Vous êtes sur la page 1sur 57

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seorang lansia merupakan orang yang sudah menginjak umur diatas 65
tahun ke atas. Lansia bukan merupakan suatu penyakit, namun merupakan
tahap lanjut dari kehidupan manusia yang ditandai dengan menurunnya fungsi
tubuh untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan (Efendy, 2009). Usia
lanjut usia dapat dikatakan sebagai usia emas karena tidak semua orang bisa
mencapai tahap ini (Maryam, 2008).
Indonesia merupakan negara ke-4 dengan jumlah penduduk terbesar di
Dunia dengan jumlah penduduk mencapai 246,9 juta jiwa pada tahun 2012.
Indonesia termasuk negara berstruktur tua karena memiliki jumlah penduduk
lansia mencapai 7,56% (18,7 juta jiwa) di tahun 2012. Berdasarkan jenis
kelamin jumlah penduduk lansia laki-laki mencapai 6,9% dan penduduk
lansia perempuan mencapai 8,2% di tahun 2012 (Pusat data dan Informasi
Kementrian kesehatan RI 2013).
Ketika memasuki masa lansia, seseorang akan mengalami perubahan
fisiologis. Perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia bukan merupakan
proses patologis, melainkan proses secara alami. Perubahan ini pada setiap
orang tidaklah sama dan tergantung dari keadaan dalam kehidupan seseorang.
Proses Perubahan Fisiologis pada lansia dapat menyebabkan gangguan
kesehatan (Potter dan Perry, 2005).
Salah satu masalah fisik yang dapat mengakibatkan kecacatan atau
kematian yang sering terjadi pada lansia yang harus dicegah dan perlu
mendapatkan perhatian dari masyarakat keperawatan adalah jatuh,sebab
kecelakaan dan jatuh merupakan masalah yang sering menyebabkan
kecacatan, cidera, depresi, dan cidera fisik terhadap lansia, karena
bertambahnya usia kondisi fisik, mental, dan fungsi tubuh pun menurun
(Nugroho, 2012). Penelitian yang dilaksanakan di Pelayanan lansia di Veresa
Italia pada 1 Juli 2004 sampai 31 Desember 2007 terhadap 293 lansia, terjadi
kasus jatuh sebanyak 695 kali dimana pada wanita sebanyak 221 orang
(75,4%) dan 72 pria (24,6%) , serta 133 (45,4%) orang yang telah mengalami
jatuh sebelumnya, penelitian ini juga menggambarkan bahwa pada 152 lansia
jatuh tidak mengalami cidera sedangkan 141 lainnya mengalami cidera.
Cidera yang terjadi meliputi cidera ringan sebanyak 95 orang serta cidera
berat sebanyak 46 orang (Baranzini et al, 2004).
Berdasarkan survai di masyarakat AS, Tinetti (1992) mendapatkan
sekitar 30% umur lansia lebih dari 65 tahun jatuh setiap tahunnya, separuh
dari angka tersebut mengalami jatuh berulang. Insiden jatuh di masyarakat
Amerika Serikat pada umur lebih dari 65 tahun sebanyak 1800 kejadian
pertahun yang menyebabkan kematian (Centers for Disease Control and
Prevention,CDC,2014). Di Indonesia terdapat Insiden jatuh, tercatat dari 115
penghuni panti sebanyak 30 lansia atau sekitar 43.47% mengalami jatuh
(Darmojo, 2004)
Penjelasan di atas merupakan masalah yang terjadi pada lansia.
Masalah kesehatan tersebut sesuai dengan hasil pengkajian yang ada pada Tn.
J di Ruang Gerontik RSUP Dr. Kariadi Semarang. Peran perawat sangat
penting dalam memberikan asuhan keperawatan pada Tn. J. Selain itu
perawat juga harus berkolaborasi dengan Tenaga medis atau pun nonmedis
lainnya untuk mempermudah dalam menjalankan asuhan keperawatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Keperawatan pada Tn. J di Ruang Gerontik
RSUP Dr. Kariadi Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada Tn. J
b. Menyusun Analisa Data Pengkajian Pada Tn. J
c. Menentukan diagnosa keperawatan Pada Tn. J
d. Menyusun intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa yang ada
pada Tn. J
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Jatuh
1. Pengertian Jatuh
jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi
mata, yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai / tempat yang lebih rendah dengan atau
tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Darmojo, 2004).
Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang
sadar menjadi berada di permukaan tanah tanpa disengaja dan tidak
termasuk jatuh akibat pukulan keras, kehilangan kesadaran, atau
kejang. Kejadian jatuh tersebut adalah dari penyebab yang spesifik
yang jenis dan konsekuensinya berbeda dari mereka yang dalam
keadaan sadar mengalami jatuh (Stanley, 2006). Jatuh adalah kejadian
tiba-tiba dan tidak sengaja yang mengakibatkan seseorang terbaring
atau terduduk dilantai yang lebih rendah tanpa kehilangan kesadaran
(Maryam,2010).
Definisi keperawatan tentang Risiko jatuh (risk for fall) merupakan
diagnosa keperawatan berdasarkan North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA), yang didefinisikan sebagai peningkatan
kemungkinan terjadinya jatuh yang dapat menyebabkan cedera fisik
(Wilkinson, 2005)
2. Faktor yang mempengaruhi Resiko Jatuh
Risiko jatuh dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, sedangkan
faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri orang tersebut
misalnya dari lingkungan sekitar.
a. Faktor Intrinsik
1). Usia
Usia mempengaruhi risiko jatuh dari seseorang, dimana usia
atau umur erat kaitannya dengan proses pertumbuhan dan
proses penuaan. Pada lansia yang telah mengalami proses
penuaan, terjadi penurunan fisiologis pada tubuhnya, dan
proses penuaan tersebut berlangsung secara terus menerus.
Proses penuaan menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis
pada lansia. Perubahan fisiologis yang terjadi pada:
a) sistem muskuloskeletal,
Perubahan pada sistem muskuloskeletal meliputi perubahan
pada jaringan penghubung, kartilago, tulang, otot dan sendi.
b) Sistem saraf,
Penuaan menyebabkan penurunan persepsi sensorik dan
respons motorik pada susunan saraf pusat dan penurunan
reseptor proprioseptif, hal ini menyebabkan terjadinya
gangguan koordinasi dan kemampuan dalam beraktivitas
pada lansia. Hal ini terjadi karena susunan saraf pusat pada
lansia mengalami perubahan morfologis dan biokimia.
Akson, dendrit dan badan sel saraf banyak yang mengalami
kematian, sedangkan yang hidup mengalami perubahan.
Dendrit yang berfungsi untuk komunikasi antar sel saraf
mengalami perubahan menjadi lebih tipis dan kehilangan
hubungan dengan sel saraf lain. Daya hantar saraf
mengalami penurunan 10 % sehingga gerakan menjadi
lamban. Akson dalam medula spinalis menurun 37 %
(Timiras & Maletta, 2008). Kondisi tersebut mengakibatkan
penurunan fungsi kognitif, koordinasi, keseimbangan,
kekuatan otot, refleksi, proprioseptif, perubahan postur dan
peningkatan waktu reaksi. Hal ini dapat dicegah dengan
pemberian latihan koordinasi dan keseimbangan serta
latihan untuk menjaga mobilitas dan postur (Sri Surini &
Utomo, 2002). Latihan untuk menjaga dan mengoptimalkan
kebugaran lansia juga harus diberikan untuk
memaksimalkan kondisi sistem saraf lansia.

