Vous êtes sur la page 1sur 20

MAKALAH DASAR-DASAR PENDIDIKN MIPA

JUDUL “AKREDITASI PENDIDIKAN”

DOSEN PENGAMPU :

DRA.JUFRIDA, M.Si

NIP : 196608091993032002

DISUSUN OLEH
NAMA : SENJA YUNIYARSIH
NIM : A1C314009

PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana atas berkat
rahmat NYA lah saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Dalam makalah ini sedikit banyaknya saya akan membahas tentang “AKREDITASI
PENDIDIKAN” , yang mana suatu waktu dapat digunakan dan dikembangkan oleh pembacanya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan dan penulisan makalah ini sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini ini dengan baik. Dan tidak lupa pula penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Dra. Jufrida, M.Si.
Didalam proses pembelajaran ini penulis juga menyadari bahwa makalah ini tidak lepas
dari kesalahan.Untuk itu penulis sangat terbuka terhadap kritik dan saran demi perbaikan dimasa
yang akan datang.Terima kasih.
Dan akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan
seluruh pembaca pada umumnya.

Jambi, Desember 2014

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................2
DAFTAR ISI .................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................4
B. RUANG LINGKUP ......................................................................................................4
C. TUJUA... .......................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AKREDITASI……………………………………………..................6
B.AKREDITASI PADA SEKOLAH/MADRASAH..........................................................7
C.AKREDITASI PADA PERGURUN TINGGI...............................................................11
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ...........................................................................................................19
B. SARAN ..............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Akreditasi sekolah merupakan kegiatan penilaian yang dilakukan oleh pemerintah


dan/atau lembaga mandiri yang berwenang untuk menentukan kelayakan program dan/atau
satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non-formal pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan, berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sebagai bentuk akuntabilitas publik
yang dilakukan secara obyektif, adil, transparan dan komprehensif dengan menggunakan
instrumen dan kriteria yang mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan.

Latar belakang adanya kebijakan akreditasi sekolah di Indonesia adalah bahwa setiap
warga negara berhak memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk dapat menyelenggarakan
pendidikan yang bermutu, maka setiap satuan/program pendidikan harus memenuhi atau
melampaui standar yang dilakukan melalui kegiatan akreditasi terhadap kelayakan setiap
satuan/program pendidikan.

Saat ini setiap perguruan tinggi baik negeri maupun swasta harus melakukan akreditasi.
Kemendiknas sudah menetapkan bila suatu program studi (prodi) dari suatu perguruan tinggi (PT)
tidak melakukan akreditasi, setelah tahun 2012, maka prodi tersebut tidak akan diperbolehkan
mengeluarkan ijasah. Dan UU perguruan tinggi juga sudah mewajibkan akreditasi sebagai syarat
pemberian izin bagi perguruan tinggi.Akreditasi diperlukan untuk menjamin mutu dari suatu
lembaga pendidikan. Selain itu untuk masyarakat umum, akreditasi juga bisa menjadi alat untuk
mengukur kesiapan suatu PT untuk melakukan proses pendidikan.

Tapi sayangnya saat ini masih banyak PT yang belum terakreditasi, termasuk beberapa
PT negeri. Walaupun demikian jumlah PT swasta yang belum terakreditasi jauh lebih banyak
daripada PT negeri.Salah satu alasannya adalah banyak PT swasta yang sudah keburu tutup
karena memiliki jumlah mahasiswa yang sedikit. Bahkan menurut Prof. Abdul Hakim,
Koordinator Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) IV Jawa Barat dan Banten, banyak
PT swasta yang tahun ini menerima mahasiswa tetapi tahun depan tidak.Di lapangan ternyata
dalam melakukan persiapan akreditasi, banyak ditemukan PT yang meminjam dosen dari luar,
belum lagi yang melakukan persiapan asal-asalan karena tanpa akreditasi mereka sudah merasa
cukup diminati, demikian pendapat Prof. Said Hamid Hasan, pakar pendidikan dari Universitas
Pendidikan Indonesia.

B. RUANG LINGKUP
Permasalahan yang timbul dalam pembahasan saya kali ini adalah memberikan
pengertian tentang apa itu arti dari akreditasi,manfaat atau tujuan,serta seberapa pentingnya kah

4
akreditasi pada suatu sekolah atau perguruan tinggi,dan bagaimana apabila suatu sekolah dan
perguruan tinggi tanpa adanya akreditasi.

