Vous êtes sur la page 1sur 4

PEMBAHASAN

Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari


spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometri menghasilkan sinar dan
spektrum dengan panjang gelombang dan fotometri adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometri digunakan untuk
mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan
atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 1990: 325).
Prinsip kerja spektrofotometri UV-Vis yaitu suatu molekul yang dikenai
sinar dari sumber radiasi akan diteruskan menuju monokromator. Cahaya dari
monokromator di arahkan terpisah melalui sampel dengan sebuah cermin berotasi.
Detektor menerima cahaya dari sampel secara bergantian dan berulang, sinyal
listrik dari detektor diproses sehingga di dapatkan nilai absorbansi.
Pada percobaan kali ini dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif
parasetamol dengan metode spektrofotometri UV-Vis serta menentukan mutu
parasetamol dengan berdasarkan data spektrum UV-Vis dan hasil penetapan kadar.
Parasetamol dapat dianalisis menggunakan spektrofotometer karena secara struktur
diketahui bahwa parasematol mempunyai gugus kromofor dan gugus auksokrom
yang menyebabkan parasetamol dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet.
Penggunaan alat spektrofotometer UV-Vis dipilih karena spektrofotometer
merupakan instrumen yang tidak rumit, selektif, serta kepekaan dan ketelitiannya
tinggi. Selain itu, parasetamol yang akan dianalisis memiliki gugus kromofor
berupa ikatan rangkap terkonjugasi sehingga memenuhi syarat senyawa yang dapat
dianalisis menggunakan spektrofotometer ini.
Gugus kromofor pada parasetamol ditunjukkan pada gambar berikut ini:

Gugus auksokrom (gugus yang


mengandung PEB

Cincin benzen, ikatan rangkap terkonjugasi (gugus kromofor)