c) Sistem kardio-vaskuler-respirasi
Massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami
hipertrofi dan kemampuan peregangan jantung berkurang
karena perubahan pada jaringan ikat katup jantung
mengalami fibrosis. Sinoatrial node (SA node) dan jaringan
konduksi berubah menjadi jaringan ikat. Kemampuan arteri
dalam menjalankan fungsinya berkurang sampai 50%.
Pembuluh darah kapiler mengalami penurunan elastisitas
dan permeabilitas. Terjadi perubahan fungsional berupa
kenaikan tahanan vaskular sehingga menyebabkan
peningkatan takanan sistole dan penurunan perfusi jaringan
(Timiras & Navazio, 2008). Curah jantung (cardiac output)
menurun akibat penurunan denyut jantung maksimal dan
volume sekuncup. Respon vasokontriksi untuk mencegah
terjadinya penumpukan darah (poling of bload) menurun,
sehingga respon terhadap hipoksia menjadi lambat.
Konsumsi oksigen pada tingkat maksimal (VO2
maksimum) berkurang, sehingga kapasitas vital paru
menurun. Latihan berguna untuk meningkatkan VO2
maksimum, mengurangi tekanan darah dan berat badan
(Timiras & Navazio, 2008 ).
d) Sistem indra dan integumen.
Semua sistem indera yang berhubungan dengan
keseimbangan statik dan dinamik akan menurun bersamaan
dengan menurunnya usia, seperti penglihatan (visual) dan
vestibular. Perubahan pada sistem penglihatan (visual)
menyebabkan cahaya yang dihantar ke retina berkurang
sehingga ambang visual meningkat dan daya adaptasi
terang-gelap menurun, ketajaman penglihatan serta jarak
pandang menurun. Penurunan tajam penglihatan pada
lansia disebabkan oleh katarak, degenerasi makuler dan
penglihatan perifer yang menghilang. Pada sistem
vestibular terjadi degenerasi sel-sel rambut dalam makula
dan sel saraf. Karena kondisi tersebut lansia akan kesulitan
memperkirakan jarak dan memposisikan kepala pada garis
keseimbangan sehingga sering terjadi gangguan
keseimbangan fungsional pada lansia (Sri Surini & Utomo,
2002 ).
2). Kekuatan Otot
Kekuatan otot adalah kekuatan suatu otot atau group otot yang
dihasilkan untuk dapat melawan tahanan dengan usaha yang
maksimum. Kekuatan otot diperlukan saat melakukan aktivitas.
Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem
neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf
mengaktivasi otot untuk melakukan kontraksi, sehingga
semakin banyak serabut otot yang teraktivasi, maka semakin
besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut (Irfan, 2012).
3). Keseimbangan
Keseimbangan merupakan kemampuan tubuh untuk
mengontrol pusat gravitasi (center of gravity) atau pusat massa
tubuh (center of mass) terhadap bidang tumpu (base of
support). Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap
bagian tubuh dan didukung oleh sistem muskuloskeletal serta
bidang tumpu. Tujuan tubuh mempertahankan keseimbangan,
yaitu untuk menyangga tubuh melawan gaya gravitasi dan
faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh
agar sejajar dan seimbang dengan bidang tumpu, serta
menstabilkan bagian tubuh yang lain saat melakukan suatu
gerakan (Irfan, 2012). Kontrol keseimbangan dipengaruhi oleh
sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan
somatosensoris.
4). Indeks Masa Tubuh
Dengan bertambahnya usia akan meningkatkan berat badan
karena penumpukan lemak di dalam otot sementara sel otot
sendiri berkurang jumlah dan volumenya, sehingga ada
kecenderungan untuk mengurangi aktifitas fisik karena
obesitas. Hal ini menyebabkan kelemahan fisik yang dapat
membatasi mobilitas yang berpengaruh terhadap keseimbangan
karena menjadi lamban di dalam bergerak dan kurangnya
reaksi antisipasi terhadap perubahan Centre Of Gravity (COG)
serta secara umum akan menurunkan kualitas hidup lansia.
b. Faktor Ekstrisik
1). Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi risiko jatuh adalah
penerangan yang tidak baik, lantai yang licin dan basah, tempat
berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang, dan alat –
alat atau perlengkapan rumah yang tidak stabil.
2). Latihan Atau Aktifitas Fisik
Menurut WHO (2007) salah satu intervensi yang bisa
digunakan untuk memperbaiki faktor fisiologis yang
menyebabkan kejadian jatuh adalah program latihan fisik.
Latihan fisik dapat didefinisikan sebagai sebuah tipe aktivitas
yang direncanakan, terstruktur dan berupa gerakan tubuh yang
berulang-ulang yang dilakukan untuk meningkatkan atau
mempertahankan satu atau lebih komponen kebugaran fisik.
3). Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit kronis yang diderita lansia selama bertahun-
tahun biasanya menjadikan lansia lebih mudah jatuh seperti
penyakit stroke, hipertensi, hilangnya fungsi penglihatan,
dizziness dan sinkope sering menyebabkan jatuh (Darmojo,
2009).
3. Etiologi
Penyebab lansia mengalami jatuh antara lain:
a. Osteoporosis menyebabkan tulang menjadi rapuh dan dapat
mencetuskan fraktur.
b. Perubahan refleks baroreseptor
Cenderung membuat lansia mengalami hipotensi postural,
menyebabkan pandangan berkunang-kunang, kehilangan
keseimbangan, dan jatuh.
c. Perubahan lapang pandang, penurunan adaptasi terhadap keadaan
gelap dan penurunan penglihatan perifer, ketajaman persepsi
kedalaman, dan persepsi warna dapat menyebabkan salah
interpretasi terhadap lingkungan, dan dapat mengakibatkan lansia
terpeleset dan jatuh.
d. Gaya berjalan dan keseimbangan
Berubah akibat penurunan fungsi sistem saraf, otot, rangka,
sensori, sirkulasi dan pernapasan. Semua perubahan ini
mengubahpusat gravitasi, mengganggu keseimbangan tubuh dan
menyebabkan limbung, yang pada akhirnya mengakibatkan jatuh.
Perubahan keseimbangan dan properosepsi membua lansia sangat
rentan terhadap perubahan permukaan lantai (contoh lantai licin
dan mengkilat). Akhirnya, usia yang sangat tua atau penyakit parah
dapat mengganggu fungsi refleks perlindungan dan membuat
individu yang bersangkutan berisiko terhadap jatuh (Lord, 2005).
4. Patofisiologi
5. Manisfestasi Klinik
6. Pemeriksaan diagnostic
Setiap penderita lansia jatuh, harus dilakukan assesmen seperti
dibawah ini: (Kane, 1994; Fischer, 1982)
a. Riwayat Penyakit (Jatuh)
Anamnesis dilakukan baik terhadap penderita ataupun saksi mata
jatuh atau keluarganya. Anamnesis ini meliputi :
1). Seputar jatuh
Gejala yang menyertai : nyeri dada, berdebar – debar, nyeri
kepala tiba-tiba, vertigo, pingsan, lemas, konfusio, inkontinens,
sesak nafas.
2). Kondisi komorbid yang relevan : pernah stroke, Parkinsonism,
osteoporosis, sering kejang, penyakit jantung, rematik, depresi,
defisit sensorik.
3). Review obat – obatan yang diminum : antihipertensi, diuretik,
autonomik bloker, antidepresan, hipnotik, anxiolitik, analgetik,
psikotropik.
4). Review keadaan lingkungan : tempat jatuh, rumah maupun
tempat-tempat kegiatannya.
b. Pemeriksaan Fisik
1). Tanda vital
2). Kepala dan leher : penurunan visus, penurunan pendengaran,
nistagmus, gerakan yang menginduksi ketidakseimbangan,
bising.
3). Jantung : aritmia, kelainan katup
4). Neurologi : perubahan status mental, defisit fokal, neuropati
perifer, kelemahan otot, instabilitas, kekakuan, tremor.
5). Muskuloskeletal : perubahan sendi, pembatasan gerak sendi
problem kaki ( podiatrik ), deformitas.
c. Assesmen Fungsional
Dilakukan observasi atau pencarian terhadap :
1). Fungsi gait dan keseimbangan : observasi pasien ketika dari
bangku langsung duduk dikursi, ketika berjalan, ketika
membelok atau berputar badan, ketika mau duduk dibawah.
2). Mobilitas : dapat berjalan sendiri tanpa bantuan, menggunakan
alat bantu, memakai kursi roda atau dibantu.
3). Aktifitas kehidupan sehari – hari : mandi, berpakaian,
bepergian, kontinens.
7. Penatalaksanaan
a. Tujuan penatalaksanaan ini untuk mencegah terjadinya jatuh
berulang dan menerapi komplikasi yang terjadi, mengembalikan
fungsi AKS terbaik, mengembalikan kepercayaan diri penderita.
b. Penatalaksanaan penderita jatuh dengan mengatasi atau
meneliminasi faktor risiko, penyebab jatuh dan menangani
komplikasinya. Penatalaksanaan ini harus terpadu dan
membutuhkan kerja tim yang terdiri dari dokter (geriatrik,
neurologik, bedah ortopedi, rehabilitasi medik, psikiatrik, dll),
sosiomedik, arsitek dan keluarga penderita.
c. Penatalaksanaan bersifat individual, artinya berbeda untuk setiap
kasus karena perbedaan factor – factor yang bekerjasama
mengakibatkan jatuh.Bila penyebab merupakan penyakit akut
penanganannya menjadi lebih mudah, sederhanma, dan langsung
bisa menghilangkan penyebab jatuh serta efektif.Tetapi lebih
banyak pasien jatuh karena kondisi kronik, multifaktorial sehingga
diperlukan terapi gabungan antara obat rehabilitasi, perbaikan
lingkungan, dan perbaikan kebiasaan lansia itu. Pada kasus lain
intervensi diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh ulangan,
misalnya pembatasan bepergian / aktifitas fisik, penggunaan alat
bantu gerak.
d. Untuk penderita dengan kelemahan otot ekstremitas bawah dan
penurunan fungsional terapi difokuskan untuk meningkatkan
kekuatan dan ketahanan otot sehingga memperbaiki
nfungsionalnya.Sayangnya sering terjadi kesalahan, terapi
rehabilitasi hanya diberikan sesaat sewaktu penderita mengalami
jatuh, padahal terapi ini diperlukan terus – menerus sampai terjadi
peningkatan kekuatan otot dan status fumgsional. Penelitian yang
dilakukan dalam waktu satu tahun di Amerika Serikat terhadap
pasien jatuh umur lebih dari 75 tahun, didapatkanpeningkatan
kekuatan otot dan ketahanannya baru terlihat nyata setelah
menjalani terapi rehabilitasi 3 bulan, semakin lama lansia
melakukan latihan semakin baik kekuatannya.
e. Terapi untuk penderita dengan penurunan gait dan keseimbangan
difokuskan untuk mengatasi / mengeliminasi penyebabnya/faktor
yang mendasarinya. Penderita dimasukkan dalam program gait
training, latihan strengthening dan pemberian alat bantu jalan.
Biasanya program rehabilitasi ini dipimpin oleh
fisioterapis.Program ini sangatmembantu penderita dengan stroke,
fraktur kolum femoris, arthritis, Parkinsonisme.
f. Penderita dengan dissines sindrom, terapi ditujukan pada penyakit
kardiovaskuler yang mendasari, menghentikan obat-obat yang
menyebabkan hipotensi postural seperti beta bloker, diuretik, anti
depresan, dll.
g. Terapi yang tidak boleh dilupakan adalah memperbaiki lingkungan
rumah / tempat kegiatan lansia seperti di pencegahan jatuh.
8. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian diagnostic keperawatan
1). Aktivitas/Istirahat:
2). Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk
dengan stres pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya
terjadi bilateral dan simetris.Limitasi fungsional yang
berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan.
3). Tanda :Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit,
kontraktor/kelaianan pada sendi.
4). Kardiovaskular:
5). Gejala :
Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten,
sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna
kembali normal).\
6). Integritas Ego:
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial,
pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan,
keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan),
ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi
( misalnya ketergantungan pada orang lain).
7). Makanan/Cairan:
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/
mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia,
kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : Penurunan berat badan, kekeringan pada membran
mukosa.
8). Hygiene:
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawatan pribadi, ketergantungan.
9). Neurosensori:
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya
sensasi pada jari tangan.
Tanda : Pembengkakan sendi simetris.
10). Nyeri/Kenyamanan:
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi).
11). Keamanan:
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit,
ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/
pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap
Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
12). Interaksi Sosial:
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang
lain; perubahan peran; isolasi.
b. Diagnosa Keperawatan
1). Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan
keterbataan rentang gerak.
2). Gangguan nyaman nyeri yang berhubungan dengan trauma
jaringan akibat jatuh
3). Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan
dengan fraktur, pemasangan traksi pen, imobilitas fisik.
c. Intervensi Keperawatan
.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data Umum
Nama lansia : Tn. J
Usia : 70 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Jenis kelamin : Laki-Laki
Ruangan : Ruang Gerontik
Pendidikan : SD
Riwayat pekerjaan : Karyawan swasta
Status perkawinan : Janda
Pengasuh wisma : Ny. R
2. Alasan Berada di Rumah Sakit
Keluarga Klien mengatakan klien terjatuh di kamar mandi, tangan dan
kaki kiri pasien susah digerakkan, pasien mengalami afasia(Kesulitan
berbicara) saat dilakukan pengkajian TD:180/100mmHg, N:64x/menit,
RR: 20x/menit, S:37,20C.