C.TUJUAN
Tujuan penulis disini adalah untuk :
1. Menjelaskan Pengertian Akreditasi Pendidikan
2. Menjelaskan Akreditasi di Sekolah/Madrasah
3. Menjelaskan Akreditasi di Perguruan Tinggi.
4. Menjelskan Pentingkah Akreditasi Pendidikan

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AKREDITASI

Akreditasi merupakan salah satu bentuk sistem jaminan mutu eksternal yaitu suatu proses
yang digunakan lembaga yang berwenang dalam memberikan pengakuan formal bahwa suatu
institusi mempunyai kemampuan untuk melakukan kegiatan tertentu. Dengan demikian,
akreditasi
melindungi masyarakat dari penipuan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.Ciri
akreditasi adalah penilaian yang dilakukan oleh pakar sejawat dari luar institusi terkait (external
peer reviewer), dan dilakukan secara voluntir bagi perguruan tinggi yang menyelenggarakan
suatu program studi.. Kegiatan ini diawali dengan melakukan kegiatan evaluasi diri (self
evaluation) terhadap berbagai/ komponen dari masukan, proses dan produk perguruan tinggi
yang menyelenggarakan program studi tersebut dan mengirimkan laporannya ke lembaga asesor.

Selanjutnya berdasarkan laporan evaluasi tersebut pihak lembaga asesor mengirim


beberapa pertanyaan (borang) untuk diisi dan berdasarkan isian tersebut dilakukan kunjungan
lapangan (site visit) oleh asesor sebagai tindakan validasi. Dengan kata lain Akreditasi sama
dengan status dan proses. Status disni dalam konteks sekolah atau perguruan tinggi yang
menyelenggarakan program studiterakreditasi telah memenuhi standar mutu yang telah
ditetapkan, sedangkan Proses dalam konteks ini maksudnya adalah proses kegiatan akademik
telah dilakukan memenuhi standar mutu dan kecenderungan melakukan perbaikan secara
berkesinambunganmelalui evaluasi diri.

B. AKREDITASI PADA SEKOLAH / MADRASAH

Akreditasi sekolah adalah kegiatan penilaian (asesmen) sekolah secara sistematis dan
komprehensif melalui kegiatan evaluasi diri dan evaluasi eksternal (visitasi) untuk menentukan
kelayakan dan kinerja sekolah.

Dasar hukum akreditasi sekolah utama adalah : Undang Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 60,
Peraturana Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Pasal 86 & 87 dan Surat Keputusan Mendiknas No.
87/U/2002.

Latar belakang adanya kebijakan akreditasi sekolah di Indonesia adalah bahwa setiap
warga negara berhak memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk dapat menyelenggarakan
pendidikan yang bermutu, maka setiap satuan/program pendidikan harus memenuhi atau
melampaui standar yang dilakukan melalui kegiatan akreditasi terhadap kelayakan setiap
satuan/program pendidikan.

6
Tujuan diadakannya kegiatan akreditasi sekolah/madrasah ialah:

1. Memberikan informasi tentang kelayakan sekolah/madrasah atau program yang


dilaksanakannya berdasarkan Standar Nasional Pendidikan.
2. Memberikan pengakuan peringkat kelayakan.
3. Memberikan rekomendasi tentang penjaminan mutu pendidikan kepada program dan
atau satuan pendidikan yang diakreditasi dan pihak terkait.

Prinsip – prinsip akreditasi yaitu :

(a) objektif, informasi objektif tentangg kelayakan dan kinerja sekolah,

(b) efektif, hasil akreditasi memberikan informasi yang dapat dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan,

(c) komprehensif, meliputi berbagai aspek dan menyeluruh,

(d) memandirikan, sekolah dapat berupaya meningkatkan mutu dengan bercermin pada
evaluasi diri, dan

(e) keharusan (mandatori), akreditasi dilakukan untuk setiap sekolah sesuai dengan
kesiapan sekolah

Sistem akreditasi memiliki karakteristik :

(a) keseimbangan fokus antara kelayakan dan kinerja sekolah,

(b) keseimbangan antara penilaian internal dan eksternal, dan

(c) keseimbangan antara penetapan formal peringkat sekolah dan umpan balik perbaikan

Akreditasi sekolah dilaksanakan mencakup :

(a) Lembaga satuan pendidikan (TK, SD, SMP, SMA) dan

(b) Program Kejuruan/kekhususan (SDLB, SMPLB, SMALB, SMK)

Akreditasi sekolah mencakup penilaian terhadap sembilan komponen sekolah, yaitui :

(a) kurikulum dan proses belajar mengajar;

(b) administrasi dan manajemen sekolah;

7
(c) organisasi dan kelembagaan sekolah;

(d) sarana prasarana

(e) ketenagaan;

(f) pembiayaan;

(g) peserta didik;

(h) peranserta masyarakat; dan

(1) lingkungan dan kultur sekolah. Masing-masing kompoenen dijabarkan ke dalam


beberapa aspek. Dari masingmasing -aspek dijabarkan lagi kedalam indikator.
Berdasarkan indikator dibuat item-item yang tersusun dalam Instrumen Evaluasi Diri
dan Instrumen Visitasi.

Akreditasi dilaksanakan melalui prosedur sebagai berikut :

(a) pengajuan permohonan akreditasi dari sekolah;

(b) evaluasi diri oleh sekolah;

(c) pengolahan hasil evaluasi diri ;

(d) visitasi oleh asesor;

(e) penetapan hasil akreditasi;

(f) penerbitan sertifikat dan laporan akreditasi.

