Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Nama : By.Ny.I
Agama : Islam
1. ANAMNESIS
Bayi laki-laki masuk Rumah Sakit Umum Undata Palu pada tanggal 17
Oktober 2013 pukul 00.30 WITA dengan keluhan perut membesar dan tidak
memiliki lubang anus. Bayi lahir di puskesmas lele pada tanggal 15 Oktober 2013
(jam tidak diketahui) melalui Sectio Cesaria atas indikasi letak bokong. APGAR
Score pada waktu bayi lahir 6-8. Warna Air Ketuban putih keruh. Berat badan
lahir 2700 gram. Bayi dirujuk dari RS Ampana karena diketahui tidak memiliki
anus setelah 6 jam lahir. Bayi sudah miksi, tetapi belum BAB selama lahir.
Sebelumnya bayi kuat minum namun sejak perut mulai membesar, bayi menjadi
malas minum. Bayi datang telah terinfus Dextrosa 10%. Riwayat kehamilan ibu
merupakan kehamilan yang kedua, pernah partus sebelumnya dan tidak ada
riwayat abortus. Usia ibu pada saat hamil adalah umur 37 tahun. Tidak ada riwayat
2. PEMERIKSAAN FISIK
- Tanda Vital
Respirasi : 82 x/menit
- Data Antropometrik
Panjang Badan : 37 cm
- Sistem pernapasan
Sianosis : (-)
Merintih : (-)
Apnea : (-)
Stridor : (-)
DOWNE SCORE
Frekuensi Napas :1
Retraksi :0
Sianosis :0
Udara masuk :0
Merintih :0
Total Skor :2
- Sistem Kardiovaskular
- Sistem Hematologi
Pucat : (-)
- Sistem Gastrointesinal
superficial
Diare : (-)
Organomegali : (-)
Umbilikus
Keluaran : (-)
Edema : (-)
- Sistem Neurologi
Aktivitas : Lemah
Kesadaran : Letargi
Fontanela : Datar
Sutura : Terbuka
Kejang : (-)
Tonus otot : Hipotonik
- Sistem Reproduksi
Hipospadia : (-)
Hernia : (-)
Hidrokel : (-)
jelas.
- Pemeriksaan Lain
BALLARD SCORE
KB : Kurang Bulan
CB : Cukup Bulan
LB : Lebih Bulan
Total Skor : 35
SKOR SEPSIS
Kategori A:
Gangguan Napas
Hipertermia
Kategori B
Letargi/lunglai
Perut kembung
malas minum
muntah
3. RESUME
Bayi laki-laki masuk Rumah Sakit Umum Undata Palu tanggal 17 Oktober
2013 pk.00.30 dengan perut membesar dan tidak memiliki lubang anus. Bayi lahir
pada tanggal 15 Oktober 2013 di Rumah Sakit Ampana melalui section cessaria
atas indikasi letak bokong. Kehamilan cukub bulan. Warna Air Ketuban putih
keruh. Apgar score 6-8. Berat badan lahir 2700 gram, berat badan masuk 2700
gram. Panjang badan lahir 37 cm. Dari pemeriksaan fisik didapatkan ikterus
kramer III, suhu badan 37,70C, wajah tampak mongoloid, jari tangan pendek
melebar, adanya distensi abdomen, anus imperforata (Atresia ani), curiga sepsis
(2A, 4B).