3. Dimensi Biofisik
a. Riwayat penyakit Sekarang
Keluarga Klien mengatakan klien terjatuh di kamar mandi, tangan
dan kaki kiri pasien susah digerakkan, pasien mengalami
afasia(Kesulitan berbicara) saat dilakukan pengkajian
TD:180/100mmHg, N:64x/menit, RR: 20x/menit, S:37,20C. Indeks
KATZ (AKS) : F, Kekuatan otot : ta 5/3, ka 5/3. GCS E:4V:4:M:4
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga Klien mengatakan sebelumnya belum pernah berobat di
suatu klinik
c. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga klien mengatakan ayah klien memiliki riwayat hipertensi
d. Riwayat pencegahan penyakit
1) Riwayat monitoring tekanan darah
Keluarga Klien mengatakan setiap hari klien diperiksa tekanan
darahnya oleh petugas rumah sakit
2) Riwayat vaksinasi
Keluarga klien mengatakan Selama berada di rumah sakit, klien
tidak mendapatkan vaksinasi
3) Skrining kesehatan yang dilakukan
Setiap hari pasien dilakukan pemeriksaan tekanan darah
Tanggal 23 Januari 2018 180/100 mmHg
e. Status gizi
BB : 62 kg
Tinggi lutut 48 cm
TB : 84,88 - (0,24 x usia dalam th) + (1,83 x tinggi lutut dalam cm)
: 84,88 - (0,24 x 70 th) + (1,83 x 48 cm)
: 84,88 - (13,44) + (78,69)
: 150,13 cm
IMT : 62/(1,5)2
: 27, 55 (lebih dari rentang normal)
f. Masalah kesehatan terkait status gizi
1) Masalah pada mulut
Kondisi gigi klien banyak yang mengalami karies dan sudah
banyak yang tanggal/copot
2) Perubahan berat badan
Keluarga mengatakan Berat Badan pasien bertambah
3) Masalah nutrisi
Klien mengalami masalah kelebihan nutrisi dari kebutuhan
tubuh, dilihat dari hasil pengukuran IMT yang menunjukkan
nilai 27,55.
Klien terkadang merasa makanan yang disediakan oleh pihak
panti itu tidak bergizi, sehingga menyebabkan kondisinya
kadang lemah
g. Masalah kesehatan yang dialami saat ini
Klien berkata, “Sikilku iki sok linu-linu ngono kuwi mbak kalo
kecapekan, seringe nek hawane atis iku linune kroso loro banget
koyo udun cekot-cekot kae”(Kaki saya ini kadang terasa nyeri gitu
mbak kalau terlalu capek, biasanya kalau cuaca dingin itu nyerinya
terasa sakit sekali seperti sakit bisul yang tertusuk-tusuk)
Klien sering merasa pegal-pegal pada kaki, tangan dan pinggannya.
h. Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini
Klien berkata “Nek pegel atau linu iku yo tak ombeni jamu mbak”
(Kalo terasa nyeri ya saya minumi jamu mbak)
i. Tindakan spesifik yang dilakukan saat ini
Tidak ada tindakan spesifik yang dilakukan dalam mengatasi
masalah pada klien
j. Status fungsional (AKS)
Kegiatan Mandiri Tergantung Pernyataan

Mandi 1 Ny. L dapat mandi secara


mandiri

Berpakaian 1 Ny. L dapat berpakaian secara


mandiri

Ke toilet 1 Ny. L dapat pergi ke toilet


secara mandiri tanpa bantuan

Berpindah 1 Ny. L dapat berpindah secara


mandiri tanpa bantuan alat
bantu
Kontinensia 1 Ny. L dapat mengontrol
keinginan untuk berkemih dan
BAB

Makan 1 Ny. L dapat makan secara


mandiri
Nilai indeks AKS adalah 5 yang menandakan klien dapat melakukan
aktivitas sehari-hari secara mandiri.
k. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Mobilisasi
Klien masih mampu berjalan dengan kedua kakinya, klien
mampu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain secara
mandiri dan tanpa menggunakan alat bantu.
2) Berpakaian
Klien dapat mengenakan pakaiannya secara mandiri
3) Makan dan minum
Klien makan dan minum secara teratur, jika terkadang klien
tidak selera dengan menu makanannya, klien hanya makan
makanan ringan (roti)
4) Toileting
Klien mampu melakukan BAK/BAB di kamar mandi secara
mandiri
5) Personal higiene
Klien mandi secara teratur, gosok gigi 2x sehari, mencuci
rambut setiap rambut sudah lepek, kulit nampak bersih, kuku
agak sedikit panjang namun bersih, mencuci baju sendiri
6) Mandi
Klien mandi 2x sehari secara mandiri di kamar mandi

4. Dimensi Psikologi
a. Status kognitif
Jawaban
No Pertanyaan
Betul Salah
1. Tanggal berapa hari ini ? √
2. Hari apakah hari ini? √
3. Apakah nama tempat ini? √
4. Berapa no telepon rumah anda? √
5. Berapa usia anda? √
6. Kapan anda lahir? √
7. Siapakah nama presiden sekarang? √
8. Siapakah nama presiden sebelumnya? √
9. Siapakah nama ibu anda? √
10 5+6 adalah √
Skor SPMSQ
Jumlah kesalahan 1
Status kognitif klien : baik
b. Perubahan yang timbul terkait status kognitif
Dari hasil pengukuran status kogniti menggunakan SPMSQ,
didapatkan hasil bahwa status kogniti klien tergolong masih baik,
karena hanya terdapat satu pertanyaan yang dijawab salah. Tidak
nampak adanya perubahan terkait status kognitif klien
c. Dampak yang timbul terkait status kognitif
Tidak ada dampak yang timbul terkait status kognitif klien karena
status kognitif klien tergolong baik
d. Status depresi
Jawaban
No Pertanyaan Jawaban Poin
klien