Dalam mempersiapkan akreditasi, sekolah melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

(a) Sekolah mengajukan permohonan akreditasi kepada Badan Akreditasi Propinsi


(BAP)-S/M untuk SLB, SMA, SMK dan SMP atau kepada Unit Pelaksana Akreditasi
(UPA) Kabupaten/Kota untuk TK dan SD Pengajuan akreditasi yang dilakukan oleh
sekolah harus mendapat persetujuan atau rekomendasi dari Dinas Pendidikan;

(b) Setelah menerima instrumen evaluasi diri, sekolah perlu memahami bagaimana
menggunakan instrumen dan melaksanakan evaluasi diri. Apabila belum memahami,
sekolah dapat melakukan konsultasi kepada BAN-SM mengenai pelaksanaan dan
penggunaan instrumen tersebut;

8
(c) Mengingat jumlah data dan informasi yang diperlukan dalam proses evaluasi diri
cukup banyak, maka sebelum pengisian instrumen evaluasi diri, perlu dilakukan
pengumpulan berbagai dokumen yang diperlukan sebagai sumber data dan informasi.

Pelaksanaan akreditasi sekolah/madrasah memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Dapat dijadikan sebagai acuan dalam upaya peningkatan mutu Sekolah/Madrasah dan
rencana pengembangan Sekolah/Madrasah.
2. Dapat dijadikan sebagai motivator agar Sekolah/Madrasah terus meningkatkan mutu
pendidikan secara bertahap, terencana, dan kompetitif baik di tingkat kabupaten/kota,
provinsi, nasional bahkan regional dan internasional.
3. Dapat dijadikan umpan balik dalam usaha pemberdayaan dan pengembangan
kinerja warga Sekolah/Madrasah dalam rangka menerapkan visi, misi, tujuan, sasaran,
strategi dan program Sekolah/Madrasah.
4. Membantu mengidentifikasi Sekolah/Madrasah dan program dalam rangka pemberian
bantuan pemerintah, investasi dana swasta dan donatur atau bentuk bantuan lainnya.
5. Bahan informasi bagi Sekolah/Madrasah sebagai masyarakat belajar untuk
meningkatkan dukungan dari pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta dalam hal
profesionalisme, moral, tenaga dan dana.
6. Membantu Sekolah/Madrasah dalam menentukan dan mempermudah kepindahan peserta
didik dari satu sekolah ke sekolah lain, pertukaran guru dan kerjasama yang saling
menguntungkan.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan betapa pentingnya akreditasi sekolah bagi upaya
peningkatan mutu dan layanan serta penjaminan mutu sebuah satuan pendidikan.

Hubungan Akreditasi Sekolah Dan Peningkatan Kinerja Sekolah

Berdasarkan berbagai hal di atas maka ada hubungan yang sangat erat antara pelaksaaan
akreditasi sekolah dengan upaya peningkatan kinerja sekolah. Sekolah yang akan dilakukan
akreditasi maka seluruh komponen yang terlibat di dalamnya baik kepala sekolah, guru, staf tata
usaha, komite sekolah, siswa dan stake holder lainnya harus benar-benar bekerjasama dan
meningkatkan kinerjanya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Apabila
setiap komponen yang terlibat bekerja sesuai dan memenuhi instrument akreditasi maka akan ada
peningkatan kinerja dari sekolah itu.

Sekolahnya pernah dilakukan akreditasi maka sebelum dilakukan akreditasi, sekolah


melakukan berbagai persiapan yaitu dengan membentuk Tim yang membidangi 8 standar yang
akan dilakukan penilaian sesuai ketentuan BNSP. Tugas dari masing-masing tim adalah
mencermati dan menyiapkan bukti fisik dari indicator dan instrument yang ada dalam penilaian
akreditasi tersebut. Melalui bimbingan dari pengawas sekolah yang ditunjuk sebagai pendamping

9
maka semua komponen sekolah yang terlibat menyiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Sesuai
dengan prosedur yang ada setelah semua persiapan dianggap cukup maka sekolah mengisi
instrument akreditasi sebagai bentuk melakukan evaluasi diri dan dikirimkan ke badan akreditasi
sekolah/madrasah tingkat provinsi. Selanjutnya sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh
BAS/M provinsi ditindaklunjuti dengan visitasi atau penilaian. Proses menyiapkan diri untuk
diakreditasi inilah yang terlihat adanya upaya sekolah untuk meningkatkan kinerja sekolah yaitu
masing-masing warga sekolah bekerja sesuai dengan indicator dan instrument akreditasi yang
ada dengan harapan untuk memperoleh penilaian kinerja yang terbaik.

 Dampak Akreditasi Sekolah Dalam Peningkatan Kinerja Sekolah

Dampak Akreditasi sekolah dalam peningkatan kinerja sekolah menunjukkan hal yang
signifikan. Dengan adanya akreditasi sekolah mengharuskan stake holder yang ada dalam suatu
sekolah menyiapkan segala bentuk perangkat yang akan dinilai untuk memenuhi kriteria seperti
yang diharapkan. Adapun dampak yang lain dapat berupa dampak yang bersifat positif dan
dampak yang berakibat negative.