4. DIAGNOSIS
Bayi Aterm (SMK) + Atressia Ani + Down Syndrome + Ikterus Kramer III +
Sepsis Neonatorum
5. TERAPI
Pencegahan Infeksi
Dipuasakan
6. ANJURAN PEMERIKSAAN
Foto Thorax
Kultur Darah
Urinalisis
Konsul Bedah
FOLLOW UP
S : Bayi Tidur
O :
Ikterus Kramer IV
Respirasi : 50 x/menit
Sistem Pernapasan
- Merintih : (-)
- Apnea : (-)
- Retraksi : (-)
Sistem Kardiovaskular
- Bunyi Jantung I/II : Teratur
Dextra
Sistem Neurologis
- Aktivitas : Lemah
- Kejang : (-)
Sistem Gastrointestinal
- Diare : (-)
- Umbilikus : Baik
Sistem Genitalia
- Usus dilatasi berisi udara, distribusi udara pada colon distal tidak
melewati garis pubococcygeus
- Anus Imperforata : (+) Letak tinggi
- Keluaran : (-)
Pemeriksaan Lain
crease
- Turgor : Kembali Lambat
Pasien dipuasakan
Pasang NGT
S : Bayi Tidur
O :
Ikterus Krammer V
Respirasi : 79 x/menit
Sistem Pernapasan
- Merintih : (+)
- Apnea : (-)
- Retraksi : (+)
Sistem Kardiovaskular
- Murmur : (-)
Sistem Neurologis
- Aktivitas : Lemah
- Kejang : (-)
Sistem Gastrointestinal
- Diare : (-)
- Umbilikus : Baik
Sistem Genitalia
Pemeriksaan Lain
Pasien dipuasakan
Pasang NGT
Colostomy
DISKUSI KASUS
adanya lubang anus atau tidak memiliki anus, termasuk di dalamnya agenesis ani,
agenesis rectum dan atresia rectum. Insiden 1:5000 kelahiran yang dapat muncul
(Fandila 2009).
bawah dengan anus sehingga bayi lahir tanpa lubang anus, gangguan organogenesis
pada masa kehamilan, beberapa diantaranya berkaitan dengan sindrom down. Atresia
ani memiliki etiologi yang multifaktorial salah satunya adalah komponen genetik.
Pada tahun 1950an, didapatkan bahwa risiko malformasi meningkat pada bayi yang
memiliki saudara dengan kelainan atresia ani yakni 1 dalam 100 kelahiran,
dibandingkan dengan populasi umum sekitar 1 dalam 5000 kelahiran. Penelitian juga
menunjukkan adanya hubungan antara atresia ani dengan pasien down syndrome
(trisomi 21). Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa mutasi gen yang berbeda dapat
menyebabkan atresia ani atau dengan kata lain etiologi atresia ani bersifat multigenik
(Levitt, 2007).
hindgut. Foregut akan membentuk faring, sistem pernafasan bagian bawah, esofagus,
lambung sebagian duodenum, hati dan sistem bilier serta pankreas. Midgut
membentuk usus halus, sebagian duodenum, sekum, appendik, kolon asenden sampai
pertengahan kolon transversum. Hindgut meluas dari midgut hingga ke membrana
kloaka, membrana ini tersusun dari endoderm kloaka, dan ektoderm dari proctoderm
atau analpit. Usus terbentuk mulai minggu keempat disebut sebagai primitif gut.