Apakah pada dasarnya anda puas


1. Tidak Ya 0
dengan kehidupan anda?
Sudahkah anda meninggalkan aktivitas
2. Ya Tidak 0
dan minat anda?
Apakah anda merasa bahwa hidup anda
3. Ya Tidak 0
kosong?
4. Apakah anda sering bosan? Ya Ya 1
Apakah anda mempunyai semangat
5. Tidak Ya 0
setiap waktu?
Apakah anda takut sesuatu akan terjadi
6. Ya Tidak 0
pada anda?
Apakah anda merasa bahagia disetiap
7. Tidak Ya 0
waktu?
8. Apakah anda merasa jenuh? Ya Tidak 0
Apakah anda lebih suka tinggal
9. dirumah pada malam hari, daripada Ya Ya 1
pergi melakukan sesuatu yang baru?
Apakah anda merasa bahwa anda lebih
10. banyak mengalami masalah dengan Ya Tidak 0
ingatan anda daripada yang lainnya?
Apakah anda berfikir sangat
11. Tidak Ya 0
menyenangkan hidup sekarang ini?
Apakah anda merasa tidak berguna saat
12. Ya Tidak 0
ini?
Apakah anda merasa penuh berenergi
13. Tidak Ya 0
saat ini?
Apakah anda saat ini sudah tidak ada
14. Ya Tidak 0
harapan lagi?
Apakah anda berfikir banyak orang
15. Ya Tidak 0
yang lebih baik dari anda?
Skor GDS
Jawaban yang cocok 2
Klien tidak mengalami depresi
e. Perubahan yang timbul terkait status depresi
Dari hasil pengukuran status deperesi menggunakan GDS,
didapatkan hasil bahwa jawaban dari klien yang cocok dengan
kuisioner sebanyak 2 pertanyaan. Dari sini dapat disimpulkan
bahwa klien tidak mengalami depresi
f. Dampak yang timbul terkait status depresi
Tidak ada dampak yang timbul terkait status depresi pada klien
g. Keadaan emosi
1) Ansietas
Klien berkata, “Ya disini udah nyaman mbak, walaupun kadang
ya kangen rumah. Tapi aku ndak takut kalo sewaktu-waktu
dipundut Gusti, udah ikhlas” (Ya disini sudah nyaman mbak,
walaupun kadang kangen rumah. Tapi saya tidak takut kalo
sewaktu-waktu di panggil Tuhan, sudah ikhlas)
2) Perubahan perilaku
Klien berkata, “Ya kadang ngerasa sepi, sedih kalo inget
keluarga dirumah, paling saya diluar liat motor yang lewat
kalo ndak ya ndondomi klo ada baju yang sobek” (Ya
terkadang merasa sepi, sedih kalau ingat keluarga dirumah,
paling saya diluar liat motor yang lewat kalau tidak ya menjahit
kalau ada baju yang sobek)
Klien berkata , “Ya bosen mbak, tapi ya mau gimana lagi?
Hehe”
Saat klien merasa kesepian, klien melakukan kegiatan apa saja
yang dapat mengisi kekosongan waktu, terkadang klien juga
duduk didepan panti untuk melihat kendaraan yang melintas
3) Mood
Klien tampak nyaman berada di panti. Klien ketika diajak
berbicara kooperatif, banyak bercerita tentang kisahnya. Klien
terlihat selalu bersama kakaknya

5. Dimensi Fisik
a. Luas wisma
Luas Panti Wreda Harapan Ibu ± 3876 m2
b. Keadaan lingkungan di dalam panti
1) Penerangan
Didalam panti terdapat pencahayaan yang terang yang berasal
dari lampu yang terpasang, terdiri dari 7 lampu. Ketika siang
hari lampu dimatikan. Kondisi pencahayaan matahari juga
baik, karena terdapat banyak jendela dan ventilasi yang
memungkinkan cahaya matahari masuk kedalam ruangan dan
pertukaran udara yang lancar
2) Kebersihan dan kerapian
Setiap hari lantai selalu di sapu oleh petugas. Namun, kondisi
kebersihan di panti dirasa masih kurang dibeberapa titik
ruangan didalam panti. Beberapa bagian lantai nampak masih
kotor. Penataan barang didalam panti lumayan teratur, hanya
saja terkadang disekitar tempat tidur para lansia masih terdapat
banyak barang yang berserakan dan tidak tertata rapi. Para
lansia menata tempat tidur secara mandiri
3) Pemisahan ruangan antara pria dan wanita
Lansia wanita dibagi dan tinggal dalam dua kamar. Pemisahan
ruang antara pria dan wanita dipisah dengan tembok dan lansia
pria tinggal di wisma bagian belakang
4) Sirkulasi udara
Di panti terdapat banyak jendela dan ventilasi untuk pertukaran
udara sebanyak 64 buah.. Jendela dan pintu dibuka saat pagi
dan ditutup saat malam, jeda waktu ini memaksimalkan
terjadinya pertukaran udara yang baik
5) Keamanan
Kondisi lantai di panti jarang ditemukan dalam kondisi licin,
hanya saja ada beberapa bagian yang kotor karena bekas air
yang tidak di lap lalu diinjak. Tidak ada pegangan untuk
dijadikan pengaman. Jika tidak ditemukan alarm atau alat yang
dapat digunakan jika lansia dalam bahaya
6) Sumber air minum
Air bersumber dari kemasan galon isi ulang. Kualitas air baik,
jernih. Pengelolaan air untuk kebutuhan sehari-hari
menggunakan air sumur artetis, jarak antar kamar dengan WC ±
10 m
7) Ruang berkumpul bersama
Di dalam panti terdapat satu ruangan yang digunakan untuk
berkumpul para lansia. Di ruangan tersebut dilengkapi dengan
televisi, VCD yang dapat digunakan untuk memutar musik.
Kondisi ruangannya luas dan bersih

c. Keadaan lingkungan di luar wisma


1) Pemanfaatan halaman
Kondisi halaman di sekitar panti cenderung lebih gersang.
Jarang ditemukan tanaman atau pepohonan yang dapat
menimbulkan suasana hijau
2) Pembuangan air limbah
Terdapat saluran irigasi yang langsung menuju ke sungai,
sehingga tidak ada genangan air
3) Pembuangan sampah
Jenis pembuangan sampah adalah sampah rumah tangga.
Pembuangan sampah tidak dipisah antara organik dan non-
oraganik. Sampah kering di bakar di halaman bagian samping
kiri. Jarak tempat pembuangan sampah ± 100 m
4) Sanitasi
Lingkungan wisma setiap pagi dibersihkan dengan disapu dan
dipel dengan menggunakan cairan disinfektan, pakaian kotor
dicuci oleh penghuni wisma yang bisa melakukan. Air yang
digunakan untuk kebutuhan MCK adalah air sumur.
5) Sumber pencemaran
Halaman samping kiri terkadang dijadikan tempat pembakaran
sehingga menimbulkan polusi asap. Lingkungan berada
dipinggir jalan raya, resiko polusi udara dan suara akibat
kendaraan bermotor

6. Dimensi Sosial
a. Hubungan antar lansia didalam wisma
Hubungan klien dengan lansia yang lain didalam panti terjalin
dengan baik. Klien sering berkomunikasi dengan lansia yang lain,
terkadang juga saling membantu satu sama lain
b. Hubungan antar lansia diluar wisma
Hubungan klien dengan lansia yang lain jika diluar panti juga
terjalin dengan baik
c. Hubungan lansia dengan anggota keluarga
Klien jarang berkomunikasi dengan pihak keluarga. Hanya
seminggu sekali terkadang anak-anaknya menjenguk klien ke
panti, itupun juga dalam waktu yang singkat
d. Hubungan lansia dengan pengasuh wisma
Hubungan klien dengan pengasuh panti juga terjalin dengan baik.
Terkadang klien membantu pengasuh panti dalam merawat lansia
yang lain (seperti mencucikan tempat makan dan minum dari
lansia yang lain)
e. Kegiatan organisasi sosial
Klien nampak selalu ikut aktif pada semua kegiatan di panti

7. Dimensi Tingkah Laku


a. Pola makan
Klien makan 3x dalam sehari, porsi makan cukup sesuai aturan di
dalam panti, terkadang mengalami kesulitan saat mengunyah
makanan karena kondisi gigi yang tanggal. Jika klien tidak suka
dengan menu makanan yang disediakan, terkadang klien membeli
makanan diluar jika memiliki uang simpanan, namun jika tidak
memiliki uang, klien hanya minum dan makan roti
b. Pola tidur
Jam tidur klien jika siang hari dari pukul 12.45-15.00 WIB dan
malam hari pukul 22.00-03.00 WIB, lama tidur siang ±2-3 jam dan
tidur malam ±4-6 jam, klien bangun di tengah tidur jika merasa
ingin BAK, kualitas tidur nyenyak
c. Pola eliminasi
Klien BAK ±5-6x/hari dan BAB 1x/hari

d. Kebiasaan buruk lansia


Jika dimalah hari klien merasa gerah, klien akan mandi
e. Pelaksanaan pengobatan
Berdasarkan hasil pengkajian, setiap sebulan sekali ada posyandu
lansia yang dilakukan oleh puskesmas pembantu. Jika ada lansia
yang mempunyai tekanan darah tinggi, gatal-gatal atau sakit ringan
lainnya, maka diberi obat yang sudah disediakan di panti.
f. Kegiatan olahraga
Setiap hari jumat klien mengikuti kegiatan senam yang diadakan
oleh pihak panti
g. Rekreasi
Bentuk rekreasi klien yaitu dengan berbincang dengan lansia yang
lain, menonton tv, duduk didepan panti dan terkadang jika pihak
keluarga membawa klien untuk menjenguk kondisi rumah
h. Pengambilan keputusan
Pengambil keputusan dilakukan oleh klien dan pengasuh panti