Dampak positif dari akreditasi sekolah antara lain:

1. Tumbuhnya kesadaran dari warga sekolah untuk meningkatkan kinerja sesuai dengan
tupoksinya masing-masing baik sebagai kepala sekolah, guru, staf TU, siswa dan komite
sekolah.
2. Tumbuhnya kesadaran dari warga sekolah untuk memberikan dan meningkatkan
pelayanan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam proses akreditasi.
3. Tumbuhnya kesadaran bekerjasama seluruh komponen sekolah untuk
mendapatkan penilaian yang terbaik terkait hasil dari akreditasi.
4. Mengetahui kekurangan yang dimiliki oleh sekolah sebagai bahan perbaikan dan
pembinaan sekolah ke depan.
5. Tumbuhnya kesadaran meningkatkan mutu pendidikan melalui pencapaian standar yang
telah ditetapkan.
6. Tumbuhnya kebanggaan dari segenap warga sekolah dan mempertahankan hasil
akreditasi apabila telah memperoleh yang terbaik misalnya terakreditasi A.

Dampak negative dari akreditasi sekolah antara lain:

1. Peningkatan kinerja dari komponen sekolah hanya sebatas ketika akan dilakukan
akreditasi sementara setelah selesai akan kembali seperti semula.
2. Adanya berbagai macam rekayasa data hanya sekedar untuk memenuhi penilaian
sementara pada proses yang sebenarnya tidak dilakukan seperti dalam pembuatan bukti-
bukti fisik.

10
3. Status akreditasi kurang membawa pengaruh bagi pembinaan sekolah karena hanya
sekedar member status dan label.

Dalam kenyataan di lapangan bahwa akreditasi sekolah lebih banyak dimaknai untuk
memperoleh status dan pengakuan secara formal saja. Sementara makna sesungguhnya belum
banyak diketahui dan dilaksanakan secara sungguh-sungguh. Ini terbukti bahwa kinerja sekolah
akan meningkat ketika akan dilakukan kegiatan akreditasi dengan menyiapkan seluruh perangkat
administrasi sesuai dengan instrument yang ada, sementara setelah akreditasi berlangsung dan
memperoleh sebuah pengakuan maka kinerja dari komponen sekolah kembali seperti semula.

B. AKREDITASI PADA PERGURUAAN TINGGI

Mutu program studi merupakan cerminan dari totalitas keadaan dan karakteristik
masukan, proses, keluaran, hasil, dan dampak, atau layanan/kinerja program studi yang diukur
berdasarkan sejumlah standar yang ditetapkan itu.

Saat ini setiap perguruan tinggi baik negeri maupun swasta harus melakukan akreditasi.
Kemendiknas sudah menetapkan bila suatu program studi (prodi) dari suatu perguruan tinggi (PT)
tidak melakukan akreditasi, setelah tahun 2012, maka prodi tersebut tidak akan diperbolehkan
mengeluarkan ijasah. Dan UU perguruan tinggi juga sudah mewajibkan akreditasi sebagai syarat
pemberian izin bagi perguruan tinggi.

Akreditasi dipahami sebagai penentuan standar mutu serta penilaian terhadap suatu
lembaga pendidikan (dalam hal ini pendidikan tinggi) oleh pihak di luar lembaga pendidikan itu
sendiri. Mengingat adanya berbagai pengertian tentang hakikat perguruan tinggi (Barnet, 1992)
maka kriteria akreditasi pun dapat berbeda-beda. Barnet menunjukkan, bahwa setidak-tidaknya
ada empat pengertian atau konsep tentang hakikat perguruan tinggi :

1. Perguruan tinggi sebagai penghasil tenaga kerja yang bermutu (qualified manpower). Dalam
pengertian ini pendidikan tinggi merupakan suatu proses dan mahasiswa dianggap sebagai
keluaran (output) yang mempunyai nilai atau harga (value) dalam pasaran kerja, dan
keberhasilan itu diukur dengan tingkat penyerapan lulusan dalam masyarakat (employment
rate) dan kadang-kadang diukur juga dengan tingkat penghasilan yang mereka peroleh dalam
karirnya.
2. Perguruan tinggi sebagai lembaga pelatihan bagi karier peneliti. Mutu perguruan tinggi
ditentukan oleh penampilan/prestasi penelitian anggota staf. Ukuruan masukan dan keluaran
dihitung dengan jumlah staf yang mendapat hadiah/penghargaan dari hasil penelitiannya (baik
di tingkat nasional maupun di tingkat internasional), atau jumlah dana yang diterima oleh staf
dan/atau oleh lembaganya untuk kegiatan penelitian, ataupun jumlah publikasi ilmiah yang
diterbitkan dalam majalah ilmiah yang diakui oleh pakar sejawat (peer group).