Tujuan dari analisis kualitatif ini adalah untuk membandingkan panjang
gelombang parasetamol uji dengan parasetamol standar, dimana nilai panjang
gelombangnya harus sama. Setelah diketahui panjang gelombang maksimum dari
parasetamol uji dapat digunakan untuk analisis selanjutnya yaitu analisis
kuantitatif.
Tahap pertama untuk melakukan analisis kualitatif adalah menyiapkan
larutan standar. Larutan standar dibuat dari campuran parasetamol standar yang
digunakan sebagai pembanding dengan HCl 0,1 N dalam metanol (1 dalam 100),
sehingga diperoleh konsentrasi 500 ppm. HCl dan metanol berperan sebagai
pelarut, karena parasetamol mudah larut dalam metanol, selain itu HCl juga
berperan dalam pergeseran batokromik dan hipsokromik agar seimbang.
Selanjutnya dibuat larutan standar dengan berbagai konsentrasi yaitu 50 ppm dan 5
ppm. Lalu dibuat juga larutan uji yang terbuat dari bahan baku parasetamol yang
akan di tentukan panjang gelombang maksimumnya dengan HCl 0,1 N dalam
metanol (1 dalam 100), hingga diperoleh konsentrasi 500 ppm dan dibuat juga
pengenceran hingga diperoleh beberapa konsentrasi yaitu 50 ppm dan 5 ppm.
Pembuatan berbagai konsentrasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pada
konsentrasi berapa larutan uji yang mendekati larutan standarnya.
Selanjutnya larutan standar dan larutan uji ditentukan panjang gelombang
maksimumnya. Berdasarkan hasil yang diperoleh, panjang gelombang maksimum
larutan standar dan larutan uji adalah 248 nm, hasil tersebut mendekati panjang
gelombang maksimum menurut literatur yaitu 249 nm. Dapat diketahui panjang
gelombang maksimum parasetamol tersebut karena parasetamol memiliki gugus
kromofor yang menyerap atau mengabsorbsi radiasi elektromagnetik di daerah
panjang gelombang ultraviolet dan daerah cahaya tampak.
Selanjutnya dilakukan analisis kuantitatif dengan tujuan untuk menentukan
kadar parasetamol, serta menyimpulkan mutu parasetamol tersebut apakah layak
untuk dikonsumsi atau tidak. Berdasarkan literatur (Depkes RI, 1995: 649) kadar
parasetamol tidak boleh kurang dari 98% dan tidak boleh lebih dari 101%, sehingga
dalam rentang kadar tersebut parasetamol dapat menghasilkan efek farmakologi
yang diharapkan. Analisa kuantitatif berkaitan dengan penetapan beberapa banyak
suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan
tersebut, yang sering kali dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun
sebagian kecil atau sebagian besar sampel yang di analisis (Day dan Underwood,
2002).
Pada perocobaan analisis kuantitatif terhadap paracetamol dilakukan
dengan menggunakan cara kurva kalibrasi dan metode one point. Tahap pertama
yaitu pembuatan larutan standar. Larutan standar adalah larutan analit yang
konsentrasinya sudah diketahui, larutan ini dibuat agar dalam pengukuran
menggunakan instrumen (spektrofotometer Uv - Vis) tidak melampaui batas
linearitas dari instrumen. Larutan standar dibuat dengan melarutkan paracetamol ke
dalam 10 ml metanol di dalam labu takar 100 mL dan ditambah akuadest sampai
tanda batas, metanol dipilih sebagai pelarut karena paracetamol mudah larut dalam
methanol selain itu metanol merupakan salah satu pelarut yang banyak digunakan
karena sifatnya yang transparan pada daerah uv vis sehingga tidak menggangu
pengkukuran. Kemudian larutan dipipet (1, 1.5, 2, 2.5, 3, 3.5, dan 4 mL) yang
diencerkan dengan air hingga diperoleh seri larutan dengan konsentrasi nya
masing- masing. Larutan dibuat beberapa konsentrasi agar dapat diketahui
konsentrasi yang mana yang paling tepat dan pas dengan konsentrasi larutan
standarnya. Selanjutnya dibuat larutan uji dari campuran paracetamol dan metanol
yang diencerkan.
Selanjutnya dilakukan pengukuran serapan untuk mengetahui nilai
absorbansi. Kuvet yang akan digunakan harus dibilas terlebih dulu dengan aquadest
untuk menghilangkan pengotor sehingga pengukurannya akurat, kemudian kuvet
yang sudah diisi larutan disimpan ke spektrofotometer dengan bagian bening
dihadapkan ke alat detektor dan monokromator.
Panjang gelombang yang digunakan merupakan panjang gelombang
maksimum dalam pengukuran larutan standar paracetamol yaitu 248 nm.
Pertimbangan penggunaan panjang gelombang maksimum dalam pengukuran
absorbansi yaitu karena pada panjang gelombang maksimum, kepekaan larutan
sampel yang diidentifikasi lebih maksimal dibanding panjang gelobang yang lain.
Berdasarkan hasil diperoleh nilai absorbansi dari berbagai konsentrasi 3
ppm; 4,5 ppm; 6 ppm; 7,5 ppm; 9 ppm; 10,5 ppm; dan 12 ppm adalah berturut-turut
0,207; 0,284; 0,368; 0,454; 0,541; 0,587; dan 0,731. Semakin tinggi konsentrasi
maka nilai absorbansi nya semakin meningkat ini sama dengan hukum Lambert-
Beer yang menyatakan bahwa konsentrasi dan absorbansi berbanding lurus.
Kemudian ditentukan nilai a, b dan r dengan regresi linier , diperoleh nilai a = 0,033,
b = 0,559 dan nilai r= 0,9952. Setalah diperoleh nilai absorbansi kemudian
dilakukan perhitungan dengan cara kurva kalibrasi dengan menggunakan rumus y=
a + bx. Dimana x menunjukkan nilai konsentrasi, hasil yang diperoleh adalah
7,4365 ppm yang setara dengan 743,65 mg/100 ml, Selanjutnya dihitung kadar,
hasilnya 97,85% ~ 98%. Metode kurva kalibrasi merupakan metode analisis
kuantitatif dengan cara mengukur absorban sampel dalam beberapa konsentrasi,
yang kemudian akan dibuat kurva kalibrasi konsentrasi terhadap absorban. Selain
menggunakan cara kurva kalibrasi untuk menentukan kadar parasetamol uji,
digunakan juga cara one point, berdasarkan cara one point diperoleh kadar sebesar
97,63% ~ 98%. Metode one point digunakan untuk penentuan kadar secara rutin
pada pelarut, suhu, dan instrumen yang sama. Berdasarkan hasil penetapan kadar
dengan kedua cara tersebut dapat dilihat hasilnya tidak jauh berbeda, dimana hasil
tersebut mendekati kadar yang dianjurkan dalam Farmakope IV. Metode yang
paling banyak digunakan yaitu metode analisis kuantitatif dengan one point karena
metode ini merupakan metode yang paling sederhana, banyak digunakan dan hanya
membutuhkan satu titik pengukuran.

Vous aimerez peut-être aussi