8. Dimensi Sistem Kesehatan


a. Perilaku mencari pelayanan kesehatan
Jika klien merasa kurang enak badan, hanya dipakai untuk istirahat
saja. Namun jika dirasa sudah tidak kuat, klien melaporkan
kondisinya pada petugas panti
b. Sistem pelayanan kesehatan
Panti terkadang didatangi oleh pihak Puskesmas untuk memeriksa
kondisi para lansia sebulan sekali. Dilakukan pemeriksaan dan
pemberian vitamin secara teratur. Selain itu, setiap seminggu dua
kali, dilakukan pengukuran tekanan darah kepada para lansia
c. Pemeriksaan fisik
No Bagian/region Hasil pemeriksaan Masalah keperawatan
yang muncul
1 Kepala Inspeksi : Tidak ada
Bentuk kepala klien mesochepal,
warna rambut hitam bercampur
putih, penyebaran rambut
merata, kulit rambut bersih,
tidak ada lesi pada kulit kepala
Palpasi :
Tidak ada nyeri atau benjolan
tekan pada kepala klien
2 Wajah/muka Inspeksi : Tidak ada
Bentuk muka klien normal, tidak
ada benjolan, kulit wajah bersih
dan lembab, tidak ada luka atau
lesi
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan pada
wajah klien
3 Mata Inspeksi : Tidak ada
Bentuk mata klien bulat, antara
mata kanan dan kiri simetris,
mata agak cowong, konjungtiva
tidak anemis, sklera agak ikterik,
refleks pupil terhadap cahaya
baik, kemampuan mata dalam
membaca masih normal
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan diarea
mata, tekanan intraokular
teraba...
4 Telinga Inspeksi : Tidak ada
Telinga klien bersih, bentuk
simetris antara kanan dan kiri,
tidak ada luaran serum, tidak ada
lesi atau luka, klien masih
mampu mendengar dengan baik
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan pada
telinga, tidak teraba benjolan
5 Mulut dan Inspeksi : Tidak ada
Mulut klien bersih, bibir lembab,
gigi
simetris antara atas dan bawah,
gigi beberapa sudah tanggal,
terdapat karies, lidah bersih
6 Leher Inspeksi : Tidak ada
Leher klien bersih, warna kulit
merata, reflek telan baik
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan, tidak
adapembesaran kelenjar limfe
atau tiroid
7 Dada Inspeksi : Tidak ada
Perkembangan antara dada
kanan dan kiri simetris
Palpasi :
Taktil fremitus teraba sama
antara dada kanan dan kiri
Perkusi :
Bunyi resonan
Auskultasi :
Suara paru vasikuler
8 Jantung Inspeksi : Tidak ada
Tidak nampak pembesaran pada
permukaan jantung
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan pada area
jantung
Perkusi :
Suara pekak/redup
Auskultasi :
Terdengar bunyi lup dup secara
teratur tanpa adanya bunyi
tambahan
9 Abdomen Inspeksi : Tidak ada
Warna kulit merata, tidak ada
lesi atau luka
Auskultasi :
Bising usus 8x/menit
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan pada area
abdomen
Perkusi :
Bunyi timpani
10 Ekstremitas Kekuatan otot 5, tidak ada Tidak ada
atas kelainan bentuk, tidak ada lesi
atau luka
11 Ekstremitas Kekuatan otot 5, tidak ada Nyeri
bawah kelainan bentuk, ada lesi pada
bagian mata kaki, klien
terkadang merasa nyeri dan
pegal-pegal pada lututnya
B. Analisa Data
Tanggal Data Fokus Diagnosa Keperawatan
19 Oktober 2015 DS : Nyeri akut berhubungan dengan
- Klien berkata, “Sikilku iki sok linu-linu ngono kuwi mbak kalo
penyakit gout arthritis
kecapekan, seringe nek hawane atis iku linune kroso loro banget
koyo udun cekot-cekot kae”
- Klien berkata, “Dulu pernah berobat, trus jarene ndak boleh
makan tahu, tempe, bayem, kangkung”
- P : udara dingin dan kecapekan
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : patella dextra dan sinistra
S : skala 5
T : nyeri muncul kadang-kadang
DO :
- Klien nampak memegangi lututnya yang sakit, yaitu area
patella dextra dan sinistra
19 Oktober 2015 DS : Resiko kesepian berhubungan
- Klien berkata, “Ya kadang ngerasa sepi, sedih kalo inget
dengan ketidakefektifan koping
keluarga dirumah, paling saya diluar liat motor yang lewat
individu
kalo ndak ya ndondomi klo ada baju yang sobek ”
- Klien berkata , “Ya bosen mbak, tapi ya mau gimana lagi?
Hehe”
- Klien berkata, “Pengene ya dirumah, tapi kan anak pada
ndak dirumah, kerja, trus lali ora ngurusi wong tuo”
DO :
- Klien terlihat sedih ketika menceritakan keluarganya
19 Oktober 2015 DS : Kurang pengetahuan
- Klien berkata, “Aku sekolah mung sampai kelas limo SD”
berhubungan dengan kurangnya
- Klien berkata, “Aku gak ngerti asam urat kui opo nak”
- Klien berkata, ”Taunya dulu pas periksa ke dokter, di suruh informasi mengenai kondisi
ndak makan bayam, tempe, tahu”. kesehatan
- Klien berkata, ”Aku suka gorengan nak, klo bosen biasanya
beli jajan di depan panti.”
DO :
- Klien terlihat bingung ketika menjawab pertanyaan
- Klien terlihat menggaruk-garuk kepala
C. Prioritas Masalah
Diagnosa Keperawatan Prioritas Pembenaran
Nyeri berhubungan dengan High Urgensi :
Kondisi fisik lansia yang semakin menurun fungsinya
faktor fisiologis (kerusakan
membutuhkan kekuatan dan kenyamanan yang cukup untuk
jaringan sendi)
menunjang aktivitas lansia. Klien merasa tidak nyaman
terhadap nyeri yang di alami. Jika nyeri tidak segera diberi
tindakan keperawatan maka akan mengganggu aktivitas klien
Dampak :
Jika nyeri yang dirasakan tidak segera ditangani, akan
menimbulkan gangguan kenyamanan pada klien dan aktivitas
klien akan terganggu sehingga klien cenderung enggan untuk
beraktivitas. Jika klien enggan beraktivitas, otot-otot akan
mengalami atrofi
Keefektifan intervensi :
Kompres hangat dan senam lansia dinilai relatif efektif dalam
meredakan nyeri yang dirasakan oleh klien. Karena dengan
kompres hangat, pembuluh darah akan bervasodilatsi dan aliran
darah akan normal
Resiko kesepian Medium Urgensi :
Usia lansia adalah usia dimana seseorang mulai memasuki masa
berhubungan dengan
akhir dalam hidupnya. Perlunya dukungan dari orang-orang
ketidakefektifan koping terdekat meliputi support, perhatian dan perawatan sangatlah
individu penting. Dukungan secara psikologi ini akan mempengaruhi
kondisi kejiwaan lansia, terutama saat mendekati masa akhir
hidupnya
Dampak :
Jika lansia tidak memiliki dukungan secara psikologi dari
orang-orang terdekat, mereka cenderung akan menarik diri,
depresi dan memasuki akhir hidupnya dengan kondisi yang
tidak diinginkan
Keefektifan intervensi :
Pemberian terapi okupasi dinilai efektif membantu klien dalam
meningkatkan kualitas hidupnya. Sehingga klien tidak akan
terjebak dalam situasi yang cenderung membuatnya kesepian
Defisiensi pengetahuan Low Urgensi :
Pentingnya informasi mengenai kondisi kesehatan pada lansia
berhubungan dengan
berhubungan pada gaya hidup lansia tersebut. Jika lansia
kurangnya informasi
mengetahui mengenai kondisi kesehatan dan hal apa saja yang
mengenai kondisi kesehatan
harus dilakukan ataupun tidak boleh dilakukan sedikit banyak
akan membantu lansia dalam mencapai kualitas hidup yang
terbaik
Dampak :
Lansia tidak akan mengetahui bagaimana kondisi fisiknya,
sehingga ia tidak akan mampu mengenali dirinya sendiri
ataupun melindungi dirinya dari berbagai kondisi pencetus yang
seharusnya dihindari
Keefektifan intervensi :
Tindakan keperawatan yang akan dilakukan adalah pemberian
pendidikan kesehatan mengenai kondisi kesehatan klien.
Tindakan ini dinilai cukup efektif dalam upaya peningkatan
pengetahuan klien mengenai kondisinya
D. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan Kode
No Intervensi
Keperawatan Umum Khusus NIC
1 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan 1400 Manajemen Nyeri
dengan faktor keperawatan selama 15 keperawatan selama 1 x 15
1. Lakukan pengkajian nyeri
fisiologis menit x 1 pertemuan dalam 1 menit, diharapkan nyeri
secara komprehensif
(kerusakan jaringan minggu, diharapkan masalah dapat teratasi dengan
meliputi lokasi,
sendi) keperawatan nyeri dapat kriteria hasil :
- Pengetahuan tentang karakteristik, awitan dan
teratasi dengan kriteria hasil:
- Klien dapat penanganan nyeri durasi, frekuensi, kualitas,

menerapkan cara meningkat intensitas atau keparahan


- Klien mampu untuk nyeri, dan faktor
penanganan nyeri
- Nyeri klien dapat melakukan intervensi presipitasinya
berkurang dari sekala 4 yang diajarkan. 2. Kaji tipe dan sumber nyeri
menjadi 2 untuk menentukan
intervensi
3. Berikan terapi non
farmakologi : Kompres
hangat (Pengaruh Kompres
Hangat Terhadap Penurunan
Skala Nyeri Pada Penderita
Gout Arthritis Di Wilayah
Kerja Puskesmas Bahu
Manado, oleh : Mellynda
dkk.)
4. Evaluasi Keberhasilan dari
tindakan.
2 Resiko kesepian Setelah dilakukan asuhan Setelah dilakukan tindakan 5230 Coping Enhancement
- Identifikasi apa yang
berhubungan keperawatan selama 45 keperawatan selama 1 x 45
dirasakan oleh klien
dengan menit x 1 pertemuan dalam 1 menit, diharapkan klien
- Apresiasi setiap apa yang
ketidakefektifan minggu resiko kesepian pada mampu :
diungkapkan oleh klien
koping individu klien dapat dicegah dengan - Ikut aktif dalam - Sediakan waktu untuk
kriteria hasil : melakukan terapi mendengar keluhan klien
- Bantu klien dalam
- Klien tidak okupasi yang telah
menentukan hal apa yang
mengutarakan respon diajarkan
- Melakukan kembali disukai dan ingin dilakukan
kesepian
- Fasilitasi klien dalam
- Klien tidak menunjukkan secara mandiri mengenai
peningkatan kualitas hidup
respon kesepian terapi okupasi yang
dengan memberikan terapi
diajarkan
- Mengisi kekosongan okupasi
waktu dengan
melakukan terapi
okupasi
- Mengusir rasa kesepian
yang terkadang muncul
dengan melakukan hal
yang disukai