11
3. Perguruan tinggi sebagai organisasi pengelola pendidikan yang efisien. Dalam pengertian ini
perguruan tinggi dianggap baik jika dengan sumber daya dan dana yang tersedia, jumlah
mahasiswa yang lewat proses pendidikannya (throughput) semakin besar.
4. Perguruan tinggi sebagai upaya memperluas dan mempertinggi pengkayaan kehidupan.
Indikator sukses kelembagaan terletak pada cepatnya pertumbuhan jumlah mahasiswa dan
variasi jenis program yang ditawarkan. Rasio mahasiswa-dosen yang besar dan satuan biaya
pendidikan setiap mahasiswa yang rendah juga dipandang sebagai ukuran keberhasilan
perguruan tinggi.

TUJUAN AKREDITASI DI PERGURUAN TINGGI

1. Memberikan jaminan bahwa program studi yang terakreditasi telah memenuhi standar
mutu yang ditetapkan oleh BAN-PT dengan merujuk pada standar nasional pendidikan
yang termaktub dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, sehingga mampu memberikan perlindungan bagi masyarakat dari
penyelenggaraan program studi yang tidakmemenuhi standar yang ditetapkan itu.

2. Mendorong program studi untuk terus menerus melakukan perbaikan dan


mempertahankan mutu yang tinggi

3. Hasil akreditasi dapat dimanfaatkan sebagai dasar pertimbangan dalam transfer kredit
perguruan tinggi, pemberian bantuan dan alokasi dana, serta pengakuan dari badan atau
instansi yang lain.

MODEL AKREDITASI
Ada dua model akreditasi yang dikembangkan oleh BAN-PT, yaitu akreditasi
program studi dan akreditasi institusi perguruan tinggi :

1. Model Akreditasi Program Studi

Dalam model Akreditasi program studi BAN-PT melakukan penilaian berdasarkan


stantdar-standar sebagai berikut :

a. Dimensi

 Masukan (INPUT)
 Proses (PROCESS)
 Luaran dan hasil (OUTPUT dan OUTCOME)

b. Standar Akreditasi Pada Perguruan Tinggi

 Jatidiri, Visi, Misi , dan Tujuan


 Pengelolaan Lembaga dan Program

12
 Mahasiswa dan Bantuan
 Kurikulum
 Ketenagaan : Dosen dan Tenaga Pendukung
 Sarana dan Prasarana
 Pendanaan
 Proses Pembelajaran dan Penilaian Hasil Belajar
 Penelitian, Publikasi dan Thesis
 Suasana Akademik
 Pengabdian Kepada Masyarakat
 Sistem peningkatan dan pengendalian mutu
 Sistem Informasi
 Lulusan.

c. Aspek

 Relevansi (Relevancy) merupakan tingkat keterkaitan tujuan maupun hasil/ keluaran


program studi dengan kebutuhan masyarakat di lingkungannya maupun secara global.

 Suasana Akademik (Academic Atmosphere) menunjukkan iklim yang kondusif bagi


kegiatan akademik, interaksi antara dosen dan mahasiswa, antara sesama mahasiswa,
maupun antara sesama dosen untuk mengoptimalkan proses pembelajaran.

 Pengelolaan Institusi (Institutional Management) yang mencakup Kelayakan


(Appropriateness) dan Kecukupan (Adequacy). Dimana Kelayakan yang menunjukkan
tingkat ketepatan (kesesuaian) unsur masukan, proses, keluaran, maupun tujuan program
ditinjau dari ukuran ideal secara normatif, sedangkan Kecukupan menunjukkan tingkat
ketercapaian persyaratan ambang yang diperlukan untuk penyelenggaraan suatu program

 Keberlanjutan (Sustainability) mancakup Keberlanjutan (Sustainability) dan Selektivitas


(Selectivity). Dimana Keberlanjutan menggambarkan keberlangsungan program yang
dijamin oleh ketersediaan masukan, aktivitas pembelajaran, maupun pencapaian hasil
yang optimal, sedangkan Selektivitas menunjukkan bagaimana penyelenggara program
memilih unsur masukan, aktivitas proses pembelajaran, penelitian, dan penentuan
prioritas hasil/keluaran berdasarkan pertimbangan kemampuan/ kapasitas yang dimiliki.

 Efisiensi (Efficiency) yang mencakup Efisiensi (Efficiency), Efektivitas (Effectiveness)


dan Produktivitas (Productivity). Dimana Efisiensi menunjuk tingkat pemanfaatan
masukan (sumberdaya) terhadap hasil yang didapat dari proses pembelajaran, dan
Efektivitas adalah tingkat ketercapaian tujuan program yang telah ditetapkan yang diukur

13
dari hasil/keluaran program, sedangkan Produktivitas menunjukkan tingkat keberhasilan
proses pembelajaran yang dilakukan dalam memanfaatkan masukan.

