februari 2018
Waktu : 17.30 WITA
Pertemuan : 2
Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya
Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini
saja?
Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari teman
untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan bapak Contohnya begini; … tolong,
saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah
misalnya istri,anak bapak katakan: bu, ayo ngobrol dengan bapak soalnya bapak sedang
dengar suara-suara. Begitu bapak Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu.
Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang bapak
pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua
cara ini kalau bapak mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam
jadwal kegiatan harian bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan
secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi.
Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam
berapa? Bagaimana kalau jam 08.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat
pagi”
SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:melaksanakan
aktivitas terjadwal
Hari : Rabu, 21 Februari 2018
Waktu : 17.30 WITA
Pertemuan : 3
Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus
! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu
melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu.
Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”
Kerja:
“Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya (terus
ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya. Mari
kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali bapak bisa lakukan.
Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain
akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah
suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah suara-
suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak Coba lakukan
sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai
terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang makan
siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 12.00 ?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.”
SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
Hari : Kamis,22 Februari 2018
Waktu : 11.30 WITA
Pertemuan : 4
Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya
sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan
mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20 menit
sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?”
Kerja:
“bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar dan
mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak minum ? (Perawat
menyiapkan obatpasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang
dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali
sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu
(HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah
hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau
putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau
obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti
saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus memastikan
bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru dengan obat milik orang lain.
Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar.
Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya bapak juga harus perhatikan berapa jumlah
obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara
yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar).
Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak Jangan lupa pada
waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah
datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita
bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”
Sumber: Keliat.B.A. 2011.Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (CMHN).Jakarta : EGC
B. Evaluasi
1. Kemampuan Pasien dengan Halusinasi
2. Kemampuan Perawat
No. Kemampuan Tanggal
SP I
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi
pasien
2 Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi
pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang
menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respons pasien
terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien menghardik
halusinasi
8. Mengajarkan pasien memasukkan
cara menghardik halusinasi ke dalam
jadwal kegiatan harian
Nilai SP I
SP II
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2. Melatih pasien mengendalikan
halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain
3. Menganjurkan pasien memasukkan
kegiatan bercakap-cakap ke dalam
jadwal kegiatan harian
Nilai SP II
SP III
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2. Melatih pasien mengendalikan
halusinasi dengan melakukan
kegiatan (kegiatan yang biasa
dilakukan pasien di rumah)
3. Menganjurkan pasien memasukkan
kegiatan untuk mengendalikan
halusinasi ke dalam jadwal kegiatan
harian
Nilai SP III
SP IV
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara
teratur
3. Menganjurkan pasien memasukkan
aktivitas minum obat ke dalam
jadwal kegiatan harian
Nilai SP IV
Sumber: Keliat.B.A. 2011.Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (CMHN).Jakarta : EGC
INTERVENSI
Intervensi yang dilakukan berdasarkan core problem saja mengingat waktu yang terbatas.Core problem dalam intervensi ini adalah Gangguan
Persepsi Sensori Peraba: Halusinasi .Intervensi dibuat dalam bentuk matrik dibawah ini.