3 Kurang Setelah dilakukan asuhan Setelah dilakukan tindakan 5510 Knowledge Enhancement
- Kaji pengetahuan klien
pengetahuan keperawatan selama 15 keperawatan selama 1x15
mengenai kondisinya
berhubungan menit x 1 pertemuan dalam 1 menit, diharapkan klien
- Beri penjelasan mengenai
dengan kurangnya minggu, pengetahuan pada mampu :
kondisi klien
informasi klien dapat meningkat - Terlibat aktif dalam - Beri penjelasan mengenai
mengenai kondisi dengan kriteria hasil: kegiatan pendidikan definisi asam urat
- Beri penjelasan mengenai
kesehatan - Pengetahuan klien kesehatan yang
tanda dan gejala asam urat
mengenai kondisi diberikan
- Beri penjelasan mengenai
- Menjelaskan kembali
kesehatannya akan
penyebab asam urat
mengenai kondisi
meningkat - Beri penjelasan mengenai
- Klien mampu menjaga kesehatannya
jenis makanan yang boleh
- Menjelaskan kembali
kesehatan dirinya sendiri
dan yg tidak boleh
mengenai jenis
makanan yang boleh dikonsumsi untuk kondisi
dikonsumsi dan yang klien
- Beri penjelasan mengenai
tidak boleh dikonsumsi
penatalaksanaan asam urat
E. Implementasi Keperawatan
Waktu Diagnosa Tujuan
No Implementasi Evaluasi Formatif
Keperawatan Umum Khusus
1 22 Oktober Nyeri Setelah dilakukan Setelah dilakukan Memberikan terapi non S : Ny. L berkata
2015, berhubungan tindakan tindakan Farmakologi (Terapi Air “iyo nak penak
pukul dengan faktor keperawatan keperawatan Hagat untuk menurunkan rasane, nek sikile
11.00 – fisiologis selama 15 menit x selama 1 x 15 Nyeri) kumat mengko tak
11.30 WIB (kerusakan 1 pertemuan dalam menit, diharapkan tempeli banyu anget”
jaringan sendi) 1 minggu, nyeri dapat teratasi ya dek enak rasanya,
diharapkan dengan kriteria kalau nanti rasa
masalah hasil : sakitnya kumat saya
- Pengetahuan
keperawatan nyeri lakukan tindakan
tentang
dapat teratasi terapi air hangat.
penanganan
dengan kriteria
nyeri meningkat O : Ny L tampak
hasil:
- Klien mampu antusias
- Klien dapat
untuk mendengarkan
menerapkan
melakukan penjelasan dan
cara
intervensi yang melaksanakan terapi
penanganan
diajarkan.
nyeri
- Nyeri klien yang dajarkan
dapat
berkurang dari
sekala 4
menjadi 2

2 Rabu Resiko kesepian Setelah dilakukan Setelah dilakukan


21/10/2015 - Mengidentifikasi apa S : klien mengatakan
berhubungan asuhan tindakan
yang dirasakan oleh terkadang merasa
dengan keperawatan keperawatan
klien sepi berada di panti
ketidakefektifan selama 45 menit x selama 1 x 45
dan ingin pulang ke
koping individu 1 pertemuan dalam menit, diharapkan
rumah anaknya
1 minggu resiko klien mampu :
O : klien terlihat
kesepian pada - Ikut aktif dalam - Mengapresiasi setiap
sedih
klien dapat melakukan apa yang diungkapkan S : klien mengatakan
dicegah dengan terapi okupasi oleh klien senang
O : klien terlihat
kriteria hasil : yang telah
tersenyum
- Klien tidak diajarkan - Menyediakan waktu
- Melakukan
mengutarakan kembali secara untuk mendengar S : klien mengatakan
respon mandiri keluhan klien senang apabila ada
kesepian mengenai terapi mahasiswa praktek
Kamis - Klien tidak
okupasi yang - Membantu klien dalam karena panti jadi
22/10/2015
menunjukkan
diajarkan menentukan halapa ramai
respon - Mengisi O :-
yang disukai dan ingin
S : Klien mengatakan
kesepian kekosongan
dilakukan
suka menjahit pakain
waktu dengan
yang robek ketika
melakukan
- Memfasilitasi klien
merasa kesepian dan
terapi okupasi
dalam peningkatan
- Mengusir rasa ngobrol dengan
kualitas hidup dengan
kesepian yang teman
memberikan terapi O :-
terkadang
S : Klien mengatakan
okupasi menjahit dan
muncul dengan
senang dengan
membuat kerajinan
melakukan hal
kegiatan menjahit
tangan dari kain flanel
yang disukai
dan membuat
kerajinan tangan dari
flanel dan mencoba
membuatnya.
O : klien terlihat
mempraktekan apa
yang diajarkan
3 Rabu Kurang Setelah dilakukan Setelah dilakukan
21/10/2105 - Mengkaji pengetahuan S : klien mengatakan
pengetahuan asuhan tindakan
klien mengenai tidak mengetahui
berhubungan keperawatan keperawatan
kondisinya mengenai asam urat,
dengan selama 15 menit x selama 1x 15 menit
hanya tau dulu saat
kurangnya 1 pertemuan dalam , diharapkan klien
periksa ke dokter di
informasi 1 minggu, mampu :
suruh menghindari
mengenai pengetahuan pada - Terlibat aktif
- Memberi penjelasan bayam, tempe, tahu
kondisi klien dapat dalam kegiatan
O :-
mengenai kondisi klien
kesehatan meningkat dengan pendidikan S:-
O: klien terlihat
kriteria hasil: kesehatan
- Memberi penjelasan paham apa yang di
- Pengetahuan yang diberikan
- Menjelaskan mengenai definisi asam sampaikan perawat
klien mengenai
S : klien mengatakan
kembali urat
kondisi
paham apa yang di
mengenai
kesehatannya - Memberi penjelasan
jelaskan oleh perawat
kondisi
akan mengenai tanda dan O: -
kesehatannya S : klien mengatakan
meningkat gejala asam urat
- Menjelaskan
- Klien mampu paham apa yang di
kembali
menjaga jelaskan oleh perawat
kesehatan mengenai jenis - Memberi penjelasan O: -
dirinya sendiri makanan yang mengenai penyebab
S : klien mengatakan
boleh asam urat
paham apa yang di
dikonsumsi
- Memberi penjelasan jelaskan oleh perawat
dan yang tidak O: -
mengenai jenis makanan
S : klien mengatakan
boleh
yang boleh dan yg tidak
paham apa yang di
dikonsumsi
boleh dikonsumsi untuk
jelaskan oleh perawat
kondisi klien O: -
- Memberi penjelasan
S : klien mengatakan
mengenai
paham apa yang di
penatalaksanaan asam
jelaskan oleh perawat
urat
O: -
F. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Evaluasi Sumatif
Nyeri berhubungan dengan S : Ny L berkata, “Dek wau enjeng pun mboten
faktor fisiologis kraos kok nak.” “Terapine niku kulo sampun saget
(kerusakan jaringan sendi) nak. Matur suwun lhoo nak”
O : Ny. L terlihat tenang
A : Masalah belum teratasi
P : Membuat rencana tindak lanjut
Resiko kesepian S : Klien mengatakan senang dengan kegiatan
berhubungan dengan menjahit dan membuat kerajinan dari flanel.
ketidakefektifan koping Kliena mengatakan akan menjahit dan membuat
individu kerajinan tangan apabila merasa kesepian
P : Klien telihat senang dan mempraktekan apa
yang di berikan
O : Masalah keperawatan teratasi
A : Hentikan intervensi, membuat rencana tindak
lanjut
Kurang pengetahuan S : Klien mengatakan paham mengenai apa yang
berhubungan dengan di jelaskan perawaat
O : Klien terlihat paham dan dapat menjawab
kurangnya informasi
pertanyaan yang di berikan
mengenai kondisi
P: Masalah keperawatan dapat diatasi
kesehatan A : Hentikan intervensi keperawatan, membuat
rencana tindak lanjut
G. Rencana Tindak Lanjut
Anggota Masalah Intervensi yang RTL Paraf
Wisma Kesehatan telah dilakukan
Ny.L Nyeri Mengajarkan terapi - Membuat kontrak Adit
berhubungan non Farmakologi : waktu dengan Ny. L
dengan faktor Terapi Air hangat untuk
fisiologis memperagakan
(kerusakan terapi non
jaringan sendi) Farmakologi : terapi
air hangat.
Ny.L Resiko - Mengidentifikasi - Menyarankan Nur
kesepian apa yang kepada klien untuk
berhubungan dirasakan oleh melakukan kegiatan
dengan klien menjahit yang telah
- Mengapresiasi
ketidakefektifan di berikan ketika
setiap apa yang
koping individu merasa kesepian
diungkapkan oleh
dan mencari
klien
kegiatan baru yang
- Menyediakan
dapat
waktu untuk
menghilangkan rasa
mendengar
kesepian
keluhan klien
- Menyarankan
- Membantu klien
kepada klien untuk
dalam
berinteraksi dan
menentukan hal
berbincang dengan
apa yang disukai
teman di panti
dan ingin
untuk mengusir rasa
dilakukan
- Memfasilitasi kesepian
klien dalam
peningkatan
kualitas hidup
dengan
memberikan
terapi okupasi
menjahit dan
membuat
kerajinan tangan
dari kain flanel
Ny.L Kurang - Mengkaji - Melakukan evaluasi Mari
pengetahuan pengetahuan klien pengetahuan secara a
berhubungan mengenai berkala
dengan kondisinya
- Memberi
kurangnya
penjelasan
informasi
mengenai kondisi
mengenai
klien
kondisi
- Memberi
kesehatan
penjelasan
mengenai definisi
asam urat
- Memberi
penjelasan
mengenai tanda
dan gejala asam
urat
- Memberi
penjelasan
mengenai
penyebab asam
urat
- Memberi
penjelasan
mengenai jenis
makanan yang
boleh dan yg
tidak boleh
dikonsumsi untuk
kondisi klien
- Memberi
penjelasan
mengenai
penatalaksanaan
asam urat
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Diagnosa Keperawatan Nyeri Akut