2. Model Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi

Dalam model Akreditasi institusi perguruan tinggi BAN-PT melakukan penilaian


institusi perguruan tinggi dengan memperhatikan dua komitmen inti, yaitu :

a. Komitmen Inti Pertama: Kapasitas Institusi

Kapasitas institusi dicerminkan dalam ketersediaan dan kecukupan berbagai


perangkat dasar yang diperlukan untuk menyelenggarakan pendidikan, seperti:

 Eligibilitas, integritas, visi, misi, tujuan, dan sasaran


 Tata pamong (governance)
 Sistem Pengelolaan
 Sumber daya manusia
 Prasarana dan sarana
 Keuangan
 Sistem informasi

b. Komitmen Inti Kedua : Efektifitas Pendidikan

Efektifitas pendidikan dicerminkan dengan tersedianya sejumlah masukan, proses dan


suasana yang diperlukan dalam proses pendidikan serta produk kegiatan akademik seperti:

 Kemahasiswaan
 Kurikulum
 Sistem pembelajaran
 Penelitian, publikasi, karya inovatif lainnya, pengabdian kepada masyarakat
 Sistem jaminan mutu
 Suasana akademik
 Lulusan
 Mutu Program Studi

APA SAJA YANG DINILAI ?

Penilaian akreditasi Perguruan Tinggi meliputi:

• Kurikulum dari setiap program pendidikan

• Jumlah tenaga pendidik

• Keadaan mahasiswa

14
• Kordinasi pelaksanaan pendidikan, termasuk persiapan sarana dan prasarana

• Kesiapan administrasi akademik, kepegawaian, keuangan dan rumah tangga dari


perguruan tinggi.

• Melihat point yang akreditasi, tentunya membuat setiap PT tidak sembarang


menyiapkan suatu prodi. Kesiapan dari kurikulum maupun tenaga pengajar serta
tenanga pembantu non akademik juga diperhatikan. Belum lagi kesiapan secara
administrasi yang sangat penting untuk berjalannya suatu organisasi.

APAKAH PENTING ?

Melihat tujuan dan cara penilaian, tentu saja akreditasi adalah penting. Akreditasi adalah
suatu bentuk standardisasi. Dalam rekayasa teknologi, penggunaan standard yang sama
memungkinkan semua elemen yang berbeda bisa di integrasikan. Sebagai contoh misalnya saja
ukuran ban mobil. Dengan adanya standard yang sama, berbagai perusahaan berbeda bisa
membuat versi ban mobilnya sendiri, tapi tetap bisa dipasangkan ke suatu mobil.
Standardisasi pendidikan sangat penting bila kita menginginkan pendidikan kita maju.
Dengan standard yang sama, maka lulusan sarjana teknik dari PT A, akan relatif sejajar dengan
sarjana teknik dari PT B.

Tapi apakah mudah dalam implementasinya? Tentunya tidak. Suatu PT wajib berusaha
mempersiapkan jumlah dosen tetapnya. Hal ini menjadi masalah yang cukup berat untuk PT
swasta yang masih baru, dan akhirnya banyak yang meminjam dosen dari luar. Hal ini akan
menjadi masalah ketika masa akreditas berakhir. Berakhirnya masa akreditas mengharuskan
suatu Prodi mempersiapkan kembali persyaratan untuk mendapatkan akreditas, dan bukan tidak
mungkin akreditasi yang semula A menjadi turun. Dan dari 11267 program studi saat ini tercatat
2684 program studi harus kembali di akreditasi.

Akreditasi diperlukan untuk menjamin mutu dari suatu lembaga pendidikan. Selain itu
untuk masyarakat umum, akreditasi juga bisa menjadi alat untuk mengukur kesiapan suatu PT
untuk melakukan proses pendidikan. Tapi sayangnya saat ini masih banyak PT yang belum
terakreditasi, termasuk beberapa PT negeri. Walaupun demikian jumlah PT swasta yang belum
terakreditasi jauh lebih banyak daripada PT negeri.

Salah satu alasannya adalah banyak PT swasta yang sudah keburu tutup karena memiliki
jumlah mahasiswa yang sedikit. Bahkan menurut Prof. Abdul Hakim, Koordinator Koordinasi
Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) IV Jawa Barat dan Banten, banyak PT swasta yang tahun ini
menerima mahasiswa tetapi tahun depan tidak.

15
Jadi akreditasi ini penting untuk menjaga mutu. Program Studi yang tidak bisa menjaga
kestabilan mutunya akan ‘jatuh’. Dan akhirnya masyarakatlah yang akan di untungkan. Tapi
hingga saat ini masih ada nada miring tentang akreditasi ini, terutama protes dari pihak yang
turun nilai akreditasinya. Jika memang mutu selalu terjaga maka seharusnya nilai akreditasi tidak
turun. Bila dengan standard yang sama, tapi telah terjadi penurunan, pastilah ada yang salah.

REALITAS DILAPANGAN

Di lapangan ternyata dalam melakukan persiapan akreditasi, banyak ditemukan PT yang


meminjam dosen dari luar, belum lagi yang melakukan persiapan asal-asalan karena tanpa
akreditasi mereka sudah merasa cukup diminati.