suatu rongga yang dilapisi endoderm yang berhubungan langsung dengan ektoderm
kloaka. Pada perkembangan selanjutnya, timbul suatu rigi melintang, yaitu septum
urorektal, pada sudut antara allantois dan usus belakang. Sekat ini tumbuh kearah
kaudal, karena itu membagi kloaka menjadi bagian depan, yaitu sinus uroginetalis
primitif, dan bagian posterior, yaitu kanalis anorektalis. Ketika mudigah berumur 7
minggu, septum urorektal mencapai membran kloaka, dan di daeraah ini terbentuklah
belakang, dan membran urogenitalis di depan (Sadler T.W, 1997). Sementara itu,
membran analis dikelilingi oleh tonjol-tonjol mesenkim, yang dikenal sebagai celah
anus. Pada minggu ke-9, membran analis koyak, dan terbukalah jalan antara rektum
dan dunia luar. Bagian atas kanalis analis berasal dari endoderm dan diperdarahi
arteri mesentrika inferior. Akan tetapi, sepertiga bagian bawah kanalis analis berasal
dari ektoderm dan ektoderm dibentuk oleh linea pektinata, yang terdapat tepat di
mengalir kearah traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini
biasanya akan terbentuk fistula antara rektum dengan organ sekitarnya. Pada
prostat (rektovesika) bila kelainan merupakan letak tinggi, pada letak rendah fistula
menuju ke uretra (rektouretralis). Pada pasien ini belum dilakukan urinalisis yang
bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya feses dalam urin yang membantu untuk
dikeluarkan oleh pasien tidak mengandung feses, sehingga kemungkinan tidak terjadi
berada di RSUD Undata, pasien mengalami malas minum semenjak lahir, muntah
yang berisi cairan berwarna putih yang dicurigai adalah susu yang sempat diberikan
pada pasien tersebut, sampai muntah yang berwarna kecoklatan yang dicurigai adalah
feses. Pada pemeriksaan abdomen tampak adanya distensi abdomen, permukaan yang
mengkilat dengan lingkar perut 35,7 cm dan meningkat hingga mencapai 38,5 cm,
selain itu tampak lapisan kulit menipis sehingga vena-vena superficial bagian dinding
peristaltik usus masih terdengar namun kesan menurun. Pada perkusi didapatkan
bunyi yang memberikan kesan sonor yang menunjukkan terdapat udara dalam rongga
abdomen pasien. Pemeriksaan palpasi tidak menunjukkan adanya pembesaran organ-
dalam waktu 24-48 jam. Gejala itu dapat berupa perut kembung, muntah, tidak bisa
buang air besar, pada pemeriksaan radiologis dengan posisi tegak serta terbalik dapat
mulai dari anus imperforata letak rendah dimana rectum berada pada lokasi yang
normal tapi terlalu sempit sehingga feses bayi tidak dapat melaluinya, malformasi
anorektal intermedia dimana ujung dari rektum dekat ke uretra dan malformasi
turun dan scrotum berwarna gelap dengan guratan yang banyak dan jelas. Pasien telah
- Letak tinggi apabila rektum berakhir diatas muskulus levator ani (muskulus
pubokoksigeus).
- Letak rendah apabila akhiran rektum berakhir bawah muskulus levator ani.
Gambaran malformasi anorektal pada laki-laki
Dari gambaran diatas tampak usus dilatasi berisi udara, distribusi udara pada
colon distal tidak melewati garis pubococcygeus. Pada pasien ini, dilakukan
menunjukkan bahwa ujung rektum tidak melewati garis pubococcygeal, hal ini
Berdasarkan hasil foto rontgen wangenstein reis dan crosstable lateral view
on knee chest position yang menunjukkan adanya atresia ani letak tinggi maka pihak
instalasi bedah sentral RSUD Undata melakukan tindakan operatif pada pasien ini
yaitu Kolostomi. Dimana hal ini sesuai dengan algoritma penatalaksanaan atresia ani
jam pasien, dan tidak didapatkan adanya butir mekonium dalam urin yang
dilakukan tindakan operatif. Namun sangat disayangkan pada saat menjalani operasi
keadaan umum dan vital sign pasien memburuk sehingga operasi dihentikan
sementara waktu dan pasien dikelola oleh bagian ICU RSUD undata untuk memantau
kondisi pasien hingga bisa dilakukan operasi kembali. Selama di ICU pasien tidak
menunjukkan tanda-tanda perbaikan hingga akhirnya meninggal dunia sebelum
sempat dilakukan operasi yang kedua. Hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya
komplikasi maupun kelainan kongenital yang dialami oleh pasien tersebut sehingga
Selain itu, pada pasien ini kemungkinan mengalami kelainan pada sistem lain
yaitu pada sistem kardiovaskular dimana pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya
bunyi jantung yang tidak regular dan adanya murmur pada spasium intercostalis II
Sebagian besar bayi dengan anus imperforata memiliki satu atau lebih
abnormalitas yang mengenai sistem lain. Insidennya berkisar antara 50% - 60%.