Ny. L merupakan pasien di panti Wredha Harapan Ibu Ngaliyan
yang memiliki keluhan nyeri lutut kirinya yang terkadang terasa sakit.
Berdsarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 19 Oktober
2015 didapatkan data nyeri dengan skala 4 (dari 1-10). Rasa sakit
kambuh ketika pada lingkungan yang dingin atau ketika pasien terlalu
banyak kegiatan. Pasien menjelaskan bahwa ketika nyerinya kambuh,
pasien meminum jamu.
Diagnosa yang bisa di tegakkan dari hasil pengkajian adalah
Gangguan rasa Nyaman nyeri akut berhubungan dengan gout atritis.
Gout atritis merupakan penyakit yang disebabkan karena asam urat
yang tinggi. Salah satu gejala yang ditimbulkan adalah nyeri pada
persendian (Wurangian et al, 2014).
Intervensi keperawatan yang dilakukan bertujuan untuk
mengontrol nyeri dan meningkatkan rasa nyaman dan meningkatkan
kualitas hidup. Penanganan nyeri yang dilaukan salah satunya adalah
dengan memberikan kompres hangat (Wurangian et al, 2014).
Tindakan kompres hangat merupakan tindakan mandiri keperawatan
yang mudah dan tidak membutuhkan biaya yang banyak. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Wurangian dkk. Dengan judul
“Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada
Penderita Gout Arthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado”
menjelaskan bahwa terdapat pengaruh antara tindakan kompres hangat
terhadap penurunan Skala nyeri. Pada penelitian tersebut dijelaskan
bahwa rata-rata penurunan skala nyeri mencapai 1,6. Pemberian
intervensi ini diarapkan dapat dilakukan oleh pasien secara mandiri.
Pelaksanaan Implementasi dilaksanakan pada 22 Oktober 2015.
Implementasi yang diberikan kepada pasien berupa Penjelasan tunjuan
dan manfaat kompress hangat, melaksanakan kompress hangat. Selain
itu pasien juga diajarkan cara melakukan kompress hangat supaya
pasien bisa melakukan secara mandiri.
Evaluasi yang diperoleh dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada
Ny. L yaitu : Ny. L merasa lebih nyaman, dan pasien merasa senang
dengan terapi yang diberikan.

B. Diagnosa Keperawatan Resiko Kesepian


1. Penegakan diagnosa
Hasil pengkajian pada Ny.L di dapatkan hasil bahwa Ny.L
mengalami resiko kesepian yang di tandai dengan klien
mengungkapkan bawha dirinya merasa kesepian di panti karena
kegiatan yang sama terus-terus dan rindu dengan keluarganya.
Klien mengatakan merasa lebih nyaman berada di rumah bersama
anaknya, tetapi di rumah anaknya klien merasa kurang
mendapatkan perhatian dan merasa sendiri akibatnya anaknya
sibuk bekerja. Data yang mendukung untuk menegakkan diagnosa
ini adalah klien mengungkapkan rasa kesepian berada di panti dan
merasa kurang nyaman berada di panti.
2. Intervensi yang dilakukan
Intervensi yang di lakukan pada Ny.L dengan diagnosa resiko
kesepian adalah :
a. Mengidentifikasi apa yang dirasakan oleh klien
b. Mengetahui perasaan kesepian yang di rasakan klien untuk
menentukan intervensi yang tepat untuk klien.
c. Mengapresiasi setiap apa yang diungkapkan oleh klien
d. Memberikan pujian kepada klien atas keberaniannya
mengungkapkan apa yang dirasa
e. Menyediakan waktu untuk mendengar keluhan klien
f. Mendengar keluhan klien agar mengerti apa yang sedang
dirasakan klien dan membina hubungan baik dengan klien
g. Membantu klien dalam menentukan hal apa yang disukai dan
ingin dilakukan
h. Tindakan ini dilakukan untuk mengetahui kegiatan yang ingin
dilakukan klien agar klien tidak merasa kesepian lagi.
i. Memfasilitasi klien dalam peningkatan kualitas hidup dengan
memberikan terapi okupasi menjahit dan membuat kerajinan
tangan dari kain flanel.
j. Memberikan klien terapi okupasi agar klien tidak merasa
kesepian lagi
3. Konsep dan teori terkait dengan intervensi
Judul jurnal : Pengaruh penerapan terapi okupasi terhadap
Penurunan stres pada lansia di panti Werdha damai ranomuut
Manado
Oleh : Dewantari L Ponto, Hendro Bidjuni , Michael
Karundeng
4. Pembahasan :
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai
adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang
saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung
berpotensi menimbulkan masalah secara umum maupun
kesehatan jiwa secara khusus pada usia lanjut (Kuntjoro, 2002).
Stres sebagai keadaan atau kondisi yang tercipta bila
transaksi seseorang yang mengalami stres dan hal yang dianggap
mendatangkan stres membuat orang yang bersangkutan melihat
ketidaksepadanan antara keadaan atau kondisi dan sistem sumber
daya biologis, psikologis dan sosial yang ada padanya. Jika lansia
tidak bisa mengatasi atau menyesuaikan diri terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi pada masa tua, maka lansia tersebut akan
terus memikirkan dan memiliki persepsi yang buruk, maka dia
akan menjadi pusing, mudah lelah, sulit tidur, dan lain
sebagainya. Hal-hal tersebut merupakan gejalah stress (Yosep,
2011).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pemberiaan terapi
okupasi menjahit dan membuat kerajinan tangan dengan kain
flanel, klien mengatakan rasa kesepian berkurang dikarenakan
terdapat aktivitas yang di kerjakan oleh klien. Klien mengatakan
mempraktekan apa yang telah di berikan.
Menurut penelitian Graff (2007), salah satu cara untuk
mengoptimalkan fungsi kognitif lansia adalah dengan
menggunakan terapi okupasi. Terapi okupasi merupakan suatu
bentuk psikoterapi suportif berupa aktivitas-aktivitas yang
membangkitkan kemandirian secara manual, kreatif dan
edukasional untuk penyesuaian diri dengan lingkungan dan
meningkatkan derajat kesehatan fisik dan mental pasien. Terapi
okupasi bertujuan mengembangkan, memelihara, memulihkan
fungsi dan atau mengupayakan kompensasi/adaptasi untuk
aktifitas sehari-hari, produktivitas dan luang waktu melalui
pelatihan, remediasi, stimulasi dan fasilitasi. Terapi okupasi
meningkatkan kemampuan individu untuk terlibat dalam bidang
kinerja berikut: aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan
instrumental hidup sehari-hari.