Kenyataan yang terjadi di lapangan, bahwa status akreditasi ini kerap menjadi pro dan
kontra baru di kalangan pengguna lulusan, termasuk masyarakat umum, terlebih lagi pada
lingkungan akademik baik lingkup negeri maupun swasta. Sebab di tengah tuntutan pencari kerja
yang berbekal ijasah yang tidak terakreditasi dipastikan tidak akan lolos dalam seleksi
pemberkasan administrasi yang mensyaratkan akreditasi program studi minimal B, khusus pada
seleksi CPNS. Sehingga banyaknya program studi di kampus negeri dan swasta yang belum
terakreditasi B, merasa sangat dirugikan dengan regulasi pemerintah ini, padahal infrastruktur
akreditasi belum berjalan baik, dalam hal ini lambatnya proses akreditasi oleh BAN-PT.

Persoalan lainnya adalah keterbatasan SDM Kampus, dimana staf dosen yang mengajar
tetap di kampus rata-rata masih bergelar sarjana (S1) jarang yang Magister (s2) apalagi (S3),
kalaupun ada masih dalam proses penyelesaian studi, inipun membutuhkan waktu yang tidak
singkat. Maka terkadang untuk menyiasati kelangkaan SDM ini biasanya kampus swasta dibantu
oleh staf dosen dari kampus negeri yang dikaryakan di PT Swasta tersebut guna menutupi
kekosongan yang ada, hal ini wajar terjadi karena tugas pokok dosen dan fungsi Dosen sendiri
selain melakukan aktivitas pendidikan pengajaran dan penelitian, juga wajib melakukan
pengabdian baik di masyarakat maupun lembaga pendidikan. Jangankan di daerah di berbagai
kota Besar program karya dosen negeri di berbagai kampus swasta menjadi sangat berarti untuk
menutupi kekosongan yang ada.

Namun rupanya hal ini pula yang menjadi titik lemah manajemen kampus swasta, karena
cenderung selalu menggantungkan pada SDM dosen Negeri, atau Dosen yang diperbantukan,

sehingga perekrtutan dosen baru sangat lambat terjadi, untuk regenerasi pengajar di kampus
swasta. atau bisa dikatakan jarang ada atau bahkan tidak ada sama sekali. Sehingga tidak aneh
jika kemudian jarang ada Dosen yang kompetensinya sebidang yang melamar dan menjadi
pengajar pada program studi tersebut. Sebab syarat mutlak program terakreditasi adalah sebidang
dengan program studi atau mata kuliah yang diajarkan pada program studi tersebut. Mungkin
karena kebijakan kampus swasta yang membatasi atau ketiadaan anggaran untuk merekrut dosen
baru baik dari yayasan atau kopertis sehingga, tetap saja ketika datang kebijakan akreditasi untuk

16
menilai sebesar apa kompetensi SDM di kampus tersebut, tidak masuk dalam hitungan jika
dosen yang ada adalah dosen yang dikaryakan atau yang diperbantukan, bukan dosen asal
program studi atau kampus tersebut.

Rata-rata kampus yang memiliki program studi yang memperoleh akreditasi baik adalah
yang SDM atau tenaga pengajarnya rata-rata magister (s2) bahkan doktor (s3) dan sebidang
keilmuannya, selain itu berimbang dengan jumlah mahasiswa. Jika tidak maka, inilah yang
menjadi faktor menghambat akreditasi program studi, akreditasi fakultas, termasuk akreditasi
universitas. Selain keterbatasan dosen tetap di tiap program studinya, yang tidak berimbang
dengan jumlah mahasiswa. ironinya fenomena ini bukan saja terjadi di kampus swasta,
melainkan tidak jarang terjadi di kampus negeri sekalipun.

LANTAS BAGAIMANA MENGHADAPINYA ?

Sebenarnya mereka yang sedang bermasalah dengan yang namanya akreditasi tidak perlu
khawatir secara berlebihan, sebab yang mengalami hal ini bukan saja di tingkat dearah semata,
tetapi dalam skala nasional. Jika kita menelusuri berbagai sumber di media, ada ratusan kampus
swasta yang masih terhambat akreditasi dan kini sedang dicarikan solusinya dengan membentuk
Lembaga Akreditasi Mandiri secepatnya sebelum diberlakukan UU No.12/2012 tentang
pendidikan tinggi Agustus tahun depan, guna mempercepat proses akreditasi agar jelas
lulusannya dan alumni sarjananya bisa digunakan di dunia kerja dan bermanfaat bagi masyarakat.

Selebihnya kampus swasta atau yang menaunginya yakni kopertis harus menjalin
komunikasi yang harmonis dan transparan termasuk kepada para mahasiswanya terlebih lagi
masyarakat. Sebab bisa jadi hal yang biasa ini menjadi luar biasa dikarenakan terjadi sumbatan
komunikasi dan jika sumbatan ini mengalami ‘masuk angin’ atau ada muatan tertentu akan
berimbas ke hal-hal lain yang tidak substansial.