Makin tinggi letak abnormalitas berhubungan dengan malformasi yang lebih sering.
Kebanyakan dari kelainan itu ditemukan secara kebetulan, akan tetapi beberapa
Kelainan kardiovaskuler
Ditemukan pada sepertiga pasien dengan anus imperforata. Jenis kelainan yang
paling banyak ditemui adalah atrial septal defect dan paten ductus arteriosus,
Kelainan gastrointestinal
duodenum (1-2%)
Kelainan tulang belakang dan medulla spinalis
anorektal letak rendah 15% sampai 20%. Kelainan tersebut dapat berdiri sendiri
Gambaran ini merupakan tanda khas dari sindrom Down. Sindrom Down
anak setelah berusia 35 tahun ke atas. Sel telur wanita telah dibentuk pada
saat wanita tersebut masih dalam kandungan yang akan dimatangkan satu
per satu setiap bulan pada saat wanita tersebut akil balik. Pada saat wanita
menjadi tua, kondisi sel telur tersebut kadang-kadang menjadi kurang baik
dan pada waktu dibuahi oleh sel telur laki-laki, sel benih ini mengalami
kromosom 21 bisa pula karena bawaan lahir dari ibu atau bapak yang
mempunyai dua buah kromosom 21, tetapi terletak tidak pada tempat yang
adalah:
Umur ibu : biasanya pada ibu berumur lebih dari 30 tahun, mungkin
berpengaruh.
Kelainan kehamilan
Kelainan endokrin pada ibu : pada usia tua daopat terjadi infertilitas
Sekitar 85% bayi dapat hidup sampai umur satu tahun dan 50% dapat
hidup sehingga berusia lebih dari 50 tahun. Penyakit jantung kongenital sering
menjadi faktor yang menentukan usia penderita sindrom Down. Selain itu,
Defects (AVD) atau dikenal juga sebagai Endocardial Cushion Defect (43%),
(10%), Tetralogy of Fallot (6%), dan Isolated Patent Ductus Arteriosus (4%).
Lesi yang paling sering ditemukan adalah Patent Ductus Arteriosus (16%)
dan Pulmonic Stenosis (9%). Kira - kira 70% dari endocardial cushion defects
Terdapat dua tipe uji yang dapat dilakukan untuk mendeteksi bayi
sindrom Down. Pertama adalah uji skrining yang terdiri daripada blood test
dan/atau sonogram. Uji kedua adalah uji diagnostik yang dapat memberi hasil
pasti apakah bayi yang dikandung menderita sindrom Down atau tidak. Pada
(NT test). Ujian ini dilakukan pada minggu 11 – 14 kehamilan. Apa yang diuji
adalah jumlah cairan di bawah kulit pada belakang leher janin. Tujuh daripada
sepulah bayi dengan sindrom Down dapat dikenal pasti dengan tehnik ini.
Hasil ujian sonogram akan dibandingkan dengan uji darah. Pada darah ibu
hamil yang disuspek bayinya sindrom Down, apa yang diperhatikan adalah
yang tidak normal menjadi indikasi bahwa mungkin adanya kelainan pada
dilakukan dengan mengambil sampel sel dari plasenta. Sampel tersebut akan
diuji untuk melihat kromosom janin. Tehnik ini dilakukan pada kehamilan
minggu kesembilan hingga 14. Resiko keguguran adalah 1 per 100 kehamilan.
dari umbilikus diambil dan diuji untuk melihat kromosom janin. Tehnik
tehnik lain tidak berhasil memberikan hasil yang jelas. Resiko keguguran
mental pada penderita sindrom Down, masih belum ada yang mampu
yang didapat oleh penderita sindrom Down akan dapat memperbaiki kualitas
kesehatan penderita sindrom Down, baik anak ataupun dewasa. Beberapa hal
seboroik, infeksi jamur, vitiligo dan alopesia perlu dirawat segera. Masalah
Celiac juga harus dilakukan, yang ditandai dengan kondisi seperti konstipasi,
diare, bloating, tumbuh kembang yang lambat dan penurunan berat badan.