C. Diagnosa Keperawatan Kurang Pengetahuan


Ny. L merupakan pasien di panti Wredha Harapan Ibu Ngaliyan
yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang mengenai kondisi
kesehatannya. Ny. L tidak mengetahui mengenai kondisinya yang
mengalami asam urat. Ia hanya mengerti bahwa jika ia terlalu lelah
atau sering terpapar udara dingin, ia akan merasa nyeri pada kedua
lututnya.
Berdsarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 19
Oktober 2015 didapatkan data bahwa Ny.L tidak mengetahui mengenai
dirinya yang terkena asam urat, tidak mengetahui mengenai jenis
makanan apa saja yang boleh dimakan ataupun tidak boleh dimakan
beserta alasannya, tidak mengetahui bagaimana cara menjaga
kondisinya agar nyeri tersebut tidak terjadi secara berulang. Ny.L
menjelaskan jika nyerinya kambuh, ia hanya istirahat.
Diagnosa yang bisa di tegakkan dari hasil pengkajian adalah
kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai kondisi kesehatan.
Intervensi keperawatan yang dilakukan bertujuan untuk
memberikan informasi mengenai kondisi Ny.L baik secara fisik
ataupun non fisik. Selain itu juga memberikan informasi mengenai hal-
hal apa saja yang seharusnya dilakukan dan dihindari agar kondisi
Ny.L tetap terjaga.
Pelaksanaan Implementasi dilaksanakan pada 22 Oktober 2015.
Implementasi yang diberikan kepada pasien berupa penjelasan
mengenai apa itu asam urat, apa yang bisa menyebabkan dan hal apa
saja yang dapat mencegah terjadinya asam urat. Media yang digunakan
adalah flipchart sederhana.
Evaluasi yang diperoleh dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada
Ny. L yaitu : Ny. L mengatakan sedikit banyak sudah mengetahui
mengenai kondisi kesehatannya dan akan menjaga kesehatannya sesuai
dengan apa yang sudah diajarkan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemberian asuhan keperawatan kepada lansia memanglah tidak
mudah. Kita harus mampu mengkaji kondisi lansia secara komprehensif.
Sehingga setiap detail kondisi pada lansia dapat kita temukan terdapatnya
masalah atau tidak.
Saat melakukan pengkajian pada Ny. L , kami mendapatkan tiga
masalah yang harus kami beri intervensi keperawatan. Masalah
keperawatan itu diantaranya adalah nyeri akut berhubungan dengan faktor
fisiologis (kerusakan jaringan sendi), resiko kesepian berhubungan dengan
ketidakefektifan koping individu, dan kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi mengenai kondisi kesehatan. Dari ketiga
masalah tersebut kami memberikan intervensi berupa terapi kompres
hangat untuk mengurangi nyerinya, terapi okupasi menjahit untuk
mengatasi resiko kesepian yang mungkin dialami klien, dan pemberian
informasi mengenai kondisi kesehatan klien.
Intervensi keperawatan yang kami lakukan ini dirasa cukup efektif
dalam mengatasi masalah yang ada pada Ny.L . Ada beberapa perubahan
yang menunjukkan keefektifan intervensi kita. Diantaranya, Ny.L merasa
agak enakan setelah diberi kompres hangat pada lututnya, Ny. L merasa
senang saat di beri kegiatan berupa menjahit dan Ny. L mengatakan sedikit
banyak sudah mengetahui mengenai kondisi kesehatannya.

B. Saran
Untuk kedepannya, ketiga terapi intervensi yang kita berikan ini
dapat diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan pada lansia yang
memiliki masalah yang sama dengan kasus Ny. L dengan pengembangan
tertentu yang mungkin dapat dilakukan guna memperbaiki efektivitas
intervensi.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, sofia rhosma. 2014.Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogjakarta :


Deepublish.

Efendy, Ferry., dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas, Teori


dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Johnson, Joice Young, dkk. 2005. Prosedur Perawatan Di Rumah. Jakarta : EGC

Maryam, R., et al. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol. 2. Jakarta: EGC

Tucker, Susan Martin, dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC

Walton, Richard E. 2008. Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia. Jakarta: EGC
LAMPIRAN II

PRE PLANNING TERAPI KOMPRES HANGAT PADA KLIEN DENGAN


NYERI SENDI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang lansia merupakan orang yang sudah menginjak
umur diatas 65 tahun ke atas. Lansia bukan merupakan suatu
penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari kehidupan manusia
yang ditandai dengan menurunnya fungsi tubuh untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan (Efendy, 2009). Usia lanjut
usia dapat dikatakan sebagai usia emas karena tidak semua orang
bisa mencapai tahap ini (Maryam, 2008). Ketika memasuki masa
lansia, seseorang akan mengalami perubahan fisiologis.
Perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia bukan
merupakan proses patologis, melainkan proses secara alami.
Perubahan ini pada setiap orang tidaklah sama dan tergantung dari
keadaan dalam kehidupan seseorang. Proses Perubahan Fisiologis
pada lansia dapat menyebabkan gangguan kesehatan (Potter dan
Perry, 2005).
Nyeri sendi merupakan salah satu masalah kesehatan yang
dialami lansia. Menurut Pusat data dan Informasi Kementrian
kesehatan RI tahun 2013 menjelaskan bahwa keluhan kesehatan
paling tinggi pada lansia salah satunya adalah nyeri sendi akibat
asam urat. Kadar asam urat yang tinggi bisa masuk ke dalam organ
tubuh salah satunya adalah sendi yang bisa menyebabkan
terjadinya nyeri sendi (Kertia, 2009).
Setelah dilakukan pengkajian Pada Ny. L didapatkan data
bahwa Ny. L sering mengalami nyeri sendi bagian lutut sebelah kiri
ketika dalam cuaca dingin atau kecapekan. Praktikan memilih
memberikan Terapi Kompres Hangat untuk mengurangi nyeri
berdasarkan penelitian yang telah ditemukan.
B. Data yang perlu dikaji lebih lanjut.
1. Pengkajian PQRST
P : Ketika cuaca dingin atau terlalu banyak kegiatan.
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Sendi Lutut sebelah kiri
S:4
T : hanya terasa nyeri ketika cuaca dingin dan terlalu banyak
kegiatan.

C. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan Gout Atritis

II. RENCANA KEPERAWATAN


A. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan Gout Atritis
B. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 15 menit x 1
pertemuan dalam 1 minggu, diharapkan masalah keperawatan nyeri
dapat teratasi dengan kriteria hasil:
- Klien dapat menerapkan cara penanganan nyeri
- Nyeri klien dapat berkurang dari sekala 4 menjadi 2
C. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 15 menit,
diharapkan nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil :
- Pengetahuan tentang penanganan nyeri meningkat
- Klien mampu untuk melakukan intervensi yang diajarkan.

III. RENCANA KEGIATAN


A. Topik
Topik yang diambil adalah “Terapi Kompres Hangat untuk
mengurangi Nyeri”
B. Metode Pelaksanaan
Sebelum dilakukan tindakan terapi, praktikan mengkaji nyeri pada
pasien, menjelaskan tujuan dan pelaksanaan serta meminta
persetujuan.
C. Sasaran dan Target
Sasaran dari kegiatan ditujukan kepada Ny. L yang memiliki
masalah Nyeri Akut agar mampu mengontrol nyeri ketika kambuh
D. Strategi Pelaksanaan
Waktu : Kamis, 22 Oktober 2015
Tempat : Ruang Mawar, Panti Wredha Harapan Ibu, Semarang.
E. Media dan Alat Bantu
Ember kecil 1 buah
Handuk Kecil 1 buah
Air Hangat + 40 C

F. Setting tempat

Keterangan
2
: Ny. L
: Praktikan
G. Susunan Acara

Kegiatan

Fase Penyuluh Sasaran Media Metode

Orientasi :
- Salam - Mengucapkan - Mejawab Ceramah
Salam Salam
Ceramah
- Memperkenalkan - Memperhatikan
- Perkenalan Diri Ceramah
- Memperhatikan
- Menjelaskan
- Menjelaskan Ceramah
Tujuan - Menyepakati
Tujuan - Menawarkan
Kontrak waktu
- Membuat kontrak waktu
yang dibuat
kontrak waktu
Fase Kerja : Ember Praktik
- Menyiapkan - Menyiapkan Alat
kecil,
Alat
- Menjelaskan - Bersedia handuk Diskusi
- Menjelaskan
tindakan mendengarkan kecil
materi
kompres hangat dan bertanya
kompres
ke pasien bila tidak jelas
hangat dengan
atau bingung praktik
diskusi dan - Melaksanakan
ceramah tindakan - Bersedia sesuai
- Melaksanakan
kompres hangat dengan waktu
tindakan
yag ditawarkan
kompress
hangat

Fas Terminasi :
- Evaluasi - Menanyakan - Menjawab Diskusi
Respon Respon
- Kesimpulan Ceramah
- Menyampaikan - Mendengarkan,
hasil kesimpulan memperhatikan
Ceramah
dan hasil terapi dan menyimak
- Mengucapkan - Menjawab
- Salam salam salam

H. Pengorganisasian
Setiap anggota ikut berpartisipasi memberikan terapi, mulai dari
pengkajian, diagnosa hingga pelaksanaan terapi.
I. Kriter Evaluasi
- Struktur
a. Klien bersedia menerima terapi perilaku
b. Terapi sudah tepat diberikan kepada Ny. L dengan masalah
Nyeri Akut
c. Kontrak waktu dilakukan kepada klien sesuai dengan
kesepakatan
d. Metode yang digunakan sudah tepat untuk klien
- Proses
a. Klien mendengarkan materi tentang Terapi Kompres hangat
b. Klien mendengarkan materi yang disampaikan
c. Klien tidak meninggalkan tempat
- Hasil
a. Terapi yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan
b. Setelah dilakukan terapi nyeri pada klien berkurang
J. Materi
Persiapan
- Menyediakan air hangat, dan handuk
Pelaksanaan
- Merendam handuk ke air
- Handuk diperas
- Tempelkan ke bagian sendi yang menglami nyeri selama 5-10
menit
Evaluasi
- Menanyakan apakah pasien sudah mngerti dengan terapi
kompres hangat yang diberikan
- Mengkaji respon yang dirasakan oleh klien

IV. DAFTAR PUSTAKA


Efendy, Ferry., dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan
Komunitas, Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba
medika
Maryam, R., et al. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.
Jakarta : Salemba Medika.

Vous aimerez peut-être aussi