Secara praktis dalam jangka panjang atau secepatnya lingkup universitas hingga program
studi minimal sudah memprsiapkan tim kecil persiapan sekaligus pematangan akreditasi yang
biasanya terdiri tim tujuh untuk mempersiapkan hal-hal teknis yang berkaitan dengan tujuh
standar akreditasi BAN-PT antara lain :

1). Standar visi dan misi,

2). Standar tata pamong universitas,

3). Standar kemahasiswaan dan lulusan,

4).Standar SDM,

5). Standar Kurikulum dan pembelajaran dan suasana akademik, dan

17
6). Standar penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat. Karena pengalaman penulis
pekerjaan persiapan praktis inilah yang cukup menyita waktu dalam persiapan
akreditas.

Sebab terlepas dari polemik akreditasi antara benci dan rindu, penulis melihat ada
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh PT dalam proses akreditasi tersebut, baik oleh
BAN-PT maupun LAM. Seperti yang diungkap juga oleh M. Budi Jatmiko dalam presentasinya
pada sosialisasi LAM, Desember 2012, bahwa pada proses akreditasi yang harus diperhatikan
adalah reliabilitas dan validitas butir-butir penilaian yang penetapan skor oleh asesornya
berdasarkan data yang ada pada Borang Akreditasi serta fakta yang terungkap saat visitasi.
Bukan rahasia lagi bahwa butir-butir penilaian akreditas membuat sejumlah PT “mules-mules”.
Apalagi pada versi terbaru, standarnya lebih berat dan sebagian besar dari indikatornya bersifat
kuantitatif yang sulit dicapai untuk meraih nilai tinggi. Memang bukan masalah sulit atau
gampangnya meraih nilai, namun apakah butir-butir tersebut bisa menunjukkan mutu yang
sesungguhnya dari sebuah PT atau program studi.

Memang benar bahwa Proses akreditasi kadang atau mungkin sering menjadi momok
menakutkan bagi pengelola Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia, khususnya bagi Perguruan
Tinggi Swasta (PTS). Karena Prosesnya terutama pada saat penyiapan borang dan visitasi yang
sering membuat jungkir-balik, mengelus dada, menyedot emosi, atau berujung kecewa. Hasil
evaluasinya pun bisa menjadi vonis mematikan. Tetapi apapun itu harus dicoba dan dijalani.

18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan akreditasi sekolah


akan memacu komponen sekolah untuk meningkatkan kinerja dan meningkatkan pelayanan,
karena kinerja sekolah akan dinilai sesuai dengan criteria berdasarkan indicator dan instrument
yang ada. Penilaian Akreditasi sekolah membawa dampak positif terhadap warga sekolah untuk
tumbuhnya kesadaran memberikan pelayanan yang terbaik dan melakukan pemenuhan berbagai
standar yang telah ditetapkan. Penilaian akreditasi sekolah juga menjadikan tumbuhnya
kerjasama diantara warga sekolah untuk memperoleh status akreditasi yang terbaik.

Penilaian akreditasi juga bisa berdampak negative manakala warga sekolah hanya
berusaha untuk memperoleh nilai dan status akan tetapi untuk memperolehnya dengan cara
melakukan rekayasa data, akibatnya setelah penilaian akreditasi sekolah selesai akan kembali
seperti semula dan baru akan tumbuh semangatnya kembali saat akan diakreditasi.

Jadi Akreditasi sangat diperlukan untuk standar ukuran tentang mutu pendidikan pada
suatu lembaga pendidikan perguruan tinggi,dimana setiap perguruan tinggi harus bisa
meningkatkan mutu dan daya saing terhadap lulusan nya dan dapat menjamin tentang proses
belajar mengajar pada perguruan tinggi tersebut,dan sebagai acuan untuk memberikan informasi
tentang sudah siapnya suatu perguruan tinggi tersebut dalam melakukan kegiatan proses belajar
mengajar sesuai standarisasi yang diberikan oleh pemerintah (kemendiknas) dalam tahap proses
globalisasi pendidikan untuk daya saing secara global dimasa datang.

B.SARAN
Dalam pembuatan makalah ini penulis masih banyak kurang memiliki ilmu tentang
pemahaman akreditasi pada perguruan tinggi,dan penulis juga kesulitan dalam mencari referensi
yang berkaitan dengan topik ini dikarenakan penulis hanya menggunakan sumber dari site BAN-
PT online.

19
DAFTAR PUSTAKA

Undang Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 52 tahun 2008 Kriteria Dan Perangkat
Akreditasi SMA/MA.

Sumber referensi: http://ban-pt.kemdiknas.go.id

 http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=169250
 http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=169251
 http://www1.kompas.com/read/xml/2010/08/12/16221932/ban.rugikan.perguruan.tinggi
 http://www.mediaindonesia.com/read/2010/10/11/174208/70/13/Akreditasi-yang
Diskriminatif/18
 http://ban-pt.depdiknas.go.id/index.php?lang=in

20

Vous aimerez peut-être aussi