atlantoaxial dan masalah yang mungkin terjadi pada sistem respirasi. Selain
nonverbal dan kecerdasan otak. Bagi pasien sindrom Down, baik anak atau
dewasa harus sentiasa dipantau dan dievaluasi gangguan prilaku, seperti fobia,
makanan dan lain-lain. Tatalaksana terhadap kondisi mental yang timbul pada
penderita sindrom Down harus dilakukan. Selain dari aspek medis, harus
perhatian terhadap fase peralihan dari masa anak ke dewasa. Penting untuk
memberi pendidikan dasar juga harus diberikan perhatian seperti dimana anak
Kategori A Kategori B
Infeksi pada bayi baru lahir dapat terjadi in utero (antenatal), pada
waktu persalinan (intranatal), atau setelah lahir dan selama periode neonatal
(pasca natal). Penyebaran transplasenta merupakan jalan tersering masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh janin. Infeksi yang didapat saat persalinan
terjadi akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi atau dari cairan vagina,
tinja, urin ibu. Semua infeksi yang terjadi setelah lahir disebabkan oleh
pengaruh lingkungan. Faktor resiko terjadinya sepsis neonatorum adalah:
o Ibu demam sebelum dan sesudah persalinan
o Ketuban pecah dini
o Persalinan dengan tindakan
o Timbul asfiksia pada saat lahir
o BBLR
Riwayat kehamilan ibu dari pasien ini tidak diketahui secara pasti
infeksi yang dialami pasien bisa berasal dari peningkatan pertumbuhan bakteri
dan tidak adanya saluran untuk mengeluarkan bakteri tersebut. Hal tersebut
saat masuk Rumah Sakit, ikterus Kramer III pada saat masuk dan berlanjut
gawat napas ringan yang mungkin disebabkan karena adanya kompresi atau
penekanan pada bagian thorax pasien akibat pembesaran dari bagian abdomen.
menyebabkan ikterus. Sepsis pada pasien ini juga dapat menyebabkan ikterus
bilirubin. Pemeriksaan kadar bilirubin pada pasien ini belum sempat dilakukan
dan Gentamisin, bila organisme tidak dapat ditemukan dan bayi tetap
Antibiotika diberikan sampai 7 hari setelah ada perbaikan (dosis lihat tabel).
meningitis.
Memasang jalur intravena dan memberi cairan IV dengan dosis rumat serta
DAFTAR PUSTAKA
Pusponegoro, S.T., 2000. Sepsis Pada Neonatus (Sepsis Neonatal), Sari Pediatri
Vol.2 No.2, 96-102
Artawija A., 2012. Tehnik Pemeriksaan Radiografi Pada Kasus Atresia Ani. RSUP
Sanglah. Denpasar.
Behrman, dkk. 1996. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 volume 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Faradilla. 2009. Atresia Ani. Chapter II pdf – USU Institutional Respository. Medan.
Available from
http://www.respository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23480/3/Chapter%II.pdf.
Goldstein B., et al. 2005. Definition for Sepsis and Organ Dysfunction in Pediatrics.
International Pediatric Consensus Conference, Pediatric Critical Care. Maryland,
USA.
Nova F., Et al. 2009. Anastesi Pada Tindakan Posterosagital Anorektoplasti Pada
Kasus Malformasi Kongenital. Faculty of Medicine Unversity of Riau. Available
from http://www.FilesofDrsMed.tk.
Wahidiat, Iskandar. 1985 Ilmu Kesehatan Anak . Penerbit Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Waspodo D., dkk. 2005. Buku Acuan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi
Dasar. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Yuwono R., 1999. Atresia Ani. Chapter II pdf – UNIMUS. Available from
http://www.digilib.unimus.ac.id/download.php?id=4892.